Pendidikan Politik Demak
Pendidikan Politik Demak
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dan politik adalah dua elemen yang sangat penting dalam
sistem sosial politik disetiap Negara, baik Negara maju maupun Negara
berkembang. Keduanya sering dilihat sebagai bagian yang terpisah dan tidak
memiliki hubungan apa-apa, tetapi keduanya saling menunjang dan saling
mengisi. Lembaga-lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam
membentuk perilaku politik masyarakat di Negara tersebut. Begitu juga
sebaliknya, lembaga -lembaga dan proses politik di suatu Negara membawa
dampak besar pada karakteristik pendidikan disuatu Negara tersebut.
Menurut Ramlan Surbakti, dalam memberikan pengertian tentang
pendidikan politik harus dijelaskan terlebih dahulu mengenai sosialisasi politik.
Surbakti (1999:117) berpendapat bahwa sosialisasi politik dibagi dua yaitu
pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan politik merupakan suatu
proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini para
anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan
simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik seperti
sekolah, pemerintah, dan partai politik.
Pendapat di atas secara tersirat menyatakan bahwa pendidikan politik
merupakan bagian dari sosialisasi politik. Pendidikan politik mengajarkan
masyarakat untuk lebih mengenal sistem politik negaranya. Dapat dikatakan
bahwa sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik
para anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik inilah para anggota
masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang
berlangsung dalam masyarakat.
Salah satu penentu keberhasilan penyelenggaraan Pemilu yang berkualitas
sangat ditentukan oleh proses sosialisasi terhadap semua tahapan kegiatan Pemilu
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi, aturan main Pemilihan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi dan peran serta semua pihak yang
terkait dalam penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Provinsi Jawa Timur serta partisipasi politik masyarakat. Oleh sebab itu, dalam
mendukung partisipasi politik masyarakat dalam pemilu hendaknya rakyat
memperoleh informasi tentang program dan tahapan pemilu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Politik
1) Definisi Pendidikan Politik
David Easton dan Jack Dennis (Suwarma Al Muchtar, 2000:39) dalam
bukunya Children in the Political System memberikan batasan mengenai political
sosialization yaitu bahwa "Political sosialization is development process which
persons acquire arientation and paternsof behaviour. Sedangkan Fred I.
Greenstain (Suwarma Al Muchtar, 2000:39) dalam bukunya Political Socialization
berpendapat bahwa:
Political socialization is all political learning formal and
informal, deliberate and unplanned, at every stage of the life
cycle including not only explicit political learning but also
nominally nonpolitical learning of political lie relevant social
attitudes and the acquisition of politically relevant personality
characteristics.
Kedua pendapat di atas mengungkapkan bahwa pendidikan politik adalah
suatu bentuk pendidikan yang dijalankan secara terencana dan disengaja baik
dalam bentuk formal maupun informal yang mencoha untuk mengajarkan kepada
setiap individu agar sikap dan perbuatannya dapat sesuai dengan aturan-aturan
yang berlaku secara sosial. Dalam hal ini dapat terlihat bahwa pendidikan politik
tidak hanya mempelajari sikap dan tingkah laku individu. Namun pendidikan
politik mencoba untuk mengaitkan sikap dan tingkah laku individu tersebut
dengan stabilitas dan eksistensi sistem politik.
Kartini Kartono (1990) memberikan pendapatnya tentang hubungan antara
pendidikan dengan politik yaitu "pendidikan dilihat sebagai faktor politik dan
kekuatan politik. Sebabnya, pendidikan dan sekolah pada hakekatnya juga
merupakan pencerminan dari kekuatan-kekuatan sosial-politik yang tengah
berkuasa, dan merupakan refleksi dari orde penguasa yang ada".
Berdasarkan pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa pendidikan dan
politik adalah dua unsur yang saling mempengaruhi. Pengembangan sistem
pendidikan harus selalu berada dalam kerangka sistem politik yang sedang -
dijalankan oleh pemerintahan masa itu. Oleh karena itu segala permasalahan yang
terjadi di dunia pendidikan akan berubah menjadi permasalahan politik pada saat
pemerintah dilibatkan untuk memecahkannya.
Pengertian dari pendidikan politik yang lebih spesifik dapat diambil dari
pendapatnya Alfian (1981:235) yang mengatakan bahwa:
"pendidikan politik dapat diartikan sebagai usaha yang sadar
untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat sehingga
mereka rnemahami dan menghayati betul nilai-nilai yang
terkandung dalam sistem politik yang ideal yang hendak
dibangun".
Dari dua definisi yang tertera di atas, dapat kita ambil dua tujuan utama
yang dimiliki oleh pendidikan politik. Pertama, dengan adanya pendidikan politik
diharapkan setiap individu dapat mengenal dan memahami nilai-nilai ideal yang
terkandung dalam sistem politik yang sedang diterapkan. Kedua, bahwa dengan
adanya pendidikan politik setiap individu tidak hanya sekedar tahu saja tapi juga
lebih jauh dapat menjadi seorang warga negara yang memiliki kesadaran politik
untuk mampu mengemban tanggung jawab yang ditunjukkan dengan adanya
perubahan sikap dan peningkatan kadar partisipasi dalam dunia politik
Rusadi Kartaprawira (1988:54) mengartikan pendidikan politik sebagai
"upaya untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat
berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya."
Berdasarkan pendapat Rusadi Kartaprawira tersebut, maka pendidikan
politik perlu dilaksanakan secara berkesinambungan agar masyarakat dapat terus
meningkatkan pemahamannya terhadap dunia politik yang selalu mengalami
perkembangan. Pembelajaran pendidikan politik yang berkesinambungan
diperlukan mengingat masalah-masalah di bidang politik sangat kompleks,
bersegi banyak, dan berubah-ubah.
Merujuk pada semua pengertian pendidikan politik yang disampaikan oleh
beberapa ahli di atas, pada akhirnya telah membawa penulis sampai pada
kesimpulan yang menyeluruh. Bahwa yang dimaksud dengan pendidikan politik
adalah suatu upaya sadar yang dilakukan antara pemerintah dan para anugota
masyarakat secara terencana, sistematis, dan dialogis dalam rangka untuk
mempelajari dan menurunkan berbagai konsep, simbol, hal-hal dan norma-norma
politik dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan politik adalah suatu upaya sadar yang dilakukan antara
pemerintah dan para anugota masyarakat secara terencana, sistematis, dan dialogis
dalam rangka untuk mempelajari dan menurunkan berbagai konsep, simbol, halhal dan norma-norma politik dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Bentuk-bentuk pendidikan politik di Demak oleh KPU Demak antara lain:
a. Penyelenggaraan sosialisasi dengan berbagai lapisan masyarakat
b. Penggunaan media cetak dan elektronik seperti spanduk, baliho, dan
iklan radio
c. Sosialisasi melalui khutbah jumat di masjid dan khutbah di Gereja
pada hari Minggu
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Demak, merupakan lembaga yang
telah ditetapkan sebagai penyelenggara pemilihan umum, maupun pemilihan
Kepala Daerah. Selama pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah, Komisi Pemilihan
Umum bertugas untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan persiapan pemilihan
kepala daerah, merencanakan kegiatan, dan menetapkan hasil pemilihan Kepala
Daerah. Sebagai penyelenggara pelaksanaan Pemilihan Umum maupun Pemilihan
Kepala Daerah, maka tingkat keberhasilan pelaksanaan Pemilihan umum dan
Pemilihan Kepala daerah tersebut sangat ditentukan oleh penyelenggaranya.
B. Saran
Sosialisasi kepada para pemilih pemula di SMA-SMA di Demak adalah
suatu langkah yang tepat mengingat potensi pemilih pemula yang begitu besar di
Demak. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar sosialisasi untuk SMA lebih
digencarkan oleh KPU hingga mencakup semua SMA yang ada di Kabupaten
Demak. Hal ini selain untuk meningkatkan tingkat partisipasi politik, juga
menjadi sarana Pendidikan Politik bagi Siswa.
10
DAFTAR PUSTAKA