Anda di halaman 1dari 4

Dalam pengolahan minyak bumi, PT.

Pertamina RU V mempunyai 2 CDU (Crude Distillation


Unit) yaitu CDU IV yang mempunyai kapasitas 200 MBSD dan CDU V yang mempunyai
kapasitas 60 MBSD.Karena keterbatasan pasokan minyak bumi dari Handil dan Bekapai, maka
CDU IV juga mengolah minyak bumi dari tempat lain yang berasal dari dalam dan luar negeri.
Sebelum masuk ke CDU IV, minyak bumi dicampur (blending) dahulu sampai mencapai
spesifikasi umpan yang mendekati desain CDU IV dan produk yang diinginkan.
Umpan berupa Crude Oil dipanaskan melalui serangkaian penukar panas yang memanfaatkan
panas dari produk fraksionator. Temperature awal pemanasan ini adalah 110 oC. Sebelum
memasuki HE, crude diinjeksikan air dan diemulsifier. Penambahan air bertujuan untuk
melarutkan garamgaram dalam minyak, sedangkan deemulsifier berguna untuk memecah
emulsi crude dengan air sehingga air dalam fasa minyak mudah dipisahkan.Crude kemudian
dihilangkan kandungan garamnya menggunakan unit desalter. Desalter adalah bejana horisontal
dengan alat pemisah air dalam minyak berupa lempengan medan listrik. Air yang terpisah
selanjutnya dikirim ke Sour Water Stripper untuk diregenerasi sedangkan crude yang keluar dari
Desalter kemudian memasuki rangkaian HE. Keluaran HE kemudian dipanaskan dalam furnace
sehingga temperaturnya mencapai 315 oC yang menjadi temperatur crude masuk kolom.
Produk Overhead Gas (O/H) yang keluar dari puncak kolom diinjeksikan NH3 dan UNICORLHS (corrosion inhibitor). Gas amonia berfungsi untuk menetralisir air yang terkondensasi pada
accumulator boot dan untuk mempertahankan pH pada range 79, sedangkan corrosion inhibitor
berfungsi untuk melindungi sistem overhead dari korosi. Kondensat O/H gas yang terdapat di
dalam accumulator selanjutnya dialirkan dalam Stabilizer Column untuk memisahkan fraksi LPG
dan fraksi naphta.
LPG dikirim ke LPG Recovery Unit, sedangkan fraksi naphta dimasukkan ke dalam Naphta
Splitter untuk dipisahkan antara Light Naphta dan Heavy Naphta. Selanjutnya Light Naphta
dikirim ke storage untuk kemudian digunakan sebagai komponen blending produk premium,
sedangkan Heavy Naphta sebagian diumpankan ke Naphta Hydrotreater sedangkan yang
sebagian lagi disimpan dalam Heavy Naphta Storage.
Kerosene yang merupakan produk samping, dikeluarkan dari tray 18 dan 19 dikirim ke Kerosene
Stripper untuk dipisahkan antara kerosene dengan fraksi ringan yang masih terbawa. Kerosene
yang telah terpisahkan fraksi naphtanya dimasukkan dalam storage. Fraksi LGO yang merupakan
produk antara tray 32 dan 33 dikirim ke LGO Stripper untuk dipisahkan antara fraksi LGO
dengan fraksi ringan yang terbawa. Produk LGO dimasukkan kedalam storage dan digunakan
sebagai komponen blending ADO. Fraksi HGO yang merupakan produk dari tray 34 sampai 44
dikirim ke HGO Stripper untuk dipisahkan antara HGO dengan fraksi ringan yang terbawa.
Stripping dilakukan dengan injeksi Low Pressure Steam (LPS) 10 kg/cm-g. Produk bawah HGO
Stripper dikirim ke tangki penyimpanan. Reduced Crude (Long Residue) yang tidak dapat
difraksinasi lagi pada tekanan atmosferik diumpankan kedalam High Vacuum Unit II (HVU II).
A. Wax Fractionation

Proses ini merupakan Proses fisik yang beroperasi untuk memproduksi lilin
dengan kandungan minyak rendah

B.

Wax Manufacturing
Proses ini merupakan umpan yang mengandung lilin dengan kadar minyak
tinggi untuk memproduksi lilin tanpa minyak. Pada mulanya proses ini
dikembangkan oleh Texaco Development Corp dan Union Oil Co, dan dilisensi oleh
Texaco. Namum pada tahun 1954, Union Oil Co. Mulai mengoperasikna fasilitas
Wax Manufacturing pada kilang Oleun yang menggunakan air dan MIBK jenuh
(metil isobutil keton) sebagai pelarut.

C.

Continuous Wax Moulding


Suatu operasi otomatis yang sinambung untuk memproses lilin cair menjadi
padat berbentuk slab. Unit pertama telah dipasang pada 1950 dikilang Magnolia
Pertroleum (sekarang Mobile Oil Co) di Beaumont, Texas.

URAIAN PROSES DEWAXING UNIT


Teknologi proses dewaxing adalah proses dewaxing dengan menggunakan solvent dan
proses dengan chilling-pressing. Proses dewaxing menggunakan solvent banyak diaplikasikan
pada proses produksi lube base dengan cara melarutkan wax dari paraffin distillate pada
temperature yang ditentukan sehingga wax dapat dipisahkan dari minyak. Proses dewaxing
dengan chilling-pressing adalah tipe proses yang sederhana menggunakan proses pendinginan
umpan dan proses filtrasi bertekanan untuk memisahkan kristal paraffin. Pemisahan berbagai
grade kristal paraffin secara umum didasarkan pada perbedaan properties melting point dengan
pengaturan temperatur pendinginan proses dewaxing.
Pada pabrik lilin di PT. Pertamina (Persero) UP V Balikpapan, bahan baku Paraffinic Oil
Distillate (POD) dihasilkan dari Unit Distilasi Vacuum (HVU-III) dan berasal dari pengolahan
Minyak Mentah Parafinis, mode operasi secara batch pada setiap tahapan proses dan POD
diumpankan secara batch ke masing-masing Filter Press setelah mengalami proses pendinginan
pada unit chiller. Proses penyaringan (Filter Press) Dewaxing berlangsung secara bertingkat (3seri) pada kondisi operasi (temperature) yang berbeda untuk mendapatkan grade slack wax yang
berbeda.
DISKRIPSI PROSES SWEATING UNIT
Proses Sweating umumnya didasarkan pada hasil percobaan (experiment) dan
pengalaman (experience). Proses sweating adalah proses wax deoiling dengan prinsip
kesetimbangan fase antara cair-padat (proses rekristalisasi). Efek deoiling terjadi karena kadar
minyak dalam fase liquid lebih tinggi dibandingkan dalam fase padat, sehingga proses melting
akan memisahkan oil dari padatan slack wax. Pemanasan secara bertahap (gradually) padatan
slack wax akan melelehkan low melting point paraffin bersamaan dengan kandungan oil
dipisahkan yang pada target tertentu akan didapatkan wax dengan melting point lebih tinggi.
Fasilitas proses sweating di Wax Plant UP-V terdiri dari Vertical Tube Stove (VTS) yang
dioperasikan untuk grade wax domestic dan Sweating Box untuk grade ekspor dengan prinsip
proses pada dasarnya sama. Proses Sweating berlangsung secara batch dengan jumlah umpan
sesuai kapasitas alat. Tahapan proses secara umum terdiri dari (a) water filling, (b) slack wax
filling, (c) cooling, (d) sweating (gradually heating) dan (e) melting. Untuk proses cooling dan
heating dilengkapi dengan sistem sirkulasi air dingin dan cooling tower system dan sirkulasi air
panas dengan sumber pemanasan berasal dari steam.

DISKRIPSI PROSES TREATING UNIT


Proses treating produksi wax yang cukup dikenal luas adalah tipe Acid Clay dan
Hydrotreating. Acid clay treating melibatkan proses yang sederhana dan efektif, namun adanya
rugi-rugi (losses) hasil reaksi, pemakaian asam sulfat pekat dan ekses buangan limbah acid
sludge harus dipertimbangkan dalam aplikasinya. Tujuan proses treating adalah stabilisasi
kualitas produk wax dengan menghilangkan senyawa-senyawa hydrocarbon paraffin yang tidak
diinginkan seperti cyclo, aromat dan senyawa hydrocarbon tidak jenuh.
DISKRIPSI MOULDING / FINISHING
Proses moulding di PT. Pertamina (Persero) UP V dilakukan dengan pemompaan wax
dari rundown tank ke moulding machine yang beroperasi secara batch. Moulding machine yang
telah penuh terisi wax mengalami proses pendinginan di cooling plate dengan media pendinginan
air laut selama +2 jam. Dengan proses pendinginan selama 2 jam tersebut, diperhitungkan telah
menjadi padat sempurna dan selanjutnya dibongkar / diambil untuk dikemas ke dalam karung.
Ukuran Slab Wax yang dihasilkan dari Kilang PT Pertamina (Persero) UP-V Balikpapan terdiri
dari 2 dimensi yaitu (a) 60 x 30 x 4 cm dan (b) 48 x 30 x 4 cm.

Anda mungkin juga menyukai