BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ISPA
1. Definisi
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernafasan atas.
Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan
Akut. ISPA meliputi saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan
bawah.
Istilah ISPA diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute
Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni
infeksi, saluran pernafasan, dan akut, dengan pengertian sebagai berikut:
a. Infeksi adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil
menyerang tubuh manusia, kemudian berkembang baik dalam tubuh
dan menyebabkan penyakit. (Depkes RI, 1985)
b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah
dan pleura. ISPA secara anatomis mencangkup saluran pernafasan
bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringa paruparu) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini,
jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan. (Dinkes, 2002)
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
penyebab
ISPA
antara
lain
Streptokokus,
Stapilokokus,
4. Klasifikasi
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) meliputi saluran pernafasan
bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. ISPA terbagi dalam 2
golongan yaitu yang bukan Pnemonia
penjelasannya:
a. Bukan Pnemonia (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)
Saluran
pernafasan
atas
berfungsi
menghangatkan,
10
pada
penebalan
membran-membran
dan
aliran
11
sekret
hidung.
Rhinitis
persisten
(menetap)
12
pita
suara.
Bakteri
penyebabnya
adalah
13
bacterial,
organisme
gram-positif
yang
menyebar
melalui
penghirupan
udara
yang
14
15
16
17
C. Masker
1. Definisi
Menurut kamus bahasa Indonesia (2005) masker adalah alat penutup
muka.
2. Manfaat
Untuk menghindari pengaruh langsung dari udara yang tidak bersahabat
(Polusi). (Sugiarto, 2004)
D. Pencemaran Udara
1. Definisi
Menurut Kumar (1987), pencemaran udara adalah adanya bahan
polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu
keseimbangan dinamik di atmosfer dan mempunyai efek pada manusia
dan lingkungannya.
2. Klasifikasi Polusi Udara
Bahan pencemaran udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua
bagian:
a. Polutan Primer
Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber
tertentu, dan dapat berupa:
1) Polutan Gas terdiri dari:
a) Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi,
dan karbon oksida (CO atau CO2).
18
19
20
biaya
perawatan/pengobatan
penyakit
yang
21
e. Efek Estetik
Efek estetik yang diakibatkan adanya bahan pencemaran udara antara
lain timbulnya bau dan adanya lapisan debu pada bahan yang
mengakibatkan perubahan warna permukaaan bahan dan mudahnya
terjadi kerusakan bahan tersebut.
f. Efek terhadap Kesehatan Manusia pada Umumnya
Baik gas maupun partikel yang berada di atmosfer dapat menyebabkan
kelainan pada tubuh manusia.
Secara umum efek pencemaran udara terhadap individu atau
masyarakat dapat berupa:
1) Sakit, baik yang akut maupun yang kronis
2) Penyakit yang tersembunyi, yang dapat memperpendek umur,
menghambat pertumbuhan, dan perkembangan
3) Mengganggu fungsi fisiologis dari:
a) Paru
b) Saraf
c) Transpor oksigen oleh hemoglobin
d) Kemampuan sensorik
4) Kemunduran penampilan, misal pada:
a) Aktifitas atlet
b) Aktifitas motorik
c) Aktifitas belajar
22
5) Iritasi sensorik
6) Penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh
7) Rasa tidak nyaman (bau)
g. Efek terhadap Saluran Pernafasan
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan
dapat menyebabkan terjadinya:
1) Iritasi pada saluran pernafasan yang
dapat menyebabkan
lendir
dapat
menyebabkan
penyempitan
saluran
pernafasan
4) Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan
5) Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan
sel, sehingga saluran pernafasan mnjadi menyempit
6) Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir
7) Akibat dari semua hal tersebut di atas, akan menyebabkan
terjadinya kesulitan bernafas, sehingga benda asing termasuk
bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran
pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran
pernafasan. (Mukono, 2000)
23
E. Kerangka Teori
Gejala ISPA
Batuk
Sakit tenggorokan
(suara serak)
Rhinorrhea
(beringus)
Bersin
Sakit ketika
menelan
Pencemaran udara
Polusi primer
Polusi sekunder
F. Kerangka Konsep
Frekuensi munculnya
gejala ISPA
24
G. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu:
Variabel Bebas atau independen adalah faktor yang diduga sebagai
faktor yang mempengaruhi variabel terikat atau variabel dependen
(srikandi,1997, yang dikutib olek nursalam & pariani, 2003). Variabel bebas
pada penelitian ini adalah penggunaan masker pada pengendara sepeda motor
.
Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas atau varibel independen (Notoatmojo, 2002).
Variabel terikat pada penelitian ini adalah frekuensi munculnya gejala ISPA.
H. Hipotesa
Hipotesa dalam penelitian ini adalah Ada hubungan antara
penggunaan masker pada pengendara sepeda motor dengan frekuensi
munculnya gejala ISPA pada mahasiswa fikkes UNIMUS.