Anda di halaman 1dari 10

Nama

: Jordy Aprillianza Budiang

NIM

: D41114308

Mata Kuliah

: Fisika Teknik I

Rangkuman!
Persamaan Gelombang
Dengan menerapkan Hukum Newton terhadap gerak elemen, kita dapat menurunkan suatu
persamaan diferensial umum yang dinamakan persamaan gelombang.
Jika diasumsikan bahwa amplitudo gelombang kecil sehingga elemen dapat dimirngkan
sedikit ke sumbu x ketika gelombang lewat. Gaya
2 pada ujung kanan elemen memiliki besar
yang sama dengan tegangan pada dawai yang condong ke atas. Gaya
1 pada ujung kiri juga
elemen memiliki besar yang sama dengan tegangan pada dawai tetapi arahnya condong ke
bawah. Kedua gaya tersebut menyebabkan elemen memiliki percepatan a. Maka persamaan
Hukum Kedua Newton terhadap komponen y dapat ditulisakn:
2 1 =

(1)

Massa elemen dm ditulis dengan densitas linier dawai dan panjang elemen l sebagai
= , dengan = (kemiringan kecil), sehingga didapatkan pendekatan:
=

(2)

Percepatan merupakan turunan kedua dari perpindahan y terhadap waktu:


=

2
2

(3)

Gaya 2 merupakan tangen dawai pada ujung kanan dawai, sehingga kita dapat
menghubungkan komponen-komponen gaya terhadap kemiringan dawai 2 pada ujung kanan
sebagai:
2
= 2
2

(3)

Kita juga dapat menghubungkan komponen-komponen tersebut pada besar 2 (= )


dengan:
2
2
2 = 2
+ 2

2
2
= 2
+ 2

(4)

Tetapi karena diasumsikan bahwa elemen hanya dimiringkan sedikit, 2 2 , sehingga


persamaan di atas dapat ditulis ulang menjadi
= 2

(5)

Substitusi persamaan di atas dengan persamaan (3) untuk pemecahan 2


2 = 2

(6)

Analisis yang sama pada ujung kiri dawai memberikan


1 = 1

(7)

Sekarang kita dapat mensubstitusikan persamaan (2), (3), (6), dan (7) ke persamaan
(1) unutk menuliskan
2
2 1 = ( ) 2

atau
2 1 2
=

(8)

Karena elemen dawai pendek, kemiringan 2 dan 1 berbeda hanya sebesar


diferensial dS, di mana S adalah kemiringan di sembarang titik:
=

(9)

Partama ganti 2 1 pada persamaan (8) dengan dS dan kemudian gunakan


persamaan di atas untuk menggantikan untuk S :

2
=
2
() 2
=

2
2 2
=
2 2

(10)

Terakhir, kita menukarkan ke notasi turunan parsial, karena pada ujung kiri kita
hanya menurunkan terhadap x dan pada ujung kanan kita hanya menurunkan terhadap t.
Sehingga persamaan = menjadi
2
1 2
=
2 2 2

(11)

Persamaan di atas merupakan persamaan diferensial umum yang mengatur


perambatan semua jenis gelombang.

Prinsip Superposisi Gelombang


Andaikan terdapat dua buah gelombang yang
merambat bersamaan pada sebuah dawai teregang
yang sama, dengan 1 (, ) dan 2 (, ) menjadi
perpindahan

yang

dialami

dawai

jika

kedua

gelombang merambat sendiri-sendiri. Perpindahan


dawai ketika kedua gelombang bertemu dapat
dituliskan:
(, ) = 1 (, ) + 2 (, )

secara

Gelombang yang bertemu dapat dijumlahkan


aljabar

untuk

mendapatkan

reultan

gelombang (atau gelombang net)

Gelombang yang bertemu dengan cara

apapun tidak dapat mengubah perambatan satu sama


lain.

Interferensi Gelombang
Jika gelombang-gelombang tepat sefase (sehingga puncak dan lembah gelombang yang satu
tepat berimpit dengan puncak dan lembah gelombang yang lain) maka mereka akan bergabung
untuk menggandaka perpindahan mereka.
Jika gelombang-gelombang tidak tepat sefase, (sehingga puncak gelombang yang satu
tepat berimpit dengan lembah gelombang yang lain), mereka akan bergabung untuk saling
menghilangkan sehingga dawai tetap membentuk garis lurus. Peristiwa penggabungan
gelombang-gelombang ini disebut interferensi, dan gelombang-gelombang dikatak saling
berinterferensi. (Kondisi-kondisi tersebut hanya mengacu pada perpindahan gelombang;
perambatan gelombang tidak dipengaruhi).
Misalkan persamaan suatu gelombang yang menjalar pada sebuah dawai diberikan
1 (, ) = sin( )

(12)

dan gelombang yang lain digeser dari gelombang pertama dengan


2 (, ) = sin( + )

(13)

Dengan menggunakan prinsip superposisi, maka resultan dua gelombang yang


berinterferensi memiliki perpindahan
(, ) = 1 (, ) + 2 (, )
(, ) = sin( ) + sin( + )

(14)

Dengan menggunakan rumus penjumlahan sinus dua sudut dan


1
1
sin + sin = 2 sin ( + ) cos ( )
2
2

(15)

Sehingga didapatkan persamaan


1
1
(, ) = [2 cos ] sin( + )
2
2

(16)

Jika dua gelombang sinusoidal dengan amplitudo dan panjang gelombang yang sama
merambat dalam arah yang sama sepanjang dawai, kedua gelombang tersebut akan
berinterferensi menghasilkan resultan gelombang sinusoidal yang merambat pada
arah tersebut.

Gelombang resultan berbeda dengan gelombang-gelombang yang berinterfernsi dalam dua


1

hal: (1) fase konstannya adalah 2 dan amplitudonya

= [2 cos ]
2

(17)

Jika = 0 (atau 0), maka kedua gelombang yang berinterferensi tepat sefasa sehingga
1
(, ) = 2 sin( + )
2

( = 0)

(18)

Interferensi yang menghasilkan amplitudo terbesar disebut interferensi konstruktif penuh.


Jika = (atau 18 0 ), gelombang-gelombang yang berinterferensi tepat di luar fase.
1

Kemudian cos 2 menjadi cos 2 = 0 dan amplitudo resultan gelombang adalah 0.


(, ) = 0

( = )

Jenis interferensi ini disebut interferensi destruktif penuh.

(19)

Dua gelombang dengan panjang gelombang sama dikatakan sefase jika beda fasenya adalah
nol.

Fasor
Fasor adalah suatu vektor yang memiliki besar sebanding dengan amplitudo gelombang dan
berotasi di sekitar suatu titik asal; kecepatan sudut suatu fasor sebanding dengan frekuensi
sudut gelombang. Sebagai contoh, gelombang
1 (, ) = 1 sin( )

(20)

Ditampilkan kembali sebagai sebuah fasor. Magnitudo fasor adalah amplitudo 1 .


Lalu, fasor-fasor yang menampilkan gelombang pada persamaan (20) dan suatu gelombang
kedua yang diberikan dengan
2 (, ) = 2 sin( + )

(21)

Gelombang kedua ini merupakan pergeseran fase dari gelombang pertama dengan konstanta
fase .
Karena gelombang 1 dan 2 memiliki bilangan gelombang k dan frekuensi sudut yang
sama, maka reslutan keduanya adalah

(, ) =
+sin( + )

(22)


di mana
adalah amplitudo gelombang resultan dan adalah konstanta fasenya.

Kita dapat menggunakan fasor-fasor untuk menggabungkan gelombang-gelombang


bahkan jika amplitudonya berbeda.

Gelombang Berdiri
Jika dua gelombang sinusoidal dengan amplitudo dan panjang gelombang yang sama
merambat dalam arah yang berlawanan sepanjang sebuah dawai, maka interferensi kedua
gelombang tersebut akan menghasilkan sebuah gelombang berdiri.

Untuk menganalisis suatu gelombang berdiri, kita menggunakan kembali dua gelombang
dengan persamaan
1 (, ) = sin( )

(23)

2 (, ) = sin( + )

(24)

Dengan prinsip superposisi, gabungan kedua gelombang menjadi


(, ) = 1 (, ) + 2 (, ) = sin( ) + sin( + )

(25)

Sehingga
(, ) = [2 sin ] cos

(26)

Dalam suatu perambatan gelombang sinusoidal, amplitudo dari gelombang sama untuk semua
elemen dawai. Tetapi, itu tidak berlaku untuk gelombang berdiri, di mana amplitudo berubah

terhadap posisi. Pada gelombang berdiri pada persamaan di atas, sebagai contoh, amplitude
bernilai no untuk kx yang memberikan sin kx=0. Nilai-nilai tersebut adalah
=

= 0, 1, 2, .

(27)

Masukkan = 2 pada persamaan di atas, maka


=

= 0, 1, 2, . ( ),

(28)

Sebagai posisi dari amlplitdo nol simpul-simpul untuk gelombang berdiri.


Amplitudo gelombang pada persamaan (26) memiliki nili maksimum 2y untuk nilai kx yang
memberikan |sin kx|=1. Nilai-nilai tersebut adalah
1 3 5
1
= , , , . = ( + )
2 2 2
2

= 0, 1, 2, .

(29)

Masukkan = 2 pada persamaan di atas, maka


1
= ( + )
2 2

= 0, 1, 2,

( )

(30)

Sebagai posisi amplitude maksimum dari gelombang berdiri.


Refleksi (Pantulan) pada Suatu Batas
Kita dapat membuat sebuah gelombang berdiri
pada suatu dawai dengan membiarkan suatu
gelombang menjalar dipantulkan dari ujung
dawai sehingga gelombang merambat kembali
melewati dirinya sendiri. Gelombang asal dan
gelombang pantul , secara berurutan dapat
bergabung membentuk sebuah model gelombang
berdiri.

Gelombang Berdiri dan Resonansi


Untuk frekuensi tertentu, interferensi menghasilkan sebuah pola gelombang berdiri (mode
getar) dengan simpul dan anti simpul besar seperti pada gambar. Gelombang berdiri seperti
itu dikatakan dihasilkan ketika resonansi, dan dawai dikatakan beresonansi pada frekuensi
tertentu dinamakan frekuensi resonan. Jika dawai berosilasi pada suatu frekuensi berbeda
dengan frekuensi resonan, gelombang berdiri tidak akan terbentuk. Kemudian interferensi dari
gelombang menjalar ke kanan dan ke kiri dan hanya menghasilkan osilasi kecil dari dawai.

Sebuah gelombang berdiri pada suatu dawai dapat


terbentuk dengan panjang L oleh sebuah gelombangdengan
panjang gelombang sebanding dengan
=

= 1, 2, 3, .

(31)

Frekuensi resonan yang berkaitan dengan panjang


gelombang tersebut mengikuti

= =
= 1, 2, 3, ..

(32)

Mode osilasi dengan frekuensi terendah dinamakan mode


dasar atau harmoni pertama. Harmoni kedua adalah mode
getar dengan n=2, harmoni ketiga adalah dengan n=3, dan
seterusnya. Frekuensi-frekuensi yang terosilasi dengan
mode-mode ini disebut 1 , 2 , 3 , dan seterusnya. Frekuensifrekuensi tersebut dinamakan deret harmoni, dan n
dinamakan bilangan harmoni dari harmoni ke-n.

Anda mungkin juga menyukai