Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB DI ERA


GLOBALISASI
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun Oleh :
Ulul Ilma Navia

21030112140185

Kelompok 4

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

I.

Pendahuluan
Pancasila
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II
No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Pancasila adalah falsafah atau pandangan hidup, jiwa dan kepribadian serta
tujuan hidup bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila
mempunyai nilai-nilai yang dijadikan dasar dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, selain itu nilai-nilai Pancasila telah memberikan ciri-ciri (identitas)
bangsa yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain dalam bersikap,
bertingkah laku secara perorangaan maupun secara kemasyarakatan.
Sila kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Pancasila sebagai filsafat negara indonesia memiliki visi dasar yang
bersumber pada hakikat manusia. Visi dasar inilah yang memberi visi dan arah
bagi seluruh kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan Indonesia. Sifat dasar
filsafat Pancasila bersumber pada hakikat kodrat manusia karena pada hakikatnya
manusia adalah sebagai pendukung pokok negara. Inti kemanusiaan itu
terkandung dalam sila kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Dalam sila ke-dua mengandung nilai yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia sehari-hari. Hal itu karena seorang manusia dalam melakukan
aktifitas sehari-hari tidak lepas dari manusia lain. Sehingga sila ke-dua tersebut
mampu memberikan dasar kepada kita sebagai manusia agar senantiasa
memanusiakan orang lain dalam kehidupan. Selain itu, dalam sila ke-dua juga
terdapat nilai keadilan dimana menuntut kita sebagai manusia yang tidak dapat
lepas dari manusia lainnya harus menghormati, menghargai dan menjunjung
tinggi keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sila ke-dua tersebut terdapat butiran-butiran yang dapat menjelaskan lebih


rinci apa yang ada di dalam Pancasila sila ke-dua tersebut. Dengan adanya
butiran-butiran sila ke-dua tersebut diharapkan manusia atau lebih tepatnya
bangsa Indonesia dapat memahami dam mengamalkan apa yang ada dalam sila
ke-dua

tersebut.

Sehingga

bangsa

Indonesia

senantiasa

kepada kemanusiaan yang adil dan beradap dalam bermasyarakat.

berdasar
Berikut

butiran-butiran sile ke-dua :


1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.


Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Berani membela kebenaran dan keadilan.
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat

manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.
Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "GLOBALISASI" diambil dari kata global, yang
maknanya ialah universal. Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru
khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak
maupun elektronik.
Ada pula yang mengatakan globalisasi yaitu sebagai berikut :
- hilangnya batas ruang dan waktu akibat kemajuan teknologi informasi.
- suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas
wilayah.
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang
dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya
sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi
bangsa-bangsa di seluruh dunia.

Pengaruh globalisasi
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu
negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh
positif dan pengaruh negatif.
Dampak positif globalisasi antara lain:
- Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
- Mudah melakukan komunikasi
- Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi)
- Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran
- Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
- Mudah memenuhi kebutuhan
Dampak negatif globalisasi antara lain:
- Informasi yang tidak tersaring.
- Membuat tidak kreatif, karna prilaku konsumtif.
- Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit.
- Banyak meniru perilaku yang buruk.
- Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau
kebudayaan suatu negara.
Masalah yang sering bermunculan di era zaman globalisasi yang semakin
modern ini ada ketidakpatuhan kita terhadap ideologi yang dianut yaitu pancasila.
Unsur loyalitas pun semakin hari, semakin menipis. Sering sekali masyarakat
Indonesia menunjukkan sikap ketidakpedulian terhadap ideologi pancasila, dan
pada akhirnya menimbulkan berbagai personalan yang muncul dan dampak dari
segala persoalan tersebut adalah persatuan bangsa Indonesia semakin menurun.
Terjadi banya kasus-kasus kriminal dan kekerasan yang menyimpang dan sama
sekali tidak cocok dari ideologi bangsa Indonesia. Sering sekali kita mengabaikan
persoalan-persoalan kecil seperti ini, namun tak pernah disadari bahwa lewat
persoalan seperti inilah dapat menghancurkan kita.

II.

Permasalahan
REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA, 22 MEI 2013--Angka kekerasan

pelajar di Kota Yogyakarta dari awal tahun hingga Mei menunjukkan


kecenderungan peningkatan bila dibanding dua tahun terakhir, karena hingga saat
ini sudah ada lima kasus yang ditangani pihak kepolisian.
"Kasus kekerasan pelajar sudah semakin meresahkan karena baru memasuki
bulan kelima sudah ada lima kasus yang ditangani kepolisian. Jika tidak ada
langkah apapun yang dilakukan, kasus kekerasan pelajar bisa semakin meningkat
hingga akhir tahun ini," kata Wakapolresta Yogyakarta AKBP Agustinus Suprianto
saat rapat gabungan dengan DPRD Kota Yogyakarta di Yogyakarta, Rabu.
Berdasarkan data dari Polresta Yogyakarta, kasus kekerasan yang
melibatkan pelajar pada 2011 tercatat sembilan kasus dan sudah ada tiga kasus
yang dilimpahkan ke kejaksaan dan enam kasus lainnya berakhir damai.
Sedangkan pada 2012 tercatat sebanyak lima kasus dengan dua kasus dilimpahkan
ke kejaksaan sedangkan sisanya berakhir damai. Sementara itu, lima kasus
kekerasan yang melibatkan pelajar sepanjang 2013 hingga Mei terjadi di lima
kecamatan di Kota Yogyakarta.

Kasus pertama terjadi di Kecamatan Gondokusuman yang melibatkan geng


pelajar dari dua sekolah, dan kini kasus tersebut masih dalam proses penyidikan.
Kasus kedua terjadi di Kecamatan Umbulharjo yang melibatkan pelajar dari
dua sekolah swasta dan kasus tersebut berakhir damai.
Kasus berikutnya terjadi di Kecamatan Jetis yaitu pelemparan bom molotov
ke pos satpam sebuah sekolah menengah kejuruan. Dalam kasus tersebut, Polresta
Yogyakarta menangkap 21 orang, namun yang terbukti melakukan pelemparan
bom molotov dan kemudian ditetapkan sebagai tersangka adalah empat orang.
Kasus kekerasan yang melibatkan pelajar juga terjadi di Kecamatan
Mantrijeron. Polsek setempat masih terus memproses kasus itu. Dan kasus serupa
juga terjadi di Kecamatan Tegalrejo. Kepolisian masih terus memburu pelaku aksi
kekerasan.
AKBP Agustinus mengatakan, kepolisian sudah melakukan sejumlah upaya
untuk mengantisipasi munculnya kekerasan yang melibatkan pelajar yaitu
menjalankan program "satu sekolah dua polisi" dari tingkat taman kanak-kanak
hingga sekolah menengah atas, polisi memberikan materi pelajaran ke sekolah,
dan satu bulan sekali menjadi inspektur upacara di sekolah.
Sumber:http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diynasional/13/05/22/mn6wwr-angka-kekerasan-pelajar-di-yogyakartameningkat

Dapat dilihat dari penggalan berita di atas, telah terjadi peningkatan kekerasan
pelajar dari tahun ke tahun. Tawuran antara pelajar saat ini sudah menjadi masalah
yang sangat mengganggu ketertiban dan keamanan lingkungan di sekitarnya. Saat
ini, tawuran antar pelajar sekolah tidak hanya terjadi di lingkungan atau sekitar
sekolah saja, namun terjadi di jalan-jalan umum, tak jarang terjadi perusakan
fasilitas publik. Hal ini merupakan peristiwa yang sangat memprihatinkan dalam
era globalisasi yaitu moral para remaja kita yang sangat tidak sesuai dengan nilai
kemanusiaan.

Bagaimana masa depan negara kita bila para remaja yang notabene adalah
penerus dan generasi harapan bangsa tak lagi menganut dan mengamalkan
pancasila sebagai ideologi negara? Tentu saja hal ini akan membawa indonesia
semakin terpuruk dan terancam kehilangan identitasnya yaitu pancasila. Sehingga
lewat makalah ini akan dibahas penyimpangan sila ke-dua pada era globalisasi
seperti yang telah disebutkan di atas dimulai dari penyebab kekerasan pelajar itu
sendiri dan bagaimana solusi yang tepat yang dapat kita lakukan demi mencegah
kekerasan atau tawuran pelajar yang akan berdampak pada keutuhan, persatuan
dan identitas bangsa Indonesia.

III. Pembahasan
Tawuran antara pelajar saat ini sudah menjadi masalah yang sangat
mengganggu ketertiban dan keamanan lingkungan di sekitarnya. Saat ini, tawuran
antar pelajar sekolah tidak hanya terjadi di lingkungan atau sekitar sekolah saja,
namun terjadi di jalan-jalan umum, tak jarang terjadi pengrusakan fasilitas publik.
Penyimpangan pelajar ini menyebabkan pihak sekolah, guru dan masyarakat yang
melihat pasti dibuat bingung dan takut bagaimana untuk mererainya, sampai
akhirnya melibatkan pihak kepolisian.
Hal ini tampak beralasan karena senjata yang biasa dibawa oleh pelajar-pelajar
yang dipakai pada saat tawuran bukan senjata biasa. Bukan lagi mengandalkan
keterampilan tangan, tinju satu lawan satu. Sekarang, tawuran sudah
menggunakan alat bantu, seperti benda yang ada di sekeliling (batu dan kayu)
mereka juga memakai senjata tajam layaknya film action di layar lebar dengan
senjata yang bisa merenggut nyawa seseorang. Contohnya, samurai, besi bergerigi
yang sengaja dipasang di sabuk, pisau, besi.
Penyimpangan seperti tawuran antar pelajar, menjadi kerusuhan yang dapat
menghilangkan nyawa seseorang tidak bisa disebut sebagai kenakalan remaja,
namun sudah menjadi tindakan kriminal. Yang menjadi pertanyaan, adalah
bagaimana bisa seorang pelajar tega melakukan tindakan yang ekstrem sampai
menyebabkan hilangnya nyawa pelajar lain hanya karena masalah-masalah kecil?
Tawuran antar pelajar bisa terjadi antar pelajar sesama satu sekolah, ini
biasanya dipicu permasalahan kelompok, cenderung akibat pola berkelompok
yang menyebabkan pengkelompokkan berdasarkan hal-hal tertentu. Misalnya,

kelompok anak-anak nakal, kelompok kutu buku, kelompok anak-anak kantin,


pengkelompokan tersebut lebih akrab dengan sebutan Gank. Namun, ada juga
tawuran antar pelajar yang terjadi antara dua kelompok beda sekolah.
Contoh kasus dalam tawuran antar pelajar dapat disebabkan oleh banyak faktor,
beberapa contoh di antaranya, yaitu:
1. Tawuran antar pelajar bisa terjadi karena ketersinggungan salah satu
kawan, yang di tanggapi dengan rasa setiakawan yang berlebihan.
Permasalahan yang sudah mengakar dalam artian ada sejarah yang
menyebabkan pelajar-pelajar dua sekolah saling bermusuhan. Jiwa premanisme
yang tumbuh dalam jiwa pelajar.Untuk mengkaji lebih jauh permasalahan tawuran
antar pelajar, kita bisa mengkaji terlebih dahulu mengenai penyebab tawuran antar
pelajar dari tiga poin diatas.
Rasa setia kawan atau lebih dikenal dengan sebutan rasa solidartas adalah hal
yang lumrah atau biasa kita temukan dalam kehidupan, misalkan dalam
persahabatan rasa setiakawan akan menjadi alasan mengapa persahabatan bisa
menjadi kuat. Ia bisa menjadi indah ketika ditempatkan dalam porsi yang pas dan
seimbang.
Namun, rasa setia kawan yang berlebihan akan menyebabkan hal yang buruk,
salah satunya adalah mengakibatkan tawuran antar pelajar. Mungkin dari kita
pernah mendengar tawuran antar pelajar yang dipicu karena ketersingguhan
seorang siswa yang tersenggol oleh pelajar sekolah lain saat berpapasan di
terminal, atau masalah kompleks lainnya. Misalkan, permasalahan pribadi,
rebutan perempuan, dipalak dan lain sebagainya.
Pemahaman arti sebuah persahabatan memang perlu dipahami oleh masingmasing individu pelajar itu sendiri. Tawuran antar pelajar yang diakibatkan karena
rasa setiakawan harus segera dihentikan, karena hal ini akan memicu kawankawan yang lain untuk mendapatkan hak atau perlakuan yang sama pada waktu
mengalami masalah.
Ini dapat menjadikan pelajar malas dalam menyelesaikan masalah dirinya
sendiri, tanpa mau menyelesaikannya sendiri dan cenderung tidak berani
bertanggung jawab. Menjadi ketergantungan dan akan menimbulkan dampak yang
negatif bagi perkawanan itu sendiri.

2. Tawuran pelajar akibat sejarah permusuhan dengan sekolah lain.


Kadang permasalahan tawuran antar pelajar dipicu pula dengan adanya sejarah
permusuhan yang sudah ada dari generasi sebelumnya dengan sekolah lain,
beredarnya cerita-cerita yang menyesatkan, bahkan memunculkan mitos
berlebihan membuat generasi berikutnya, terpicu melakukan hal yang sama.
Contohnya, sebut saja sekolah A dengan sekolah B adalah musuh abadi, dimana
masing-masing sekolah akan melakukan hal yang antipati terhadap sekolah lain.
Biasanya, akan ada pelajar yang menjadi perbincangan, semacam tokoh bagi
sekolahnya, karena kehebatannya pada waktu berkelahi.
Dalam permasalahan tawuran antar pelajar yang dipicu karena permasalahan
ini, perlu adanya pendekatan khusus, yang memasukkan program kerja sama
dengan sekolah tersebut. Peranan sekolah dan guru memegang peranan penting.
Ironisnya, sebuah pertandingan persahabatan. Misalnya, olahraga. Kadang
memicu sebuah permusuhan dan perkelahian. Hal ini akhirnya menuntut
kecerdasan dan ketelitian pihak penyelenggara dalam mengemas sebuah acara.
3. Tawuran Antar Pelajar Akibat Jiwa Premanisme
Premanisme bukan istilah yang asing lagi. Premanisme yang berasal dari kata
preman adalah sebutan orang yang cenderung memakai kekerasan fisik dalam
menyelesaikan permasalahannya. Kemenangan di ukur karena kekuatan fisiknya
bukan intelektualitas. Premanisme bertolak belakang dengan jiwa seorang pelajar,
yang dituntut kecerdasan berpikir, kecerdasan mengelola emosi, dll.
Jiwa premanisme dalam jiwa pelajar dapat dihilangkan karena dia tidak
semerta merta muncul begitu saja, ia disebabkan oleh sesuatu hal. Oleh
karenanya, kita perlu mengetahui faktor penyebab sikap premanisme dalam diri
pelajar. Faktor di luar diri pelajar adalah faktor yang kental dapat mempengaruhi
ke dalam. Beberapa contohnya adalah:
a. Tayangan-tayangan di televisi, baik film ataupun liputan berita yang
menceritakan atau sengaja mengekspose tema-tema kekerasan dapat
mempengaruhi psikis remaja yang mana merupakan efek negatif
globalisasi.
b. Kekerasan yang terjadi di rumah. Kekerasan yang dimaksud bukan hanya
individu pelajar saja yang menjadi korban kekerasan namun kekerasan
yang terjadi pada satu anggota keluarganya, dapat mempengaruhi psikis

individu. Hal ini yang akan menyebabkan trauma atau kekerasan beruntun
yang diakibatkan karena menganggap kekerasan adalah hal yang wajar.
c. Acara awal tahun, orientasi sekolah adalah acara di mana pelajar baru
diwajibkan mengikuti kegiatan ini. Kegiatan yang pada dasarnya adalah
untuk memahami dan mengenali sekolah, kegiatan serta untuk lebih kenal
kawan-kawannya malah cenderung disalah gunakan oleh senior untuk
ajang balas dendam dari apa yang pernah ia terima pada waktu yang sama
menjadi junior, pola-pola yang dipakai cenderung dengan pola militer. Hal
inilah yang menyebabkan kekerasan dalam dunia pendidikan. Pola yang
menjadi semacam suntikan yang terus diturunkan oleh setiap generasi.
Agar terhindar dari pola yang berlebihan, diperlukan adanya pengawasan
dari pihak sekolah dan turunnya langsung pengajar dalam kegiatan ini.
Kedisiplinan berbeda dengan kekerasan, hal ini seharusnya menjadi
tantangan setiap panitia kegiatan dalam mengemas ide, gagasan acara pada
waktu perkenalan sekolah, menjadi sesuatu yang inofatif, kreatif sehingga
diharapkan lambat laun sikap premanisme akibat perpeloncoan akan
menjadi cara kuno dan tidak menarik lagi.
Solusi
Dari ketiga faktor penyebab tersebut, kita bisa mendapatkan bayangan atau
solusi yang terbaik seperti apa dan bagaimana melakukan proses penyelesaiannya.
Walaupun permasalahan tawuran antar pelajar memang bukan hal sepele yang
bisa langsung diselesaikan, namun diperlukan adanya proses berkelanjutan,
kesadaran dan kerja sama dengan semua pihak, bukan hanya sekolah, orangtua,
masyarakat dan penegak hukum, tapi juga kesadaran pemahaman pelajar sebagai
seorang individu, sebagai generasi muda yang penuh dengan tanggung jawab.
Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi dari paparan di atas, yaitu:
Pemahaman bagaimana seorang pelajar disaat sedang mengalami pencarian
identitas, cenderung sangat mudah labil. Dan kelabilan inilah yang ahirnya
tawuran antar pelajar terjadi.Ada beberapa cara yang efektif untuk mencegah
sebelum tawuran antar pelajar terjadi, misalkan dengan:
1. Membuat dan memfasilitasi ruang-ruang kegiatan yang positif.

2. Memberikan kebebasan berpendapat dan berekspresi dan tetap adanya


kontrol dari pihak-pihak yang berkaitan khususnya orang-orang terdekat
3. Mencoba lebih terbuka dan mengenali serta memberikan solusi yang
positif ketika remaja sedang mengalami emosi.
Sikap optimis dan kepercayaan terhadap pelajar perlu ditumbuhkan kembali,
sehingga suatu saat kita tidak akan mendengar lagi berita atau kabar mengenai
kejadian tawuran antar pelajar di negeri kita ini, yang ada kita bangsa Indonesia
dipenuhi kabar berita tentang pelajar-pelajar yang produktif, kritis, mampu
menjadi juara dalam berbagai bidang, baik berupa kompetisi pengetahuan dan
ilmu pengetahuan.
Sudah saatnya generasi muda membuktikan potensi dalam dirinya, dan sudah
menjadi tugas kewajiban orang tua, sekolah, masyarakat dan pihak-pihak yang
terkait untuk mencegah terjadinya bentuk-bentuk penyelewengan pelajar, terutama
permasalahan yang membuat was-was menjadi sebuah tindakan kriminal, tawuran
antar pelajar

IV.Penutup
Dari permasalahan dan pembahasan yang sudah diuraikan di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa kekerasan pelajar merupakan penyimpangan sila
kedua Pancasila yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab karena melanggar
butir sila kedua yakni mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Tindak kekerasan pelajar ini dari tahun ke tahun semakin meningkat, dan
disebabkan oleh beberapa faktor pemicu dari dalam diri maupun dari lingkungan
yaitu rasa kesetiakawanan yang berlebihan antar teman, tawuran akibat sejarah
permusuhan antar sekolah, dan munculnya sikap premanisme pada pelajar akibat
arus informasi pada era globalisasi dan tindak kekerasan yang telah dialami
pelajar tersebut.
Sedangkan solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah ataupun mengurangi
tindak kekerasan pelajar yaitu membuat dan memfasilitasi ruang-ruang kegiatan
yang positif, memberikan kebebasan berpendapat dan berekspresi dan tetap
adanya kontrol dari pihak-pihak yang berkaitan khususnya orang-orang terdekat
dan mencoba lebih terbuka, mengenali serta memberikan solusi yang positif
ketika remaja sedang mengalami emosi. Dengan melakukan hal-hal tersebut, besar
harapan bahwa remaja indonesia masa kini tidak terjerumus ke dalam tindakan
tindakan yang tidak sesuai dengan nilai kemanusiaan pada sila kedua Pancasila
sehingga keutuhan, persatuan maupun identitas bangsa tetap terjaga.

Daftar Pustaka
http://deni-anggara.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-pengaruhglobalisasi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
http://kreasifathan.blogspot.com/2012/09/penyebab-tawuran.html
http://research.amikom.ac.id/index.php/STI/article/view/6483
http://www.fikarhomeschooling.net/index.php/86-news/123-penyebab-terjadinyatawuran-antar-pelajar
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diynasional/13/05/22/mn6wwr-angka-kekerasan-pelajar-di-yogyakarta-meningkat
Undang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945

Anda mungkin juga menyukai