Anda di halaman 1dari 20

TUGAS TUTORIAL

BLOK 20

Nama:Khairinnisa
NIM:04011381320012
Kelas B tahun 2013

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya


Program Studi Pendidikan Dokter Umum

I. Analisis Masalah
1. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik pasien?
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Interpretasi: Normal, tidak terjadi penurunan kesadaran
Vital sign:
Nadi: 84x/menit,
Normal: 60-100x/menit
Interpretasi: Normal, tidak ada kelainan sistemik
RR: 20x/menit
Normal: 16-24x/menit
Interpretasi: Normal, tidak ada kelainan pada sistem respirasi maupun sistemik
Suhu: 37,0oC
Normal: 36,5-37,5oC
Interpretasi: Normal, tidak ada kelainan sistemik
Keadaan spesifik: Mata: lagoftalmus +/+ (3mm)
Interpretasi: Abnormal, ada kelainan pada nervus facialis
2. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan fisik pasien?
Mekanisme terjadi lagoftalmus:
M. leprae merupakan parasit obligat intraselular yang terutama terdapat pada sel
makrofag disekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atau sel Schwann di jaringan
saraf. Bila kuman M. leprae masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan bereaksi
mengeluarkan makrofag (berasal dari sel monosit darah, sel mononuklear, histiosit)
untuk memfagositnya. Sel Schwann merupakan sel target untuk pertumbuhan M. leprae.
Sel Schwann memiliki fungsi untuk demielinisasi dan hanya sedikit fungsinya sebagai
fagositosis, jadi bila terjadi gangguan imunitas tubuh dalam sel Schwann, kuman dapat
bermigrasi dan beraktivasi. Akibatnya akitivitas regenerasi saraf berkurang dan terjadi
kerusakan saraf yang progresif. Lagoftalmus terjadi karena adanya kerusakan N. Fasialis
yang dapat membuat paralisis N. Orbikularis palpebrarum yang disebabkan oleh aktivitas
M.Leprae.

3. Bagaimana cara pemeriksaan saraf tepi? (saraf apa saja perlu diperiksa)
Untuk saraf perifer, perlu diperhatikan pembesaran, konsistensi dan nyeri atau tidak.
Hanya beberapa saraf yang diperiksa yaitu N.fasialis, N.aurikularis magnus, N.radialis,
N. Ulnaris, N. Medianus, N. Poplitea lateralis, N. Tibialis posterior. Pada pemeriksaan
saraf tepi dapat dibandingkan saraf bagian kiri dan kanan, adanya pembesaran atau tidak,
pembesaran reguler/irreguler, perabaan keras/kenyal, dan yang terakhir dapat dicari

adanya nyeri atau tidak . Perhatikan raut muka pasien apakah ia kesakitan atau tidak saat
saraf diraba.Cara pemeriksaan saraf tepi pada kusta:
a. N. Aurukularis magnus
Pasien disuruh menoleh ke samping semaksimal mungkin, maka saraf yang terlibat
akan terdorong oleh otot di bawahnya sehingga acapkali sudah bisa terlihat bila saraf
membesar. Dua jari pemeriksa diletakkan di atas persilangan jalannya saraf tersebut
dengan arah otot. Bila ada penebalan, maka pada perabaan secara seksama akan
menemukan jaringan seperti kabel atau kawat. Jangan lupa membandingkan antara
yang kiri dan yang kanan.

b. N. Ulnaris
Tangan yang diperiksa harus santai, sedikit fleksi dan sebaiknya diletakkan di atas
satu tangan pemeriksa. Tangan pemeriksa yang lain meraba lekukan di bawah siku
(sulkus nervi ulnaris) dan merasakan, apakah ada penebalan atau tidak. Perlu
dibandingkan antara yang kanan dan yang kiri untuk melihat adanya perbeedaan atau
tidak .

c. N.radialis
Palpasi nervus radiali pada daerah sulcus nervi radialis.

d. N.Medianus
Untuk memeriksa saraf medianus, pegang pergelangan penderita dengan telapak
tangannya menghadap ke atas; raba hati-hati di tengah-tengah pergelangan. Saraf
medianus mungkin tidak teraba, tapi ada tidaknya nyeri tekan tetap dapat terdeteksi.

e. N. Peroneus communis
Untuk meraba saraf peroneus kanan, minta penderita duduk di kursi dan kemudian
Anda duduk atau berlutut di depannya. Gunakan tangan kiri Anda untuk meraba saraf
di sisi luar betis sedikit di bawah lutut dan lekukan sekitar tulang di bawah lutut.
Gunakan tangan kanan Anda untuk memeriksa saraf Peroneus kiri.

f. N.Tibialis Posterior
Untuk meraba saraf tibialis posterior pada bagian posterior dan inferior dari malleolus
medial ,tangan kanan palpasi kaki kanan pasien dan sebaliknya.

1. Pemeriksaan fungsi saraf sensoris


Untuk mengurangi kesalahan pemeriksaan fungsi saraf sensoris terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan:Pemeriksaan dilakukan pada ruangan yang tenang
Waktu pemeriksaan tidak lebih dari 20 menit untuk menghindari kebosanan
Dilakukan preliminary test, sehingga penderita mengerti dengan jelas tentang

teknik pemeriksaan
Penderita menutup mata, pemeriksaan dilakukan 3 kali pada setiap lokasi.

Penderita dinyatakan memiliki sensasi jika dapat merasakan ketiga stimuli


Gunakan kapas, jarum, serta tabung reaksi berisi air hangat dan dingin.

Tes Sensoris:
a. Rasa Raba
Sepotong kapas yang dilancipkan ujungnya digunakan untuk memeriksa perasaan
rangsang raba dengan menyinggungkannya pada kulit. Pasien yang diperiksa harus
duduk pada waktu dilakukan pemeriksaan. Terlebih dahulu petugas menerangkan
bahwa bilamana merasa disinggung bagian tubuhnya dengan kapas, ia harus

menunjukkan kulit yang disinggung dengan jari telunjuknya dan dikerjakan dengan
mata terbuka. Bilamana hal ini telah jelas, maka ia diminta menutup matanya,
kalau perlu matanya ditutup dengan sepotong kain. Selain diperiksa pada lesi di
kulit sebaiknya juga diperiksa pada kulit yang sehat. Bercak pada kulit harus
diperiksa pada bagian tengahnya.
b. Rasa Nyeri
Diperiksa dengan memakai jarum. Petugas menusuk kulit dengan ujung jarum
yang tajam dan dengan pangkal tangkainya yang tumpul dan pasien harus
mengatakan tusukan mana yang tajam dan mana yang tumpul.
c. Rasa Suhu
Dilakukan dengan menggunakan 2 tabung reaksi, yang satu berisi air panas
(sebaiknya 400C), yang lainnya air dingin (sebaiknya sekitar 200C). Mata pasien
ditutup atau menoleh ke tempat lain, lalu bergantian kedua tabung tersebut
ditempelkan pada daerah kulit yang dicurigai. Sebelumnya dilakukan kontrol pada
kulit yang sehat. Bila pada daerah tersebut pasien salah menyebutkan sensasi suhu,
maka dapat disebutkan sensasi suhu di daerah tersebut terganggu.

2. Pemeriksaan fungsi saraf motoris


Saraf yang umum diperiksa:
a. N. ulnaris
Periksa fungsi saraf ulnaris dengan merapatkan jari kelingking pasien. Peganglah
jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis pasien, lalu mintalah pasien untuk
merapatkan jari kelingkingnya. Jika pasien dapat merapatkan jari kelingkingnya,
taruhlah kertas diantara jari kelingking dan jari manis, mintalah pasien untuk
menahan kertas tersebut. Bila pasien mampu menahan coba tarik kertas tersebut
perlahan untuk mengetahui ketahanan ototnya.

b. N. medianus

Periksa fungsi saraf medianus dengan meluruskan ibu jari ke atas. Minta pasien
mengangkat ibu jarinya ke atas. Perhatikan ibu jari apakah benar-benar bergerak ke
atas dan jempolnya lurus. Jika pasien dapat melakukannya, kemudian tekan atau
dorong ibu jari pada bagian telapaknya.
c. N. Radialis
Periksa fungsi saraf radialis dengan meminta pasien untuk menggerakkna
pergelangan tangan ke belakang. Uji kekuatan otot dengan mencoba menahan
gerakan tersebut.

d. N. peroneus (N. poplitea lateralis)


Periksa fungsi saraf eroneus communis dengan meminta pasien melakukan gerakan
fleksi pada pergelangan kaki dan minta juga pasien untuk melakukan gerakan ke
lateral, lalu nilai kekuatan ototnya dengan mencoba untuk menahan gerakan
tersebut.

e. N. tibialis posterior
N. tibialis posterior meliputi malleolus medialis bagian samping dan atas, di atas
tarsal tunnel. Pada pemeriksaan dapat ditemukan clawing pada jari kaki dan
callosities pada metatarsal head.
f. N. facialis

N. facialis menginervasi semua otot ekspresi wajah. Umumnya cabang teratas yang
terkena yang mengakibatkan kelemahan atau paralisis otot untuk menutup mata.
Pemeriksaan dilakukan dengan meminta penderita untuk menutup mata seperti
hendak tidur, kemudian diukur celah yang terbentuk pada kelopak mata. Cara
lainnya adalah dengan memperhatikan gerakan kompensasi yang dilakukan
penderita yaitu dengan menarik pipi mereka agar dapat menutup maksimal.
3. Pemeriksaan fungsi saraf otonom
Terdapat bukti bahwa kerusakan saraf otonom terjadi sebelum adanya manifestasi
klinis kusta. Pemeriksaan saraf otonom dapat dilakukan di laboratorium yaitu dengan
pemeriksaan refleks vasomotor (menggunakan laser-Doppler vasomotor reflex test
system) dan respons simpatis kulit (menggunakan elektroda). Berdasarkan adanya
gangguan berkeringat pada penyakit kusta, pemeriksaan dapat dilengkapi dengan tes
anhidrosis yaitu:
a. tes dengan pinsil tinta (tes Gunawan): pinsil tinta digariskan mulai bagian tengah
lesi yang dicurigai sampai ke daerah kulit normal
b. tes pilokarpin: daerah kulit dan perbatasannya disuntik dengan pilokarpin
subkutan, setelah beberapa menit kulit normal tampak berkeringat sedangkan
daerah lesi tetap kering.
4. Mengapa tes otonom tidak dilakukan?
Sebaiknya pemeriksaan syaraf otonom harus dilakukan pada setiap pasien suspek infeksi
M.Leprae (penyakit kusta) . Terdapat bukti bahwa kerusakan saraf otonom terjadi pada
manifestasi klinis kusta ditandai dengan adanya gangguan berkeringat di makula anestesi
pada penyakit kusta.Tes dapat dilakukan dengan tes anhidrosis yaitu:
a. tes dengan pinsil tinta (tes Gunawan): Pinsil tinta digariskan mulai dari daerah kulit
yang normal, melewati macula yang dicurigai terus sampai ke daerah kulit normal
kembali. Pada kulit normal tinta akan luntur. Sedangkan pada kulit abnormal tinta
tidak luntur. Pemeiksaan bersama dengan gerak Olah raga.
b. tes pilokarpin: daerah kulit dan perbatasannya disuntik dengan pilokarpin subkutan,
setelah beberapa menit kulit normal tampak berkeringat sedangkan daerah lesi tetap
kering.
Namun, kadang terdapat kendala dalam pemeriksaan saraf otonom pada penyakit kusta
yaitu tidak adanya alat dan bahan serta kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk
melakukan gerakan untuk menghasilkan keringat pada tes gunawan.

5. Apa saja pemeriksaan penunjang kasus?


a. Pemeriksaan Bakterioskopik
Pemeriksaan bakterioskopik digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
pengamatan obat.Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit atau usapan dan kerokan
mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil tahan asam (BTA)
,antara lain dengan ZIEHL-NEELSEN. Bakterioskopik pada seorang penderita tidak
berarti seseorang tidak mengandung bakteri M. Leprae .Pada pengambilan sample
diharapkan mengambil bahan dari tempat yang mengandung kuman paling banyak
seperti dikedua cuping telinga.
M.leprae tergolong BTA,akan tampak merah pada sediaan. Di bedakan bentuk
sold.fragmented, dan granular.Bentuk solid adalah kuman hidup, sedang fragmented
dan granular adalah bentuk mati.Secara teori penting untuk membedakan bentuk solod
dan non solid, sebab bentuk yang hidup lebih berbahaya, karena dapat berkembang
biak dan dapat menularkan ke orang lain.Kepadatan BTA tanpa membedakan solid
dan non solid pada sebuah sediaan dinyatakan dengan indeks bakteri (IB) dengan nilai
0 sampai +6 menurut RIDLEY. 0 bila tidak ada BTA dalam 100 lapang pandang (LP).
1+ bila 1-10 BTA dalam 100LP
2+ bila 1-10 BTA dalam 10 LP
3+ bila 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP
4+ bila 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP
5+ bila 101-1000 BTA rata-ratra dalam 1 LP
6+ bila > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
Pemeriksaa dengan menggunakan miroskopok cahaya dengan minyak emersi pada
pembesaran lensa obyektif 100x. IB seseorang adalah IB rata-rata semualesi yang
dibuat sediaan. Indeks Morfologi (IM) adalah persentase jumlah bentuk solid di
banding dengan jumlah solid dan non solid. Rumus :
Jumlah solid
x 100% = ....%
Jumlah solid+ non solid
Syarat perhitungan :

Jumlah perhitungan kuman tiap lesi 100 BTA

IB 1+ tidak perlu dibuat IM nya karena untuk mendapat 100 BTA harus mencari
1000 sampai 10000 lapangan.

Mulai dari IB 3+ harus hitung IM nya,sebab dengan IB 3+ maksimum harus dicari


dalam 1000 lapangan.

b. Pemeriksaan Histopatologik
Gambaran histopatologik tipe tuberkuloid adalah tuberkel dan kerusakan saraf yang
lebih nyata, tidak ada kuman atau hanya sedikit non solid. Pada tipe lepromatosa
terdapat kelim sunyi subepidermal (subepidermak clear zone), yaitu suatu darah
langsung dibawah epidermis yang jaringannya tidak patologik. Pada tipe borderline,
terdapat campuran unsur-unsur tersebut.
c. Pemeriksaan serologik
Pemeriksaan serologik kusta didasarkan atas terbentuknya antibodi pada tubuh
seseorang yang terinfeksi M. Leprae. Macam-macam pemeriksaannya adalah:
Uji MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Agglutination)
Uji Elisa (Enzyme Linked Immuno-Sorbent Assay)
ML dipstick test (Mycobacterium leprae dipstik)
ML flow test (Mycobacterium leprae flow test )
II. Learning Issue
1. Anatomi dan histofisiologi kulit
A. Pengertian Kulit
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh,
membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia
rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4
kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang. Daerah
yang paling tebal (66 mm) pada telapak tangan dan telapak kaki dan paling tipis (0,5)
mm pada daerah penis.
B. Fungsi Kulit Manusia
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Pelindung (Proteksi)
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan jaringan
tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh pengaruh luar seperti
luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan
lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu
tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam
tubuh serta menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari
matahari.
2. Penerima rangsang

Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan dengan
sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat
perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
2. Pengatur panas (Termoregulasi)
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler serta
melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat
memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,5 derajat
Celcius. Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit
mengadakan penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur
panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan.
Panas akan hilang dengan penguapan keringat.
3. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar keringat
yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium dan
zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui
keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis sebagai pembentukan
keringat yang tidak disadari.
4. Penyimpanan.
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
5. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam lemak
dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka dapat masuk
melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis.
Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke dalam saluran
kelenjar palit (sebacea), merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam
peredaran darah kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.
6. Penunjang penampilan

Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus,
putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan.Fungsi lain dari kulit yaitu
kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat
maupun konstraksi otot penegak rambut.
C. Lapisan Kulit dan Bagian-bagian Pelengkapnya

1.

Kulit terdiri atas tiga lapisan :


EPIDERMIS

Lapisan Epidermis Epidermis terdiri dari epitel gepeng berlapis yang bertanduk.
Epidermis mengandung 4 macam sel :
a. Keratinosit
Keratinosit adalah materi yang membentuk lapisan terluar kulit dan memproduksi
keratin,protein keras yang menjadi bahan utama rambut, kulit, dan kuku. Mereka
dihasilkan pada lapisandasar epidermis, yang secara bertahap naik melalui berbagai
lapisan epidermis yang berbeda danakhirnya tanggal.
b. Melanosit

Sel melanosit adalah sel penghasil pigmen (melanin) yang paling banyak terdapat
di daerahanogenital, ketiak, dan puting susu. Terbanyak kedua adalah daerah
wajah. Sedangkan yangpaling sedikit ada di lengan atas bagian dalam. Kulit yang
gelap menandakan kandungan melanindalam jumlah banyak, begitu juga
sebaliknya.
c. Sel Langerhans
Sel Langerhans berbentuk bintang terutama ditemukan dalam stratum spinosum
dari epidermis.Sel langerhans merupakan makrofag turunan sumsum tulang yang
mampu mengikat, mengolah,dam menyajikan antigen kepada limfosit T, yang
berperan dalam perangsangan sel limfosit T.
d. Sel Merkel
Sel Merkel bentuknya mirip dengan keratinosit yang juga memiliki desmosom
biasanya terdapatdalam kulit tebal telapak tangan dan kaki.juga terdapat di daerah
dekat anyaman pembuluh darahdan serabut syaraf. Berfungsi sebagai penerima
rangsang sensoris.
Epidermis terdiri dari 5 lapisan :
1. Stratum Basal (stratum germinativum)
Merupakan lapisan terdalam, terdiri dari lapisantunggal dari sel berbentuk silindris
atau kuboid.Stratum basal berisi sel induk, ditandai denganadanya aktivitas mitosis
yang intens. Sel-sel baruyang dibentuk melalui mitosis ini akan mengisilapisan di
atasnya. Semua sel pada stratum basalbersisi filamen keratin intermediat
yangberdiameter 10nm. Seiring peningkatan sel ke atas, jumlah filamen meningkat
sampai mewakiliseparuh dari jumlah protein total pada stratumkorneum.
2. Stratum Spinosum
Di atas stratum basal terdapat beberapa lapisan selpoligonal yang membentuk
stratum spinosum. Sel-sel lapisan ini terikat satu sama lain oleh desmosom. Sel-sel
sering mengkerut, akibatnya tampak seolah-olah berduri. Inilah sebabnya selselnya disebut prickle (berduri). Pada stratum spinosumdimulai proses keratinisasi.
Sitoplasma sel lapisan ini banyak fibrilnya yang melekat padadinding sel pada
desmosom. Lapisan sel basal dan stratum spinosum bersama-sama disebutsebagai
zona germinatif epidermis.
3. Stratum Granulosum
Terdapat 3-5 lapisan sel gepeng yang ditandai granula gelap di dalam
sitoplasmanya. Granulanyaterdiri atas protein yang disebut keratohialin. Inti pada
sel ini tampak gelap dan padat (piknotik).
4. Stratum Lusidum

Lucid berarti terang atau jernih. Stratum lusidum tampak homogen, batas sel tidak
jelas samasekali. Sisa-sisa inti sel gepeng terlihat pada beberapa sel. Sitoplasma
mengandung turunankeratohialin yang disebut eleidin.
5. Stratum Korneum
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling superfisial. Sel-sel lapisan ini sudah
mati, tanpa intidan organel. Mereka sangat gepeng dan mirip sisik. Terdapat protein
keratin yang berasal darieleidin. Sel-sel stratum korneum disatukan oleh lapisan
lipid, yang membuat lapisan ini kedapair.
2. DERMIS ( Korium)

Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemenelemen selular dan folikel rambut.secara garis besar dibagi dalam dua bagian yaitu:
a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf
dan pembuluh darah.
b. Pars retikulare, yaitu bagian dibawahnya yang menonjol kearah subkutan, bagian
ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan
retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan
kondroitin sulfat, dibagian ini terdat pula fibroblas, membentuk ikatan (bundel)
yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda serabut bersifat
lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil.

Retikulin mirip kolagen muda. serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk


amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis.
3. HIPODERMIS / SUBCUTIS.
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi selsel lemak didalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar dengan inti terdesak
ke pinggit sitoplasma lemak yang bertambah.
Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh
trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut penikulus adiposa, berfungsi
sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh
darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada
lokalisasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, Di daerah kelopak mata
dan penis sangar sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.
Vaskularisasi dikulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas
dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus
yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang
disubkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini
pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah
terdapat saluran getah bening
D. Derivat Kulit
1. Kelenjar Kulit
Di dalam lapisan kulit dermis terdapat dua macam kelenjar yaitu :
a.

Kelenjar keringat (Sudorifera)


Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu
saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori
keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih
banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah
ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa
pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan
jasmani, emosi dan obat-obat tertentu.
Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
1) Kelenjar keringat ekrin
Kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung
95-97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium
klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism seluler.

Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan
telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta
dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa.
Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya
bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
2) Kelenjar keringat apokrin
Hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah
sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna
keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah
rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya
berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar
keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang
disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil
baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.
b.

Kelenjar palit (Sebacea)


Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan kandung
rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung
rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan
menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit.
Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua
bagian tubuh terutama pada bagian muka.
Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau
kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala,
kelenjar palit atau kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut
dan kulit kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit
atau kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit
badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar palit atau
kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga
memudahkan timbulnya jerawat.

2. Rambut
Rambut merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel
epidermis. Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak
kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minora. Pertumbuhan rambut pada daerahdaerah tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat dipengaruhi tidak saja oleh
hormon kelamin-terutama androgen-tetapi juga oleh hormon adrenal dan hormon
tiroid. Setiap rambut berkembang dari sebuah invaginasi epidermal, yaitu folikel
rambut yang selama masa pertumbuhannya mempunyai pelebaran pada ujung disebut
bulbus rambut. Pada dasar bulbus rambut dapat dilihat papila dermis. Papila dermis
mengandung jalinan kapiler yang vital bagi kelangsungan hidup folikel rambut.

Rambut terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian dorsal dari
falang distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir.
Terdapat 2 jenis rambut :
a. Rambut terminal ( dapat panjang dan pendek)
b. Rambut velus ( pendek, halus dan lembut).
Fungsi rambut
1. Melindungi kulit dari pengaruh buruk, seperti alis mata melindungi mata dari
keringat agar tidak mengalir ke mata, bulu hidung (vibrissae) untuk menyaring
udara.
2. Pengatur suhu
3. Pendorong penguapan keringat
4. Indera peraba yang sensitive.
3. Kuku
Kuku tersusun atas protein yang mengeras disebut keratin. Fungsinya sebagai
pelindung ujung jari tangan dan jari kaki. Lempeng kuku (LK) berbentuk empat
persegi panjang, keras, cembung ke arah lateral dan dorsal, transparan, terletak di
dorsalo paling distal. LK terbentuk dari bahan tanduk yang tumbuh ke arah dorsal
untuk waktu yang tidak terbatas. Kecepatan tumbuh kuku jari tangan: lebih kurang 0,1
mm/ hari, kuku jari kaki 1/3-1/2 kecepatan kuku jari tangan. Tebal kuku tangan

bervariasi 0,5 mm- 0,75mm, dan pada kaki dapat mencapai 1,0 mm. LK terdiri dari
tiga lapisan horizontal yang masing-masing adalah:
1. Lapisan dorsal tipis yang dibentuk oleh matriks bagian proksimal (1/3 bagian).
2. Lapisan intermediet yang dibentuk oleh matriks bagian distal (2/3 bagian).
3. Lapisan ventral yang dibentuk oleh lapisan tanduk dasar kuku dan hiponikium
yang mengandung keratin lunak.

Daftar Pustaka:
Eroschenko, V P, 2010, Atlas Histologi di Fiore, edisi 11. Jakarta:EGC
Djuanda Adhi., 2007, Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima.Balai
Penerbit FKUI:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai