Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Terpadu (SPGDT)
RS 24 jam.
2. Sarana dan prasarana, peralatan dan obat sesuai dengan
standard
3. Adanya subsistem pendukung baik komunikasi, transportasi
termasuk ambulans
dan keselamatan kerja.
Kebijakan & prosedur :
1. Tertulis agar dapat dievaluasi dan disempurnakan.
2. Ditetapkan kebijakan pelayanan kasus gadar pra RS, RS dan
rujukan, termasuk
Hospital disaster plan
3. Ditetapkan ada PSC ditiap daerah dan perhatikan keselamatan
kerja dan kegawatdaruratan
sehari-hari.
SPGDT :
Secara Umum : Sistem koordinasi berbagai unit kerja (multi
sektor), didukung berbagai
kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk
selenggarakan pelayanan
terpadu penderita gawat-darurat, dalam keadaan bencana
maupun sehari-hari.
3 subsistem yaitu pra RS, RS dan antar RS.
Sistem Pra RS Sehari-hari :
1. PSC, Poskesdes. Didirikan masyarakat. Pengorganisasian
dibawah Pemda.
2. BSB. Unit khusus pra RS. Pengorganisasian dijajaran kesehatan.
3. Pelayanan Ambulans. Koordinasi dengan memanfaatkan
ambulans setempat.
4. Komunikasi. Koordinasi jejaring informasi.
5. Pembinaan. Pelatihan peningkatan kemampuan.
Sistem Pra RS pada bencana :
1. Koordinasi jadi komando. Efektif dan efisien bila dalam
koordinasi dan komando
2. Eskalasi dan mobilisasi sumber daya. SDM, fasilitas dan sumber
daya lain.
3. Simulasi. Diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji
melalui simulasi.
4. Pelaporan, monitoring, evaluasi. Laporan dengan sistematika
yang disepakati.
berbagai hal yang berhubungan dengan kesehatan, keamanan dan kesejahteraan. Cure
adalah peran utama sektor kesehatan dibantu sektor lain terkait dalam upaya
melakukan penanganan keadaan dan kasus-kasus gadar.
Kemampuan masyarakat melakukan pertolongan pertama yang cepat dan tepat pra RS
merupakan awal kegiatan penanganan dari tempat kejadian dan dalam perjalanan ke
RS untuk mendapatkan pelayanan yang lebih efektif di RS.
Melalui gerakan SC diharapkan dapat diwujudkan upaya-upaya untuk mengubah
perilaku mulai dari kelompok keluarga, kelompok masyarakat dan lebih tinggi hingga
mencapai seluruh masyarakat Indonesia. Gerakan ini harus dikembangkan secara
sistematis dan berkesinambungan dengan mengikutsertakan berbagai potensi. Gerakan
ini ditunjang komponen dasar : Subsistem komunikasi, transportasi, yankes maupun
non kesehatan termasuk biaya yang bersinergi.
Sistem yang dikembangkan Depkes adalah pengembangan model dan pembuatan
standar maupun pedoman yang diperlukan. Daerah memiliki peluang menyusun
rencana kesehatan sesuai kebutuhan dan kemampuan masyarakatnya.
Visi gerakan SC
Menjadi gerakan di masyarakat yang mampu melindungi masyarakat dalam keadaan
kedaruratan sehari-hari dan melindungi masyarakat dalam situasi bencana maupun
atas dampak akibat terjadinya bencana, sehingga tercipta perilaku masyarakat dan
lingkungan sekitarnya untuk terciptanya situasi sehat dan aman.
Misi gerakan SC
1. Mendorong terciptanya gerakan masyarakat untuk menjadi sehat, aman dan
sejahtera.
2. Mendorong kerja-sama lintas sektor dan program dalam gerakan mewujudkan
masyarakat sehat dan aman.
3. Mengembangkan standar nasional dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
4. Mengusahakan dukungan pendanaan bidang kesehatan dari pemerintah, bantuan
luar
negeri dan bantuan lain dalam rangka pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan
kesehatan terutama dalam keadaan darurat. Menata sistem pendukung pelayanan ke
sehatan pra RS dan playanan kesehatan di RS dan seluruh unit pelayanan kesehatan
di Indonesia.
Nilai dasar
1. SC meliputi aspek care (pencegahan, penyiagaan dan mitigasi),
2. Equity, adanya kebersamaan dari institusi pemerintah, kelompok/organisasi profesi
dan
dan
keselamatan kerja.
Kebijakan dan prosedur
1. Tertulis agar dapat dievaluasi dan disempurnakan.
2. Ditetapkan kebijakan pelayanan kasus gadar pra RS, RS dan rujukannya termasuk
adanya perencanaan RS dalam penanganan bencana (Hospital disaster plan).
3. Ditetapkan adanya PSC ditiap daerah dan memperhatikan hal-hal yang berkaitan
dengan keselamatan kerja dan kegadaran sehari-hari.
SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU
Umum
Sistem yang merupakan koordinasi berbagai unit kerja (multi sektor) dan didukung
berbagai kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk menyelenggarakan
pelayanan terpadu bagi penderita gadar baik dalam keadaan bencana maupun seharihari. pela-yanan medis sistem ini terdiri 3 subsistem yaitu pelayanan pra RS, RS dan
antar RS.
Sistem pelayanan Medik Pra RS
Dengan mendirikan PSC, BSB dan pelayanan ambulans dan komunikasi.
Pelayanan sehari-hari :
- PSC. Didirikan masyarakat untuk kepentingan masyarakat. Pengorganisasian
dibawah Pemda. SDM berbagai unsur tsb. ditambah masyarakat yang bergiat dalam
upaya pertolongan bagi masyarakat. Biaya dari masyarakat. Kegiatan menggunakan
perkembangan teknologi, pembinaan untuk memberdayakan potensi masyarakat,
komunikasi untuk keterpaduan kegiatan. Kegiatan lintas sektor. PSC berfungsi
sebagai respons cepat penangggulangan gadar.
- BSB. Unit khusus untuk penanganan pra RS, khususnya kesehatan dalam bencana.
Pengorganisasian dijajaran kesehatan (Depkes, DInkes, RS), petugas medis (perawat,
dokter), non medis (sanitarian, gizi, farmasi dll). Pembiayaan dari instansi yang
ditunjuk dan dimasukkan APBN/APBD.
- Pelayanan Ambulans. Terpadu dalam koordinasi dengan memanfaatkan ambulans
Puskesmas, klinik, RB, RS, non kesehatan. Koordinasi melalui pusat pelayanan yang
disepakati bersama untuk mobilisasi ambulans terutama dalam bencana.
- Komunikasi. Terdiri dari jejaring informasi, koordinasi dan pelayanan gadar hingga
seluruh kegiatan berlangsung dalam sistem terpadu.
- Pembinaan. Berbagai pelatihan untuk meningkatan kemampuan dan keterampilan
bagi dokter, perawat, awam khusus. Penyuluhan bagi awam.
oleh subsistem transportasi dan komunikasi handal sedang unsur ketepatan dipenuhi
oleh kemampuan melakukan pertolongan penderita gadar (PPGD) meliputi basic life
support dan advance life support sesuai masalah yang dihadapi. Pelayanan bersifat
gratis dan begitu sampai RS, berlaku sistem pembayaran yang berlaku. Awak
ambulans PSC berstandar BLS dan ALS.
Peran Dirjen Bina Yanmed Depkes
Tujuan pembangunan kesehatan antaranya memperbaiki kualitas pelayanan diseluruh
daerah dan seluruh fasilitas pelayanan. Pelayanan medik diberikan pada individu
berupa upaya promotif, kuratif dan rehabilitatif yang bersifat continuum (terus
menerus). Pela-yanan medik dasar berupa pencegahan primer (health promotion dan
specific protection) oleh tenaga medik maupun non medik. Pencegahan sekunder
berupa deteksi dini dan pengobatan serta pembatasan cacad, serta pencegahan tertier
berupa rehabilitasi medik maksimal oleh dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lain.
Yanmed dasar merupakan basis dari sistem rujukan medik spesialistik.
Hubungan Kebijakan Depkes dengan pelayanan pada masyarakat
Arah dan kebijakan pembangunan kesehatan yang ditetapkan Menkes lebih
menekankan pada upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan tanpa mengabaikan
pelayanan penyembuhan dan rehabilitasi untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010.
Berdasar PP 25/2000 tentang kewenangan Pemerintah dan kewenangan propinsi dan
Kepmenkes 130/2000 tentang Organisasi dan cara kerja Depkes, maka yanmed dalam
pembangunan kesehatan memerlukan :
1. Penetapan pedoman sertifikasi teknologi yanmed.
2. Penetapan pedoman penerapan, penapisan dan pengembangan teknologi dan
standar
etika medik.
3. Penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana yanmed.
4. Penetapan standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan.
5. Penetapan pedoman pembiayaan yanmed.
Paradigma yanmed unggulan menganut pada (mengacu pada dasar-dasar bangkes
tsb.):
1. Pergeseran orientasi dari professional driven menjadi client driven, klien yang
semula objek menjadi subjek pelayanan. Otonomi klien sangat diutamakan seperti
pada informed consent yang berupa pemberian informasi timbal balik seimbang.
Hubungan provider dan client merupakan dasar yanmed. Kepuasan klien merupakan
fokus pelayanan yang menjamin kesembuhan, penurunan keluhan dan atau
peningkatan kesehatan. Client driven approach merupakan lingkungan kondusif dalam
menciptakan budaya mutu dari institusi yanmed.
2. Yanmed terintegrasi adalah pelayanan holistic-continuum yang akan meningkatkan
mutu dan efisiensi pelayanan, termasuk pertimbangan biaya. Manajemen profesional
4. Pembiayaaan. Baik terhadap public goods, public private maupun private goods
ditata melalui sistem prabayar seperti JPKM, asuransi, out of pocket, subsidi.
Kata kunci perencanaan terbentuknya PSC, merupakan unsur essensial PSC yang
akan menjamin terwujudnya SC, al:
1. Save community.
2. Time saving is life and limb saving.
3. Preparedness, prevention, mitigation, quick response dan rehabilitation.
4. Administrasi-manajemen, SDM, teknologi dan pembiayaan.
TANGGAP DARURAT BENCANA
Pengertian
1. Korban massal. Korban relatif banyak akibat penyebab yang sama dan perlu pertolongan segera dengan kebutuhan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih dari yang ter
sedia. Tanpa kerusakan infra struktur.
2. Bencana. Mendadak / tidak terencana atau perlahan tapi berlanjut, berdampak pada
pola kehidupan normal atau ekosistem, hingga diperlukan tindakan darurat dan luar bi
asa untuk menolong dan menyelamatkan korban dan lingkungannya. Korban banyak,
dengan kerusakan infra struktur.
3. Bencana kompleks. Bencana disertai permusuhan yang luas, disertai ancaman kea
manan serta arus pengungsian luas. Korban banyak, kerusakan infra struktur, disertai
ancaman keamanan.
Masalah saat bencana
1. Keterbatasan SDM. Tenaga yang ada umumnya mempunyai tugas rutin lain
2. Keterbatasan peralatan / sarana. Pusat pelayanan tidak disiapkan untuk jumlah
korban
yang besar.
3. Sistem Kesehatan. Belum disiapkan secara khusus untuk menghadapi bencana.
Fase pada Disaster Cycle
1. Fase Impact / bencana. Korban jiwa, kerusakan sarana-prasarana, infra struktur,
tata- nan sosial sehari-hari.
2. Fase Acute Response / tanggap segera :
a. Acute emergency response. Rescue, triase, resusitasi, stabilisasi, diagnosis, terapi
definitif.
b. Emergency relief. Mamin, tenda untuk korban sehat.
c. Emergency rehabilitation. Perbaikan jalan, jembatan dan sarana dasar lain untuk
pertolongan korban.
3. Recovery. Pemulihan.
4. Development. Pembangunan.
5. Prevention. Pencegahan.
6. Mitigation. Pelunakan efek bencana.
7. Preparedness. Kesiapan menghadapi bencana.
Perlindungan diri bagi petugas
- Prinsip Safety.
a. Do no further harm.
b. Safety diri saat respons kelokasi. Alat pengaman, rotator selalu hidup, sirine hanya
saat mengambil korban, persiapan pada kendaraan, parkir 15 m dari lokasi (ke
bakaran : 30 m, perhatikan arah angin).
c. Safety diri ditempat kejadian. Minimal berdua. Koordinasi dengan fihak terkait,
cara mengangkat pasien, proteksi diri.
d. Safety lingkungan. Waspada bahaya yang mengancam.
- Protokol Safety
1. Khusus. Atribut, tanda pengenal posko-ambulans, perangkat komunikasi khusus
tim,
jaring kerjasama dengan keamanan, hanya masuk daerah yang dinyatakan aman.
Pada daerah konflik hindari menggunakan kendaraan keamanan, ambil jarak dengan
petugas keamanan. Utamakan pakai kendaraan kesehatan / PMI.
2. Umum. Koordinasi dengan instansi setempat, KIE netralitas, siapkan jalur penyela
matan diri yang hanya diketahui tim, logistik cukup, kriteria kapan harus lari.
Posko Pelayanan Gadar Bencana
1. Penyediaan posko yankes oleh petugas yang berhadapan langsung dengan
masyarakat. Perhatikan sarat-sarat mendirikan posko.
2. Penyediaan dan pengelolaan obat.
3. Penyediaan dan pengawasan makanan dan minuman.
Rapid Health Assessment (RHA)
Pengertian
Penilaian kesehatan cepat melalui pengumpulan informasi cepat dan analisis besaran
masalah sebagai dasar mengambil keputusan akan kebutuhan untuk tindakan
penanggulangan segera.
Tujuan RHA
Penilaian cepat sesaat setelah kejadian untuk mengukur besaran masalah kesehatan
akibat bencana atau pengungsian, hasilnya berbentuk rekomendasi untuk digunakan
dalam pengambilan keputusan penanggulangan kesehatan selanjutnya.
Secara khusus menilai jenis bencana, lokasi, penduduk terkena, dampak yang telah /
akan terjadi, kerusakan sarana yang menimbulkan masalah, kemampuan sumberdaya
untuk mengatasi masalah, kemampuan respons setempat.
Ruang lingkup
Medis, epidemiologis, lingkungan.
Penyusunan instrumen
Berbeda untuk tiap jenis kejadian, namun harus jelas tujuan, metode, variabel data,
ke-rangka analisis, waktu pelaksanaan dan instrumen harus hanya variabel yang
dibutuhkan.
Variabel : Lokasi, waktu kejadian, jumlah korban dan penyebarannya, lokasi
pengungsian, masalah kesehatan dan dampaknya (jumlah tewas, jumlah luka, jumlah
kerusakan sarana, endemisitas setempat, potensi air bersih, kesiapan sarana yankes,
ketersediaan logistik, upaya kesehatan yang telah dilakukan, fasilitas evakuasi,
kesiapan tenaga, geografis, bantuan awal yang diperlukan, kemampuan respons
setempat, hambatan yang ada).
Pengumpulan data
1. Waktu. Tergantung jenis bencana.
2. Lokasi. Lokasi bencana, penampungan, daerah sekitar sebagai sumber daya.
3. Pelaksana / Tim RHA. Medis, epidemiologi, kesling, bidan/perawat, sanitarian yang
bisa
bekerjasama dan memiliki kapasitas mengambil keputusan.
Metode RHA
Pengumpulan data dengan wawancara dan observasi langsung.
Analisis RHA
Diarahkan pada faktor risiko, penduduk yang berisiko, situasi penyakit dan budaya
lokal, potensi sumber daya lokal, agar diperoleh gambaran.
1. Luasnya lokasi, hubungan transportasi dan komunikasi, kelancaran evakuasi,
rujukan
dan pertolongan, dan pelayanan kesehatan.
2. Dampak kesehatan (epidemiologi). Angka kematian-luka, angka yang terkena dan
perlu
pertolongan, penyakit menular berpotensi KLB.
3. Potensi sarana pelayanan. Kemampuan sarana kesehatan terdekat.
4. Potensi sumber daya kesehatan setempat dan kemugkinan mendapatkan bantuan.
5. Potensi sumber air dan sanitasi.
6. Kesediaan logistik. Yang masih ada dan yang diperlukan.
Rekomendasi
Berdasar analisis. Segera disampaikan pada yang berwenang mana yang bisa diatasi
sendiri, mana yang perlu bantuan.
Obat-bahan-alat, medik-paramedik-surveilans-sanling, pencegahan-immunisasi, ma-
penanggulangan
gawat
darurat
terpadu
selanjutnya
quick
response
dan
ketepatan
berupa
pertolongan
dan
oleh
tenaga
kesehatan
professional
kegawat
untuk
mendapatkan
pertolongan
spesialistik
sesuai
kerusakan
sarana
dan
prasarana
umum
serta
menimbulkan
gangguan
penghidupan
masyarakat
terhadap
dan
tata
kehidupan
dan
nasional
yang
pembangunan
mengganggu
dan
merugikan
masyarakat,
tabrakan
kereta
api,
rubuhnya
gedung
dan
lain
kesiapsiagaan
dan
penanggulangan
GAWAT
DARURAT
DAN
1. PENGERTIAN
Keperawatan Gawat Darurat merupakan rangkaian kegiatan
praktik keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh
perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan.
Kegawat- daruratan adalah suatu keadaan kritis akut yang
mengancam nyawa dan megakibatkan kecacatan yang dapat
menimpa seseorang atau kelompok masyarakat yang dapat
terjadi dimana saja, kapan saja dalam skala yang dapat diatasi
setempat.
Bencana adalah kegawatdaruratan dalam skala besar berupa
korban manusia, rusaknya prasarana, sarana dan fasilitas umum
yang membutuhkan bantuan dari luar. Bantuan dapat berupa
technical assistance atau bantuan penuh (tenaga, logistic dan
lain-lain) tergantung dari kemampuan daerah tersebut dalam
penanganan bencana. Adapun penyebab terjadi bencana dapat
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :Alam ( seperti
banjir, gempa bumi, tsunami, dan lain sebagainya); Teknologi
(seperti tabrakan kereta api, rubuhnya gedung dan lain
sebagainya); Konflik ( seperti konflik antar ethnis, terorisme dan
lain sebagainya).
Masalah saat bencana
1. Keterbatasan SDM. Tenaga yang ada umumnya mempunyai
tugas
rutin
lain
n untuk jumlah
dengan masyarakat.
penanggulangan
gawat
darurat
massal
dilokasi
musibah.
B. PENGELOMPOKAN TIM
1. Kelompok pengendali di Pusat Pengendali Krisis terdiri dari Ketua
dan Anggota.
1.
2.
3.
4.
5.
PSC. Didirikan
masyarakat
untuk
kepentingan
masyarakat.
lintas
sektor.
PSC
berfungsi
penyiagaan
maupun
pertolongan
bagi
korban
Pelayanan
Ambulans.
Terpadu
dalam
koordinasi
dengan
Terdiri
dari
jejaring
informasi,
koordinasi
dan
pelayanan
gawat darurat hingga seluruh kegiatan berlangsung dalam sistem
terpadu
keterampilan
bagi
dokter,
perawat,
awam
khusus.
efektif
dan
efisien
bila
dalam
kegiatan
koordinasi
dan
SDM,
pendukung
fasilitas
dan
pelayanan
sumber
daya
lain
sebagai
atau kegagalan,
b.
c.
dan kuantitas
2. Evakuasi. Antar RS dan dari pra RS ke RS.
3. Sistem Informasi Manajemen, (SIM). Untuk menghadapi komple
ksitas permasalahan dalam pelayanan. Perlu juga dalam audit pel
ayanan dan hubungannya dengan penunjang termasuk keuanga
n.
4. Koordinasi dalam pelayanan terutama rujukan, diperlukan pem
berian informasi keadaan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan
sebelum pasien ditranportasi ke RS tujuan.
Hal-hal khusus
1. Petunjuk Pelaksanaan Permintaan dan Pengiriman bantuan
medik
dari
RS rujukan.
Langkah 0
Panggil korban yang masih bisa berjalan untuk mendekat kearah
petugas yang berada dilokasi aman (collecting area). Korban yang
bisa
berjalan
mendekat
diberikan
label
HIJAU
Langkah 1 (Airway + Breathing)
Langkah 2 (Circulation)
penderita,
Apabila
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Muh. N. Mallapassi dan Fuad B.SKM, 2007: Buku Panduan Basic
Trauma Cardiac Life Support, Makassar
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/triage.html
http://files.miplpurwokerto.webnode.com/2000000144e37d4f318/P3k%20mipl.doc
http://groups.yahoo.com/group/K3_LH/message/27242
http://www.slideshare.net/abhique/perspektif-keperawatan-gawatdarurat-1890878
http://robbybee.wordpress.com/2009/02/25/konsep-dasarkeperawatan-gawat-darurat/
3. Pertolongan di tempat kejadian oleh anggota masyarakat awam atau awam khusus
(satpam, pramuka, polisi, dan lain-lain)
4. Pengangkutan penderita gawat darurat untuk pertolongan lanjutan dari tempat kejadian ke
rumah sakit (sistim pelayanan ambulan)
2. Dalam Rumah Sakit
1. Pertolongan di unit gawat darurat rumah sakit
2. Pertolongan di kamar bedah (jika diperlukan)
3. Pertolongan di ICU/ICCU
3. Antar Rumah Sakit
1. Rujukan ke rumah sakit lain (jika diperlukan)
2. Organisasi dan komunikasi
SPGDT-B (Bencana)SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan
Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu sebagai khususnya pada
terjadinya korban massal yg memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari.
Bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak banyaknya.
Tujuan Khusus :
1. Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat sebagaimana mestinya.
2. Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai.
3. Menanggulangi korban bencana.
Prinsip mencegah kematian dan kecacatan :
1. Kecepatan menemukan penderita.
2. Kecepatan meminta pertolongan.
Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
1. Ditempat kejadian.
2. Dalam perjalanan kepuskesmas atau rumah-sakit.