Anda di halaman 1dari 2

Qanitan Aryun

1106071095

Topik Skripsi:
Adaptasi Home Pada Masyarakat Indonesia Yang Telah Tinggal Di Luar Negeri
Home adalah makna terdalam dari sebuah ruang, yang sangat berkaitan dengan tempat
seorang tinggal dan tempat seorang berasal. Makna ini lahir dari beragam memori yang
diciptakan dalam ruang tersebut, baik dari interaksi, aktivitas maupun rutinitas dari
seseorang. Makna dari Home menjadi suatu rasa dalam bagaimana seseorang memaknai
tempat tinggalnya. Ia sangat sulit berubah, dimanapun kita tinggal dan dimanapun kita
melakukan rutinitas, akan terdapat rasa belonging pada setiap manusia akan persepsinya
terhadap tempat ia berasal.
Persepsi terhadap Home menjadi suatu hal yang penting ketika mendesain arsitektur
yang bermana, dimana bangunan lebih menjadi suatu objek namun karya arsitektur yang
memberi persepsi terhadap masing-masing manusia.
Topik yang saya pilih ini, terkait dengan fenomena perubahan makna home secara spesifik
bagi masyarakat Indonesia yang telah lama tinggal di luar negeri. Fenomena ini menarik
karena secara umum, masyarakat Indonesia memiliki keterkaitan dengan kondisi ruang di
negara tropis. Akan tetapi, bagi masyarakat yang telah menetap secara lama di luar
negeri, memori yang ia dapat akan membentuk persepsi terhadap Home nya sehingga
bentuk ruang yang ia inginkan akan berbeda bagi masyarakat yang menetap di Indonesia.
Salah satu contoh kasus yang saya ambil adalah Rumah Baja Pondok Indah, karya arsitek
Yori Antar. Kleinnya memiliki latar belakang pendidikan di luar negeri sehingga perpaduan
budaya kerap dirasa oleh mereka. Sehingga rumah yang mereka tinggali menjadi
perpaduan antara budaya barat dan timur, dimana perpaduan ini digambarkan melalui
komposisi konstruksi material, programming ruang dan fasadnya. Melalui karya ini, kita
dapat melihat jelas bagaimana rumah dengan elemen tropis yang dipadu dengan efisensi
dan efektivitas gaya industri pada budaya barat.
Menurut Akiko Busch, Home dapat berarti tiga elemen utama, yaitu private sanctuary,
atau ruang pribadi yang menjadi tempat ia beristirahat, the place of nourishment and
community, ruang interaksi dengan keluarga dan teman-temannya, serta the area where
things get made, atau ruang yang dapat memfasilitasi aktivitas dan interaksi penghuni
secara khusus. Dari hal ini, saya mencoba memberi pertanyaan besar, bagaimana
masyarakat yang telah lama tinggal di luar negeri dapat mengadaptasi budaya Indonesia?
Apakah dengan tinggal lama di luar negeri maka adaptibilitasnya menjadi salah satu
komponen dalam mendesain Home? Dan bagaimana kita sebagai arsitek, dapat
memfasilitasi ruang yang dinginkan klien dengan menjembatani percampuran budaya
pada persepsi klein tersebut?

Sumber referensi:
1. Intentions in Architecture, Christian Norberg-Schulz
2. Geography of Home, Akiko Busch
3. Studio Talk: Home, David Hutama, Avianti Armand, Robin Hartanto
4. East Meets West, Yori Antar

Anda mungkin juga menyukai