Program Studi
Magister Perencanaan Kota dan Daerah
Diajukan oleh
Ratih Purnamasari
2012/342446/PTK/08581
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
Abstrak
Alih fungsi lahan pertanian di Aglomerasi
Sleman menunjukkan angka perkembangan yang
cukup tinggi sebesar 42 hektar selama tiga tahun
terkahir yakni tahun 2011-2013, yang terjadi pada
9 Desa di Aglomerasi Sleman. Faktor geografis
yakni berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan
berada di dataran rendah mendorong terjadinya
alih fungsi lahan. Berangkat dari isu alih fungsi
lahan dan NJOP pertanian maka hipotesa dalam
penelitian adalah ada hubungan penetapan NJOP
dan Harga Transaksi dengan alih fungsi lahan
pertanian di Kabupaten Sleman.
Lokasi penelitian berada di Aglomerasi
Sleman yang terdiri dari lima kecamatan dan
sembilan desa yakni Kecamatan Depok: Desa
1Mahasiswapascasarjana Magister
Perencanaan Kota dan Daerah
UniversitasGadjahMada, Yogyakarta,
2015
2Dosen di Magister Perencanaan Kota
dan Daerah, UniversitasGadjahMada,
Yogyakarta
3Dosen di Magister Perencanaan Kota
dan Daerah, UniversitasGadjahMada,
Yogyakarta
1. Pendahuluan
Konversi lahan pertanian terjadi secara
massive di Aglomerasi Sleman, selama tahun
2000 sampai 2010. Pemicunya adalah
pertumbuhan bisnis properti yang tumbuh
secara signifikan. Sayangnya, pertumbuhan
yang cepat dalam merespon tuntutan ini
urbanisasi di rumah-rumah pribadi dan ruang
hidup baru di dekat kota, memaksa beberapa
pemilik lahan untuk melepaskan lahan mereka
yang sebelumnya digunakan untuk bertani
kemudian
dikonversi
menjadi
daerah
komersial.
Dalam lima tahun terakhir saja, sudah ada
10 bangunan komersial (kondominium-Hotel,
apartemen, toko, mal dan rumah) dibangun di
atas tanah yang dulunya sawah. Maraknya alih
fungsi lahan pertanian disebabkan karena
harga per meter relatif lebih rendah
c
2. Literatur
Faktor ekonomi yang dijelaskan
(Isa:2007) mengemukakan bahwa tingginya
land rent yang diperoleh aktivitas sektor
non-pertanian
dibandingkan
sektor
pertanian. Rendahnya insentif untuk
berusaha tani disebabkan oleh tingginya
biaya produksi, sementara harga hasil
pertanian relatif rendah dan berfluktuasi.
Selain itu, karena faktor kebutuhan keluarga
petani yang terdesak oleh kebutuhan modal
usaha atau keperluan keluarga lainnya
(pendidikan, mencari pekerjaan nonpertanian,
atau
lainnya),
seringkali
membuat petani tidak mempunyai pilihan
selain menjual sebagian lahan pertaniannya.
Dalam rencana pemanfaatan lahan,
Jayadinata (1999) menjelaskan bahwa
intrumen pengawasan pemanfataan lahan
dapat dilakukan dengan kebijaksanaan
pertanahan. Kesatuan informasi mengenai
3. Metode Analisis
Pendekatan dalam penelitian ini
dilakukan melalui pendekatan deduktif
kuantitatif dan kualitatif. Metode
campuran
(Mixed
method)
yang
dimaksud adalah berupa penggabungan
teknik analisis data baik secara
kuantitatif dan kualitatif agar diperoleh
validasi dan data
analisa yang komprehensif atas masalah
penelitian (Creswell, 2012).
Lokasi
penelitian
berada
di
Aglomerasi Perkotaan Sleman yang
terdiri dari Kecamatan Depok (Desa
Maguwoharjo, Desa Condongcatur, Desa
Caturtunggal), Kecamatan Mlati (Desa
Sendangadi dan Desa Sinduadi),
Kecamatan Ngaglik (Desa Sariharjo),
Kecamatan Godean (Desa Sidoarum)
dan
Kecamatan
Gamping
(Desa
Trihanggo dan Desa Nogotirito).
Teknik pengambilan sampel (cluster
sampling) lokasi dilakukan dengan
tahapan berikut ini:
1. Melakukan overlay peta guna lahan
aglomerasi Sleman tahun 2011 dan
2013.
2. Menentukan persil sawah yang
beralih fungsi menjadi sentra niaga,
perumahan
dan
apartemen.
Pertimbangannya karena alih fungsi
sawah ke sektor niaga cenderung
lebih cepat mempengaruhi harga
tanah dan sawah sekitarnya.
3. Lokasi persil terpilih kemudian
disesuaikan dengan peta blok tanah
4. Temuan Penelitian
Melalui serangkaian penelitian dan
uji analisis untuk penelitian NJOP dan
perubahan lahan pertanian di Aglomerasi
Sleman dapat dijelaskan sebagai berikut:
Terdapat korelasi NJOP dan Harga
transaksi dengan alih guna lahan
pertanian di tiga kecamatan, yakni
Kecamatan Depok, Kecamatan Mlati,
dan Kecamatan Ngaglik. Pergeseran dan
pemusatan pasar bisnis properti menjadi
daya
tarik
yang
mempengaruhi
perubahan NJOP. Permintaan unit rumah
kos dan apartemen yang tinggi di
kawasan pusat-pusat kampus memberi
peluang kepada pengembang untuk
kedekatannya
dengan
pusat-pusat
pendidikan atau kawasan belanja.
Tidak ada kampus besar atau pusat
perbelanjaan yang memicu lonjakan jumlah
penduduk.
Meski
begitu,
beberapa
pengembang tetap menyasar Godean
sebagai lokasi pembangunan rumah-rumah
sewa, perumahan KPR, dan ruko.
Sementara di Gamping, terjadinya alih
fungsi lahan pertanian tidak banyak dipicu
oleh lonjakan harga tanah, meskipun
kecamatan ini berbatasan dengan beberapa
kampus cukup besar seperti UMY dan BSI.
Besaran alih fungsi lahan di dua kecamatan
ini tetap dipengaruhi oleh perubahan NJOP,
tetapi pertambahannya tidak cukup untuk
mengimbangi perubahan yang terjadi di tiga
kecamatan lainnya di atas.
Dalam praktiknya, banyaknya pilihan
lahan di Godean dan Gamping mengurangi
urgensinya dibandingkan dengan kawasankawasan yang lahannya lebih sedikit. Di
dua kecamatan ini, terjadinya alih fungsi
lahan didasari oleh proyeksi pertumbuhan
penduduk, dan proyeksi pertumbuhan
kawasan bisnis di masa yang akan datang.
Jadi meskipun NJOP di masa sekarang
tidak lebih tinggi dari kawasan lain,
pengembang tetap mengokupasi lahan di
Godean dan Gamping dengan asumsi
bahwa kawasan ini akan tumbuh sebagai
pusat pemukiman dan pusat bisnis dalam
tahun-tahun mendatang, ataupun proyeksi
pembangunan
infrastruktur
penting
melewati kawasan-kawasan tersebut.
5. Pembahasaan
kota
terjadi
Desa
Sinduadi
dan
Maguwoharjo.
Kesulitan mengakses informasi harga
tanah berdampak pada kebijkaan rencana
tata ruang. Sinkronisasi data nilai tanah
dengan rencana tata ruang berperan penting
dalam mengatur setiap jengkal pemanfaatan
tanah, dan yang paling utama dapat
meminimalisir tindak spekulan lahan.
Bagan berikut ini menjelaskan rangkuman
temuan lapangan hubungan pajak tanah
dengan alih guna lahan di Aglomerasi
Perkotaan Sleman:
Gambar 5.1 Temuan Penelitian dan
Diskusi Teoritik