Oleh :
TRI ANNISA
030 09 257
Pembimbing :
Dr. Sukaenah Shehbubakar, Sp.P
BAB I
PENDAHULUAN
Suku kata polisitemia (bahasa Yunani) mengandung arty poly (banyak),
cyt (sel), dan hernia (darah) adalah suatu penyakit kelaianan pada sistem
mieloproliferatif dimana terjadi klon abnormal pada hemopoitik sel induk
(hematopoietic stem cells) dengan peningkatan sensitivitas pada growth factors
yang berbeda untuk terjadinya maturasi yang berakibat terjadinya peningkatan
banyak sel.
Istilah polisitemia memberikan beberapa arti yang berbeda. Secara
langsung, istilah ini harus digunakan dalam bidang terluas yang berarti sel darah
merah yang berlebihan per unit volume darah, tanpa memandang penyebab
dasarnya. Beberapa klinisi telah membatasi istilah polisitemia terhadap kondisi
dimana terlihat peningkatan massa sel darah merah dan menggunakan istilah
polisitemia relative untuk semua gangguan dimana kontraksi volume plasma
merupakan
penyebabnya.
Pada polisitemia, peningkatan volume sel darah merah disebabkan oleh
mieloproliferasi endogen. Sifat sel asal dari cacat dikemukakan pada banyak
pasien oleh overproduksi granulosit dan trombosit seperti sel darah merah.
Permasalahan yang ditimbulkan pada polisitemia berkaitan dengan massa eritrosit,
basofil dan trombosit yang betambah, serta perjalanan alamiyah penyakit menuju
ke arah fibrosis sumsum tulang.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nomer RM
: 98 29 70
Nama
: Ny. M
Umur
: 60 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Gg. Melayu baru I, RT 01/ RW06 no. I Kelurahan Tebet
Jakarta
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Status
: Menikah
Tanggal masuk
: 23 Juni 2015
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Os mengeluh kepala pusing terasa mutar 5 hari sebelum masuk rumah sakit
2. Keluhan Tambahan
- Sesak nafas (+)
- Mual (+) Muntah (+) 8 kali
- Keringet dingin (+)
- Lemas (+)
- Batuk berdahak
- Gatal-gatal seluruh tubuh
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Os merupakan pasien rujukan RS Tebet. Os datang ke RSUD Budhi
Asih dengan keluhan kepala pusing terasa berputar 5 hari sebelum ke RS
Tebet dan dirujuk ke RSUD Budhi Asih. Os juga mengatakan sehabis buka
puasa di hari ke-5 Ny. M hanya meminum air putih dan tiba Os merasa
mual, dan muntah sebanyak 7 kali dalam sejam. Os juga mengatakan sudah
5 hari sebelum masuk rumah sakit bahwa ia merasa keringet dingin, lemes,
batuk berdahak, sesak dan gatal-gatal di tangan dan kaki.
Os menyangkal adanya demam (-), diare (-), perdarah seperti ekimosis
(-), epistaksis (-), nyeri uluh hati (-). Os mengatakan bahwa BAB dan
BAK normal. Os juga mengatakan bahwa ini pertama kalinya ia
merasakan hal seperti ini.
Os juga mengatakan dari RS Tebet ia sudah diberi tindakan seperti
terpasang infus RL, diberikan obat s ISDN 5 mg, dan Ascardia 80 mg.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Os belum pernah merasakan hal serupa sebelumnya. Os mengatakan
ia memiliki riwayat darah tinggi sejak 18 tahun yang lalu dan mengkonsumsi
: 140/90
: 90x/menit
: 20x/menit
: 36,5
c. Status generalis
- Mata
Pupil
Refleks cahaya
Konjungtiva anemis
Sklera ikterik
- Hidung
Septum deviasi
Sekret
Hiperemis
Hipertrofi
- Telinga
Bentuk
MT intake
Nyeri tekan
Mukosa hiperemis
Serumen
Sekret
- Mulut
Mukosa bibir normal
Oral hygen baik
Gigi geligi baik
Tonsil T1-T1 tenang
: Isokhor
: +/+
: -/: -/:: -/: -/: -/: normotia
: +/+
: -/: -/: -/: -/-
-Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Trakea letak ditengah tidak ada deviasi
JVP 5+2
- Thorax
Paru
Inspeksi
: normochest, bentuk dada simetris baik statis dan
dinamis, retraksi dada (-)
Palpasi
: Vocal fremitus simetris, nyeri tekan (-)
Perkusi
: Sonor padakeduang lapang paru
Auskultasi
: Suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/Jantung
Inspeksi
: Ictus cordistidak tampak
Palpasi
: Ictus cordis teraba di linea midclavicularis sin ICS 5
Perkusi
: Batas jantung kanan diantara ICS IIIV Parasternal
kanan
Batas jantung kiri ICS V linea midclavikula kiri
Auskultasi
: Bunyi jantung I & II regular, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
Inspeksi
: Datar, simetris
Palpasi
: Supel (+), hepatomegali (-), splenomegali (-),
nyeri tekan (-)
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: Bising usus 3x/menit
-Ekstremitas
Akral hangat
: +/+
Oedem
: -/ CRT
: <2 detik
bekas garukan (pruritus)
: +/+
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Darah lengkap (CBC)
Jenis pemeriksaan
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematrokit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
Hasil
45.5
7.6
18.8
58
558
77.0
24.9
32.3
19.1
*
*
*
*
*
*
*
Satuan
ribu/L
juta/L
g/dL
%
ribu/L
fL
pg
g/dl
%
Rujukan
3.8 10.6
4.4 5.9
13.2 17.3
40 52
150 440
80 100
26 34
32 36
< 14
LED
Hitung Jenis :
- Basofil
- Eosinofil
- Netrofil Batang
- Netrofil Segmen
- Limfosit
- Monosit
5
3
6
0
73
16
4
*
*
*
*
*
mm/jam
0 - 30
%
%
%
%
%
%
01
24
35
50 70
25 40
28
Satuan
Rujukan
7.35 - 7.45
35 - 45
80 - 100
21 - 28
23 - 27
95 - 100
-2.5 2.5
Kimia Klinik
Analisa Gas Darah
Jenis pemeriksaan
pH
pCO2
PO2
Bikarbonat (HCO3)
Total CO2
Saturasi O2
Kelebihan Besi (BE)
Lemak
Kolesterol Total
Hasil
7.44
31
106
21
22
99
1.03
Trigliserida
HDL direk
LDL direk
100
36
72
mg/dL
mg/dL
mgdL
Ginjal
Ureum
Kreatinin
Asam Urat
39
1.30
9.9
mU/dl
mU/dl
mg/dL
*
*
*
*
128
mmHg
mmHg
mmol/L
mmol/L
%
mEq/L
mg/dL
Elektrolit
Elektrolit Serum
Natrium
Kalium
Clorida
145
4.4
111
Kimia Klinik
Hati
SGOT
SGPT
15
21
Imunoserologi
Autoimmune
CRP Kuantitatif
Procalitonin
5
0.25
2. EKG
: Polisitemia
mmol/L
mmol/L
mmol/L
135 155
3.6 5.5
98 109
mU/dl
mU/dl
< 33
<50
mg/L
ng/mL
<5
> 0.5 - < 2 :
resiko
sedang
sepsis berat
(monitor
6-24
jam kemudian)
>2 - < 10 : resiko
tinggi sepsis berat
(monitor
6-24
jam kemudian)
>10
:
kemungkinan
sepsis berat
- Interpretasi :
Suspected Left Ventricular
Hipertension
E. RINGKASAN
Pasien perempuan berusia 60 tahun pekerjaan ibu rumah tangga, datang ke
IGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan kepala terasa pusing berputar sejak 5 hari
SMRS. Os merupakan pasien rujukan dari RS Tebet.. Os juga mengatakan sehabis
buka puasa di hari ke-5 Ny. M hanya meminum air putih dan tiba Os merasa mual,
dan muntah sebanyak 7 kali dalam sejam. Os juga mengatakan sudah 5 hari
sebelum masuk rumah sakit bahwa ia merasa keringet dingin, lemes, batuk
berdahak, sesak dan gatal-gatal di tangan dan kaki. Os mengatakan bahwa ia
memiliki penyakit jantung yaitu darah tinggi dan pembengkakan jantung dan
mengkonsumsi amlodipin 1 x 10 mg.
Os menyangkal adanya demam (-), diare (-), perdarah seperti ekimosis (-),
epistaksis (-), nyeri uluh hati (-). Os mengatakan bahwa BAB dan BAK normal.
Os juga mengatakan bahwa ini pertama kalinya ia merasakan hal seperti ini.
Os juga mengatakan dari RS Tebet ia sudah diberi tindakan seperti
terpasang infus RL, diberikan obat ISDN 5 mg, dan Ascardia 80 mg.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada ektremitas baik tangan dan kaki
tampak bekas garukan. Pada pemeriksaan penunjang untuk darah lengkap
didapatkan : Leukosit 45.5 ribu/L (meningkat), Eritrosit 7.6 juta/L (meningkat),
Hemoglobin 18.8 g/dL (meningkat), Hematokrit 58% (meningkat), Trombosit 558
ribu/L (meningkat), Basofil 3% (meningkat), Eusinofil 6% (meningkat), Netrofil
Batang 0% (menurun), Netrofil Segmen 73% (meningkat), dan Limfosit 16%
(meningkat). Analisa gas darah didapatkan : pCO2 31mmHg (menurun), dan pO2
106mmHg (meningkat). Pada pemeriksaan ginjal didapatkan : Kreatinin 1.30
mU/dL (meningkat), dan Asam urat 9.9 mg/dL (meningkat). Pada pemeriksaan
gambaran darah tepi didapatkan kesan polisitemia. Hasil pemeriksaan EKG
didapatkan kesan suspected left ventricular hipertrophy.
F. DAFTAR MASALAH
- Pemeriksaan Sitogenik, dapat dijumpai karotip 20q, 13q, 11q, 7q, 6q, 5q,
trisomi 8 dan trisomi 9.
- Pemeriksaan serum eritropoitin
- Pemeriksaan JAK2V617F
- Pemeriksaan sumsum tulang
Diagnosis Banding :
- Polisitemia Sekunder
- LGK atau LMK
Penatalaksanaan
a. Terapi non farmakologis
Tujuannya untuk mencegah penyakit bertambah parah dan meningkatkan kualitas
hidup pasien, seperti :
1. Banyak berolahraga: latihan ringan seperti jalan santai dan jogging dapat
memperlancar aliran darah sehingga dapat mengurangi resiko penggumpalan
darah.selain itu juga dianjurkan untuk peregangan kaki dan lutut.
2. Tidak merokok:merokok dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah
yang akan meningkatkan resiko serangan jantung dan stroken akibat gumpalan
darah.
3. Merawat kulit dengan baik,untuk mencegah rasa gatal,mandi dengan air
dingin dan segera keringkan kulit.hindari mandi menggunakan air panas.jangan
biasakan
menggaruk karena dapat menimbulkan luka dan infeksi.
4. Menghindari temperature yang ekstrim:buruknya aliran darah pada penderita
polisitemi vera menyebabkan tingginya resiko cedera akibat suhu panas dan
dingin.didaerah dingin,gunakan baju hangat dan lindungi terutama bagian
tangan dan kaki,untuk daerah panas lindungi tubuh dari sinar matahari serta
perbanyak
minum air.
5. Waspada terhadap luka: aliran darah yang buruk menyebabkan luka sulit
sembuh
terutama dibagian tangan dan kaki.periksa bagian tersebut secara
berkala dan hubungi dokter apabila menderita luka atau cedera
b. Terapi farmokologis :
- RL /8 jam
- Proton pump inhibitor : pumpitor1x1 (iv)
- Ondancentron 3x8mg (iv)
- Carbapenem : meropenem 3x1gr (iv)
- Trombolitik : Ascardia 1x80mg
- Betahistin 3 x 6mg
- Ulsafrat 4 x Cth1
- Obat batuk mukolitik : ambroxol 3 x C1
- Xanthin oksidase inhibitor : allopurinol 1 x 1
c. Tindakan medis
RL/8 jam
Ascardia 1x80mg
Betahistin 3x6mg
Ulsafat 4xCth1
Pumpitor 1x1 i.v
Ondancentron 3x8mg i.v
Ceftriaxone 2x2gr i.v
Periksa Gambaran Darah tepi
Rontgen thorax
Cek profil lipid dan Asam urat
RL/8 jam
Ascardia 1x80mg
Betahistin 3x6mg
Ulsafat 4xCth1
Ambroxol 3xC1
Pumpitor 1x1 i.v
Ondancentron 3x8mg i.v
Ceftriaxone 2x2gr i.v
Periksa H2TL
Rontgen thorax (-)
CRP kuantitatif
RL/8 jam
Ascardia 1x80mg
Alopurinol 1x1
Betahistin 3x6mg
Ulsafat 4xCth1
Ambroxol 3xC1
Pumpitor 1x1 i.v
Ondancentron 3x8mg i.v
Meropenem 3x1 i.v
Periksa DPL
Periksa Procalcitonin
RL/8 jam
Ascardia 1x80mg
Alopurinol 1x1
Betahistin 3x6mg
Ulsafat 4xCth1
Ambroxol 3xC1
Pumpitor 1x1 i.v
Ondancentron 3x8mg i.v
Meropenem 3x1 i.v
Plebotomi 300 cc
Periksa JAK2 (diluar)
A
P
RL/8 jam
Ascardia 1x80mg
Alopurinol 1x1
Betahistin 3x6mg
Ulsafat 4xCth1
Ambroxol 3xC1
Pumpitor 1x1 i.v
Ondancentron 3x8mg i.v
Meropenem 3x1 i.v
RL/8 jam
Ascardia 1x80mg
Alopurinol 1x1
Betahistin 3x6mg
Ulsafat 4xCth1
Ambroxol 3xC1
RL/8 jam
Ascardia 1x80mg
Alopurinol 1x1
Betahistin 3x6mg
Ulsafat 4xCth1
Ambroxol 3xC1
Pumpitor 1x1 i.v
Ondancentron 3x8mg i.v
Meropenem 3x1 i.v
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. POLISITEMIA VERA
Risk category
Low risk
Intermitten risk
High Factor
Risk Factor
Age younger than 60 years and no
history of thrombocytosis and platelets
count lower than 150.000/mm 3
Age younger than 60 years and no
history of thrombocytosis and either
platelets count higher than 150.000/mm 3
or presence of cardiovaskular risk
factror
Age 60 years or older positive history of
thrombosis
A. Definisi
Polisitemia vera didefinisikan sebagai suatu keganasan derajat
rendah sel-sel hemapoetik dengan karakteristik peningkatan jumlah
eritrosit absolut dan volume darah total, biasanya disertai
leukositosis, trombositosis, dan splenomegali. Polisitemia Vera adalah
kondisi medis yang ditandai dengan produksi berlebihan dari sel darah,
terutama sel darah merah, oleh sumsum tulang akibat mutasi gen JAK2 V617F
yang berperan dalam produksi protein JAK2. 1
B. Faktor resiko 2
C. Manifestasi klinis, Tanda dan Gejala Polisitemia Vera 3
Manifestasi klinis polisitemia vera terjadi karena peningkatan
jumlah total eritosit akan meningkatkan viskositas darah yang kemudian akan
menyebabkan
penurunan kecepatan aliran darah sehingga dapat menyebabkan trombosis dan
penurunan laju transport oksigen. Kedua hal tersebut akan mengakibatkan
terganggunya oksigenasi organ yaitu berupa :
1. Hiperviskositas
Peningkatan jumlah total eritrosit akan meningkatkan viskositas darah yang
kemudian akan menyebabkan :
Penurunan kecepatan aliran darah (shear rate), lebih jauh lagi akan
menimbulkan eritrostasis sebagai akibat penggumpalan eritrosit.
Penurunan laju transpor oksigen. Kedua hal tersebut akan
mengakibatkan
terganggunya oksigenasi jaringan. Berbagaigejala
dapat timbul karena terganggunya oksigenasi organ sasaran (iskemia
atau infark) seperti di otak, mata, telinga, jantung, paru, dan
ekstremitas
Pada Polisitemia vera tanda dan gejala yang predominan terbagi dalam 3 fase
yaitu :
1 . G e j a l a a w a l ( early symptoms)
Gejala awal dari Polisitemia vera sangat minimal dan tidak selalu ada kelainan
walaupun telah diketahui melalui tes laboratorium. Gejala awal yang biasanya
terjadi dapat berupa sakit kepala (48%), telinga berdenging (43%), mudah lelah
(47%),gangguan daya ingat, susah bernafas (26%), darah tinggi (72%), ganguan
penglihatan(31%), rasa panas pada tangan atau kaki (29%), pruritus (43%),
juga terdapat perdarahan dari hidung, lambung (stomach ulcers) (24%) atau sakit
tulang (26%).
2 G e j a l a a k h i r ( later symptoms) dan komplikasi
Sebagai penyakit progresif, pasien dengan Polisitemia vera mengalami
perdarahan
atau
thrombosis.
Thrombosis
merupakan
p e n y e b a b k e m a t i a n t e r b a n y a k d a r i Polisitemia vera. Komplikasi
lain berupa peningkatan asam urat dalam darah sekitar 10% berkembang menjadi
gout dan peningkatan resiko ulkus peptikum (10%).
3. Fase splenomegali (spent phase)
Sekitar 30% gejala akhir berkembang menjadi fase splenomegali. Pada fase ini
terjadi kegagalan sumsum tulang dan pasien menjadi anemia berat, kebutuhan
transfusi meningkat, liver dan limpa membesar.
D. Klasifikasi
Dikenal 2 macam polisitemia berdasarkan penyebab, yaitu:
Polisitemia absolut, yang disebakan oleh kelainan primer atau sekunder
Polisitemia primer dapat disebabkan oleh mutasi reseptor EPO yang dikenal
sebagai familial congenital polycythemia, dan polisitemia vera disebabkan oleh
mutasi JAK2.
Polisitemia sekunder disebabkan oleh hipoksia yang mengakibakan
peningkatan kadar eritropoetin (EPO) dalam sirkulasi darah
Polisitemia relatif
Disebabkan oleh volume plasma yang berkurang seperti didapatkan pada
stress, merokok, dehidrasi, kehilangan plasma pada luka bakar.
E. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya polisitemia vera (PV) disebabkan oleh kelainan
sifat sel tunas (stem cells) pada sumsum tulang. Selain terdapat sel batang normal
pada sumsum tulang terdapat pula sel batang abnormal yang dapat mengganggu
atau menurunkan pertumbuhan dan pematangan sel normal. Bagaimana perubahan
sel tunas normal jadi abnormal masih belum diketahui.
Progenitor sel darah penderita menunjukkan respon yang abnormal
terhadap faktor pertumbuhan. Hasil produksi eritrosit tidak dipengaruhi oleh
jumlah eritropoetin. Kelainan-kelainan tersebut dapat terjadi karena adanya
perubahan DNA yang dikenal dengan mutasi.Mutasi ini terjadi di gen JAK2
(Janus kinase-2) yang memproduksi protein penting yang berperan dalam
produksidarah.
Pada keadaan normal, kelangsungan proses eritropoiesis dimulai dengan
ikatan antara ligan eritropoietin (Epo) dengan reseptornya (Epo-R). Setelah terjadi
ikatan, terjadi fosforilasi pada protein JAK. Protein JAK yang teraktivasi dan
terfosforilasi, kemudian memfosforilasi domain reseptor di sitoplasma. Akibatnya,
terjadi aktivasi signal transducers and activators of transcription (STAT). Molekul
STAT masuk ke inti sel (nucleus), lalu mengikat secara spesifik sekuens regulasi
sehingga terjadi aktivasi atau inhibisi proses trasnkripsi dari hematopoietic growth
factor.Pada penderita PV, terjadi mutasi pada JAK2 yaitu pada posisi 617 dimana
terjadi pergantian valin menjadi fenilalanin (V617F), dikenal dengan nama
JAK2V617F. Hal ini menyebabkan aksi autoinhibitor JH2 tertekan sehingga
proses aktivasi JAK2 berlangsung tak terkontrol. Oleh karena itu, proses
eritropoiesis dapat berlangsung tanpa atau hanya sedikit hematopoetic growth
factor.
Terjadi peningkatan produksi semua macam sel, termasuk sel darah merah,
sel darah putih, dan platelet. Volume dan viskositas darah meningkat. Penderita
cenderung mengalami thrombosis dan pendarahan dan menyebabkan gangguan
mekanisme homeostatis yang disebabkan oleh peningkatan sel darah merah dan
tingginya jumlah platelet.
Thrombosis dapat terjadi di pembuluh darah yang dapat menyebabkan
stroke, pembuluh vena, arteri retinal atau sindrom Budd-Chiari. Fungsi platelet
penderita PV menjadi tidak normal sehingga dapat menyebabkan terjadinya
pendarahan. Peningkatan pergantian sel dapat menyebabkan terbentuknya
hiperurisemia, peningkatan resiko pirai dan batu ginjal.
1.
2.
3.
4.
KRITERIA MINOR
Trombositosis >400.000/mm3
Leukositosis >12.000/mm3
Aktifitas
alkali
fosfatase
leukosit >100 (tanpa adanya
demam/infeksi)
B12 serum >900 pg/ml atau
UBBC
(Unsaturated
B12
Binding
Capasity)
>2200
pg/ml.
Peningkatan volume sel darah merah > 25% diatas normal atau
hematokrit >60% pada laki-laki dan >56% pada wanita
A2
A3
Splenomegali
A4
B1
B2
B3
Splenomegali (radiologi)
B4
G. Pemeriksaan Penunjang6
1. Eritrosit,
Peningkatan >6 juta/mL, dan sediaan apus eritrosit biasanya normokrom,
normositik kecuali jika terdapat transisi ke arah metaplasia mieloid.
2. Granulosit, meningkat pada 2/3 kasus Polisitemia Vera, berkisar antara 1225.000 /mL tetapi dapat sampai 60.000 /mL.
3. Trombosit, berkisar antara 450-800 ribu/mL, bahkan dapat > 1 juta/mL
sering didapatkan dengan morfologi trombosit yang abnormal.
4. B12 serum
B12 serum dapat meningkat pada 35% kasus, tetapi dapat pula menurun,
pada 30% kasus, dan UBBC meningkat pada > 75% kasus Polisitemia
Vera.
5. Pemeriksaan Sumsum Tulang (SST)
Pemeriksaan ini tidak diperlukan untuk diagnostik, kecuali bila ada
kecurigaan penyakit mieloproliferatif. Sitologi SST menunjukkan
peningkatan selularitas seri eritrosit, megakariosit dan mielosit.
6. Peningkatan Hemoglobin berkisar 18-24 gr/ dl
7. Peningkatan Hematokrit dapat mencapai > 60 %
8. Viskositas darah meningkat 5-8 kali normal
9. UBBC (Unsaturated B12 Binding Capasity ) meningkat 75 % penderita.
10. Pemeriksaan Sitogenetik, dapat dijumpai kariotip 20q,13q, 11q, 7q, 6q, 5q,
trisomi 8 dan trisomi 9.
11. Serum eritropoitin, pada Polisitemia Vera serum eritropoitin menurun atau
normal sedangkan pada Polisitemia sekunder serum eritropoitin meningkat
6.
12. Pemeriksaan JAK2V617F ditemukan 90% pasien Polisitemia Vera dan
50% pasien Trombositosis Esensial dan Mielofibrosis Idiopatik
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanan Polisitemia Vera yang optimal masih kontroversial, tidak
ada terapi tunggal untuk Polisitemia Vera. Tujuan utama terapi adalah mencegah
terjadinya trombosis. PVSG merekomendasikan plebotomoi pada semua pasien
yang baru didiagnosis untuk mempertahankan hematokrit <45% untuk mengontrol
gejala. Untuk terapi jangka panjang ditentukan berdasarkan status klinis pasien.
Setelah penemuan mutasi JAK2V617F mulailah berkembang terapi anti
JAK2V617F seperti yang dilaporkan tahun 2007 pada pertemuan American
Society of Hematology. Obat ini dapat menghambat mutasi JAK2V617F. Suatu
alternatif anti JAK2 yang digunakan sekarang adalah Tirosin Kinase Inhibitor
seperti Imatinib dan Erlotinib.
Prinsip pengobatan untuk Polisitemia Vera adalah sebagai berikut :
1. Menurunkan viskositas darah sampai ketingkat normal dan mengendalikan
eritropoisis dengan plebotomi.
2. Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrositik / polisitemia yang
belum terkendali.
3. Menghindari obat yang mutagenik, teratogenik dan berefek sterilisasi pada
pasien usia muda.
4. Mengontrol panmielosis dengan fosfor radioaktif dosis tertentu atau
kemoterapi pada pasien di atas 40 tahun bila didapatkan :
Trombositosis persisten di atas 800.000/mL, terutama jika disertai gejala
trombosis.
Leukositosis progresif.
Splenomegali yang simtomatik atau menimbulkan sitopenia .
Gejala sistemis yang tidak terkendali seperti prunitus, penurunan
berat badan atau hiperurikosuria yang sulit diatasi.
Media pengobatan untuk Polisitemia Vera berupa :
1. Plebotomi
Pada Polisitemia Vera tujuan plebotomi adalah mempertahankan hematokrit
45%, untuk mencegah timbulnya hiperviskositas dan penurunan shear rate.
Manfaat plebotomi disamping menurunkan sel darah merah juga menurunkan
viskositas darah kembali normal sehingga resiko timbulnya trombosis
berkurang.
Prosedur Plebotomi :
Pada permulaan, plebotomi 500 cc darah 1-3 hari sampai hematokrit < 55
%, kemudian dilanjutkan plebotomi 250-500 ml/minggu, hematokrit
dipertahankan <45 %. Pada pasien yang berumur > 55 tahun atau penyakit
vaskular aterosklerotik yang serius, plebotomi hanya boleh dilakukan dengan
prinsip isovolemik yaitu mengganti plasma darah yang dikeluarkan dengan
cairan pengganti plasma, untuk mencegah timbulnya bahaya iskemia serebral
atau jantung karena status hipovolemik. Penyakit yang terkontrol memerlukan
plebotomi 1-2 kali 500ml setiap 3-4 bulan. Bila plebotomi diperlukan lebih dari
1 kali dalam 3 bulan, sebaiknya dipilih terapi lain.
Sekitar 200 mg besi dikeluarkan pada tiap 500 mL darah, defisiensi besi
merupakan efek samping pengobatan plebotomi berulang, defisiensi besi ini
diterapi dengan pemberian preparat besi.3,7
2. Kemoterapi
Tujuan pengobatan kemoterapi adalah sitoreduksi. Saat ini lebih dianjurkan
menggunakan Hidrokiurea salah satu sitostatik golongan obat antimetabolik,
sedangkan penggunaan golongan obat alkilasi sudah banyak ditinggalkan atau
tidak dianjurkan lagi karena efek leukemogenik dan mielosupresi yang serius.
Indikasi penggunaan kemoterapi :
1. Hanya untuk Polisitemia rubra primer .
2. Plebotomi sebagai pemeliharaan dibutuhkan > 3 kali sebulan.
3. Trombositosis yang terbukti menimbulkan trombosis.
4. Urtikaria berat yang tidak dapat diatasi dengan antihistamin
5. Splenomegali simtomatik / mengancam ruptur limpa
a. Hidroksiurea
Dengan dosis 500-2000 mg/m 2/hari atau diberikan sehari 2 kali dengan dosis
10-15 mg/kg BB/kali, jika telah tercapai target dapat dianjurkan dengan
pemberian intermiten untuk pemeliharaan. Tahun 1970 PVSG mengunakan
Hidroksiurea suatu antimetabolit yang mencegah sintesa DNA dengan
menghambat enzim ribonukleosid reduktase pada 51 pasien dengan angka
harapan hidup 8,6-25,3 tahun. Efektivitas dan keamanan Hidroksiurea pada
pasien juga dilaporkan di Prancis oleh Najean dkk, dimana 292 pasien yang
berumur dibawah 65 tahun diterapi dengan Hidroksiurea atau Pipobroman dan
difollow up dari tahun 1980-1997, tidak ada perbedaan angka harapan hidup,
tapi terjadi peningkatan progresif menjadi mielofibrosis pasien yang diterapi
dengan Hidroksiurea (26 kasus) dibanding Pipobroman (3 kasus)
b. Klorambusil
Leukeran 2 mg/tablet dengan dosis induksi 0,1-0,2 mg/kg/BB/hari selama 3-6
minggu dan dosis pemeliharaan 0,4 mg/kgBB tiap minggu.
c. Busulfan
Mileran 2 mg/tablet, dosis 0,06 mg/kgBB/hari atau 1,8 mg/m2 hari, jika telah
tercapai target dapat dilanjutkan dengan pemberian intermiten untuk
pemeliharaan. Di Eropa Penelitian Eropean Organisation for Research and
Treatment of Cancer (EORTC) pada 293 pasien Polisitemia Vera yang
menggunakan Busulfan dibandingkan dengan 32P dan diikuti selama 8 tahun
ternyata angka harapan hidup Busulfan lebih baik dibanding 32P (70 % vs
4. Pengobatan Suportif
1. Hiperurisemia
Hiperurisemia diobati dengan alopurinol 100-300 mg/hari. Gout arthritis dapat
terjadi pada 10 % pasien Polisitemia vera. Pada serangan akut terapinya sama
dengan gout primer dengan kolkisin dan penilbutazon.
2. Pruritus
Pruritus ini disebabkan proliferasi sel mast dan basofil atau pelepasan
prostaglandin dan serotonin. Terapi dapat diberikan antihistamin jika pruritus
memburuk dengan terapi plebotomi, interferon dapat mengontrol pruritus.
Suatu
penelitian 397 pasien Polisitemia
Vera 48 % dengan keluhan pruritus.
3. Gastritis / ulkus peptikum dapat diberikan penghambat reseptor H2.
4. Antiagregasi trombosit Analgrelide turunan dari Quinazolin.
5. Trombositosis dan disfungsi trombosit.
Penggunaan aspirin dosis tinggi tidak akan memperbaiki trombosis tapi
malahan
akan
meningkatkan
resiko
Komplikasi :
1. Post polyctemic myelofibrosis
Post polycythemic myelofibrosis ditandai dengan anemia dan
sitopenia
sel darah yang lain, perubahan morfologi eritrosit
(poikolositosis, tear- drop), perubahan leukoeritroblastik pada darah tepi,
limpa yang terus
membesar, serta fibrosis tulang belakang. Kelainan
ini ditemukan pada 10-20% pasien PV dan dikaitkan dengan trisomi 1q.
2. Fibrosis tulang belakang
Proses fibrosis pada tulang belakang berlangsung lambat.
Mekanismenya masih belum diketahui. Kemungkinan dikarenakan
perilaku abnormal megakariosit, yang mensintesis dan
melepaskan sitokin fibrogenik seperti platelet-derived growth factor,
basic fibroblas growth factor, dan transforming growth factor- (TGF) secara autokrin.
3. Acute Myeloid Leukimia (AML/MDS)
Laporan dari European Collaboration on Low-dose Aspirin in
Polycythemia Vera dilaporkan obat-obat yang digunakan sebagai
terapi
pada PV dapat memicu terbentuknya AML/MDS jika
dikonsumsi jangka
panjang
4. Penyakit akibat trombosis
Trombosis dapat terjadi di pembuluh darah otak, koroner, dan
ekstremitas perifer. Manifestasi klinik akibat trombosis berupa
eritromelalgia, dapat
berkembang menjadi iskemi jari, lalu
gangren jari-tungkai. Gejala
neurologik sementara dan gangguan
visual bisa terjadi kalau ada oklusi
mikrovaskular. Abortus
spontan berulang dan retardasi pertumbuhan
janin bisa terjadi pada
wanita
hamil, yang dikarenakan infark multipel
dan I
nsufisiensi pada plasenta.
DAFTAR PUSTAKA
1. Supandiman I, Sumahtri R. Polisitemia Vera. Pedoman diagnostik dan
terapi HEmatologi Onkologi MEdik. 2003 : 83- 902.
2. Tefferi A. Polycthemia Vera : A Comphrehensive Review and Clinical
Recommendations. Mayo Clin Proc 2003:78 1994.
3. Prenggoo, M.D. Polisitemia vera : Buku Ajar Ilmu PEnyakit Dalam ed 4
Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 692- 695
4. James C. The JAK2V617F Mutation in for three Disease? Hematology.
2008: 112-132.
5. C a m p b e l l P J , G r e e n A R . M a n a g e m e n t o f P o l y c y t
h e m i a V e r a a n d E s s e n t i a l Thrombocythemia. American
Society of Hematology.2005 : 201 208.
6. Paquette R. Hiller E. The Myieloproliferatif Syndroms Modern.
Hematology. 2007 :2:137-150.
7. Finazzi G, Barbui T. How I treat patients with polycythemia Vera. Blood.
2007 : 5104 5111
8. Spivak JL. Barosi G. Chronic Myeloproliferatif Disorders. Hematology
2003:1:200-220
9. Price, Silvia A, Lorraine M.Wilson, (1994). Patofisiologi- Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Buku 1 edisi 4. EGC. Jakarta.