Anda di halaman 1dari 20

PENTINGNYA KESELAMATAN

KESEHATAN KERJA
DI INDUSTRI KIMIA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Keselamatan Kesehatan Kerja

Annisa Arum Kartika Dewi


6411414101
Rombel 4

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah keselamatan kesehatan kerja mengenai pentingnya keselamatan
kesehatan kerja. Dan juga kami berterimakasih kepada Bapak Sugiharto selaku
dosen mata kuliah Dasar Keselamatan Kesehatan Kerja yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pentingnya keselamatan kesehatan
kerja di industri kimia. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Semarang, Juni 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR......................................................................................................
ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................
1.3. Tujuan...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................
2.1.Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) .............................................................
2.2.Peraturan Umum K3 Pada Industri Kimia............................................................
2.3.Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ...................................
2.4.Kecelakaan Kerja................................................................................................
2.5.Sebab-sebab Kecelakaan.....................................................................................
2.6.Kebijakan Keselamatan Kerja..............................................................................
2.7.Pengendalian Bahaya Pencemaran Udara / Polusi...............................................
2.8.Alat Perlindungan Diri (Personal Protective Equipment)......................................
2.9.Kata kunci untuk pengaturan APD......................................................................
2.10.Penanganan dan Penyimpanan Bahan..............................................................
2.11.Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran...........................................................
2.12.Antisipasi dan Tindakan Pemadaman Kebakaran...............................................
2.13.Bahaya Radiasi.................................................................................................
BAB III PENUTUP........................................................................................................
3.1. Kesimpulan................................................................................................

3.2. Saran..........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap aktifitas pekerjaan.

Dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akan
mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini
mungkin, potensi kecelakaan kerja harus dicegah atau setidak-tidaknya dikurangi
dampaknya. Penanganan masalah keselamatan kerja di dalam sebuah perusahaan
harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen pelaku usaha, tidak bisa secara
parsial dan diperlakukan sebagai bahasan-bahasan marginal dalam perusahaan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa tetapi juga kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Kesehatan kerja dapat tercapai secara optimal jika tiga komponen berupa
kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja dapat berinteraksi baik dan
serasi.
Kecelakaan ditempat kerja merupakan penyebab utama penderita perorangan
dan penurunan produktivitas. Menurut ILO (2003), setiap hari rata-rata 6000
orang meninggal akibat sakit dan kecelakaan kerja atau 2,2 juta orang pertahun
sebanyak 300.000 orang pertahun, diantaranya meninggal akibat sakit atau
kecelakaan kerja.

Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja, mudah


sakit, stres, sulit berkonsentrasi sehingga menyebabkan menurunnya produktif
kerja. Kondisi kerja meliputi variabel fisik seperti distribusi jam kerja, suhu,
penerangan, suara, dan ciri-ciri arsitektur tempat kerja lingkungan kerja yang
kurang nyaman, misalnya : panas, berisik, sirkulasi udara kurang, kurang bersih,
mengakibatkan pekerja mudah stress.
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun
2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat
yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar
negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa
Indonesia.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik.
Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara
maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan
prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran
pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak
pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23
tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat
kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Kelelahan kerja merupakan masalah yang sangat penting perlu ditanggulangi
secara baik. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya penurunan kekuatan otot, rasa
lelah yang merupakan gejala subjektif dan penurunan kesiagaan (Grandjean, 1985).

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya.


Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang
sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau
kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya.
Salah satu komponen yang dapat meminimalisir kecelakaan dalam kerja adalah
tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani
korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
1.2.

Rumusan Masalah

1.

Seberapa penting Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perlu diterapkan


di industri kimia?

2.

Apa saja jenis kecelakaan kerja yang perlu diwaspadai sehingga perlu
menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?

3.

Bagaimana cara menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di


industri kimia agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan?

1.3.

Tujuan
1. Untuk mengetahui seberapa pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) perlu diterapkan di industri kimia.
2. Untuk mengetahui jenis kecelakaan kerja yang perlu diwaspadai sehingga
perlu menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
3. Untuk mengetahui cara menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di industri kimia agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang

memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari


bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang
wajib dipenuhi oleh perusahaan (Sumamur, 1988).
Sedangkan definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut
falsafah

keselamatan

menjamin

keadaan,

kerja
keutuhan

dapat
dan

diterangkan
kesempurnaan

sebagai

berikut:

baik

jasmaniah

maupu rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya (Dalih,
1982).
Perumusan falsafah ini harus dipakai sebagai dasar dan titik tolak dari tiap
usaha keselamatan kerja karena didalamnya telah tercakup pandangan serta
pemikiran filosofis, sosial-teknis dan sosial ekonomis. Oleh sebab itu dibuat
peraturan-peraturan mengenai berbagai jenis keselamatan kerja sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.2.

Keselamatan kerja dalam industri ( industrial safety)


Keselamatan kerja di pertambangan ( mining safety)
Keselamatan kerja dalam bangunan ( building and construction safety)
Keselamatan kerja lalu lintas ( traffic safety)
Keselamatan kerja penerbangan (flight safety)
Keselamatan kerja kereta api ( railway safety)
Keselamatan kerja di rumah ( home safety)
Keselamatan kerja di kantor ( office safety)
Peraturan Umum K3 Pada Industri Kimia
Peraturan-peraturan mengenal keselamatan dipersiapkan guna melindungi

setiap orang, karenanya setiap orang harus ikut berperan. Berikut ini adalah
peraturan-peraturan dasar keselamatan yang umum berlaku :
1. Menjadikan kepedulian utama untuk sadar akan keselamatan setiap saat.
2. Semua cedera sekecil apapun harus dilaporkan dengan segera kepada safety
officer atau supervisor yang akan melakukan penyelidikan kecelakaan yang
menimpa anda dan kemudian membuat laporan kecelakaan pada manajemen
3.

dan mengirim salinannya ke kantor di Jakarta dalam waktu 24 jam.


Setiap crew harus dengan segera melaporkan setiap kecelakaan, nyaris (near
miss) celaka, keadaan dan tindakan yang tidak aman kepada atasannya
langsung, dan salinannya kepada safety officer di lapangan dan melakukan

4.

tindakan yang perlu untuk perbaikan.


Setiap kebakaran apakah itu dapat dipadamkan atau tidak harus segera
dilaporkan kepada safety officer atau supervisor tingkat pertama yang bertugas

5.
6.

pada daerah tersebut.


Dilarang keras berkelahi dan bercanda dengan kasar.
Dilarang mengoperasikan suatu peralatan kecuali operator tersebut telah

7.

mendapatkan latihan mengenai peralatan tersebut.


Pekerjaan tidak boleh dimulai pada setiap unit dan alat tanpa sepengetahuan

8.
9.

dan seijin petugas yang bertanggung jawab terhadap daerah tersebut.


Dilarang berlari-lari di daerah kerja.
Bila menaiki dan menuruni tangga, pergunakan pegangan tangan dan lakukan

selangkah demi selangkah.


10. Udara bertekanan di atas 30 psi tidak boleh dipergunakan untuk keperluan
pembersihan kecuali untuk abrasive blasting, dan tidak boleh dipakai untuk
membersihkan pakaian atau badan pada tekanan berapapun.
11. Udara bertekanan hanya boleh dipakai untuk alat-alat yang digerakkan dengan
tekanan angin (pneumatic).
12. Di setiap fasilitas dilarang memakai sepatu dengan besi terbuka pada sol
sepatunya.
13. Cincin-cincin, jam tangan atau gelang dari logam atau asesoris lain dan
pakaian yang terlalu longgar tidak boleh dikenakan, rambut tidak boleh terurai
saat bekerja dalam jarak dekat dengan peralatan-peralatan yang tidak
terlindung atau sistem pencatu listrik.
14. Topi keselamatan, pelindung pendengaran, kacamata keselamatan, dan sepatu
keselamatan kerja harus dipakai di lokasi-lokasi yang telah ditentukan.
15. Setiap lantai harus benar-benar dijaga dan diperhatikan untuk menghindari

kemungkinan tersandung dan terjatuh.


16. Alat pemadam kebakaran, kotak alarm, pintu darurat pada saat kebakaran, alat
bantu pernafasan, tempat membilas mata, dan semua peralatan darurat yang
harus dalam keadaan baik dan lokasinya bebas dari hambatan.
17. Semua anjungan lepas pantai yang dihuni mempunyai papan petunjuk untuk
keadaaan darurat (Muster Area). Semua personel harus memahami muster
point masing masing bila berada di fasilitas lepas pantai.
18. Setiap crew harus melapor ke lokasi pada setiap kedatangan atau saat
meninggalkan fasilitas.
19. Selalu memahami jalan darurat penyelamatan diri dan bekerja dengan aman.
Merokok hanya diijinkan pada wilayah-wilayah yang sudah ditetapkan atau
diberi tanda diperbolehkan merokok. Dilarang membawa korek api atau pemantik
api di sekitar kawasan proses dan produksi. Semua wilayah produksi, pengeboran
dan konstruksi adalah wilayah DILARANG MEROKOK. Jika pekerja merasa
kurang yakin apakah berada di daerah aman untuk merokok, maka jangan merokok.
Pada tiap-tiap instalasi terdapat daerah-daerah terlarang, dimana hanya
petugas tertentu saja yang diperbolehkan untuk memasuki daerah tersebut personil
akan diberikan penjelasan mengenai hal tersebut sesuai dengan keperluan dan
wewenangnya.
Bila bunyi tanda keadaan darurat terdengar atau ada pengumuman bahwa
tempat kerja berada dalam keadaan darurat, hentikan semua kegiatan kerja,
putuskan sambungan semua peralatan listrik, dan tutup semua kerangan silinder
gas. Jangan melanjutkan pekerjaan sampai ada pemberitahuan dari operator. Bila
kondisi darurat yang menyebabkan tanda bahaya berbunyi terletak di daerah ijin
kerja dan evakuasi harus dilakukan, ijin ke daerah yang aman.

2.3.

Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Dibuatkannya Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam

praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sesuatu yang sangat penting
dan harus, karena hal ini akan menjamin dilaksanakannya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) secara baik dan benar. Kemudian konsep ini berkembang
menjadi employers liability yaitu K3 menjadi tanggung jawab pengusaha, buruh /

pekerja, dan masyarakat umum yang berada di luar lingkungan kerja.


Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja
atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat
dan martabat serta nilai-nilai agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah
peraturan perundangan-undangan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl
No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan
perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik
di darat, di dalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada
di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja
dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,
barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pelaksaannya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil
pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu,
masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di
masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna
membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.
2.4.Kecelakaan Kerja
Terjadinya Kecelakaan kerja yang mengakibatkan luka-luka ataupun cacat
berdasarkan penelitian dan pengalaman merupakan akibat dari berbagai faktor
sebagai berikut (Bennet, 1985) :
1.
Golongan fisik
1) Bunyi dan getaran yang bisa menyebabkan ketulian dan pekak baik sementara
maupu permanen.
2) Suhu ruang kerja. Suhu yang tinggi menyebabkan hiperprexia,heat
stroke, dan heat cramps (keadaan panas badan yang tinggi suhunya).

Sedangkan suhu yang rendah dapat menyebabkan kekakuan dan peradangan.


3) Radiasi sinar rontgen atau sinar-sinar radioaktif menyebabkan kelainan
pada kulit, mata, dan bahkan susunan darah.
2.

Golongan kimia
1) Debu dan serbuk menyebabkan terganggunya saluran pernafasan.
2) Kabut dari racun serangga yang menimbulkan keracunan.
3) Gas, sebagai contoh keracunan gas karbonmonoksida, sulfur, dan
sebagainya.
4) Uap, menyebabkan keracunan dan penyakit kulit.
5) Cairan beracun.

3.

Golongan Biologis
1) Tumbuh-tumbuhan yang beracun atau menimbulkan alergi;
2) Penyekit yang disebabkan oleh hewan-hewan di tempat kerja, misal
penyakit antrax atau brucella di perusahaan penyamakan kulit.

4.

Golongan Fisiologis
1) Konstruksi mesin atau peralatan yang tidak sesuai dengan mekanisme

tubuh manusia.
2) Sikap kerja yang menyebabkan keletihan dan kelainan fisik.
3) Cara bekerja yang membosankan atau titik jenuh tinggi.
5.
Golongan Psikologis
1) Proses kerja yang rutin dan membosankan;
2) Hubungan kerja yang tidak harmonis antar karyawan tau terlalu menekan
atau sangat menuntut.
3) Suasana kerja yang kurang aman.
2.5.

Sebab-sebab Kecelakaan
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan

yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan
merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang
mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan
mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan cara
yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki
kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik.
Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan,
ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan
dekat dengan pekerja, pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak,

peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang
baik.
Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti
latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan
pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh,
menambah daya dan lain-lain. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya
terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak
hanya satu saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk
tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan
keselamatan.
2.6.

Kebijakan Keselamatan Kerja


Suatu perusahaan mempunyai kebijakan untuk selalu memperhatikan dan

menjamin implementasi peraturan keselamatan,


kesehatan dan lingkungan yang meliputi :
1. Peningkatan berkelanjutan.
2. Sesuai dengan aturan dan perundangan keselamatan dan kesehatan di tempat
kerja yang berlaku.
3. Mengkomunikasikan ke seluruh karyawan agar karyawan sadar dan mawas
mengenai kewajiban keselamatan dan kesehatan pribadi
4. Dapat diketahui atau terbuka bagi pihak-pihak yang berminat.
5. Evaluasi berkala untuk mempertahankan agar tetap relevan dan sesuai dengan
perusahaan.
Keselamatan Kerja merupakan faktor yang sangat diperhatikan dalam dunia
industri modern terutama bagi mereka yang berstandar internasional. Kondisi kerja
dapat dikontrol untuk mengurangi bahkan menghilangkan peluang terjadinya
kecelakaan di tempat kerja. Kecelakaan dan kondisi kerja yang tidak aman
berakibat pada luka-luka pada pekerja, penyakit, cacat, bahkan kematian, juga
harus diperhatikan ialah hilangnya efisiensi dan produktivitas pekerja dan
perusahaan. Saat ini sekitar 7 orang dari 100 pekerja penuh (full time) yang
bekerja di sektor swasta setiap tahunnya di Amerika mengalami kecelakaan atau
penyakit di tempat kerja. Di dunia sekitar 2,8 juta kasus mengakibatkan hilangnya
waktu berproduksi dan setiap tahunnya pula 6000 pekerja meninggal dunia akibat
kecelakaan di tempat kerja.

Perencanaan perlu dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya, penilaian dan


pengendalian resiko. Mengidentifikasikan

bahaya, resiko dan implementasi

pencegahan termasuk kegiatan rutin dan non-rutin, dan kegiatan setiap personel
yang mempunyai akses ke tempat kerja termasuk kontraktor dan tamu.
Penjaminan hasil dari pengidentifikasian di atas dan akibat dari kegiatan
pengontrolan serta pencegahan ketika menyusun obyektif keselamatan dan
kesehatan kerja. Perencanaan harus didokumentasikan dan terus diperbaharui
sesuai dengan keadaan.

2.7.

Pengendalian Bahaya Pencemaran Udara / Polusi


Pengendalian bahaya akibat pencemarann udara atau kondisi udara yang

kurang nyaman dapat dilakukan antara lain dengan pembuatan ventilasi yang
memadai. Penyelenggaraan ventilasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis :
1. Ventilasi Umum : pengeluaran udara terkontaminasi dari suatu ruang kerja
melalui suatu bukaan pada dinding bangunan dan pemasukan udara segar
melalui bukaan lain atau kebalikannya. Disebut juga sebagai ventilasi
2.

pengenceran.
Ventilasi pengeluaran setempat : pengisapan dan pengeluaran kontaminan
secara
serentak dari sumber pancaran sebelum kontaminan tersebar ke seluruh

3.

ruangan.
Ventilasi penurunan panas : perlakuan udara dengan pengendalian suhu,
kelembaban, kecepatan aliran dan distribusi untuk mengurangi beban panas
yang diderita naker.

Maksud diselenggarakannya ventilasi adalah :


1.

Menurunkan kadar kontaminan dalam lingkungan kerja sampai pada tingkat


yang tidak membahayakan kesehatan naker yaitu di bawah NAB sehingga

2.

terhindar dari PAK.


Menurunkan kadar yang tidak menimbulkan kebakaran atau peledakan yaitu di

3.

bawah Batas Ledak Terendah (BLT) atau Lower Explosive Limit (LEL).
Memberikan penyegaran udara agar diperoleh kenyamanan dengan
menurunkan tekanan panas.

4.
5.

Meningkatkan ketahanan fisik dan daya kerja naker


Mencegah kerugian ekonomi karena kerusakan mesin oleh korosi, peledakan,
kebakaran, hilang waktu kerja karena sakit dan kecelakaan dsb.

Adapun cara menyelenggarakan ventilasi terdiri dari :


1.

Secara alamiah di mana aliran atau pergantian udara terjadikaren kekuatan


alami : beda tekanan udara sehingga timbul angin, beda suhu sehingga beda
kerapatan udara antara bangunan dengan sekelilingnya.

2.

Secara mekanis melalui :


1) Aliran atau pergantian udara terjadi karena kekuatan mekanis seperti kipas,
blower dan ventilasi atap.
2) Kipas angin dipasang di dinding, jendela, atau atap.
3) Kipas angin berfungsi mengisap atau mengeluarkan kontaminan, tetapi juga
dapat memasukkan udara.

2.8.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
2.9.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)

Alat Perlindungan Diri (Personal Protective Equipment)


Head & Face protection
Eyes protection
Hearing protection
Respiratory protection
Hand protection
Foot protection
Kata kunci untuk pengaturan APD
Upayakan perbaikan tempat ganti, cuci dan kakus agar terjamin kesehatan
Sediakan tempat makan dan istirahat yang layak agar unjuk kerja baik
Perbaiki fasilitas kesejahteraan bersama pekerja
Sediakan ruang pertemuan dan pelatihan
Buat petu njuk dan peringatan yang jelas
Sediakan APD secara memadai
Pilihlah APD terbaik jika risiko bahaya tidak dieliminasi dengan alat lain
Pastikan penggunaan APD melalui petunjuk yang lengkap, penyesuaian
dan latihan
Yakinkan bahwa penggunaan APD sangat diperlukan
Yakinkan bahwa penggunaan APD dapat diterima oleh pekerja
Sediakan layanan untuk pembersihan dan perbaikan APD secara teratur
Sediakan tempat penyimpanan APD yang memadai
Pantau tanggung jawab atas kebersihan dan pengelolaan ruang kerja

2.10. Penanganan dan Penyimpanan Bahan


1) Tandai dan perjelas rute transport barang

2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

Pintu dan Gang harus cukup lebar untu arus dua arah
Permukaan jalan rata, tidak licin dan tanpa rintangan
Kemiringan tanjakan 5-8%, anak tangga yang rapat
Gunakan kereta beroda untuk pindahkan barang
Gunakan rak penyimpanan yang dapat bergerak atau mobil
Gunakan rak bertingkat di dekat tempat kerja
Gunakan alat pengangkat
Gunakan konveyor, kerek dll
Prioritas terpenting bagi perusahaan yang berhubungan dengan kesehatan

karyawan adalah jaminan kesehatan & keselamatan kerja, baik untuk pekerja
maupun tenaga kontraktor.
Menjamin kondisi kerja yang sehat dan aman bagi karyawan dan
kontraktor merupakan salah satu isu paling penting bagi industri semen, kita
menyadari bahwa perhatian harus diberikan lebih banyak di area ini di keseluruhan
industri dan adanya komitmen untuk memainkan peranan utama dalam proses.
Desain bangunan dan peralatan operasional yang aman, memiliki peranan
yang penting untuk mengurangi cidera dan insiden dan perusahaan pemasok
peralatan industri secara pasti juga meningkatkan dan memperbaiki produk
mereka hingga peralatan tersebut memenuhi standar keselamatan yang tinggi.
Namun pada kenyataannya, pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif
dan rutin serta budaya selamat merupakan alat yang paling efektif guna
mengurangi cidera dan tingkat kesakitan akibat kerja.
2.11.

Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran


Pertimbangan utama mengapa perlu upaya penanggulangan bahaya

kebakaran adalah karena adanya potensi bahaya kebakaran di semua tempat,


kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya api yang tidak dikehendaki dan selalu
membawa kerugian. Dengan demikian usaha pencegahan harus dilakukan oleh
setiap individu dan unit kerja agar jumlah peristiwa kebakaran, penyebab
kebakaran dan jumlah kecelakaann dapat dikurangi sekecil mungkin melalui
perencanaan yang baik. Melalui pelatihan ini diharapkan peserta mampu :
mengidentifikasi potensi penyebab kebakaran di lingkungan tempat kerjanya dan
melakukan upaya pemadaman kebakaran dini.

Sebab-sebab kebakaran:
1) Kebakaran karena sifat kelalaian manusia, seperti : kurangnya pengertian
pengetahuan penanggulangan bahaya kebakaran; kurang hati menggunakan
alat dan bahan yang dapat menimbulkan api; kurangnya kesadaran pribadi atau
tidak disiplin.
2) Kebakaran karena peristiwa alam, terutama berkenaan dengan cuaca, sinar
matahari, letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan topan.
3) Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang bahan kimia di
mana bahan bereaksi dengan udara, air dan juga dengan bahan-bahan lainnya
yang mudah meledak atau terbakar.
4) Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu, misalnya sabotase,
mencari keuntungan ganti rugi klaim asuransi, hilangkan jejak kejahatan,
tujuan taktis pertempuran dengan jalan bumi hangus.
Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perlu disediakan
peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dan cocok untuk bahan yang
mungkin terbakar di tempat yang bersangkutan.
1. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana
1) Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan (side
effect),sehingga air paling banyak dipakai untuk memadamkan kebakaran.
Persedian air dilakukan dengan cadangan bak-bak iar dekat daerah bahaya,
alat yang diperlukan berupa ember atau slang/pipa karet/plastik.
2) Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak
masuk sehingga api padam. Caranya dengan menimbunkan pada benda
yang terbakar menggunakan sekop atau ember.
3) Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk
menutup kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah
tangga, luasnya minimal 2 kali luas potensi api.
4) Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu
penyelamatan dan pemadaman kebakaran.
2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang
untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus diisi
ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air

(water), busa (foam), serbuk kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2, yang
berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan terbakar
sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena dorongan gas
bertekanan.
2.12. Antisipasi dan Tindakan Pemadaman Kebakaran
1. Tempatkan APAR selalu pada tempat yang sudah ditentukan, mudah
dijangkau dan mudah dilihat, tidak terlindung benda/perabot seperti lemari,
rak buku dsb. Beri tanda segitiga warna merah panjang sisi 35 cm.
2. Siagakan APAR selalu siap pakai.
3. Bila terjadi kebakaran kecil
: bertindaklah dengan tenang, identifikasi
bahan terbakar dan tentukan APAR yang dipakai.
4. Bila terjadi kebakaran besar : bertindaklah dengan tenang, beritahu orang
lain untuk pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi petugas pemadam
kebakaran.
5. Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat dan tenang.
2.13.

Bahaya Radiasi
Dua tipe energi radiasi menyebabkan masalah kesehatan yang harus

diselesaikan oleh teknisi keselamatan. Pertama energi radiasi panas dari proses
seperti pengolahan baja, dan kedua adalah radiasi alpa, beta, gamma yang
meningkatkan emisi partikel radio aktif. Kenaikan suhu panas

menimbulkan

kekejangan, iritasi kulit, dan penyakit psikologi bagi pekerja. Sumber panas
biasanya dapat terlindungi atau didaur ulang untuk mengurangi jumlah energi
yang

dilepaskan. Pendingin udaradan sistem ventilasi mungkin mengurangi

masalah sumber panas, dan melindungi peralatan dan pakaian.


Sinar gamma memiliki energi yang sangat besar dan dapat menyebabkan
masalah bahan radio aktif untuk melindungi terhadap radiasi sinar gamma, perlu
membangun sarana konstruksi gedung yang tebal beberapa kaki, sebaiknya sinar
alpa dan beta kurang berenergi, dapat dilindungi terhadap lapisan plastik tebal.
Bagian yang tak terlindungi radiasi energi secara langsung berkaitan
dengan waktu. Itu sebabnya mengapa penting untuk mengukur intensitas sumber
panas, dan panjang bagian yang terlindungi pada periode intensitas yang telah
diketahui. Perlindungan juga dapat berisikan penggunaan kantang atau pengendali
jarak jauh yang tak terlindungi mengurangi proporsi jarak setiap persegi.

Salah satu masalah besar ialah adanya bahaya penyebaran bahan radiasi
yang mencemari. Beberapa substansi memilki umur paruh yang singkat
(kekuatan radio aktifnya setengah dari interrval, yang singkat) dan sedikit susah.
Yang lainnya memiliki umur paruh yang panjang, mungkin terdiri dari radioaktif
yang berbahaya selama 1000 tahun. Untuk mencegah penyebaran bahan berbahaya
ini, orang-orang yang bekerja didaerah radioaktif menggunakan sepatu pelindung
dan memakai pakaian yang tak dapat dipindahkan dari batas ruangan pakaian.
Untuk mencegah bahan radioaktif yang tersembunyi, digunakan alat-alat untuk
mengukur rata-ratanya. Ketika radiasi pada tempat yang tersembunyi terjadi,
secara individu dapat dicegah

dari kembalinya potensi area yang berbahaya

hingga dapat dilakukan dengan aman.

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan

1) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang


memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar
dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak
asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan.
2) Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena para pekerja
yang lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman.
3) Prioritas terpenting bagi perusahaan yang berhubungan dengan kesehatan
karyawan adalah jaminan kesehatan & keselamatan kerja, baik untuk pekerja
maupun tenaga kontraktor. Menjamin kondisi kerja yang sehat dan aman

bagi karyawan dan kontraktor merupakan salah satu isu paling penting bagi
industri kimia.
3.2.

Saran

1) Perlu adanya peningkatan penjaminan keselamatan dan kesehatan bagi


pekerja di industri kimia.
2) Perlu adanya kerjasama antar berbagai pihak untuk menjamin seluruh
pekerja di industri kimia.
3) Perlu adanya sosialisasi kepada pekerja di industri kimia agar para pekerja
lebih berhati-hati dan lebih patuh terhadap peraturan demi keselamatan dan
kesehatan para pekerja.

DAFTAR PUSTAKA
Shinta Wahyu Hati. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada
Pembelajaran di Laboratorium Program Studi Teknik Mesin Politeknik Negeri
Batam. Batam.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana Untuk Produktivitas.(2013).
International Labour Organization Jakarta.
Mohammad Adam Jerusalem, M.T. dan
Enny Zuhny Khayati, M.Kes. 2010. Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Yogyakarta.
www.fkg.unair.ac.id/filer/buku%20pedmn%20K3PSTKG.pdf
www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed.../wcms_218617.pdf
staff.ui.ac.id/system/files/users/mgozan/material/k3teknikkimia.pdf

Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Industri Semen. 2004. Translation courtesy


of Holcim.

Anda mungkin juga menyukai