Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Peningkatan kewaspadaan masyarakat, kesadaran masyarakat akan hakhaknya di muka hukum, terbukanya era pasar bebas, meningkatnya
persaingan nasional dan internasional, dan peningkatan kualitas pendidikan
dasar

menjadi

sebuah

tantangan

yang

perlu

dijawab

oleh

dunia

keperawatan. Orientasi bahwa sarjana keperawatan akan menjadi perawat


yang baik seharusnya sudah mulai ditinggalkan. Saat ini dunia telah mulai
bergerak ke arah entrepreneurship, dimana setiap anak bangsa harus
memulai menjual kreatifitas dan kemampuan yang dimilikinya. Tampaknya
hal tersebut akan semakin sulit direalisasikan oleh generasi keperawatan jika
trends dunia tersebut tidak diikuti oleh arahan penyelenggara pendidikan
keperawatan dengan baik. Satu hal yang sangat terlihat membedakan
keperawatan dengan profesional kesehatan lain saat ini adalah bahwa
sampai dengan saat ini keperawatan masih belum menemukan bentuk
layanan pokok yang hanya dapat dilakukan dan menjadi kewenangan
perawat semata. Oleh karena itu, pengembangan entrepreneurship sejak
masa pendidikan perlu ditanamkan agar kreatifitas mahasiswa keperawatan
dapat tumbuh dan menjadi nilai jual dan daya saing tersendiri bagi
pemiliknya kelak ketika memulai untuk terjun ke dunia kerja.
Entrepreneurship

erat

kaitannya

dengan

upaya

mandiri

untuk

menghasilkan uang tanpa harus banyak bergantung kepada pihak-pihak


tertentu. Mungkin pernyataan tersebut membuat sebagian orang berpikir
tentang perdagangan. Lebih dari itu, sebenarnya entrepreneurship tidak
hanya berbicara soal penjual-pembeli, namun ke arah pengembangan
kreatifitas dalam membuka peluang baru untuk menciptakan lapangan kerja
sendiri, menjual ide baru, mengembangkan ide-ide dan peristiwa sehari-hari,

dan mengkombinasikan hal-hal biasa menjadi sesuatu yang luar biasa dan
memiliki selling point and value yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Selama ini rutinitas perawat di ruangan saat pasien telah selesai diberikan
tindakan dan asuhan kaperawatan, seringkali menggunakan waktu luangnya
untuk menyiapkan kasa dan kapas untuk disterilisasi, menyiapkan set untuk
perawatan klien harian dan hal-hal minor yang lain. Boleh menjadi bayangan
bagaimana jika contoh tersebut dikelola sehingga bernilai jual. Contoh
lainnya, saat ini penderita penyakit kronis mengalami peningkatan dari segi
kuantitas. Tentunya kondisi ini sedikit-banyak jika dirawat di rumah sakit
dalam jangka waktu lama akan menurunkan kualitas manajemen rumah
sakit dan cost inefective. Jika peluang itu dapat ditangkap, maka seharusnya
perawat mampu meningkatkan peranannya di rumah sakit.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEPERAWATAN (NURSING)


Salah satu definisi Keperawatan menurut Virginia Henderson : Fungsi unik
dari perawat adalah membantu individu baik sehat maupun sakit dalam
melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan serta penyembuhan
atau membimbing klien agar meninggal dunia dengan tenang. Segala yang
dilakukan

perawat

adalah

untuk

membantu

meningkatkan

dan

menumbuhkan kemauan, kekuatan dan pengetahuan agar tidak bergantung


pada bantuan orang lain.
Kata kunci dari definisi tersebut adalah menumbuhkan kemauan,
kekuatan dan pengetahuan agar tidak bergantung pada bantuan orang lain.
Perawat secara empiris cenderung didasarkan pada kepribadian tipe
sosial, hal ini terutama dipengaruhi tokoh keperawatan dunia sejak
zamannya Florence Nightingale. Tipe sosial (Senang membantu atau bekerja

dengan orang lain, menyenangi kegiatan yang melibatkan kemampuan


berkomunikasi dan ketrampilan berhubungan dengan orang lain, tetapi
umumnya kurang dalam kemampuan mekanikal dan sains. Tidak seperti
perawat Indonesia, Florence tidak mengalami mahalnya tarip dasar listrik,
tingginya harga BBM tanpa subsidi, mahalnya pendidikan anak berkualitas.
Keperawatan, hal ini telah menyebabkan banyaknya perawat kurang cerdas
secra finansial dan kurang dihargai.
Berdasarkan konsep King yang dilengkapi dengan konsep John L Holland,
saat

ini

dibutuhkan

perawat

yang

memiliki

kepribadian

Tipe

usaha/enterprising. Perawat tipe ini cenderung mempunyai kemampuan


verbal atau komunikasi yang baik dan menggunakannya untuk memimpin
orang lain, mengatur, mengarahkan, dan mempromosikan produk atau
gagasan. Dengan perawat tipe ini ia akan lebih mandiri secara finansial, klien
akan sehat dan terpenuhi kebutuhan dasarnya.
Dari definsi di atas dikemukakan bahwa aspek ekonomi serta dukungan
finansial akan mempengaruhi tuntutan dalam dunia keperawatan, terutama
yang menyangkut asuransi pelayanan kesehatan.
B. PENGERTIAN ENTREPRENEUR
Entrepreneur sebuah kata yang berasal dari bahasa Perancis yang
bermakna

seseorang

yang

melakukan

dan

mengoperasikan

kegiatan

enterprise (perdagangan) atau venture (bisnis) yang dihubungkan dengan


pengambilan resiko.
Secara umum entrepreneur selalu dikaitkan dengan bisnis, namun
sebenarnya tidak selalu demikian. Seorang entrepreneur adalah pembuka
cakrawala baru atau membentuk pelayanan jasa/produk dalam market baru,
baik itu bersifat profit ataupun non profit.
Seorang entrepreneur adalah pembuka cakrawala baru atau membentuk
pelayanan jasa/produk dalam market baru. Dalam hal ini seseorang itu
mempunyai kemampuan berpikir yang kreatif dengan daya kreasi dan
membuat sesuatu yang baru dengan cakap melihat suatu peluang serta

berani

mengambil

risiko

atas

tindakannya.

Ketika

seorang

perawat

mengambil suatu langkah di tengah orang-orang lain saling berlomba


memperebutkan kesempatan kerja yang sangat sempit, ia justru berpikir
melakukan suatu usaha yang dapat menghasilkan secara ekonomi dan
memberi peluang kerja bagi sesamanya, ia dapat dikatakan sebagai seorang
entrepreneur.
C. PENGERTIAN NURSEPRENEURS
Secara konseptual Nursepreneur termasuk dalam pengembangan karir
dari peran dan fungsi perawat. pengembngan karir tersebut dapat menjadi
pengelola klinik atau sarana kesehatan lainnya. Misalnya manager spa,
manager fisioterapi, manager Nursing Center, manager Balai kesehatan
swasta, pemilik massage dan refleksi, meskipun dalam pelaksanaan
teknisnya banyak melibatkan profesi lain sebagai pelaksana, dalam hal ini
perawat dapat bertindak sebagai pemilik modal, penggagas ide, pemilik
saham, atau owner yang akan menggaji karyawannya. Hal seperti ini sudah
mulai ada di Indonesia, misalnya Saat pembubaran Konas jiwa. Di Bali
perawat memiliki balai Keperawatan yang dipadukan dengan fisioterapi.
Selain

peran

tersebut

perawat

juga

dapat

melakukan

penelitian-

penelitian, sebagai contoh adanya tim riset yang meneliti perawatan luka,
cara ganti balutan efektif, kompres modern, terapi modalitas, tehnik
relaksasi dsb. Masalah penelitian direkomendasikan dari Rumah sakit atau
intistusi kesehatan yang membutuhkan solusi. Misalnya kenapa kunjungan
ke RS tertentu sangat rendah, maka perawat manajemen akan melakukan
riset yang didanai rumah sakit yang bersangkutan, termasuk riset kepuasan
klien.
Disamping peran-peran di atas perawat dapat juga bergerak dalam
bidang pendidikan atau menyediakan pelatihan-pelatihan atau sebagai
konsultan. Misalnya pelatihan baby siter, pelatihan perawat lansia, perawat
anak di rumah atau perawat yang akan mendampingi klien saat ibadah haji.
Nursepreneur adalah rangkaian dari dua kata kata yaitu nurse dan
entrepreneur. Nurse artinya seorang perawat, sedangkan Entrepreneur

sendiri

memiliki berbagai pengertian dan sifat, salah satunya yang

disampaikan oleh John G. Burch dalam http:wikipedia.org/wiki/Entrepreneur.,


Entreprenuer memiliki sifat :

Berhasrat mencapai prestasi

Seorang Pekerja keras

Ingin bekerja untuk dirinya

Mencapai kualitas

Berorientasi kepada Reward dan Kesempurnaan

Optimis

Berorganisasi

Berorientasi kepada keuntungan

Seseorang yang berprofesi apapun, asal mampu menerapkan 8 aspek


sifat

entrepreneur

dalam

kehidupan

sehari-harinya,

maka

dapat

dikategorikan sebagai entrepreneur, termasuk seorang perawat. Dengan jiwa


Entrepreneur masalah sehari-hari yang dihadapi perawat di ruangan akan
menjadi uang. Karena perawat yang berjiwa entreperneur memilki ciri
berorientasi pada keuntungan. Sebagai contoh masalah menumpuknya botol
infus bekas, abocate yang tak terpakai, sisa makanan pasien, cucian
keluarga perawat, penunggu pasien, terpisahnya orang tua yang sakit
dengan anak.
Disamping hal tersebut ada fenomena menarik seperti apa-apa yang
dilakukan oleh perawat yang tergabung dalam asosiasi perawat Indonesia
yang bekerja di malaysia, Saudi Arabia, Qatar dan Kuwait. Mereka mencoba
berorganisasi sebagai ciri Nursepreneur dan memiliki keberanian untuk

hijrah dengan Berorientasi kepada keuntungan berupa besarnya gajih yang


diperoleh, gaji tersebut selanjutnya dijadikan aset yang akan menjadi mesin
uang.
Secara konseptual Nursepreneur memiliki ciri sebagai berikut :
1.

Pengerahan Diri: Pendisiplinan diri dan secara menyeluruh merasa nyaman


bekerja untuk diri sendiri.

2.

Pengasuhan Diri: Antusiasme tak terbatas untuk ide-ide Anda saat tak
seorang pun memilikinya.

3.

Orientasi

pada

Tindakan

Hasrat

menyala

untuk

memujudkan,

mengaktualisasikan dan mengubah ide-ide Anda menjadi kenyataan.


4.

Energi Tingkat Tinggi : Mampu bekerja dalam waktu lama secara


emosional, mental dan fisik.

5.

Toleransi atas Ketidakmenentuan : Secara psikologis mampu menghadapi


resiko
Entrepeneur

bagi

perawat

sebetulnya

bisa

dipelajari

sambil

melakukannya (learning by doing), namun harus diingat bahwa wawasan


tentang jenis usaha yang akan dipilih tetap sangat diperlukan karena jika
tanpa hal itu sama dengan menyelam ke dasar laut tanpa tabung gas.
Jadi yang terpenting dari seorang Nursepreneur adalah inovasi dan
keberanian untuk mengambil risiko serta siap bekerja keras mencapai tujuan
dengan optimis. Inilah yang membuat entreprenur selalu tampil dengan
gagasangagasan baru yang segar, melawan arus pemikiran orang banyak
atau kreatif.
D. KIAT MENJADI NURSEPRENEUR
2.4. KIAT MENJADI NURSEPRENEUR
Seorang perawat dapat menjadi nurse entrepreneur atau menjadi nurse
intrapreneur. Seorang perawat nurse entrepreneur adalah seorang perawat
yang menjalankan wirausaha-nya sendiri atau dengan beberapa teman
dalam bisnis keperawatan. Sebaliknya seorang perawat intrapreneur adalah
seorang perawat yang menjalankan bisnis dalam divisi atau bagian dari

satu perusahaan yang telah ada. Menjadi seorang intrapreneur lebih aman,
mendapatkan karir, dan dapat melangkah menjadi entrepreneur. Tentu saja
ini berbeda dengan apa yang umumnya perawat lakukan, dan bukan bekerja
di RS yang tentu saja yang secara alamiah bukan tempat berbisnis.
Ketrampilan dan karakter perawat yang diperlukan berbeda sekali, mesti
memiliki semangat wirausaha, memulai sendiri, bertanggung jawab secara
keuangan, mencoba hal baru, dan berani. Anda sebagai perawat juga
dituntut memiliki jiwa sales, customer services, budgeting, forecasting dan
manajemen.
Secara mudahnya lebih baik menjadi perawat intrapreneur dulu, sambil
bekerja dalam satu institusi bisnis atau sambil bekerja sebagai perawat,
namun memiliki usaha sampingan di bidang wirausaha. Setelah kita yakin
siap, maka bisa langsung terjun dalam entrepreneurship untuk mengurus
bisnis sendiri.
2.5. MENJADI EMPLOYER KEMUDIAN INVESTOR
Menurut Robert Kiyosaki tingkatan terendah dalam bekerja menurut
penghasilannya adalah Employer (pekerja), tingkatan kedua adalah owner
(pemilk) dan tingkatan ketiga adalah investor (pemilik modal). Jawaban
menarik yang disampaikan oleh para perawat yang bekerja di Kuwait kalau
ditanyakan apakah ingin bekerja sebagai perawat kembali di Indonesia nanti
(saat resign)?. Sebagaian besar mereka menjawab tidak. Sehingga banyak
dari mereka yang telah merintis berbagai jenis usaha bisa berhubungan
dengan dunia keperawatan/kesehatan atau bahkan tidak sama sekali.
Banyak teman perawat yang selalu setiap annual leave (cuti tahunan) mulai
merintis bidang usaha baru, yang dikelola keluarga/teman, atau membuat
kontrakan, transportasi, buka toko obat, bisnis fotocopy, makanan, property,
wartel/warnet, usaha komputer, service hp, bengkel, dsb.
Mereka memiliki keyakinan bahwa dalam bidang pekerjaan apapun, yang
namanya income harian, mingguan, bulanan, tahunan dan dadakan, serta
income antar negara (income di LN dan di Indonesia ) semuanya penting
terpenuhi. (4). Bekerja di LN bisa menjadi langkah awal menjadi pebisnis dan

investor. Perawat di luar negeri rata-rata mencapai gaji 10 x lipat perawat di


Indonesia. Sebelum menjadi pengusaha kita memang perlu modal finansial
dan modal karakter. Untuk mencari modal finansial kita boleh menjadi
karyawan dulu (employer). Setelah gaji kita ditabungkan maka kita mulai
punya modal finansial yang akan kita rubah menjadi mesin pencetak uang
(aset). Kemudian hasilnya dapat diinvestasikan oleh perawat yang akan
menjadi pasif income.
2.6. MAMPU BERPIKIR UNTUNG (THINK BENEFIT) DAN MERUBAH
PARADIGMA BERPIKIR (CHANGE THINKING PARADIGM)
Perawat sering berhadapan dengan berbagai masalah saat bekerja
misalnya macet saat mau dinas ke Rumah sakit, mencuci baju putih yang
gampang kotor, sampah medis yang berserakan, sulitnya meninggalkan
anak saat dinas, jauhnya kantin saat makan siang, tidak keburu masak di
rumah, mahalnya biaya berkomunkasi dengan suami.
Seorang perawat yang berjiwa entrepreneur akan mulai berpikir beda dan
berpikir untung. Tahap selanjtnya mungkin muncul gagasan-gagasan segar
dan ide-ide kreatif misalnya perawat menciptakan CD rekaman English for
nurse saat macet, laundry for nursing staf, Re-use machine for waste
medical, katering siap antar bagi perawat atau penitipan bayi bagi perawat.
Ide-ide tersebut harus dibiasakan muncul. Seberapa jeleknya ide itu atau
seberapa sepelenya ide itu tetap harus dimunculkan. Di luar negeri justru ide
sepele itulah yang menghasilkan royalti jutaan, misalnya ide tentang alat
penjepit kuping anjing jenis tertentu, yang telinganya menjuntai saat makan
dan tercelup pada makanan.
2.7. MODEL ENTREPRENEURSHIP
Model entrepreneurship secara sederhana dimulai dengan diketahui
adanya

peluang,

hambatan,

mampu

mampu

menggunakannya,

mengatasi

hambatan

kemudian

yang

ada.

jika

terdapat

Diperlukan

juga

kemampuan cara melakukan entrepreneurship itu sendiri sehingga tercipta


usaha baru ( peluang menjadi usaha baru). Peluang perawat menjadi
entrepreneur dibagi menjadi:

Trend demograf
Jumlah lansia yang semakin banyak tentunya memerlukan perawatan dalam
menjalani hidupnya. Dalam menjalani pengobatan mungkin beberapa klien
memerlukan penjagaan atas privacy-nya sehingga memerlukan pelayanan
secara khusus .

Kesempatan di falitas kesehatan


Terlibat dalam produksi atau pendistribusian suplemen yang baik untuk
pasien di rumah sakit. Mungkin kedepannya tidak menutup kemungkinan
rumah sakit akan melakukan outsourcing tenaga perawat untuk memotong
besarnya biaya rumah sakit, hal ini tentunya rumah sakit tidak akan
memaksakan tenaga perawat yang sedikit untuk merawat pasien yang
sangat banyak dan sebaliknya jika pasien sedikit rumah sakit bisa
menyesuaikan kebutuhan tenaga perawat.

Trend sosial
Gaya hidup yang sibuk berdampak buruk terhadap kesehatan seseorang
sehingga

untuk

tetap

sehat

membutuhkan

perawatan

untuk

mempertahankan kesehatanny, dalam hal ini focus kepada kelompok


kelompok tertentu seperti klub jantung sehat.
Peluang peluang diatas sangat mungkin dimanfaatkan oleh perawat
karena perawat di rumah sakit sangat dekat dengan pasien, namun untuk
memanfatkan peluang tersebut perawat sering menghadapi hambatan
hambatan diantaranya: isu malpraktek, tidak punya hak istimewa dari rumah
sakit, padangan skeptis dari beberapa dokter tentang peran independen
perawat, dan ketakutan rumah sakit akan menurunnya kedisiplinan perawat.
v Aspek legal
Perawat dalam menjalankan entrepreneurshipnya sering dihantui oleh sangsi
hukum, oleh karena itu banyak perawat berharap untuk disahkannya RUU
praktik keperawatan. Tetapi tentunya aspek hukum yang harus dikuasai
bukan hanya tentang perawat tentunya undang undang atau peraturan
hukum lainnya juga harus dikuasai oleh perawat.

v Etik dan konflik personal


Banyak perawat beranggapan bahwa berbisnis bertentangan dengan kode
etik dan nilai perawat.dimana berbisnis maka akan menurunkan penilaian
masyarakat terhadap perawat. Dan untuk menghindari terjadinya konflik
personal perawat lebih suka bekerja di klinik tempat praktek dokter, hal ini
menyebabkan fungsi mandiri dari perawat dinilai tidak ada oleh masyarakat
atau dengan kata lain tidak kompeten dan menjadi perawat tidak survive
untuk menunjukan eksistensi tindakan keperawatan mandiri.
v Hambatan dari pengetahuan
Kemampuan perawat dalam memulai bisnis belum terlihat hal ini disebabkan
karena ketidakmampuan mengembangkan perencanaan bisnis (akutansi,
pemasaran,
anggaran,

manajeriar,
pendanaan,

asuransi,
negosiasi,

hukum,
penagihan,

perencanaan,
keterampilan

insurance,
klinik

dan

keperawatan). Manajemen perawat lebih difokuskan kepada manajemen


pasien tidak kepada manajemen perusahaan dan masih banyak perawat
beranggapan bahwa masyarakat hanya membutuhkan rumah sakit dan
dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan, kalau berbisnis mempunyai
risiko yang tinggi. Hal ini berdampak banyak perawat kesulitan dalam
memulai usaha baru.
Solusi untuk mengatasi masalah diatas diantaranya dengan cara :
Untuk memulai harus mempunyai mentor , dan tentunya kepada perawat
yang sudah menjadi entrepreneur sejati harus terpanggil jika menginginkan
terbentuk perawat yang berjiwa entrepreneur. Sehingga perawat berani
memulai bisnis baru.
Perawat harus membuat komuniti perawat entrepreneurship sehingga dapat
menggali potensi bisnis perawat, mengetahui tren bisnis perawat yang baru
dan membuat arahan arahan yang positif untuk meningkatkan income bagi
bisnis perawat.
Organisasi profesi harus mampu membuat dan mengembangkan area area
entrepreneurship perawat termasuk perlindungan hukumnya.

Membuat komuniti untuk mengidentifikasi portensi bisnis perawat, terhubung


dengan trend bisnis baru dan meningkatkan arahan arahan untuk
meningkatkan praktek
Perawat harus memperbaiki mental entrepreneurnya dan mempelajari peran
peran seorang entrepreneur
Kerjasama dengan pihak pihak lain seperti rumah sakit, pemerintah dan
swasta yang dapat dijembatani oleh organisasi profesi.
E. Wirausaha keperawatan yang berhubungan dengan terapi modalitas dalam
keperawatan

Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di berikan dalam upaya
mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Terapi modalitas
mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau
penyembuhannya. Tapi terapi ini bisa dipakai untuk terapi keperawatan keluarga.
B. Jenis-jenis terapi modalitas
Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:
1) Terapi Individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan hubungan
individual antara seorang terapi dengan seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang
terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah
hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur)
sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan di awal hubungan.
Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu menyelesaikan konflik
yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress)
emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Tahapan hubungan dalam terapi individual meliputi:
1. Tahapan orientasi
2. Tahapan kerja
3. Tahapan terminasi
Tahapan orientasi dilaksanakan ketika perawat memulai interaksi dengan klien. Yang pertama
harus dilakukan dalam tahapan ini adalah membina hubungan saling percaya dengan klien.
Hubungan saling percaya sangat penting untuk mengawali hubungan agar klien bersedia
mengekspresikan segala masalah yang dihadapi dan mau bekerja sama untuk mengatasi masalah
tersebut sepanjang berhubungan dengan perawat. Setelah klien mempercayai perawat, tahapan
selanjutnya adalah klien bersama perawat mendiskusikan apa yang menjadi latar belakang
munculnya masalah pada klien, apa konflik yang terjadi, juga penderitaan yang klien hadapi.

Tahapan orientasi diakhiri dengan kesepakatan antara perawat dan klien untuk menentukan
tujuan yang hendak dicapai dalam hubungan perawat-klien dan bagaimana kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Perawat melakukan intervensi keperawatan setelah klien mempercayai perawat sebagai terapis.
Ini dilakukan di fase kerja, di mana klien melakukan eksplorasi diri. Klien mengungkapkan apa
yang dialaminya. Untuk itu perawat tidak hanya memperhatikan konteks cerita klien akan tetapi
harus memperhatikan juga bagaimana perasaan klien saat menceritakan masalahnya. Dalam fase
ini klien dibantu untuk dapat mengembangkan pemahaman tentang siapa dirinya, apa yang
terjadi dengan dirinya, serta didorong untuk berani mengambil risiko berubah perilaku dari
perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.
Setelah kedua pihak (klien dan perawat) menyepakati bahwa masalah yang mengawali
terjalinnya hubungan terapeutik telah mereda dan lebih terkendali maka perawat dapat
melakukan terminasi dengan klien. Pertimbangan lain untuk melakukan terminasi adalah apabila
klien telah merasa lebih baik, terjadi peningkatan fungsi diri, social dan pekerjaan, serta yang
lebih penting adalah tujuan terapi telah tercapai.
2) Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan
perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat
menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah
memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan
pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan, dukungan, pengertian
agar klien dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Klien juga
dipaparkan pada peraturan-peraturan yang harus ditaati, harapan lingkungan, tekanan
peer, dan belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga mendorong
komunikasi dan pembuatan keputusan, meningkatkan harga diri, belajar keterampilan dan
perilaku yang baru.
Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan sementara di mana klien akan kembali
ke rumah, maka tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan klien dapat hidup
di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi yang diperlukan untuk
beralih dari lingkungan rumah sakit ke lingkungan rumah tinggalnya.
3) Terapi Biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical di mana
gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model konsep yang lain
yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak
mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis. Tekanan model medical adalah
pengkajian spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku
abnormal dipercaya akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu.
Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi: pemberian obat (medikasi
psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT), foto terapi, dan bedah

otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan kesehatan
jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan ECT.
4) Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi
perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah membantu
mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola
berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut. Gangguan perilaku
terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan berfikir yang tidak akurat. Untuk itu
salah satu memodifikasi perilaku adalah dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan
tersebut. Fokus auhan adalah membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini,
harapan-harapan, dan kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.
Ada tiga tujuan terapi kognitif meliputi:
1. Mengembangkan pola berfikir yang rasional. Mengubah pola berfikir tak rasional yang
sering mengakibatkan gangguan perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta
dan informasi yang actual.
2. Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam menanggapi setiap
stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran.
3. Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan terlebih
dahulu mengubah pola berfikir.
Bentuk intervensi dalam terapi kognitif meliputi mengajarkan untuk mensubstitusi
pikiran klien, belajar penyelesaian masalah dan memodifikasi percakapan diri negatif.
5) Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai
unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu
melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang
mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh
anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan
kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut
digali. Dengan demikian terleih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa
masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya
masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan
meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), fase 3
(terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling
percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di
fase kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis
berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi
masing-masing individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga,
peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di
mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan

terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat
mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
6) Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam kelompok, suatu
pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam terapi kelompok
perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah
meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah
perilaku maladaptive. Tahapannya meliputi: tahap permulaan, fase kerja, diakhiri tahap
terminasi.
Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai fase orientasi.
Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan dalam interaksi, kegiatan
yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut dilaksanakan. Peran terapis
dalam fase ini adalah sebagai model peran dengan cara mengusulkan struktur kelompok,
meredakan ansietas yang biasa terjadi di awal pembentukan kelompok, dan memfasilitasi
interaksi di antara anggota kelompok. Fase permulaan dilanjutkan dengan fase kerja.
Di fase kerja terapi membantu klien untuk mengeksplorasi isu dengan berfokus pada
keadaan here and now. Dukungan diberikan agar masing-masing anggota kelompok
melakukan kegiatan yang disepakati di fase permulaan untuk mencapai tujuan terapi.
Fase kerja adalah inti dari terapi kelompok di mana klien bersama kelompoknya
melakukan kegiatan untuk mencapai target perubahan perilaku dengan saling mendukung
di antara satu sama lain anggota kelompok. Setelah target tercapai sesuai tujuan yang
telah ditetapkan maka diakhiri dengan fase terminasi.
Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan dilibatkan dalam
hubungan interpersonal antar anggota. Peran perawat adalah mendorong anggota
kelompok untuk saling memberi umpan balik, dukungan, serta bertoleransi terhadap
setiap perbedaan yang ada. Akhir dari terapi kelompok adalah mendorong agar anggota
kelompok berani dan mampu menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi di masa
mendatang.
7) Terapi Perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat
proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan disubstitusi dari
perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:
1. Role model
2. Kondisioning operan
3. Desensitisasi sistematis
4. Pengendalian diri
5. Terapi aversi atau releks kondisi
Teknik role model adalah strategi mengubah perilaku dengan memberi contoh perilaku
adaptif untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien mampelajari melalui praktek dan
meniru perilaku tersebut. Teknik ini biasanya dikombinasikan dengan teknik
kondisioning operan dan desensitisasi.

Kondisioning operan disebut juga penguatan positif di mana terapis memberi


penghargaan kepada klien terhadap perilaku yang positif yang telah ditampilkan oleh
klien. Dengan penghargaan dan umpan balik positif yang didapat maka perilaku tersebut
akan dipertahankan atau ditingkatkan oleh klien. Misalnya seorang klien begitu bangun
tidur langsung ke kamar mandi untuk mandi, perawat memberikan pujian terhadap
perilaku tersebut. Besok pagi klien akan mengulang perilaku segera mandi setelah
bangun tidur karena mendapat umpan balik berupa pujian dari perawat. Pujian dalam hal
ini adalah reward atau penghargaan bagi perilaku positif klien berupa segera mandi
setelah bangun.
Terapi perilaku yang cocok untuk klien fobia adalah teknik desensitisasi sistematis yaitu
teknik mengatasi kecemasan terhadap sesuatu stimulus atau kondisi dengan secara
bertahap memperkenalkan/memaparkan pada stimulus atau situasi yang menimbulkan
kecemasan tersebut secara bertahap dalam keadaan klien sedang relaks. Makin lama
intensitas pemaparan stimulus makin meningkat seiring dengan toleransi klien terhadap
stimulus tersebut. Hasil akhirnya adalah klien akan berhasil mengatasi ketakutan atau
kecemasannya akan stimulus tersebut.
Untuk mengatasi perilaku dorongan perilaku maladaptive klien dapat dilatih dengan
teknik pengendalian diri. Bentuk latihannya adalah berlatih mengubah kata-kata negatif
menjadi kata-kata positif. Apabila ini berhasil maka klien sudah memiliki kemampuan
untuk mengendalikan perilaku yang lain sehingga menghasilkan terjadinya penurunan
tingkat distress klien tersebut.
Mengubah perilaku dapat juga dilakukan dengan memberi penguatan negatif. Caranya
adalah dengan memberi pengalaman ketidaknyamanan untuk merusak perilaku yang
maladaptive. Bentuk ketidaknyamanan ini dapat berupa menghilangkan stimulus positif
sebagai punishment terhadap perilaku maladaptive tersebut. Dengan ini klien akan
belajar untuk tidak mengulangi perilaku demi menghindari konsekuensi negatif yang
akan diterima akibat perilaku negatif tersebut.
8) Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan dapat
berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal. Dengan
bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional anak, hipotesa
diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk mengatasi masalah anak tersebut.
Prinsip terapi bermain meliputi membina hubungan yang hangat dengan anak,
merefleksikan perasaan anak yang terpancar melalui permainan, mempercayai bahwa
anak dapat menyelesaikan masalahnya, dan kemudian menginterpretasikan perilaku anak
tersebut.
Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, anak yang mengalami
ansietas, atau sebagai korban penganiayaan (abuse). Bahkan juga terpai bermain ini
dianjurkan untuk klien dewasa yang mengalami stress pasca trauma, gangguan identitas
disosiatif dan klien yang mengalami penganiayaan.

E. Wirausaha yang berhubungan dengan informasi dan teknologi dalam profesi


keperawatan

Persahabatan merupakan unsur penting dalam hidup kita, sebagaimana hubungan profesional
menjadi pusat keberhasilan kita. Karena itu, membangun jejaring menjadi keahlian yang sangat
bermanfaat.

Ungkapan Yang penting bukan apa yang Anda tahu, tapi siapa yang Anda kenal tidak
sepenuhnya benar, tapi hanya separuh benar. Kenyataannya, dalam mengembangkan karier dan
bisnis atau menuntun ke arah cita-cita, yang penting adalah siapa yang kenal Anda!
Bakat, keahlian, pengalaman dan kepandaian semata tidaklah cukup untuk mencetak
keberhasilan. Justru, hubungan dan kontak dengan orang lainlah yang akan mendorong Anda
menuju sukses. Sukses bersifat relatif, karena Anda tahu apa yang Anda inginkan, apa nilai yang
Anda anut, serta apa yang Anda mau lakukan.
Anda pasti akrab dengan komputer. Internet, juga bukan lagi sesuatu yang asing. Semua
menyadari, internet memberi akses informasi instan, dari yang serius seperti peta investasi lintas
bangsa, kebijakan politik, isu-isu kemanusiaan terkini sampai sekadar resep dan anekdot. Bagi
wirausahawan, informasi harus bisa ia jadikan peluru dalam pertempuran bisnis. Jadikanlah
informasi sebagai kekuatan saat ia dipertukarkan. Salah satu cara memperkuat basis informasi,
membangun jejaring.
Apakah jejaring itu? Dalam konteks ini, yang kami maksud adalah, proses dua arah yang benar
di mana berbagai sumberdaya dibagikan dan diterima. Di dalam proses ini, ada semangat saling
berbagi informasi. Ya: informasi! Kalau Anda termasuk tipe pembangun jejaring yang baik,
maka Anda akan bahagia saat Anda dapat memberi kepada mitra-mitra Anda, stakeholder
jejaring, seluruh elemen yang terlibat dalam proses saling berbagi informasi ini.
Sepintas, berbagi informasi serasa sesuatu yang mudah. Perlu energi lebih, kalau pertukaran
informasi dilekati kepentingan memperkuat performance bisnis. Menerapkan pertukaran
informasi dan membangun jejaring yang efektif untuk menguatkan sebuah usaha, tidaklah
segampang menjelaskannya. Bagaimana agar sukses membangun jejaring? Saran kami, jadilah
pribadi yang menjunjung tinggi cara, proses serta tujuan dibangunnya sebuah jejaring. Jangan
mengabaikan pentingnya ikhtiar mengembangkan dan memperhalus kemampuan melakukan
tindak lanjut. Anda mungkin punya banyak informasi menarik dan potensial melancarkan bisnis
Anda, tapi semuanya tidak menjadi apa-apa tanpAAa tindak lanjut. Sebagai wirausahawan yang
berhasrat memperkuat usaha melalui jejaring, fokus tindakan Anda: menyadarkan, bahwa mitra

jejaring Anda punya informasi bernilai. Pastikan, Anda temukan argumentasi yang tepat, apa
informasi itu, dan bagaimana ia bisa bernilai bagi Anda.

2.7 TELENURSING
A.

Definisi Telenursing
Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan

teknologi telekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011). Teknologi


informasi dibidang keperawatan adalah teknologi informasi yang mengintegrasikan ilmu
keperawatan, komputer, ilmu pengetahuan, dan ilmu informasi untuk mengelola dan
mengkomunikasikan data, informasi, dan pengetahuan dalam praktek keperawatan. Informatika
keperawatan memfasilitasi integrasi data, informasi, dan pengetahuan untuk dukungan klien,
perawat, dan penyedia lainnya dalam pengambilan keputusan mereka dalam semua peran dan
pengaturan. (Terhuyung & Bagley-Thompson, 2002 dalam Salim, 2010).
Telenursing adalah pemberian servis dan perawatan oleh perawat dengan menggunakan
telekomunikasi, meningkatkan akses untuk tindakan keperawatan kepada pasien pada lokasi
yang jauh atau perpencil (http://findarticles. com/ p/ articles/mi_m0FSW/is_4_18/ai_n18610226,
diperoleh tanggal 01 mei 2012)
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara
perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth dan beberapa
bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non medis seperti telediagnosis, telekonsultasi
dan telemonitoring (http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing, diperoleh tanggal 02 mei 2012).

5
Telenursing menunjukkan penggunaan tehnologi komunikasi oleh perawat untuk
meningkatkan perawatan pasien. Telenursing menggunakan channel elektromagnetik (wire,

radio, optical) untuk mengirim suara, data dan sinyal video komunikasi. Dapat juga didefinisikan
sebagai komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi elektrik atau optic antara
manusia dan atau computer (http://www.icn.ch/matters_telenursing.htm, diperoleh tanggal 02
Mei 2012)
Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi
dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit
untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai
peralatan video conference. Telenursing bagian integral dari telemedicine atau telehealth
(http://www.inna-ppni.or.id/ index.php?name =News &file=article&sid=71, diperoleh tanggal 02
Mei 2012)
Dengan penerapan telenursing dalam memberikan pelayanan keperawatan akan
meningkatkan kepuasan klien dan peningkatan parstisipasi aktif keluarga. Dalam memberikan
asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum dari pemerintah untuk
mengatur praktek, SOP/standar operasional prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan,
kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.
Kegiatan

telenursing

membutuhkan

integrasi

antara

startegi

dan

kebijakan

untuk

mengembangkan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem


pendidikan serta pelatihan keperawatan.
Untuk dapat diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :
1.Faktor legalitas
Dapat didefinisikan sebagai otonomi profesi keperawatan atau institusi keperawatan yang
mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan telenursing.
2. Faktor financial
Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana dan prasaranya
sangat banyak. Perlu dukungan dari pemerintah dan organisasi profesi dalam penyediaan aspek
financial dalam pelaksanaan telenursing.

6
3. Faktor Skill
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang telenursing. Perawat
dan pasien perlu dilakukan pelatihan tentang aplikasi telenursing. Terlaksananya telenursing
sangat tergantung dari aspek pengetahuan dan skill antara pasien dan perawat. Pengetahuan
tentang telenursing harus didasari oleh pengetahuan tehnologi informasi.
4. Faktor Motivasi
Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan telenursing. Tanpa ada
motivasi dari perawat dan pasien, telenursing tidak akan bisa berjalan dengan baik.
Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik disebabkan oleh
karena keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya
dukungan pelaksanaan telenursing dari pemerintah. Untuk mensiasati keterbatasan pelaksanaan
telenursing bisa dimulai dengan peralatan yang sederhana seperti pesawat telepon yang sudah
banyak dimiliki oleh masyarakat tetapi masih belum banyak dimanfaatkan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan. Telenursing menggunakan telepon ini dapat
diaplikasikan di unit gawat darurat dan home care.
Hal tersebut dikatakan telenursing jika perawat melakukan tindakan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan klien melalui pengkajian triase dan pemberian informasi
menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi serta sistem berbasis website. Ners yang
melakukan praktek telenursing harus seorang Registered Nurses (RN). Perawat yang melakukan
praktek telenursing harus bertanggung jawab untuk meyakinkan kemampuan ketrampilan
keperawatan mereka dan pengetahuan yang up to date untuk praktek telenursing mereka.
Tujuan dari telenursing adalah tidak untuk membentuk diagnosis medis, melainkan
difokuskan pada dimensi dari urgensi. Sehingga para perawat akan lebih terfokus pada
informasi, dukungan, dan meningkatkan pengetahuan. Untuk mencapai hasil yang positif dari
konsultasi melalui telephone maka sangat dibutuhkan cara berkomunikasi yang baik.
Komunikasi yang baik akan berdampak pada perasaan sehingga setiap perkataan akan mudah
untuk didengar dan dipahami.

7
Dengan demikian klien dan keluarganya akan termotivasi untuk mengikuti saran perawat.
Sebuah komunikasi yang berpusat pada klien adalah teknik pendekatan yang disukai dalam
rangka membina hubungan antara klien dan tenaga professional. Komunikasi yang berpusat pada
klien telah ditangani secara ekstensif selama dekade terakhir.
Melalui telenursing, perawat mampu melakukan monitoring, pendidikan, follow up,
pengkajian dan pengumpulan data, melakukan intervensi, memberikan dukungan pada keluarga
dan perawatan multidisiplin yang inovatif serta kolaborasi. Selain itu dalam praktek telenursing,
perawat melakukan pengkajian lanjutan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi terhadap hasil
perawatan, dan perawat juga menggunakan teknologi seperti internet, computer, telephone, alat
pengkajian digital, dan perlengkapan telemonitoring system audio-vidio, satelit dan system
komunikasi yang lain. Penggunaan computer dan teknologi informasi untuk mensupport perawat
dan pasien dengan informasi yang lebih efektif. Dalam rangka efisiensi dan efektifitas
telenursing, antara perawat dan pasien terhubungkan secara langsung menggunakan system
transmisi elektronik.
Telenursing melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang
berkembang pesat saat ini. Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat memonitor
tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak flow pernapasan
pasien melalui internet. Dengan melakukan video conference, pasien dapat berkonsultasi dalam
perawatan luka, injeksi insulin dan penatalaksanaan sesak napas.
B.

Manfaat Telenursing
Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing yaitu :

1.

Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi

kunjungan ke pelayanan kesehatan ( dokter praktek,ruang gawat darurat, rumah sakit dan nursing
home)
2.

Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan

keperawatan tanpa batas geografis


3.

Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah sakit

4.

Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan pengkajian yang sering

sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing dapat meningkatkan pelayanan untuk
pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi.
8
5.

Berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan akses

untuk perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber.


Selain manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan
keperawatan ( model distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis
informatika kesehatan. Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video conference,
pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning
Pada akhirnya telenursing dapat meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga,
terutama dalam manajemen pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan akurat, cepat
dan dukungan online, perawatan yang berkelanjutan dan kontak antara perawat dan pasien yang
tidak terbatas.
a.

Selain itu telenursing dapat memberikan kesempatan kepada perawat yang berpengalaman

klinik namun telah pensiun/ tidak lagi bekerja di pelayanan kesehatan, namun masih dapat
memberikan asuhan keperawatan secara online. Hal ini juga menghindari kontak langsung,
meminimalkan resiko infeksi nosokomial, memberikan privasi ruang dan waktu bagi pasien dan
perawat. Dapat dibayangkan bagi penderita HIV/AIDS, atau pasien pengguna narkotika/obat
terlarang /alkoholik akan lebih merasa terjaga privasinya dengan pelayanan telenursing ini .
b.

Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan

kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang
secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam
merawat pasien adalah :
Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan
harus tetap terjaga

Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial


resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan
keuntungannya
Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan
membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
9
Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah
gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
c.

Dengan melihat potensi dan perkembangan pelayanan keperawatan, sistem informasi

kesehatan dan penggunaan internet di Indonesia, bukan tidak mungkin hal ini mendasari
telenursing berkembang di Indonesia (dalam berbagai bentuk aplikasi tehnik komunikasi) dan
beragam tujuan. Hal ini tidak lain agar pelayanan asuhan keperawatan dan perkembangan ilmu,
riset dan pendidikan keperawatan di Indonesia dapat sejajar minimal dengan perkembangan
tehnologi kesehatan, dan kedokteran di Indonesia, menjelang Indonesia Sehat.
C.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Telenursing

Ada empat faktor penting yang mempengaruhi implementasi telenursing. Empat faktor tersebut
yaitu aspek sistematika, aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspak teknikal.
1.

Aspek sistematika

Aspek sistematika terkait dukungan dari pemerintah, yang meliputi legislasi dan regulasi. Dalam
mengontrol kualitas dan kelangsungan telenursing sangat dibutuhkan pengaturan dan supervisi
pelayanan pemerintah. Untuk penerapan telenursing disepakati bahwa praktek keperawatan
mandiri seharusnya ada otoritas dan peraturan legal serta adanya standart operasional prosedur
yang dibuat oleh organisasi profesi keperawatan atau pendidikan keperawatan.
2.

Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi terkait verifikasi terhadap kontrol keuangan medis akibat penggunaan
telenursing dan Government recognition for cost effectiveness merupakan prioritas utama.
Investasi pemerintah dalam proyek telenursing merupakan prioritas untuk mengaktifkan

telenursing di daerah rural dan area kepulauan untuk manfaat medis. Aplikasi system telenursing
yang mahal dan uang perawatan (maintenance fee) harus dipikirkan.
3.

Aspek Sosial

Aspek sosial terkait verifikasi nilai dan membangun kepercayaan sosial tentang telenursing
dibandingkan dengan perawatan langsung.

10
Penerimaan dari pemberi pelayanan kesehatan seperti fasilitas medis, dokter dan
perawat, merupakan hal penting dalan implementasi telenursing.
Kerja sama dan koordinasi antara profesi kesehatan akan membangun pemahaman yang lebih
baik tentang telenursing pada publik. Adanya pengakuan public terhadap keperawatan itu sendiri
merupakan factor kunci dalam pelaksanan telenursing.
4.

Aspek teknikal
Aspek teknikal terkait kreatifitas dan originalitas konten telenursing dan pengembangan

sistem pelayanan. Pelatihan dan pendidikan perawat serta teknologi informasi mendukung
pengembangan dan pengoperasian telenursing. Pengembangan teknologi informasi untuk
menjaga privacy pasien dan keamanan informasi. Standarisasi, pelatihan keperawatan dan
penelitian untuk pengembangan system telenursing dan pelaksanaannya, teknologi informasi
medis dan pengembangan system aplikasi, serta desain model fungsional yang mungkin
diterapkan dilingkungan tersebut. Jadi keempat aspek tersebut harus terintegrasi dalam strategi
pelaksanaan telenursing.
D.

Aplikasi Telenursing

Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing dan
melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi
telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan system memonitor parameter fisiologi
seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet. Melalui system
interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun video konsultasi

ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti baju, memberikan
injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil
dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit kardiopulmoner.
Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan,
khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat menyiapkan
informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online. Kontinuitas perawatan dapat
ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak antara pemberi pelayanan kesehatan maupun
keperawatan dengan individu pasien dan keluarganya.

11
Gambar 1.1 Alur telenursing
Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan,
khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat menyiapkan
informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online. Kontinuitas perawatan dapat
ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak antara pemberi pelayanan kesehatan maupun
keperawatan dengan individu pasien dan keluarganya.
Media telenursing antara lain:
1. Telepon ( telepon seluler )
2. Personal Digital System (PDA)
3. Mesin faksimili (faks)
4. Internet
5. Video atau audio conferencing
6. Teleradiolog
7. Komputer sistem informasi
8. Teleborotic
Pedoman praktek lainnya yang menggunakan telenursing adalah :
1.

Menyampaikan informasi penting klien seperti data elektrokardiogram, CT Scan, foto

rontgen, dsb.
2. Menggunakan video, komputer untuk memantau kondisi kesehatan klien.

3. Memantau status kesehatan klien di rumah sakit atau rumah misal, tekanan darah, nadi
pernafasan, suhu dan sebagainya.
4. Membantu wisatawan untuk mendapatkan perawatan kesehatan di tempat tujuan mereka.
5. Membantu operasi klien dari jarak jauh.

F. Wirausaha yang berhubungan dengan enterpreneurship dalam profesi


keperawatan

Pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang membuat individu atau
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada
pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampaian produk atau jasa
mulai dari produsen sampai konsumen.
Dalam bidang ini perawat dapat berperan sebagai penggagas ide, pengelola,
pemilik modal, pemilik saham ataupun sebagai owner .
1. Home Care

Definisi Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home


care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang
diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan
untuk

meningkatkan,

mempertahankan

atau

memulihkan

kesehatan

atau

memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.


Selain itu, home care merupakan pelayanan yang dikelola oleh suatu unit atau
sarana ataupun institusi baik aspek administrasi maupun aspek pelayanan dengan

mengkoordinir berbagai kategori tenaga professional dibantu tenaga non


professional dibidang kesehatan maupun non kesehatan.
2. Konsultan Keperawatan

Definisi Konsultan adalah seorang tenaga profesional yang menyediakan


jasa nasihat ahli dalam bidang keahliannya. Perbedaan antara seorang konsultan
dengan ahli biasa adalah konsultan bukan merupakan karyawan diperusahaan,
melainkan seseorang yang menjalankan usaha hanya sendiri serta berurusan
dengan berbagai klien dalam satu waktu. Tidak hanya menyediakan jasa,
konsultan juga bisa memberikan layanan konsultasi atau konseling secara langsung
pada klien. Konseling adalah proses membantu pasien untuk menyadari
danmengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial, untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang dimana
didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual (Mubarak dan Nur
Chayatin, 2009).
3. Terapi Komplementer

Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan


sebagai pendukung pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Di Indonesia ada 3 jenis
teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu
sebagai berikut :

a) Akupunktur Medik.
Akupuntur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinya.
Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam
mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda
nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang
berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut
adalah pelepasan endorphine yang banyak berperan pada sistem tubuh.
b) Terapi Hiperbarik.
Terapi hiperbarik merupakan suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke
dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 3 kali lebih besar dari pada
tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni
(100%). Selama terapi, pasien boleh membaca, minum,atau makan untuk
menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara.
c) Terapi herbal medik.
Terapi herbal medik yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik
berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa
fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada
cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi
dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
seorang praktisi komplementer, yaitu sebagai berikut :
a) Sumber daya manusia harus tenaga dokter, perawat dan atau dokter gigi yang
sudah memiliki kompetensi.
b) Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan
farmasi.

c) Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat izin
dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan pemantauan
terus menerus.
4. Klinik Kesehatan Swasta Dalam Bidang Penelitian

Banyaknya permasalahan dalam bidang kesehatan terutama yang dihadapi


oleh lembaga penyelenggara pelayanan kesehatan juga membuka peluang usaha
tersendiri bagi perawat. Dengan membentuk tim riset profesional seperti:
a. Teknik perawatan luka.
b. Terapi modalitas.
5. Dalam Bidang Pendidikan
Semakin meningkatnya permintaan masyarakat tentang layanan kesehatan dirumah
dapat membuka peluang perawat untuk mendirikan lembaga pelatihan ataupun
konsultan yang bergerak dibidang pendidikan seperti:
a. Lembaga Pelatihan Baby Sister.
b. Pelatihan Perawatan Lansia atau Anak.

BAB III
PENUTUP
Entrepreneur sebagai peluang atau The preneurship of creative
destruction dan ini merupakan peluang komersial , dan ini ada tiga
pengaruh penting dalam bisnis yaitu :a diharapkan bekerja sendiri ( self

employed ), entrepreneurship home care yang pada dasar nya membahas


pengorgnisasian ,dan ketiga adalah dorongan utama dibelakang inovasi
dalam masyarakat sesuai dengan trend di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T. & J. McFarlane, 2000. Community as Partner Theory and
Practice in Nursing 3rd Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Black, M. 2002. A Handbook on Advocacy Child Domestic Workers: Finding
a Voice. Anti-Slavery International. Sussex, UK: The Printed Word.
Bracht, N. (Ed.). 1990. Health promotion at the community level. Newbury
Park, CA: Sage.
Co, M.J. 2004. The Formal Institutional Framework of Entrepreneurship in the
Philippines:

Lessons

for

Developing

Countries.

The

Journal

of

Entrepreneurship, 13 (2): 185-203.


Cohen, E. 1996. Nurse Case Management in the 21st Century. St. Louis:
Mosby-Year Book. Inc.
Cohen, D., de la Vega, R., & Watson, G. 2001. Advocacy for Social Justice: A
Global Action and Reflection Guide. Bloomfield, CT: Kumarian Press.
Community

Health

Nurses

Association

of

Canada.

2003.

Canadian

community health nursing standards of practice. Ottawa: Author.


Depkes RI. 2004a. Kajian Sistem Pembiayaan, Pendataan dan Kontribusi
APBD untuk Kesinambungan Pelayanan Keluarga Miskin (Exit Strategy).
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes

RI.

2004.

Sistem

Kesehatan

2005.

Kemitraan.

Nasional.

Jakarta:

Departemen

Kesehatan

http://www.

Kesehatan RI.
Depkes

RI.

Pusat

Promosi

promokes.go.id, diunduh pada tanggal 25 September 2005.

Anda mungkin juga menyukai