Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno
A. Dinasti Sanjaya
Kerajaan Mataram terletak di Jawa Tengah dengan daerah
intinya disebut Bhumi Mataram. Daerah tersebut dikelilingi
oleh pegunungan dan gunung-gunung, seperti Pegunungan
Serayu, Gunung Prau, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing,
Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, Gunung Merapi,
Pegunungan Kendang, Gunung Lawu, Gunung Sewu, Gunung
Kidul. Daerah itu juga dialiri banyak sungai, diantaranya Sungai
Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo, dan yang terbesar dalah
Sungai Bengawan Solo. Mata pencaharian utama dari rakyat
Mataram Kuno adalah pertanian, sementara masalah
perdagangan kurang mendapat perhatian.
- Sumber Sejarah
Bukti-bukti berdirinya Dinasti Sanjaya diketahui melalui
Prasasti Canggal (daerah Kedu), Prasasti Belitung, Kitab Carita
Parahyangan.
B. Dinasti Syailendra
Pada pertengahan abad ke-8 M di Jawa Tengah bagian selatan,
yaitu di daerah Bagelan dan Yogyakarta, memerintah seorang
raja dari Dinasti Syailendra. Pada masa pemerintahan Raja
Balaputra Dewa, diketahui bahwa pusat kedudukan Kerajaan
Syailendra terletak di daerah pegunungan di sebelah selatan
berdasarkan bukti ditemukannya peninggalan istana Ratu Boko.
- Sumber Sejarah
Prasasti-prasasti yang berhasil ditemukan diantaranya sebagai
berikut:
a. Prasasti Kalasan (778 M)
Prasasti ini menyebutkan tentang seorang raja dari Dinasti
Syailendra yang berhasil menunjuk Rakai Panangkaran untuk
mendirikan sebuah bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah
Bihara untuk para pendeta. Rakai Panangkaran akhirnya
menghadiahkan desa Kalasan kepada Sanggha Budha.
b. Prasasti Kelurak (782 M) di daerah Prambanan
Prasasti ini menyebutkan tentang pembuatan arca Manjusri
yang merupakan perwujudan Sang Budha, Wisnu, dan Sanggha,
yang dapat disamakan dengan Brahma, Wisnu, Siwa. Prasasti
itu juga menyebutkan nama raja yang memerintah saat itu yang
bernama Raja Indra.
c. Prasasti Ratu Boko (856 M)
Prasasti ini menyebutkan tentang kekalahan Raja Balaputra
Dewa dalam perang saudara melawan kakaknya
Pramodhawardani dan selanjutnya melarikan diri ke Sriwijaya.
- Kehidupan Politik
Menurut prasasti Canggal, raja yang mula-mula
memegang kekuasaan Kerajaan Mataram adalah Sanna,
kemudian digantikan oleh Raja Sanjaya. Sementara itu, silsilah
raja-raja Mataram dimuat di dalam prasasti Mantyasih, yang
ditemukan di daerah Kedu. Menurut prasasti yang berangka
tahun 907 M itu, raja Mataram secara urut adalah Raja Sanjaya,
Rakai Panangkaran,
Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai
Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai Watuhumalang, dan Rakai
Watukura Dyah Balitung.
Raja-raja tersebut berasal dari wangsa Sanjaya. Kerajaan
Mataram diperintah oleh dua dinasti yaitu wangsa Sanjaya
(Hindu Syiwa) dan wangsa Syailendra (Buddha). Rajaraja yang
berasal dari wangsa Syailendra antara lain Bhanu, Wisnu, Indra,
dan Samaratungga atau Samagrawira. Kedua dinasti itu
akhirnya menyatu setelah terjadi pernikahan antara Rakai
Pikatan dengan Pramodwawardhani (putri dari Samaratungga).
Sementara itu, putra Samaratungga yang lain yaitu
Balaputradewa menyingkir ke Sriwijaya setelah gagal merebut
kekuasaan Mataram. Kekuasaan Mataram kemudian dipegang
oleh dinasti Sanjaya hingga abad X di bawah Raja Wawa. Inilah
saat Mataram mengalami masa surut dan pindah ke Jawa Timur
di bawah Mpu Sendok.
Dinasti Syailendra
Sri Indrawarman (752-775)
Wisnuwarman (775-782)
Daranindra (Sri Wirarairimathana (782-812)
Samaratungga (812-833)
Pramodhawardhani (833-856), menikah dengan Rakai
Pikatan (Dinasti Sanjaya)
Dinasti Sanjaya
Sanjaya(sanjaya) (732-7xx)
Rakai Panangkaran : Dyah Pancapana (syailendra)
Rakai Panunggalan
Rakai Warak
Rakai Garung
Rakai Patapan (8xx-838)
Rakai Pikatan (838-855), mendepak Dinasti Syailendra
Rakai Kayuwangi (855-885)
Dyah Tagwas (885)
Rakai Panumwangan Dyah Dewendra (885-887)
Rakai Gurunwangi Dyah Badra (887)
Rakai Watuhumalang (894-898)
Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910)
Daksa (910-919)
Tulodong (919-921)
Dyah Wawa (924-928)
Mpu Sindok (928-929), memindahkan pusat kerajaan ke
Jawa Timur (Medang)
TUGAS DISKUSI
SEJARAH
Disusun oleh :
Anggota : - M. Afif Fauzi
Tri Rahayu
Nurlaela fitriyani
Puput purwanti