BAB Kwu
BAB Kwu
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kewaspadaan masyarakat, kesadaran masyarakat akan hakhaknya di muka hukum, terbukanya era pasar bebas, meningkatnya
persaingan nasional dan internasional, dan peningkatan kualitas pendidikan
dasar
menjadi
sebuah
tantangan
yang
perlu
dijawab
oleh
dunia
erat
kaitannya
dengan
upaya
mandiri
untuk
dan mengkombinasikan hal-hal biasa menjadi sesuatu yang luar biasa dan
memiliki selling point and value yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Selama ini rutinitas perawat di ruangan saat pasien telah selesai diberikan
tindakan dan asuhan kaperawatan, seringkali menggunakan waktu luangnya
untuk menyiapkan kasa dan kapas untuk disterilisasi, menyiapkan set untuk
perawatan klien harian dan hal-hal minor yang lain. Boleh menjadi bayangan
bagaimana jika contoh tersebut dikelola sehingga bernilai jual. Contoh
lainnya, saat ini penderita penyakit kronis mengalami peningkatan dari segi
kuantitas. Tentunya kondisi ini sedikit-banyak jika dirawat di rumah sakit
dalam jangka waktu lama akan menurunkan kualitas manajemen rumah
sakit dan cost inefective. Jika peluang itu dapat ditangkap, maka seharusnya
perawat mampu meningkatkan peranannya di rumah sakit.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
perawat
adalah
untuk
membantu
meningkatkan
dan
ini
dibutuhkan
perawat
yang
memiliki
kepribadian
Tipe
seseorang
yang
melakukan
dan
mengoperasikan
kegiatan
berani
mengambil
risiko
atas
tindakannya.
Ketika
seorang
perawat
peran
tersebut
perawat
juga
dapat
melakukan
penelitian-
penelitian, sebagai contoh adanya tim riset yang meneliti perawatan luka,
cara ganti balutan efektif, kompres modern, terapi modalitas, tehnik
relaksasi dsb. Masalah penelitian direkomendasikan dari Rumah sakit atau
intistusi kesehatan yang membutuhkan solusi. Misalnya kenapa kunjungan
ke RS tertentu sangat rendah, maka perawat manajemen akan melakukan
riset yang didanai rumah sakit yang bersangkutan, termasuk riset kepuasan
klien.
Disamping peran-peran di atas perawat dapat juga bergerak dalam
bidang pendidikan atau menyediakan pelatihan-pelatihan atau sebagai
konsultan. Misalnya pelatihan baby siter, pelatihan perawat lansia, perawat
anak di rumah atau perawat yang akan mendampingi klien saat ibadah haji.
Nursepreneur adalah rangkaian dari dua kata kata yaitu nurse dan
entrepreneur. Nurse artinya seorang perawat, sedangkan Entrepreneur
sendiri
Mencapai kualitas
Optimis
Berorganisasi
entrepreneur
dalam
kehidupan
sehari-harinya,
maka
dapat
2.
Pengasuhan Diri: Antusiasme tak terbatas untuk ide-ide Anda saat tak
seorang pun memilikinya.
3.
Orientasi
pada
Tindakan
Hasrat
menyala
untuk
memujudkan,
5.
bagi
perawat
sebetulnya
bisa
dipelajari
sambil
satu perusahaan yang telah ada. Menjadi seorang intrapreneur lebih aman,
mendapatkan karir, dan dapat melangkah menjadi entrepreneur. Tentu saja
ini berbeda dengan apa yang umumnya perawat lakukan, dan bukan bekerja
di RS yang tentu saja yang secara alamiah bukan tempat berbisnis.
Ketrampilan dan karakter perawat yang diperlukan berbeda sekali, mesti
memiliki semangat wirausaha, memulai sendiri, bertanggung jawab secara
keuangan, mencoba hal baru, dan berani. Anda sebagai perawat juga
dituntut memiliki jiwa sales, customer services, budgeting, forecasting dan
manajemen.
Secara mudahnya lebih baik menjadi perawat intrapreneur dulu, sambil
bekerja dalam satu institusi bisnis atau sambil bekerja sebagai perawat,
namun memiliki usaha sampingan di bidang wirausaha. Setelah kita yakin
siap, maka bisa langsung terjun dalam entrepreneurship untuk mengurus
bisnis sendiri.
2.5. MENJADI EMPLOYER KEMUDIAN INVESTOR
Menurut Robert Kiyosaki tingkatan terendah dalam bekerja menurut
penghasilannya adalah Employer (pekerja), tingkatan kedua adalah owner
(pemilk) dan tingkatan ketiga adalah investor (pemilik modal). Jawaban
menarik yang disampaikan oleh para perawat yang bekerja di Kuwait kalau
ditanyakan apakah ingin bekerja sebagai perawat kembali di Indonesia nanti
(saat resign)?. Sebagaian besar mereka menjawab tidak. Sehingga banyak
dari mereka yang telah merintis berbagai jenis usaha bisa berhubungan
dengan dunia keperawatan/kesehatan atau bahkan tidak sama sekali.
Banyak teman perawat yang selalu setiap annual leave (cuti tahunan) mulai
merintis bidang usaha baru, yang dikelola keluarga/teman, atau membuat
kontrakan, transportasi, buka toko obat, bisnis fotocopy, makanan, property,
wartel/warnet, usaha komputer, service hp, bengkel, dsb.
Mereka memiliki keyakinan bahwa dalam bidang pekerjaan apapun, yang
namanya income harian, mingguan, bulanan, tahunan dan dadakan, serta
income antar negara (income di LN dan di Indonesia ) semuanya penting
terpenuhi. (4). Bekerja di LN bisa menjadi langkah awal menjadi pebisnis dan
peluang,
hambatan,
mampu
mampu
menggunakannya,
mengatasi
hambatan
kemudian
yang
ada.
jika
terdapat
Diperlukan
juga
Trend demograf
Jumlah lansia yang semakin banyak tentunya memerlukan perawatan dalam
menjalani hidupnya. Dalam menjalani pengobatan mungkin beberapa klien
memerlukan penjagaan atas privacy-nya sehingga memerlukan pelayanan
secara khusus .
Trend sosial
Gaya hidup yang sibuk berdampak buruk terhadap kesehatan seseorang
sehingga
untuk
tetap
sehat
membutuhkan
perawatan
untuk
manajeriar,
pendanaan,
asuransi,
negosiasi,
hukum,
penagihan,
perencanaan,
keterampilan
insurance,
klinik
dan
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di berikan dalam upaya
mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Terapi modalitas
mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau
penyembuhannya. Tapi terapi ini bisa dipakai untuk terapi keperawatan keluarga.
B. Jenis-jenis terapi modalitas
Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:
1) Terapi Individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan hubungan
individual antara seorang terapi dengan seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang
terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah
hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur)
sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan di awal hubungan.
Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu menyelesaikan konflik
yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress)
emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Tahapan hubungan dalam terapi individual meliputi:
1. Tahapan orientasi
2. Tahapan kerja
3. Tahapan terminasi
Tahapan orientasi dilaksanakan ketika perawat memulai interaksi dengan klien. Yang pertama
harus dilakukan dalam tahapan ini adalah membina hubungan saling percaya dengan klien.
Hubungan saling percaya sangat penting untuk mengawali hubungan agar klien bersedia
mengekspresikan segala masalah yang dihadapi dan mau bekerja sama untuk mengatasi masalah
tersebut sepanjang berhubungan dengan perawat. Setelah klien mempercayai perawat, tahapan
selanjutnya adalah klien bersama perawat mendiskusikan apa yang menjadi latar belakang
munculnya masalah pada klien, apa konflik yang terjadi, juga penderitaan yang klien hadapi.
Tahapan orientasi diakhiri dengan kesepakatan antara perawat dan klien untuk menentukan
tujuan yang hendak dicapai dalam hubungan perawat-klien dan bagaimana kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Perawat melakukan intervensi keperawatan setelah klien mempercayai perawat sebagai terapis.
Ini dilakukan di fase kerja, di mana klien melakukan eksplorasi diri. Klien mengungkapkan apa
yang dialaminya. Untuk itu perawat tidak hanya memperhatikan konteks cerita klien akan tetapi
harus memperhatikan juga bagaimana perasaan klien saat menceritakan masalahnya. Dalam fase
ini klien dibantu untuk dapat mengembangkan pemahaman tentang siapa dirinya, apa yang
terjadi dengan dirinya, serta didorong untuk berani mengambil risiko berubah perilaku dari
perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.
Setelah kedua pihak (klien dan perawat) menyepakati bahwa masalah yang mengawali
terjalinnya hubungan terapeutik telah mereda dan lebih terkendali maka perawat dapat
melakukan terminasi dengan klien. Pertimbangan lain untuk melakukan terminasi adalah apabila
klien telah merasa lebih baik, terjadi peningkatan fungsi diri, social dan pekerjaan, serta yang
lebih penting adalah tujuan terapi telah tercapai.
2) Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan
perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat
menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah
memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan
pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan, dukungan, pengertian
agar klien dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Klien juga
dipaparkan pada peraturan-peraturan yang harus ditaati, harapan lingkungan, tekanan
peer, dan belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga mendorong
komunikasi dan pembuatan keputusan, meningkatkan harga diri, belajar keterampilan dan
perilaku yang baru.
Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan sementara di mana klien akan kembali
ke rumah, maka tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan klien dapat hidup
di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi yang diperlukan untuk
beralih dari lingkungan rumah sakit ke lingkungan rumah tinggalnya.
3) Terapi Biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical di mana
gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model konsep yang lain
yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak
mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis. Tekanan model medical adalah
pengkajian spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku
abnormal dipercaya akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu.
Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi: pemberian obat (medikasi
psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT), foto terapi, dan bedah
otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan kesehatan
jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan ECT.
4) Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi
perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah membantu
mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola
berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut. Gangguan perilaku
terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan berfikir yang tidak akurat. Untuk itu
salah satu memodifikasi perilaku adalah dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan
tersebut. Fokus auhan adalah membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini,
harapan-harapan, dan kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.
Ada tiga tujuan terapi kognitif meliputi:
1. Mengembangkan pola berfikir yang rasional. Mengubah pola berfikir tak rasional yang
sering mengakibatkan gangguan perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta
dan informasi yang actual.
2. Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam menanggapi setiap
stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran.
3. Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan terlebih
dahulu mengubah pola berfikir.
Bentuk intervensi dalam terapi kognitif meliputi mengajarkan untuk mensubstitusi
pikiran klien, belajar penyelesaian masalah dan memodifikasi percakapan diri negatif.
5) Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai
unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu
melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang
mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh
anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan
kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut
digali. Dengan demikian terleih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa
masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya
masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan
meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), fase 3
(terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling
percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di
fase kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis
berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi
masing-masing individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga,
peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di
mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan
terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat
mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
6) Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam kelompok, suatu
pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam terapi kelompok
perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah
meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah
perilaku maladaptive. Tahapannya meliputi: tahap permulaan, fase kerja, diakhiri tahap
terminasi.
Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai fase orientasi.
Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan dalam interaksi, kegiatan
yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut dilaksanakan. Peran terapis
dalam fase ini adalah sebagai model peran dengan cara mengusulkan struktur kelompok,
meredakan ansietas yang biasa terjadi di awal pembentukan kelompok, dan memfasilitasi
interaksi di antara anggota kelompok. Fase permulaan dilanjutkan dengan fase kerja.
Di fase kerja terapi membantu klien untuk mengeksplorasi isu dengan berfokus pada
keadaan here and now. Dukungan diberikan agar masing-masing anggota kelompok
melakukan kegiatan yang disepakati di fase permulaan untuk mencapai tujuan terapi.
Fase kerja adalah inti dari terapi kelompok di mana klien bersama kelompoknya
melakukan kegiatan untuk mencapai target perubahan perilaku dengan saling mendukung
di antara satu sama lain anggota kelompok. Setelah target tercapai sesuai tujuan yang
telah ditetapkan maka diakhiri dengan fase terminasi.
Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan dilibatkan dalam
hubungan interpersonal antar anggota. Peran perawat adalah mendorong anggota
kelompok untuk saling memberi umpan balik, dukungan, serta bertoleransi terhadap
setiap perbedaan yang ada. Akhir dari terapi kelompok adalah mendorong agar anggota
kelompok berani dan mampu menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi di masa
mendatang.
7) Terapi Perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat
proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan disubstitusi dari
perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:
1. Role model
2. Kondisioning operan
3. Desensitisasi sistematis
4. Pengendalian diri
5. Terapi aversi atau releks kondisi
Teknik role model adalah strategi mengubah perilaku dengan memberi contoh perilaku
adaptif untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien mampelajari melalui praktek dan
meniru perilaku tersebut. Teknik ini biasanya dikombinasikan dengan teknik
kondisioning operan dan desensitisasi.
Persahabatan merupakan unsur penting dalam hidup kita, sebagaimana hubungan profesional
menjadi pusat keberhasilan kita. Karena itu, membangun jejaring menjadi keahlian yang sangat
bermanfaat.
Ungkapan Yang penting bukan apa yang Anda tahu, tapi siapa yang Anda kenal tidak
sepenuhnya benar, tapi hanya separuh benar. Kenyataannya, dalam mengembangkan karier dan
bisnis atau menuntun ke arah cita-cita, yang penting adalah siapa yang kenal Anda!
Bakat, keahlian, pengalaman dan kepandaian semata tidaklah cukup untuk mencetak
keberhasilan. Justru, hubungan dan kontak dengan orang lainlah yang akan mendorong Anda
menuju sukses. Sukses bersifat relatif, karena Anda tahu apa yang Anda inginkan, apa nilai yang
Anda anut, serta apa yang Anda mau lakukan.
Anda pasti akrab dengan komputer. Internet, juga bukan lagi sesuatu yang asing. Semua
menyadari, internet memberi akses informasi instan, dari yang serius seperti peta investasi lintas
bangsa, kebijakan politik, isu-isu kemanusiaan terkini sampai sekadar resep dan anekdot. Bagi
wirausahawan, informasi harus bisa ia jadikan peluru dalam pertempuran bisnis. Jadikanlah
informasi sebagai kekuatan saat ia dipertukarkan. Salah satu cara memperkuat basis informasi,
membangun jejaring.
Apakah jejaring itu? Dalam konteks ini, yang kami maksud adalah, proses dua arah yang benar
di mana berbagai sumberdaya dibagikan dan diterima. Di dalam proses ini, ada semangat saling
berbagi informasi. Ya: informasi! Kalau Anda termasuk tipe pembangun jejaring yang baik,
maka Anda akan bahagia saat Anda dapat memberi kepada mitra-mitra Anda, stakeholder
jejaring, seluruh elemen yang terlibat dalam proses saling berbagi informasi ini.
Sepintas, berbagi informasi serasa sesuatu yang mudah. Perlu energi lebih, kalau pertukaran
informasi dilekati kepentingan memperkuat performance bisnis. Menerapkan pertukaran
informasi dan membangun jejaring yang efektif untuk menguatkan sebuah usaha, tidaklah
segampang menjelaskannya. Bagaimana agar sukses membangun jejaring? Saran kami, jadilah
pribadi yang menjunjung tinggi cara, proses serta tujuan dibangunnya sebuah jejaring. Jangan
mengabaikan pentingnya ikhtiar mengembangkan dan memperhalus kemampuan melakukan
tindak lanjut. Anda mungkin punya banyak informasi menarik dan potensial melancarkan bisnis
Anda, tapi semuanya tidak menjadi apa-apa tanpAAa tindak lanjut. Sebagai wirausahawan yang
berhasrat memperkuat usaha melalui jejaring, fokus tindakan Anda: menyadarkan, bahwa mitra
jejaring Anda punya informasi bernilai. Pastikan, Anda temukan argumentasi yang tepat, apa
informasi itu, dan bagaimana ia bisa bernilai bagi Anda.
2.7 TELENURSING
A.
Definisi Telenursing
Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan
5
Telenursing menunjukkan penggunaan tehnologi komunikasi oleh perawat untuk
meningkatkan perawatan pasien. Telenursing menggunakan channel elektromagnetik (wire,
radio, optical) untuk mengirim suara, data dan sinyal video komunikasi. Dapat juga didefinisikan
sebagai komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi elektrik atau optic antara
manusia dan atau computer (http://www.icn.ch/matters_telenursing.htm, diperoleh tanggal 02
Mei 2012)
Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi
dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit
untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai
peralatan video conference. Telenursing bagian integral dari telemedicine atau telehealth
(http://www.inna-ppni.or.id/ index.php?name =News &file=article&sid=71, diperoleh tanggal 02
Mei 2012)
Dengan penerapan telenursing dalam memberikan pelayanan keperawatan akan
meningkatkan kepuasan klien dan peningkatan parstisipasi aktif keluarga. Dalam memberikan
asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum dari pemerintah untuk
mengatur praktek, SOP/standar operasional prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan,
kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.
Kegiatan
telenursing
membutuhkan
integrasi
antara
startegi
dan
kebijakan
untuk
6
3. Faktor Skill
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang telenursing. Perawat
dan pasien perlu dilakukan pelatihan tentang aplikasi telenursing. Terlaksananya telenursing
sangat tergantung dari aspek pengetahuan dan skill antara pasien dan perawat. Pengetahuan
tentang telenursing harus didasari oleh pengetahuan tehnologi informasi.
4. Faktor Motivasi
Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan telenursing. Tanpa ada
motivasi dari perawat dan pasien, telenursing tidak akan bisa berjalan dengan baik.
Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik disebabkan oleh
karena keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya
dukungan pelaksanaan telenursing dari pemerintah. Untuk mensiasati keterbatasan pelaksanaan
telenursing bisa dimulai dengan peralatan yang sederhana seperti pesawat telepon yang sudah
banyak dimiliki oleh masyarakat tetapi masih belum banyak dimanfaatkan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan. Telenursing menggunakan telepon ini dapat
diaplikasikan di unit gawat darurat dan home care.
Hal tersebut dikatakan telenursing jika perawat melakukan tindakan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan klien melalui pengkajian triase dan pemberian informasi
menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi serta sistem berbasis website. Ners yang
melakukan praktek telenursing harus seorang Registered Nurses (RN). Perawat yang melakukan
praktek telenursing harus bertanggung jawab untuk meyakinkan kemampuan ketrampilan
keperawatan mereka dan pengetahuan yang up to date untuk praktek telenursing mereka.
Tujuan dari telenursing adalah tidak untuk membentuk diagnosis medis, melainkan
difokuskan pada dimensi dari urgensi. Sehingga para perawat akan lebih terfokus pada
informasi, dukungan, dan meningkatkan pengetahuan. Untuk mencapai hasil yang positif dari
konsultasi melalui telephone maka sangat dibutuhkan cara berkomunikasi yang baik.
Komunikasi yang baik akan berdampak pada perasaan sehingga setiap perkataan akan mudah
untuk didengar dan dipahami.
7
Dengan demikian klien dan keluarganya akan termotivasi untuk mengikuti saran perawat.
Sebuah komunikasi yang berpusat pada klien adalah teknik pendekatan yang disukai dalam
rangka membina hubungan antara klien dan tenaga professional. Komunikasi yang berpusat pada
klien telah ditangani secara ekstensif selama dekade terakhir.
Melalui telenursing, perawat mampu melakukan monitoring, pendidikan, follow up,
pengkajian dan pengumpulan data, melakukan intervensi, memberikan dukungan pada keluarga
dan perawatan multidisiplin yang inovatif serta kolaborasi. Selain itu dalam praktek telenursing,
perawat melakukan pengkajian lanjutan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi terhadap hasil
perawatan, dan perawat juga menggunakan teknologi seperti internet, computer, telephone, alat
pengkajian digital, dan perlengkapan telemonitoring system audio-vidio, satelit dan system
komunikasi yang lain. Penggunaan computer dan teknologi informasi untuk mensupport perawat
dan pasien dengan informasi yang lebih efektif. Dalam rangka efisiensi dan efektifitas
telenursing, antara perawat dan pasien terhubungkan secara langsung menggunakan system
transmisi elektronik.
Telenursing melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang
berkembang pesat saat ini. Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat memonitor
tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak flow pernapasan
pasien melalui internet. Dengan melakukan video conference, pasien dapat berkonsultasi dalam
perawatan luka, injeksi insulin dan penatalaksanaan sesak napas.
B.
Manfaat Telenursing
Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing yaitu :
1.
Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi
kunjungan ke pelayanan kesehatan ( dokter praktek,ruang gawat darurat, rumah sakit dan nursing
home)
2.
Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan
Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah sakit
4.
Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan pengkajian yang sering
sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing dapat meningkatkan pelayanan untuk
pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi.
8
5.
Berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan akses
Selain itu telenursing dapat memberikan kesempatan kepada perawat yang berpengalaman
klinik namun telah pensiun/ tidak lagi bekerja di pelayanan kesehatan, namun masih dapat
memberikan asuhan keperawatan secara online. Hal ini juga menghindari kontak langsung,
meminimalkan resiko infeksi nosokomial, memberikan privasi ruang dan waktu bagi pasien dan
perawat. Dapat dibayangkan bagi penderita HIV/AIDS, atau pasien pengguna narkotika/obat
terlarang /alkoholik akan lebih merasa terjaga privasinya dengan pelayanan telenursing ini .
b.
kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang
secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam
merawat pasien adalah :
Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan
harus tetap terjaga
kesehatan dan penggunaan internet di Indonesia, bukan tidak mungkin hal ini mendasari
telenursing berkembang di Indonesia (dalam berbagai bentuk aplikasi tehnik komunikasi) dan
beragam tujuan. Hal ini tidak lain agar pelayanan asuhan keperawatan dan perkembangan ilmu,
riset dan pendidikan keperawatan di Indonesia dapat sejajar minimal dengan perkembangan
tehnologi kesehatan, dan kedokteran di Indonesia, menjelang Indonesia Sehat.
C.
Ada empat faktor penting yang mempengaruhi implementasi telenursing. Empat faktor tersebut
yaitu aspek sistematika, aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspak teknikal.
1.
Aspek sistematika
Aspek sistematika terkait dukungan dari pemerintah, yang meliputi legislasi dan regulasi. Dalam
mengontrol kualitas dan kelangsungan telenursing sangat dibutuhkan pengaturan dan supervisi
pelayanan pemerintah. Untuk penerapan telenursing disepakati bahwa praktek keperawatan
mandiri seharusnya ada otoritas dan peraturan legal serta adanya standart operasional prosedur
yang dibuat oleh organisasi profesi keperawatan atau pendidikan keperawatan.
2.
Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi terkait verifikasi terhadap kontrol keuangan medis akibat penggunaan
telenursing dan Government recognition for cost effectiveness merupakan prioritas utama.
Investasi pemerintah dalam proyek telenursing merupakan prioritas untuk mengaktifkan
telenursing di daerah rural dan area kepulauan untuk manfaat medis. Aplikasi system telenursing
yang mahal dan uang perawatan (maintenance fee) harus dipikirkan.
3.
Aspek Sosial
Aspek sosial terkait verifikasi nilai dan membangun kepercayaan sosial tentang telenursing
dibandingkan dengan perawatan langsung.
10
Penerimaan dari pemberi pelayanan kesehatan seperti fasilitas medis, dokter dan
perawat, merupakan hal penting dalan implementasi telenursing.
Kerja sama dan koordinasi antara profesi kesehatan akan membangun pemahaman yang lebih
baik tentang telenursing pada publik. Adanya pengakuan public terhadap keperawatan itu sendiri
merupakan factor kunci dalam pelaksanan telenursing.
4.
Aspek teknikal
Aspek teknikal terkait kreatifitas dan originalitas konten telenursing dan pengembangan
sistem pelayanan. Pelatihan dan pendidikan perawat serta teknologi informasi mendukung
pengembangan dan pengoperasian telenursing. Pengembangan teknologi informasi untuk
menjaga privacy pasien dan keamanan informasi. Standarisasi, pelatihan keperawatan dan
penelitian untuk pengembangan system telenursing dan pelaksanaannya, teknologi informasi
medis dan pengembangan system aplikasi, serta desain model fungsional yang mungkin
diterapkan dilingkungan tersebut. Jadi keempat aspek tersebut harus terintegrasi dalam strategi
pelaksanaan telenursing.
D.
Aplikasi Telenursing
Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing dan
melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi
telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan system memonitor parameter fisiologi
seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet. Melalui system
interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun video konsultasi
ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti baju, memberikan
injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil
dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit kardiopulmoner.
Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan,
khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat menyiapkan
informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online. Kontinuitas perawatan dapat
ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak antara pemberi pelayanan kesehatan maupun
keperawatan dengan individu pasien dan keluarganya.
11
Gambar 1.1 Alur telenursing
Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan,
khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat menyiapkan
informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online. Kontinuitas perawatan dapat
ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak antara pemberi pelayanan kesehatan maupun
keperawatan dengan individu pasien dan keluarganya.
Media telenursing antara lain:
1. Telepon ( telepon seluler )
2. Personal Digital System (PDA)
3. Mesin faksimili (faks)
4. Internet
5. Video atau audio conferencing
6. Teleradiolog
7. Komputer sistem informasi
8. Teleborotic
Pedoman praktek lainnya yang menggunakan telenursing adalah :
1.
rontgen, dsb.
2. Menggunakan video, komputer untuk memantau kondisi kesehatan klien.
3. Memantau status kesehatan klien di rumah sakit atau rumah misal, tekanan darah, nadi
pernafasan, suhu dan sebagainya.
4. Membantu wisatawan untuk mendapatkan perawatan kesehatan di tempat tujuan mereka.
5. Membantu operasi klien dari jarak jauh.
Pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang membuat individu atau
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada
pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampaian produk atau jasa
mulai dari produsen sampai konsumen.
Dalam bidang ini perawat dapat berperan sebagai penggagas ide, pengelola,
pemilik modal, pemilik saham ataupun sebagai owner .
1. Home Care
meningkatkan,
mempertahankan
atau
memulihkan
kesehatan
atau
a) Akupunktur Medik.
Akupuntur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinya.
Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam
mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda
nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang
berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut
adalah pelepasan endorphine yang banyak berperan pada sistem tubuh.
b) Terapi Hiperbarik.
Terapi hiperbarik merupakan suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke
dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 3 kali lebih besar dari pada
tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni
(100%). Selama terapi, pasien boleh membaca, minum,atau makan untuk
menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara.
c) Terapi herbal medik.
Terapi herbal medik yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik
berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa
fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada
cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi
dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
seorang praktisi komplementer, yaitu sebagai berikut :
a) Sumber daya manusia harus tenaga dokter, perawat dan atau dokter gigi yang
sudah memiliki kompetensi.
b) Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan
farmasi.
c) Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat izin
dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan pemantauan
terus menerus.
4. Klinik Kesehatan Swasta Dalam Bidang Penelitian
BAB III
PENUTUP
Entrepreneur sebagai peluang atau The preneurship of creative
destruction dan ini merupakan peluang komersial , dan ini ada tiga
pengaruh penting dalam bisnis yaitu :a diharapkan bekerja sendiri ( self
Lessons
for
Developing
Countries.
The
Journal
of
Health
Nurses
Association
of
Canada.
2003.
Canadian
RI.
2004.
Sistem
Kesehatan
2005.
Kemitraan.
Nasional.
Jakarta:
Departemen
Kesehatan
http://www.
Kesehatan RI.
Depkes
RI.
Pusat
Promosi