Anda di halaman 1dari 8

Rima Novira Sasmita

21040112120002
Pendahuluan
Urbanisasi di dunia saat ini meningkat dengan sangat cepat. Pada tahun
2008, lebih dari setengah populasi di dunia sekitar 3,3 miliar penduduk menjadi
penduduk kota. Berdasarkan hal tersebut, diprediksi bahwa akan terjadi
peningkatan di tahun 2030 mencapai 5 miliar penduduk akan bertempat tinggal
di area perkotaan (Mumbai City Report, 2010). Pada level global, semua kota
diprediksi

akan

mengalami

peningkatan

penduduk.

Meskipun

demikian,

peningkatan jumlah penduduk paling banyak akan terjadi di negara berkembang.


Diestimasikan sebesar 80% penduduk perkotaan di dunia akan tinggal di kotakota negara berkembang, terutama di Asia dan Sub-Saharan Afrika pada tahun
2030 (Mumbai City Report, 2010).
Asia dengan jumlah penduduk mencapai 1,5 miliar ini memiliki penduduk
perkotaan terbesar di dunia. Lebih dari 75 juta penduduk lahir setiap tahunnya di
dunia, hampir setengah dari jumlah penduduk tersebut terjadi di 6 kota Asia dan
Afrika diantaranya Bangladesh, China, India, Indonesia, Nigeria, dan Pakistan.
Urbanisasi yang terjadi di Asia melebihi tingkat rata-rata (mencapai 1,31% ratarata pertumbuhan penduduk) dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan
dunia (0,83% rata-rata pertumbuhan penduduk). Ibukota di bagian Asia selatan
dan

tenggara seperti Mumbai, Dhaka, Bangkok, Manila, dan Jakarta memiliki

jumlah penduduk lebih dari 5 juta. Faktanya, Mumbai dan Manila keduanya
berkontribusi lebih dari 10 juta penduduk. Mumbai dan wilayah metropolitannya
mengalami peningkatan

dengan cepat dan diprediksi pada tahun 2052

penduduknya akan menyentuh angka 44 juta.


Mumbai adalah salah satu dari megacity terbesar di dunia. Mumbai
merupakan pusat perekonomian di India dengan area komersial yang besar dan
sebagai tumpuan perdagangan. Selain itu, terdapat pula berbagai industri,
perusahaan multinasional, dan badan institusi keuangan dunia lainnya. Dengan
pendapatan

perkapita

mencapai

1/3

dari

pendapatan

nasional,

Mumbai

berkontribusi sangat besar terhadap total pemasukan pajak di India. Mumbai


juga menjadi pelabuhan internasional yang penting dan strategis. Namun
sayangnya, Mumbai juga memiliki kerentanan terhadap permasalahan iklim
karena dilihat dari seringnya terjadi musibah banjir dan lahan yang digunakan
sebagian besar merupakan lahan reklamasi karena lokasinya yang berdekatan
dengan laut (area pesisir semakin mudah mengalami kerentanan). Kerentanan
paling tinggi terjadi di kawasan kumuh dan ilegal yang jumlahnya mencapai
setengah dari penduduk kota. Sehingga, hal ini menjadi kritikan dan tantangan
Mumbai : The Biggest Megacity in India

Rima Novira Sasmita


21040112120002
terhadap pemerintah untuk menanggapi kerentanan dan dampak yang akan
timbul di masa mendatang apabila jumlah penduduk terus meningkat namun
tidak diimbangi dengan kebutuhannya seperti kebutuhan akan tempat tinggal,
pekerjaan, sarana, dan prasarana yang memadai.

Megapolitanisasi di Mumbai, India


Proses terjadinya megapolitan tidak dapat dilepaskan dari urbanisasi.
Megapolitan dan urbanisasi memiliki hubungan yang sangat erat dan berkaitan.
Secara harfiah, urbanisasi adalah proses

menjadi bersifat urban (kekotaan)

sedangkan megapolitanisasi adalah proses menjadi megapolitan atau proses


menuju terbentuknya megapolis (Yunus, 2010). Secara empiris, baik yang terjadi
di negara berkembang maupun di negara maju, megapolitanisasi merupakan
tahapan lanjut dari proses urbanisasi itu sendiri, karena proses ini adalah
bergabungnya beberapa wilayah yang secara spasial sudah bersifat kekotaan
(urbanised). Secara bertahap terdapat beberapa tahap proses perkembangan
kekotaan, dimana tahap megapolitanisasi merupakan tahap terkahir dari proses
urbanisasi itu sendiri (Yunus, 2010). Dan tren saat ini menunjukkan bahwa
megapolitanisasi terbesar terjadi di Asia, salah satunya di Mumbai, India.
Mumbai (pada mulanya dikenal dengan
Bombay) berlokasi di sebelah barat laut India
dan berbatasan langsung dengan Laut Arab.
Mumbai terbagi menjadi Mumbai City District (7
bagian yang berada di area kota) dan Mumbai
Suburban District (4 bagian di area pinggiran).
Mumbai memiliki luas wilayah mencapai 468
km2.

Seluruh

wilayah

tersebut

mencakup

kekayaan warisan alam, seperti danau, hutan,


mangrove, pesisir, dan dataran tinggi. Sebagian
area pesisir di Mumbai telah direklamasi yang
bertujuan untuk pembangunan area komersial
dan perumahan elit.
Gambar 1
Peta Mumbai

Mumbai : The Biggest Megacity in India

Rima Novira Sasmita


21040112120002
Secara struktur ruang, dikenal istilah MMR atau Greater Mumbai Urban
Agglomeration terdiri dari Kota Metropolitan Mumbai dan beberapa kota satelit.
Wilayah metropolitan ini terdiri dari 5 municipal cooporations dan 15 municipal
councils yang lebih kecil. Municipal coorporations tersebut diantaranya:
1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
3.
4.

Brihan Mumbai (Mumbai)


Thane sebelah barat daya Mumbai
Kalyan Dombivali
Navi Mumbai
Ulhasnagar
Kawasan metropolitan ini juga mencakup empat distrik dari Maharashtra
State:
Kota Mumbai (seluruhnya)
Mumbai sub-urban district (seluruhnya)
Thane district (sebagian)
Raigad (sebagian)
Mumbai mengalami perubahan ranking dan masuk sebagai 10 besar

megapolis di dunia dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Yunus (2010) dalam
bukunya Megapolitanisasi Konsep Problematika, dan Prospek menjabarkan
bahwa pada tahun 1980, megapolis terbesar adalah Tokyo dengan jumlah
penduduk mencapai 16,9 juta sedangkan posisi 10 besar ditempati oleh Rio de
Janeiro dengan jumlah penduduk 8,8 juta. Pada tahun tersebut, Mumbai belum
masuk dalam 10 besar megapolis didunia. Kemudian pada tahun 1990, rangking
1 megapolis dunia yaitu Mexico City dengan jumlah penduduk mencapai 20,2
juta sedangkan Mumbai telah mencapai ranking 8 dengan jumlah penduduk
mencapai 11,2 juta. Angka tersebut meningkat dengan sangat signifikan dalam
kurun waktu 10 tahun. Selanjutnya, pada tahun 2000 peringkat 1 diperoleh
Mexico City dengan jumlah penduduk mencapai 25,6 juta sedangkan Mumbai
mencapai peringkat 8 megapolis dunia dengan jumlah penduduk 15,4 juta.
Jumlah penduduk Mumbai terus mengalami peningkatan hingga tahun 2015
mencapai 21,9 juta penduduk (rank 2 terbesar setelah Tokyo).

Mumbai : The Biggest Megacity in India

Rima Novira Sasmita


21040112120002

Sumber: UN, 2005

Gambar 2
Population growth of the six most populous mega-cities, 2005 (Mumbai: green
line)

Area kumuh (slum area) di Mumbai mencapai 6,1% dari total luas wilayah
Mumbai. Area tersebut terpusat di Dharavi dan menjadi area kumuh terbesar di
dunia. Penduduk di Mumbai yang bertempat tinggal di area kumuh mencapai
60%. Selain area kumuh, penduduk juga bertempat tinggal di area ilegal di
sekitar pantai. Sebagian besar dari penduduk ini bekerja sebagai pengolah emas
secara tradisioanl menjadi perhiasan dan yang paling banyak adalah berjualan
buku-buku disepanjang lampu merah. India sebagai penghasil emas yang cukup
besar di dunia mencapai 8% melebihi penghasilan Jerman dan Amerika. Namun
bukan berarti penduduk pengolah emas tersebut menjadi makmur, justru
mereka adalah penduduk miskin perkotaan yang sangat rentan dan memiliki
pendapatan yang terbatas.
Tantangan Mumbai sebagai Megacity
Pusat perkotaan di India telah dihadapkan pada masalah lingkungan.
Masalah tersebut juga di hadapi di Mumbai sebagai megacity di India. Berbagai
masalah

seperti

meningkatnya

konsumsi

energi,

polusi

yang

tinggi,

pembangunan di lahan non terbangun, sampah yang tidak terkelola, dan


penggunaan sumber daya yang tidak berkelanjutan seperti penggunaan air dan
energi fosil akibat tekanan dari jumlah penduduk yang terus meningkat

Mumbai : The Biggest Megacity in India

Rima Novira Sasmita


21040112120002
(Mukhopadhyay dan Revi, 2009).

Di bagian

selatan

Mumbai,

penduduk

berbondong-bondong membawa ember untuk menampung air hujan yang turun.


Berdasarkan video yang ditayangkan, diketahui bahwa pasokan air bersih di
Mumbai sangat dibatasi. Air bersih yang bisa didapatkan hanya terdapat di jam
tertentu yaitu pukul 5.30 waktu setempat. Adapun beberapa masyarakat nekat
mengambil air dari dalam saluran pipa yang terbuka dan bercampur dengan
limbah rumah tangga. Akibat masalah kebocoran pipa tersebut, 650 juta liter air
hilang setiap harinya. Hal ini mengindikasikan adanya kesulitan akses terhadap
air

bersih.

Berikut

terdapat

penjabaran

masalah

megapolis

di

Mumbai

berdasarkan 3 aspek diantaranya yaitu:


Tabel 1
Inventarisasi Permasalahan Megapolis Negara Berkembang untuk Tiga
Kebutuhan Pokok
Megapoli
s
Mumbai

Masalah Permukiman
Lebih
dari
3,5
juta
penduduk
bertempat
tinggal
di
permukiman
kumuh dengan kepadatan
penduduk yang sangat
tinggi bahkan di Dharavi
dianggap
merupakan
permukiman
kumuh
terbesar di Asia yang
ditempati hampir setengah
juta jiwa.

Masalah Persediaan Air


dan Sanitasi
Tidak ada informasi

Masalah Kesehatan dan


Pendidikan
Penyakit
yang
umum
dikeluhkan oleh kebanyakan
wanita yang tinggal di
permukiman kumuh adalah
lemah dan anemia (75%),
kekurangan gizi dan vitamin
tercatat 60%. Penyakit yang
banyak diderita penduduk
adalah
kekurangan
gizi,
kebutaan,
kelumpuhan.
Demikian
pula
halnya
dengan
penyakit
yang
disebabkan
karena
hubungan
seksual,
kehamilan dini, penggunaan
obat-obat
terlarang
merupakan persoalan yang
melanda
di
daerah
permukiman
kumuh
tersebut.

Sumber: Mathur (1994) Dalam Yunus, 2010

Selain masalah yang dijabarkan diatas, tantangan Mumbai selanjutnya yaitu


bagaimana pemerintah mampu membuat suatu kebijakan yang dapat memenuhi
kebutuhan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang berada di Mumbai.
Banyaknya masyarakat miskin perkotaan juga sangat dipengaruhi oleh pekerjaan
mereka sehari-hari. Masyarakat masih belum memiliki kemampuan untuk
bertempat

tinggal

di

permukiman

yang

layak

karena

keterbatasan

kemampuannya dalam memenuhi kebutuhannya memiliki rumah. Sebagai


Mumbai : The Biggest Megacity in India

Rima Novira Sasmita


21040112120002
contohnya, berdasarkan video dapat dilihat bahwa pekerja pengolah emas yang
berada di gang Bengali, menempati 1 kamar ukuran 4x4 meter yang dihuni oleh
15-20 orang. Mereka pada umumnya migran yang berasal dari Argra dan
mencoba mencari pekerjaan di Mumbai sebagai pengolah emas tradisional.
Selain itu, masalah sanitasi juga sangat buruk dimana 1 toilet digunakan oleh
400 warga penduduk di kawasan kumuh. Sehingga, sanitasi langsung ke sungai
erap kali ditemukan. Limbah sanitasi tersebut mencemari sungai dan laut di
sekitar Mumbai karena menghasilkan gas nitrogen yang sangat besar.
Perbandingan Terhadap Permasalahan Urbanisasi di Indonesia: Jakarta
as a Megacity
Persoalan-persoalan megapolitan yang tejadi di Mumbai pada umumnya
juga terjadi di beberapa kota metropolitan di Indonesia. Jakarta sebagai ibukota
Indonesia, mengalami peningkatan jumlah penduduk pada tahun 2000 mencapai
13,7 juta dan masuk dalam rangking ke 10 megapolis di dunia (UN dalam Yunus,
2010). Adanya pertambahan penduduk yang cepat, bahkan pada tahun 2025
diperkirakan bahwa 80 persen dari total penduduk di Pulau Jawa akan tinggal
pada kawasan perkotaan. Pertanyaannya adalah apakah kota-kota akan mampu
memberikan pelayanan yang layak bagi penduduknya? Urbanisasi tidak selalu
berarti negatif (Talen 2005) karena jika dilihat dari sisi ekonomi, kota-kota selalu
memberikan kontribusi yang besar pada pertumbuhan ekonomi negara. Akan
tetapi, kenyataan dalam penyediaan pelayanan yang memadai bagi penduduk
perkotaan yang besar adalah persoalan yang berat, walaupun secara statistik
tetap terlihat bahwa proporsi penduduk kota mendapatkan pelayanan lebih
besar

daripada

penduduk

perdesaan.

Persoalan

sektoral

lainnya

seperti

kemacetan lalu lintas dan kurangnya fasilitas angkutan publik merupakan


keadaan yang sering dihadapi oleh kota-kota besar (Wicaksono, 2014).
Di Indonesia, kawasan kumuh juga menjadi salah satu dampak urbanisasi.
Kawasan kumuh ini juga menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu, yang
paling mencolok adalah perubahan kawasan kumuh ini jika dilihat dari
kepemilikan tanahnya yang tidak jelas. Sementara itu di kota-kota besar tersebut
juga terjadi kesenjangan yang besar antara yang kaya dan miskin yang juga
tergambarkan dalam segregasi ruang perumahannya. Terdapat pengelompokan
dalam enclave-enclave perumahan bagi masyarakat kaya di samping slum yang
dihuni oleh kaum miskin perkotaan. Keadaan tersebut menurut beberapa
pendapat menjadi salah satu penyebab konflik di perkotaan (Winarso, 2005).
Mumbai : The Biggest Megacity in India

Rima Novira Sasmita


21040112120002
Infrastruktur dasar seperti air bersih, sistem sanitasi dan telekomunikasi
menjadi persoalan sektoral lain yang dihadapi oleh kota-kota di Indonesia.
Pertambahan penduduk yang besar tanpa pertambahan dana investasi pada
infrastruktur bagaikan pasak lebih besar dari tiang yang berarti dalam
beberapa tahun kedepan, jika tidak ada perbaikan investasi, yang terjadi adalah
kekacauan. Dalam hal investasi ini, Indonesia termasuk negara yang tertinggal.
Indonesia hanya memberikan investasi sebesar 4% dari PDB untuk infrastruktur
yang sangat tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain. Persoalan yang
sama dihadapi perkotaan di Indonesia dalam sektor perumahan, transportasi,
penyediaan ruang terbuka hijau (RTH), dan persampahan. RTH di sebagian besar
kota-kota di Indonesia, sangat tidak memadai baik kuantitas (besarannya)
maupun kualitas dalam arti fungsi RTH sebagai pembentuk iklim mikro perkotaan
tidak tercapai. Persampahan dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi
permasalahan besar bagi beberapa kota di Indonesia. Jakarta mengalami
masalah dengan pembuangan sampah di Bantar Gebang begitupun halnya
dengan Bandung.
Namun demikian, di tingkat global peran Jakarta masih sangat terbatas
sebagai megacity. Di Asia Tenggara, Jakarta dapat dikatakan masih kalah saing
dengan Singapura dan Bangkok sebagai pusat aktivitas internasional baik
ekonomi-finansial

maupun

politik-kelembagaan,

budaya,

pendidikan,

serta

hubungan lalu lintas laut dan darat. Apalagi bila dibandingkan dengan tingkat
Asia yang didalamnya meliputi Mumbai. Peran kota metropolitan lainnya di
Indonesia juga masih sangat lebih kecil daripada Jakarta (Wicaksono, 2014).
Sehingga,

Mumbai

masih

lebih

terdepan

di

skala

internasional

dalam

perkembangan megapolisnya dibandingkan dengan Jakarta.


Kesimpulan
Urbanisasi yang terjadi di dunia saat ini meningkat dengan sangat cepat.
Tahap selanjutnya adalah terbentuknya megapolitanisasi dimana hal ini sudah
terjadi di salah satu kota di India yaitu Mumbai. Mumbai merupakan megapolis
terbesar di dunia peringkat ke-2 setelah Tokyo. Mumbai diprediksi akan memiliki
jumlah penduduk yang terus meningkat hingga tahun 2015 ini sudah mencapai
21,9 juta penduduk. Berbagai permasalahan dan tantangan harus dihadapi
Mumbai terkait dengan peningkatan jumlah penduduknya ini dimana terjadi
migran yang sangat besar. Penyediaan lapangan pekerjaan, pemenuhan
kebutuhan rumah, sarana dan prasarana menjadi hal yang harus dikritisi dan
Mumbai : The Biggest Megacity in India

Rima Novira Sasmita


21040112120002
dipikirkan oleh pemerintah Mumbai dalam mengambil kebijakan. Sehingga
diharapkan kedepannya Mumbai menjadi negara yang besar dan mampu
menjaga keseimbangan dalam pertumbuhan yang berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Yunus, Sabari Hadi. 2010. Megapolitan Konsep, Problematika, dan Prospek.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Patankar,

et

al.

2010.

Mumbai

City

http://startcc.iwlearn.org/doc/Doc_eng_16.pdf.

Report.
Diakses

Available
pada

Jumat,

at:
30

Oktober 2015.
UNESCAP. 2005. World Urbanization Prospects: The 2005 Revision - Megacities.
Paper

No.

ESA/P/WP/200.

Available

at:

http://www.un.org/esa/population/publications/WUP2005/2005WUP_FS7.pdf.
Diakses pada Jumat, 30 Oktober 2015.
Video streaming online: https://www.youtube.com/watch?v=YH-STykTgC4
Video

streaming

online:

https://www.youtube.com/watch?v=p-

SBUxuQ0eo&feature=youtu.be
Wicaksono

et

al.

2014.

Megapolitan

di

Indonesia.

Available

at:

http://www.penataanruang.net/taru/upload/nspk/buku/bk_metro.pdf. Diakses
pada Jumat, 30 Oktober 2015.
Morris,

Chris.

Urbanisasi

Ancam

Kota.

Available

http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/08/090826_india.shtml.
Diakses pada Jumat, 30 Oktober 2015.

Mumbai : The Biggest Megacity in India

at

Anda mungkin juga menyukai