Anda di halaman 1dari 5

A.

ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR ADRENAL


Kelenjar adrenal adalah kelenjar yang penting untuk kelangsungan hidup.(Mary Baradero.2009).
Kelenjar adrenal (kelenjar suprarenalis) terletak di atas masing-masing ginjal yang berbentuk
ceper. Beratnya sekitar 5 9 gram dengan dua buah sesuai dengan jumlah ginjal. Kelenjar
adrenal terbagi atas dua bagian yaitu korteks (bagian luar) dan medulla (bagian dalam). Fisiologi
dari kelenjar adrenal yaitu mensekresi ACTH.

Berikut penjelasan dari kedua bagian kelenjar adrenal.


1. Korteks.
Bagian luar korteks adrenal berwarna kekuning-kuningan dan menghasilkan kortisol.
Korteks berasal dari jaringan mesodemis. Korteks adrenal menghasilkan hormon kortikostoroid
dan hormon kelamin. Korteks adrenal terdiri atas tiga zona jaringan terpisah yaitu zona
glomerulosa, zona fasikulata, dan zona retikularis.
Gangguan korteks adrenal yaitu penyakit addison disebabkan oleh hiposekresi hormonhormon korteks adrenal dan Sindroma Chusing merupakan akibat hipersekresi korteks adrenal,
terutama kortisol.
HORMON
Aldosteron

Kortisol

oleh ginjal ke dalam darah


- Meningkatkan ekskresi ion K+ oleh ginjal di dalam urine
- Meningkatkan penggunaan lemak dan kelebihan asam

Meningkatkan

FUNGSI
reabsorpsi

ion

Na+

amino
- Menurunkan penggunaan glukosa untuk energi
- Meningkatkan pengubahan glukosa menjadi glikogen di
hati
Efek antiinflamatorik : menstabilkan lisosom dan
menghambat efek histamin
2. Medulla
Medulla berbentuk lonjong, tersusun dalam kelompok korda pendek dan saling
beranastomis dan memiliki inti besar.medulla berasal dari jaringan saraf primitif. Sel ini
mensekresi norepinefrin dan epinefrin yang mengandung sel-sel ganglion simpatis dan kelenjar
medulla adrenal. Hormon ini sekresinya dirangsang oleh impuls simpatis dari hipotalamus.

Epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin) keduanya disekresi pada keadaan


stress dan membantu mempersiapkan tubuh.
HORMON
Norepinefrin
Epinefrin

FUNGSI
Menyebabkan vasokontriksi kulit, visera, dan otot skelet
Meningkatkan frekuensi jantung
Mendilatasi bronkiolus
Menurunkan peristaltik
Meningkatkan pengubahan glikogen menjadi glukosa di

hati
Menyebabkan vasodilatasi otot skelet
Menyebabkan vasokontriksi kulit dan visera
Meningkatkan pemakaian lemak untuk energi
Meningkatkan laju respirasi sel

Tanpa adanya hormon kortisol dan aldosteron yang dihasilkan korteks adrenal, proses
metabolik tubuh tidak bisa memberi respons yang adekuat terhadap stressor fisik. Stressor yang
lebih berat bisa mengakibatkan syok dan kematian, misalnya infeksi berat, pembedahan dan
kecemasan berat.
B. PENGERTIAN
Insufisiensi Adrenal atau Penyakit addison adalah hipofungsi korteks adrenal primer akibat
dari kerusakan pada korteks adrenal. (Cermin dunia Kedokteran No.39).
Penyakit addison adalah penyakit endokrin yang langka dimana kelenjar adrenalin
memproduksi hormon steroid yang tidak cukup.(Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedi
Bebas).
C. INSIDEN
Insidensi penyakit addison jarang dijumpai, di Amerika Serikat tercatat 04 per 100.000
populasi. Sedangkan di Rumah Sakit tercatat 1 dari 6.000 penderita yang dirawat. Dari data yang
ditemui , frekuensi pada laki-laki dan wanita yang terseran penyakit tersebut hampir sama.
Menurut Thom, laki-laki 56 % dan wanita 44 %. Penyakit ini dapat dijumpai pada semua umur,
tetapi lebih banyak terdapat pada umur 30 50 tahun.
D. ETIOLOGI
Hipofungsi Korteks adrenal disebabkan oleh beberapa penyebab , yaitu :
1. Proses autoimun. karena proses autoimun didapatkan pada 75 % dari penderita. Secara
histtologik tidak ditemukan 3 lapisan korteks adrenal.

2.

Tuberkulosis. Kerusakan kelenjar adrenal akibat tuberkulosis ditemukan pada 21 % dari


panderita. Ini terjadi karena tampak daerah neksrosis yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan

serbukan limfosit yang kadang-kadang dijumpai tuberkel.


3. Infeksi lain. Penyebab kerusakan kelenjar adrenal karena infeksi oleh kuman stapilococcus yang
sering menyebabkan pendaharan dan nekrosis.
4. Bahan-bahan kimia. Obat-obatan dapat menyebabkan hipofungsi kelenjar adrenal karena
mampu membloking enzim.
5. Iskemia. Embolisasi dan trombosis dapat menyebabkan iskemia korteks adrenal, walaupun hal
ini jarang terjadi.
6. Infiltrasi. Hipofungsi korteks adrenal akibat infiltrasi misalnya metastasis tumor.
7. Perdarahan. Perdarahan korteks adrenal dapat terjadi pada penderita yang mendapat
8.

pengobatan antikoagulan, pasca operasi tumor adrenal.


Sekresi ACTH. Sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar hipofisis akan menimbulkan
insufisiensi adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal.

E. PATOFISIOLOGI
Penyakit Addison atau hipofungsi adrenal terjadi akibat kurangnya kortisol, aldosteron, dan
androgen.
Kekurangan kortisol menyebabkan berkurangnya glukogenesis, penurunan glikogen di hati,
dan peningkatan jaringan perifer terhadap insulin. Kombinasi dari berbagai perubahan dalam
metabolisme karbohidrat yang menyebabkan tubuh tidak mampu mempertahankan kadar glukosa
darah yang normal sehingga terjadi hipoglikemia pada saat puasa. Karena rendahnya kandungan
glikogen di hati, maka penderita hipofungsi adrenal tidak tahan dengan kekurangan makan dalam
waktu yang lama. Konsekuensi lain dari defesiensi kortisol adalah peningkatan umpan balik
negatif dalam sekresi peptida yang berasal dari proopimelanokortin (POMC), termasuk ACTH
dan MSH. Hal tersebutlah yang menyebabkan hiperpigmentasi pada kulit. Dan kortisol dapat
memberikan respons normal terhadap stress, sehingga penderita penyakit ini tidak dapat
menahan stress.
Kekurangan aldosteron akan meningkatkan pengeluaran natrium dan reabsorpsi kalium di
ginjal. Deplesi garam menyebabkan berkurangnya air dan volume plasma. Menurunnya volume
plasma menimbulkan hipotensi postural.
F. TANDA/GEJALA
Penyakit Addison ditandai oleh beberapa gejala klinik , yaitu :
1. Hiperpigmentasi.

Pigmentasi pada penyakit Addison disebabkan karena timbunan melanin pada kulit dan
mukosa. Pigmentasi dapat juga terjadi pada penderita yang menggunakan kortikosteroid jangka
panjang, karena timbul insufisiensi adrenal dengan akibat meningkatnya ACTH. Pigmentasi ini
terutama pada kulit yang mendapatkan tekanan dan pigmentasi pada mukosasering tampak pada
mukosa mulut.
2. Hipotensi.
Ini merupakan gejala dini dari penyakit addison, di mana tekanan darah sistolik biasanya
antara 80 100 mmHg, sedangkan tekanan diastoliknya berkisar antara 50 60 mmHg.
Mekanisme penyebab terjadinya hipotensi ini diduga karena menurunnya hormon yang
mempunyai efek langsung pada tonus arteriol serta akibat gangguan elektrolit. Reaksi yang
terjadi yaitu perubahan sikap yang abnormal, pada perubahan posisi dari berbaring menjadi
posisi tegak maka tekanan darah akan menurun yang menimbulkan keluhan pusing, lemah,
penglihatan kabur, berdebar-debar.
3. Kelemahan badan.
Kelemahan badan ini disebabkan karena gangguan keseimbangan air dan elektrolit serta
gangguan metabolisme karbohidrat dan protein sehingga didapat kelemahan sampai paralisis otot
bergaris. Dan akibat metabolisme protein menyebabkan otot bergaris atropi dan bicara menjadi
lemah. Gejala kelemahan otot ini berkurang setelah pemberian cairan, garam serta kortikosteroid.
4. Penurunan berat badan.
Penurunan berat badan ini karena adanya anoreksia, gangguan gastrointestinal lain,
dehidrasi serta katabolisme protein yang meningkat pada jaringan ekstrahepatik, terutama
jaringan otot. Dengan pengobatan yang adekuat akan didapatkan kenaikan berat badan.
5. Anoreksia
Anoreksia merupakan gejala yang mula-mula tampak disertai perasaan mual dan muntah,
nyeri epigastrium, disfagia, konstipasi, kadang-kadang dapat terjadi diare.
Pada kasus yang berat, gangguan metabolisme natrium dan kalium dapat ditandai oleh
pengurangan natrium dan air serta dehidrasi berat.
G. TES DIAGNOSTIK DAN PENATALAKSANAAN
Diagnosis penyakit addison dipastikan oleh hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Berikut
-

hasil pemeriksaan laboratorium :


Kortisol plasma : Menurun dengan tanpa respons pada pemberian ACTH secara IM atau IV.
ACTH : meningkat secara mencolok (pada primer) dan menurun (pada sekunder)
ADH : meningkat
Aldosteron : menurun

Elektrolit : kadar dalam serum mungkin normal atau natrium sedikit menurun sedangkan kalium

sedikit meningkat.
Kreatinin : mungkin meningkat (karena terjadi perfungsi ginjal)
Eritrosit : anemia normokromik ( mungkin tidak nyata/terselubung dengan penurunan volume
cairan) dan hematokrit (Ht) meningkat (karena hemokonsentrasi). Jumlah limsofit mungkin
rendah, eosinofil meningkat.
Ada beberapa pengobatan yang harus dilakukan pada penyakit addison, yaitu :

a. Terapi sulih dengan kortisol, biasanya 20 30 mg/hari dalam dosis terbagi.


b. Hidrokortison disuntikkan secara intravena yang kemudian diikuti dengan pemberian infus
c.

dekstrosa 5%.
Asupan peroral diberikan secara bertahap

Anda mungkin juga menyukai