Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
Sigit Cahyo A
Lina Isnawati
Bella Puspita
Siti Lutfiah A
(131710101021)
(131710101033)
(131710101057)
(131710101072)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengidentifikasi dan menganalisa bahaya dalam produk susu bubuk
yang diproduksi oleh PT Nisle, sebagai salah satu langkah penerapan HACCP dalam
industri.
ISO 22000 adalah standar internasional yang dikeluarkan oleh komite teknis
organisasi standar international (ISO). Standar ini merupakan standar penunjuk yang
menggambarkan persyaratan sebuah sistem manajemen keamanan pangan. Standar ini
bertujuan 1)mengharmoniskan persyaratan sistem manajemen keamanan pangan untuk
usaha yang terkait dalam rantai pangan, 2) memudahkan kerja badan usaha dan badan
sertifikasi karena hanya menggunakan satu standar, serta 3) memastikan standar dapat
diperoleh dengan mudah di seluruh dunia tanpa adanya monopoli oleh satu badan
sertifikasi khusus.
ISO 22000 menetapkan persyaratan-persyaratan dasar untuk sebuah sistem
manajemen keamanan pangan yang mengkombinasikan unsur-unsur kunci untuk
menjamin keamanan pangan sepanjang rantai pangan, hingga konsumen (ISOa).
Unsur-unsur
kunci
tersebut
adalah
komunikasi
interaktif,
sistem
manajemen,
dari
program-program
prayarat
(Prerequisite
programmes).
Manfaat
kedelapan, memiliki dasar yang sah untuk pengambilan keputusan Manfaat kesembilan
pengendalian terfokus kepada apa yang diperlukan sehingga mampu menyimpan
sumberdaya dengan mengurangi biaya lebih dari sistem audit.
Menurut Frgemand dan Jespersen (2004), ISO 22000 akan menyediakan
sistem keamanan pangan yang tepat digunakan dalam organisasi yang bergerak di
bidang rantai pangan apapun. Sistem keamanan pangan yang paling efektif dirancang,
dioperasikan dan diperbarui dalam kerangka kerja sistem manajemen yang terstruktur
ke dalam keseluruhan aktivitas manajemen organisasi. Kondisi ini memaksimalkan
keuntungan untuk organisasi dan pihak yang berkepentingan. ISO 22000:2005 juga
mempertimbangkan persyaratan yang dibutuhkan ISO 9001:2000 untuk meningkatkan
2. Persyaratan : Manajemen
membuat kebijakan
Keamanan Pangan dan harus dikomunikasikan dan diimplementasikan.
Top Management harus terlibat dalam desain dan implementasi FSMS.
Setelah implementasi, manajemen akan melaksanakan tinjauan manajemen
untuk memastikan keefektifan sistem.
organisasi
akan
mengidentifikasikan
menerus.
Tetapkan dan dokumentasikan sistem untuk pengumpulan informasi awal
analisis bahaya
Lakukan analisa bahaya
Tetapkan Rencana HACCP
Laksanakan aktifitas verifikasi
Telusuri produk, material dan distribusi produk
6. Persyaratan : Validasi
Tetapkan
sebelum di implementasikan.
Pastikan semua pengukuran
dan
dokumentasikan
proses
dan
alat
untuk
ukur
validasi
serta
control
metodenya
measure
mampu
diperbaharui.
Implementasikan proses evaluasi serta analisa hasil verifikasi dan tindakan yang
diperlukan.
8. Persyaratan : Perbaikan
9001 dan HACCP (2 kali sertifikasi) Lebih murah karena hanya 1 kali sertifikasi sudah
mencakup sistem ISO 9001 dan HACCP Pemeliharaan Memakan waktu, tenaga dan
biaya lebih besar jika diwajibkan untuk pemisahan sertifikasi antara ISO 9001 dan
HACCP.Catatan :jika terpisah akan ada 2 kali internal audit, 2 kali surveillance audit dan
2 kali Rapat Tinjauan Manajemen Memakan waktu, tenaga dan biaya lebih besar jika
diwajibkan untuk pemisahan sertifikasi antara ISO 9001 dan HACCP.Catatan :jika
terpisah akan ada 2 kali internal audit, 2 kali surveillance audit dan 2 kali Rapat Tinjauan
ManajemenWaktu, tenaga dan biaya lebih murah karena sistem ISO 9001 dan HACCP
sudah terintegrasi
Tiap tim kerja akan mengevaluasi proses yang ada dan persyaratan yang diperlukan.
Proses baru atau yang dimodifikasi akan dibuat, didokumentasikan dan dikirim ke tim
FSMS.
Terapkan
sistem
dalam
kurun
waktu
tertentu
guna
2.4 HACCP
HACCP adalah suatu sistem jaminan mutu yang mendasarkan kepada
kesadaran atau perhatian bahwa hazard (bahaya) akan timbul pada berbagai titik atau
tahap produksi, tetapi pengendaliannya dapat dilakukan untuk mengontrol bahayabahaya tersebut (Fardiaz, 1996).
2.4.1 Prinsip dari HACCP meliputi :
a. Penetapan bahaya dan resiko Penetapan bahaya dan resiko yang berhubungan
dengan bahan pangan sejak pemeliharaan, pemanenan/penangkapan/pemotongan,
penanganan, pemilihan ingredient dan bahan tambahan, penyimpanan bahan,
pengolahan, distribusi, Pemasaran, dan konsumsi. Analisis bahaya adalah evaluasi
spesifik terhadap produk pangan dan bahan mentah, ingredient serta bahan
tambahan untuk menentukan resiko terhadap bahaya biologis, kimia dan fisik. Ada 2
tahap dalam penetapan bahaya resiko yaitu analisis bahaya dan penetapan
kategori resiko bahaya. Sedangkan persiapan yang perlu dilakukan yaitu menurut
daftar bahan mentah dan ingredient yang digunakan dalam proses, mempersiapkan
diagram alir proses yang teliti untuk memproduksi suatu produk., keterangan /
deskripsi produk mengenai kelompok konsumennya, cara mengkonsumsi, cara
penyimpanan, cara pengolahan.
b. Penetapan CCP (Critical Control Points)
Penetapan CCP yang diperlukan untuk mengendalikan bahaya, misalnya CCP-1
menjamin dapat mencegah atau menghilangkan bahaya, CCP-2 mengurangi
bahaya, tetapi tidak menjamin dapat mencegah atau menghilangkan bahaya.
c. Penetapan batas kritis
Penetepan batas kritis yang harus dipenuhi pada setiap CCP yang telah ditetapkan.
Kriteria yang umum digunakan sebagai batas kritis : suhu, waktu, kelembaban, nilai
aw, nilai pH, keasaman (titrasi), bahan pengawet, konsentrasi garam, khlorin bebas,
viskositas.
d. Pemantauan CCP
Penetapan prosedur untuk Memantau CCP dan batas kritis termasuk pengamatan,
pengukuran, dan pencatatan. Kegiatan pemantauan meliputi : memeriksa apakah
prosedur pengolahan dan penanganan pada CCP dapat dikendalikan, pengujian
atau pengamatan jadwal terhadap efektifitas suatu untuk mengendalikan CCP dan
batas kritis, pengamatan atau pengukuran batas kritis untuk menghasilkan data
yang teliti dan ditujukan untuk menjamin bahwa batas kritis yang ditetapkan dapat
menjamin keamanan produk. Cara pemantauan meliputi : pengamatan, pengukuran
terhadap : Proses (waktu, suhu, pH, dan lain-lain), sanitasi, misalnya terhadap
bahan mentah (uji kimia terhadap toksin, bahan tambahan, kontaminan, dan lainlain; mikrobiologi terhadap koliform E. Coli, Salmonela, dan lain-lain)
e. Tindakan koreksi terhadap penyimpangan
Penetepan tindakan koreksi yang harus dilakukan jika terjadi penyimpangan
terhadap CCP dan batas kritis dari hasil pemantauan.
1. Produk beresiko tinggi Produk tidak boleh diproses atau diproduksi semua
penyimpangan dikoreksi atau diperbaiki. Produk ditahan atau tidak
dipasarkan, dan diuji keamanannya. Jika keamanan produk tidak memenuhi
syarat, perlu dilakukan tindakan koreksi yang tepat.
2. Produk beresiko sedang
Produk dapat diproses, tetapi penyimpangan harus dikoreksi dalam waktu
singkat (dalam beberapa hari atau minggu). Pemantauan khusus diperlukan
sampai semua penyimpanan dikoreksi.
3. Produk beresiko rendah
sisa-sisa atau cemaran logam. Kerusakan dapat berupa perkembangan flavor oksidasi
dan tengik, berkurangnya daya larut, dan berkurangnya nilai gizi (Buckle, 2007).
BAB 3. PEMBAHASAN
4.1 Kebijakan Mutu
PT NISLE, menjamin mutu karena hanya memproduksi dan menjual susu
bubuk yang aman bergizi dan halal. Mutu dari produk susu bubuk yang sesuai
dengan yang tercantum di SNI 01-2970-1999.
4.2 Tim HACCP
No.
1.
2.
3.
Nama
Sigit Cahyo
Anggoro
Lina Isnawati
Siti Lutfiah
Jabatan
General
Latar Belakang
Pendidikan
Sarjana
Pelatihan yang
Pernah Diikuti
Pelatihan HACCP,
manager
Teknologi
Pelatihan
Pertanian
Pelatihan sertifikasi
Quality
Sarjana
halal
Pelatihan
assurance
Teknologi
Pelatihan sertifikasi
manager
Deputi
Pertanian
Sarjana
halal
Pelatihan
general
Teknologi
Pelatihan GMP,
manager
Pertanian
GMP,
HACCP,
HACCP,
divisi
4.
Bella Puspita
logistic
Production
Sarjana
Pelatihan
Manager
Teknologi
Pelatihan sertifikasi
Pertanian
halal
SSOP,
Direktur Utama
4.3 Struktur Organisasi
General Manager
tertutup dalam kemasan asli, dan ditempatkan di daerah kering dengan suhu
ruang (27-30C)
8. Netto
: 500 gram
9. Label Kemasan: Dicantumkan nama produk dagang, netto, sertifikat halal,
nomor SNI, komposisi bahan, informasi nilai gizi, cara penyajian, tanggal
kadaluarsa, nama pabrik dan alamat pabrik.
10. Sasaran Konsumen yang Ingin Dicapai : Dapat dikonsumsi untuk anak-anak
mulai umur 7 tahun hingga 15 tahun.
11. Method of Distribution : Dipasarkan ke swalayan dan toko-toko diseluruh
wilayah Indonesia.
Standart / SNI SNI 01-2970-1999
Tabel 1. Persyaratan mutu susu bubuk SNI 01-2970-1999
No
1
Jenis
3
4
Syarat
Normal
Normal
b/b, %
Maks. 4.0
b/b, %
Maks 6.0
Min 26.0
Keadaan
1. Bau
2. Rasa
Satuan
Air
Abu
Lemak
Protein
5
6
Cemaran logam
Min 25.0
Mg/kg
Mg/kg
Maks 20.0
Penerimanaan BB Susu segar
Maks 0.3
Raksa (Hg)
Mg/kg
Maks 40
Arsen
Mg/kg
Penyaringan
Maks 40.0/250.0*
1.
2.
3.
4.
Tembaga (Cu)
Timbal (Pb)
Seng (Zn)
Timah (Sn)
Mg/kg
Cemaran
mikroba
Penerimaan
BB Komponen
bubuk dan lemak Maks 0.03
Angka lempeng
total
Bakteri Coliform
E.Coli
Mg/kg
Koloni/g
Penyimpa
APM
nan
Salmonella
S.Aureus
Koloni/g
Penimbangan
Koloni/100g
Koloni/g
Maks 0.1Pendinginan 4C
Maks 5x105
Pasteurisasi
83C 15 detik
Maks
20
Negatif
Negatif
1x102
Susu
Homogenisasi
Raw material
Penimbangan
Raw material
Pengemasan
Penyimpanan
Pendistribusian
Diagram 3. Skema Pembuatan Susu Bubuk
Diagram Alir
Verifikasi Data
Observasi lapangan
Wawancara
operator
Diagram alir proses dari produk
Susu Bubuk
Nisle yang telah disusun oleh tim
HACCP kemudian dilakukan verifikasi langsung di tempat (on site verification). Cara
verifikasi data ini dengan Pencacatan
cara mengobservasi
secara
praktek produksi susu
hal-hal
yanglangsung
berbeda
bubuk yang ada di lapangan. Kemudian melakukan proses wawancara terhadap
operator-operator yang melakukan proses pembuatan saus cabai tersebut, apakah
Diagram 4. Prosedur Verifikasi
prosesnya telah sesuai dengan diagram alir yang telah disusun. Jika ada hal-hal yang
berbeda dan tidak sesuai dengan hasil "brainstorm" tim HACCP, maka dilakukan
pencatatan. Verifikasi ini dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa diagram yang disusun
benar-benar sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Jika telah sesuai dengan
kondisi di lapangan, maka diagram alir proses produksi susu bubuk tersebut siap
digunakan sebagai bahan acuan penetapan langkah berikutnya yang merupakan
prinsip-prinsip HACCP.
14. Prosedur Recall atau Penarikan Kembali
Diketahui dari produk Susu Bubuk Nisle yang telah diproduksi terdapat
ketidaksesuaian dengan standart yang ada. Ditemukan beberapa produk yang
ditengarai adanya kesalahan label pada kemasannya. Label tersebut tidak dilengkapi
adanya informasi tentang masa expired dari produk dan terdapat kerusakan pada
kemasan. Hal tersebut masuk dalam klasifikasi produk kelas III, yang menyangkut
adanya bahaya terhadap mutu atau terjadi kesalahan terhadap labelnya. Dengan begitu
distributor takut ada hal-hal yang berbahaya yang dapat mengganggu mutu dari produk,
kemudian distributor memberitahukan hal tersebut pada industri Susu Bubuk Nisle.
Lalu industri Susu Bubuk Nisle melakukan tindakan penarikan kembali produknya yang
dinyatakan rusak tersebut.
15. Prosedur Pengaduan/Keluhan Konsumen
Diketahui adanya keluhan dari konsumen, konsumen memberikan komplain
terhadap produk yang diproduksi oleh PT Susu Bubuk Nisle mengenai kerusakan
pada kemasan susu bubuk. Keluhan ini diterima oleh costumer service yang kemudian
ditindaklanjuti oleh manajer pemasaran. Dari hal tersebut, PT Susu Bubuk Nisle
langsung mencari atau menelusuri akar permasalahan yang menyebabkan kerusakan
pada kemasan. Lalu dilakukan pengkajian untuk menjamin penerapan sistem mutu, dan
juga meminimalisir adanya kerusakan lagi pada kemasan. Berikut catatan keluhan dari
konsumen:
Tanggal
26 Oktober
2014
Penerimaan
Penanganan
Keluhan
Keluhan
Awal
Tidak Lanjut
Kerusakan
Menyatakan
Melakukan
Pengkajian
pada
permintaan
penelusuran
pada sistem
kemasan
maaf karena
terhadap akar
mutu dan
produk
adanya
permasalahan
meminimalisir
keluhan
adanya
kerusakan
pada kemasan
Tidak dilakukan adanya revisi pada perencanaan HACCP produksi susu bubuk PT
Susu Bubuk Nisle. Amandemen dokumen kemungkinan dilakukan 6 bulan setelah
masa kadaluwarsa produk.
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini ialah :
1. Bahaya yang dianalisa dalam produksi susu bubuk oleh PT Nisle antara lain
bahaya fisik, kimia dan mikrobiologi
2. Bahaya fisik yang mungkin dideteksi dalam produksi susu bubuk di PT Nisle
antara lain debu, filth, logam. Bahaya kimia yang mungkin terdeteksi antara lain
residu pestisida dan antibiotik. Sedangkan residu mikrobiologi antara lain
Salmonella, E.coli, Campylobacter, Coliform.
4.2 Saran
Penerapan HACCP dalam industri penting dilakukan untuk memperoleh prosuk
dengan kualitas yang baik dan resiko bahay yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Food
Safety
Management
SystemRequirements
for
any
in
the
supply
chain?
[terhubung
berkala].
http://www.iso.org/iso/iso_catalogue/management_standards/iso_9000_iso_
14000/more_resources_9000/9001supchain.htm#how_does_iso_9001:2000
_help_you_in_selecting_a_supplier [8 Agustus 2008].
Buckle. 2007 . Ilmu Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia Press
Frgemand, Jacob dan Dorte Jespersen. 2004. ISO 22000 to ensure integrity of food
supply chain. [terhubung berkala]. http://www.iso.org/iso/tool_5- 04.pdf [19
Oktober 2014].
Fardiaz. 1996. Mikrobiologi Pangan. Jakarta : Gramedia Utama
Winarno. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama