RESUME
Dalam Rangka Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Teori Akuntansi Keuangan
CHAPTER 7
ASSETS
ASSET DEFINITION
IASB mendefinisikan asset sebagai sumber daya yang dikendalikan oleh entitas
sebagai hasil dari kejadian di masa lampau dan dari hal tersebut diharapkan ada benefit
ekonomi yang akan mengalir ke entitas di masa mendatang (future economic benefit). Dari
definisi tersebut terdapat beberapa unsur yang membentuk definisi suatu asset yaitu future
economic benefits, control bu an entity, dan past events yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Future Economic Benefits
Future economic benefit untuk perusahaan dapat diasosiasikan dengan aktivitasaktivitas yang dapat menghasilkan profit. Akan tetapi definisi tersebut masih terlalu luas
untuk digunakan ke seluruh entitas terutama bagi entitas yang tidak berorientasi kepada
profit. Hal penting dalam pengakuan future economic benefit yang ada dalam asset adalah
potensi asset untuk berkontribusi baik secara langsung mauoun tidak langsung dalam arus kas
dan setara kas ke dalam entitas. Future economic benefit harus dapat membantu entitas
mencapai tujuannya. Economic benefit terkait dengan economic resources. Ada dua
karakteristik utama dari economic resources yaitu scarcity dan uyility. Jika suatu sumber daya
(resource) bersifat tidak langka maka resource tersebut tidak ekonomis. Resource juga harus
memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi suatu sumber daya dapat
dikatakan ekonomis apabila memiliki kedua karakteristik tersebut.
Aset adalah sesuatu yang dimiliki saat ini dan memiliki kemampuan untuk
memberikan manfaat baik sekarang maupun di masa mendatang. Istilah sesuatu pada definisi
tersebut merujuk kepada property, atau hak atas property, atau sumber daya ekonomi, atau
penyimpanan jasa masa depan dan dapat berwujud seperti gedung, ataupun tidak berwujud
seperti goodwill.
Control by an Entity
Economic benefit harus dapat dikendalikan oleh entitas agar asset tersebut dapat
memenuhi kualifikasi untuk diklasifikasikan sebagai asset. Kepemilikan atas sebuah benda
adalah hak untuk memggunakan atau mengendalikan belaka. Kontrol yang dimiliki atas suatu
property tidak absolute. Kepemilikan seringkali selaras dengan kendali, tetapi itu bukan
merupakan karakter yang esensial dari sebuah asset.
Secara teknis, asset sebenarnya adalah hak untuk menggunakan asset tersebut, bukan
asset itu sendiri. Tujuan dari akuntansi tidak dicapai dengan focus pada ketepatan konsep
hukum tetapi lebih kepada konsentrasi pada substansi ekonomi dari transaksi dan kejadian
yang mempengaruhi performa keuangan entitas.
Past Events
Aset harus dikontrol oleh entitas sebagai hasil dari kejadian di masa lampau.
Kualifikasi past events memastikan planned asset dikecualikan dari asset perusahaan.
Kualifikasi ini menimbulkan ambiguitas karena istilah event dapat diinterpretasikan secara
berbeda. Ada yang berpendapat executor contract termasuk event yang dapat enaikan nilai
asset tetapi ada juga yang berpendapat bahwa kontrak tersebut justru menaikkan leverage
perusahaan.
Exchangeability
Kualifikasi exchangeability dari aset mengandung pengertian bahwa sebuah item
terpisah dari sebuah entitas, dan nilai disposal terpisah dari nilai entitas. Ada pendapat yang
kontra dengan dimasuklannya kualifikasi ini ke dalam definisi aset karena mereka
berpendapat bahwa pertukaran hanyalah suatu cara untuk mendapatkan benefit dari aset.
Misalnya benefit persediaan dapat diperoleh dengan pertukaran. Namun benefit aset tidak
hanya diperoleh dengan menukarkan aset tersebut melainkan bisa dengan menggunakan aset
dalam kegiatan perusahaan seperti penggunaan mesin dan peralatan. Pendapat lain
menyatakan bahwa nilai ekonomis bergantung pada scarcity dan utility, bukan pada
exchangeability.
ASSET RECOGNITION
Pengakuan aset dalam balance sheet melibatkan kondisi yang disebut recognition
rules. Dampak dari recognition rule yang digunakan untuk mengidentifikasi dibagi dalam
beberapa kriteria. Terdapat perbedaan antara recognition rule (aturan spesifik untuk
mengidentifikasi aset tertentu) dengan recognition criteria (pedoman umum yang digunakan
untuk memformulasikan recognition criteria dan panduan untuk bantuan). Kriteria-kriteria ini
saat ini diformulasikan dalam framework.
Kriteria tersebut antara lain:
1. Reliance on the law. Pengakuan aset bergantung pada konsep legal dari sebuah aset.
Kritetia ini berkaitan dengan relevan dan reliability. Kendali, bukan kepemilikan
secara hukum, digunakan untuk menentukan eksistensi aset. Namun, penyerahan legal
Pengaturan tentang aset finansial terutama diatur dalam IAS 39 dengan pengukuran
yang dominan melelu historical cost. Walaupun demikian, aset finansial tidak cocok diukur
dengan historical cost karena nilai aset fluktuatif sepanjang waktu. Contohnya adalah
derivatif. FASB dan IASB telah menentukan bahwa derivatif diukur dengan fair value, bukan
pada cost. Di Indonesia, pengukuran aset finansial diatur dalam PSAK 55 tentang instrumen
keuangan dimana pengukurannya disesuaikan dengan tipe aset finansial yang dimiliki
perusahaan.
Jenis Aset Finansial
Loans and Receivable
Held to Maturity
Available for Sale Securities
Metode Pengukuran
Amortized Cost
Amortized Cost, subject to review on impairment
Fair Value, gain or loss from remeasurement recognized in
equity
Financial Assets at Fair Value Fair Value, gain or loss from remeasurement recognized in
Through Profit and Loss
profit or loss
karena itu auditor perlu mengerti proses kerja dalam menentukan fair value serta menentukan
apakah metode pengukuran yang digunakan klien serta asumsinya sudah tepat digunakan.