Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM PENGELOLAAN HAMA

PENYAKIT TERPADU
Pengenalan Pestisida
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Pengelolaan
Hama Penyakit Terpadu
Disusun oleh :
Kiki Fatmawati

1137060042

Riki Kurnia F.

1137060063

Ruby Nugraha

1137060067

Siti Arianti

1137060073

Semester/kelas : 5/Agroteknologi B

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan
virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud
hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan
pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria
dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran
mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang
mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan
pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun
lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga
berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya
untuk pertanian dan kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal I tercatat
1702 formulasi yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya.
Sedangkan bahan aktif yang terdaftar telah mencapai 353 jenis.
Dalam pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah
sebagai alternatif terakhir. Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini
tidak lagi memberi subsidi terhadap pestisida .Namun kenyataannya di
lapangan petani masih banyak menggunakannya. Menyikapi hal ini, yang
terpenting adalah baik pemerintah maupun swasta terus menerus memberi
penyuluhan tentang bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan
benar. Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat
(tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat
takaran).

1.2.

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui informasi dari berbagai
macam pestisida dan mengetahui kesesuaian merek dagang dan label
pestisida terhadap peraturan pemerintah yang berlaku.

1.3.

Manfaat
Hasil praktikum pengenalan berbagai jenis pestisida ini diharapkan
dapat digunakan dalam rangka Pembinaan Penggunaan Pestisida secara
bijaksana sesuai dengan azas Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan
Kaidah Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Kementrian Pertanian tahun 2011, peranan pestisida dalam upaya
penyelamatan produksi pertanian dari gangguan hama dan penyakit tanaman
masih sangat besar, terutama apabila telah melebihi ambang batas pengendalian
atau ambang batas ekonomi. Namun demikian, mengingat pestisida juga
mempunyai resiko terhadap keselamatan manusia dan lingkungan maka
pemerintah berkewajiban dalam mengatur pengadaan, peredaran dan penggunaan
pestisida agar dapat dimanfaatkan secara bijaksana.
Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan
alam, khususnya kekayaan alam hayati dan supaya pestisida dapat digunakan
secara efektif, maka ketentuan pestisida di Indonesia diatur dalam peraturan
perundangan seperti :
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya
Tanaman;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 Tentang Pengawasan Atas
Pengadaan, Peredaran dan Penggunaan Pestisida;
3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 45/Permentan/SR.140/10/2009,
Tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida; dan
4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42/Permentan/SR.120/5/2007,
Tentang Pengawasan Pestisida.
Amanat dari peraturan-peraturan tersebut adalah bahwa pestisida yang
beredar, disimpan dan digunakan adalah Pestisida yang telah terdaftar dan
mendapat izin dari Menteri Pertanian,memenuhi standar mutu, terjamin
efektivitasnya, aman bagi manusia dan lingkungan hidup serta diberi label.
Penggunaan pestisida harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam izin,
serta memperhatikan anjuran yang dicantumkan dalam label. Selanjutnya, dalam
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman,
diamanatkan bahwa penggunaan pestisida dalam rangka pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah merupakan alternatif terakhir, dan dampak

negatif yang timbul harus ditekan seminimal mungkin serta dilakukan secara tepat
guna.
Untuk itu Pemerintah telah menetapkan kebijakan Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) dalam program perlindungan tanaman. Kebijakan PHT ini
merupakan suatu koreksi terhadap usaha pengendalian hama secara konvensional
yang menggunakan Pestisida secara tidak tepat dan berlebihan, sehingga dapat
meningkatkan biaya produksi dan merugikan masyarakat serta lingkungan hidup.

BAB III
METODE PRAKTIKUM
1.1.

1.2.

Waktu dan Tempat Praktikum


Hari/Tanggal

: Selasa, 13 Oktober 2015

Waktu

: Pukul 10.00-selesai

Tempat

: Laboratorium

Alat dan Bahan


Alat :

Alat tulis
Kamera

Bahan :

1.3.

Pestisida berbagai merek dan bahan aktif

Cara Kerja
1. Tentukan satu merek pestisida, identifikasi hasilnya.
2. Sesuaikan keterangan yang ada di label tersebut dengan standar yang
dikeluarkan mentri pertanian no. 45/Pemertan/SR.140/10/2009.
3. Selanjutnya perhatikan paling sedikit 10 label merek pestisida.
4. Identifikasi masing-masing merek pestisida tersebut dan catat hasilnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.

BACTOCYN 150 AL
Keterangan pada Label
Ada/Tidak
Nama dagang formula
Ada (Bactocyn 150 AL)
Jenis pestisida
Bakterisida dan fungisida
Nama dan kadar bahan aktif
Oksitetrasiklin 150 AL
Isi/berat bersih pada kemasan
200 ml
Peringatan keamanan
Ada
Klasifikasi dan simbol bahaya
Ada
Petunjuk keamanan
Ada
Gejala keracunan
Ada
P3K
Tidak ada
Perawatan medis
Ada
Petunjuk penyimpanan
Tidak ada
Petunjuk penggunaan
Ada
Piktogram
Ada
Nomor pendaftaran
Ada
Nama dan alamat serta telepon
Ada
pemegang nomor pendaftaran
Nomor produksi
Ada
Petunjuk pemusnahan
Tidak ada
BACALAH LABEL INI SEBELUM
Tidak ada
MENGGUNAKAN PESTISIDA INI

Pengenalan beberapa jenis pestisida lainnya:


No

Nama

Jenis

Pestisida

1.

Sidafur 3GR

2.

Agrimec 18EC

Insektisid
a
Insektisid
a

Bahan Aktif

Golongan

Karbofuran

Sistemik

Abamectin

Racun
kontak dan

Kadar
3%
18,4 g/l

3.
4.

5.

6.
7.
8.
9.
10.

Supretox 276
SL

Herbisida

Bio up 490 SL

Herbisida

Curacron 500

Insektisid

EC

Gramoxone
276 SL
Sanstar 480 SL
Previcur N 722
SL
Line up 480
SL
Supremo 480
SL

Herbisida
Herbisida
Fungisida
Herbisida
Herbisida

Paraquat
diklorida
Isopropilamin
a glifosat

perut
Racun
kontak
Sistemik

276 g/l
490 g/l

Racun
Profenofos

kontak dan

Paraquat

lambung
Racun

diklorida
Isopropilamin
a glifosat
Propamokarb
hidro klorida
IPA Glifosat
Isopropilamin
a glifosat

kontak

500 g/l

276 g/l

Sistemik

480 g/l

Sistemik

722 g/l

Sistemik

480 g/l

Sistemik

480 g/l

4.2. Pembahasan
Deskripsi Bactocyn 150 AL
Bactocyn ini merupakan jenis pestisida bakterisida dan fungisida.
Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium, atau kata Yunani bakron, berfungsi
untuk membunuh bakteri sedangkan fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau
kata Yunani spongos yang artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau
cendawan. Bactocyn ini berbahan aktif oksitetrasiklin, Oksitetrasiklin adalah
pestisida antibiotika yang digunakan untuk mengendalikan bakteri, jamur dan

mikroplasma. Antibiotika ini dihasilkan secara alamiah dari Streptomyces rimosus


(Stockwel, 2012). Nama pestidisa Bactocyn 150 AL, 150 ini menunjukkan
banyaknya kandungan bahan aktif sebesar 150 g/l. dan AL menunjukkan
formulasi pestisida aerosol, formulasi cair yang mengandung bahan aktif yang
dilarutkan dalam pelarut organik.
Deskripsi pestisida lain
1) Sidafur 3GR, merupakan jenis insektisida. Insektisida berasal dari kata
lain insectum, artinya potongan, keratan segmen tubuh, berfungsi
membunuh serangga, bersenyawa aktif karbofuran adalah salah satu
pestisida karbonat (pestisida yang mengandung gugus karbonat)
digunakan untuk mengendalikan serangga yang digolongkan ke dalam
insektisida sistemik, yang artinya insektisida ini diserap melalui akar
tumbuhan kemudian di distribusikan ke seluruh organ tumbuhan. Arti kode
3 GR, 3 merupakan kadar bahan aktif (karbofuran) sebanyak 3%. GR
berarti butiran atau granula.
2) Agrimec 18 EC, merupakan jenis isektisida. Insektisida berasal dari kata
lain insectum, artinya potongan, keratan segmen tubuh, berfungsi
membunuh serangga, bersenyawa aktif abamectin, merupakan golongan
racun kontak dan perut. Arti kode 18 EC. 18 merupakan kadar bahan aktif
18,4 gr/L. EC berarti pekatan yang di emulsikan atau emulsifable
concentrate.
3) Supretox 276 SL, merupakan jenis herbisida. Herbisida berasal dari kata
lain herba, artinya tanaman setahun, berfungsi membunuh gulma,
bersenyawa aktif paraquat diklorida . Dan merupakan golongan racun
kontak. Arti kode 276 SL, 276 merupakan kadar bahan aktif 276 gr/L. SL
berarti pekatan yang larut dalam air atau water soluble concentrate.
4) Bio up 490 SL, merupakan jenis herbisida. Herbisida berasal dari kata lain
herb, artinya tanaman setahun, berfungsi membunuh gulma, bersenyawa
aktif isopropilamina glisofat, dan merupakan golongan herbisida sistemik.
Arti kode 490 SL, 490 merupakan kadar bahan aktif 490 g/L. SL berarti
pekatan yang larut dalam air atau water soluble concentrate.

5) Curacron 500 EC, merupakan jenis insektisida yang berfungsi membunuh


serangga, bersenyawa aktif profenofos dan merupakan insektisida racun
kontak dan lambung. Arti kode 500 EC. 500 merupakan kadar bahan aktif
500 g/L. EC berarti pekatan yang di emulsikan atau emulsifable
concentrate.
6) Gramoxone 276 SL, merupakan jenis herbisida, berfungsi membunuh
gulma. Bersenyawa aktif paraquat diklorida dan merupakan golongan
racunkontak. Arti kode 276 SL. 276 merupakan kadar bahan aktif 276 g/L.
SL merupakan pekatan yang larut dalam air atau soluble concentrate.
7) Sanstar 480 SL, merupakan jenis herbisida, berfungsi membunuh gulma,
bersenyawa aktif isopropil amina glisofat dan merupakan golongan racun
sistemik. Arti kode 480 SL, 480 merupakan kadar bahan aktif 480 g/L. SL
merupakan formulasi yang larut dalam air atau water soluble concentrate.
8) Previcur N 722 SL. Merupakan jenis fungisida, berasal dari kata latin
fungus atau kata yunani spongos yang artinya jamur, berfungsi untuk
membunuh jamur atau cendawan. Dapat bersifat fungitoksik (membunuh
cendawan) atau fungistatik (menekan pertumbuhan cendawan), berbahan
aktif propamakarb hidroklorida dan merupakan racun sistemik. Arti kode
722 SL, 722 merupakan kadar bahan aktif 722 g/L. SL merupakan
formulasi yang larut dalam air atau water soluble concentrate.
9) Line up 480 SL, merupakan jenis herbisida, berasal dari kata herba yang
artinya tanaman setahun, berfungsi membunuh gulma, berbahan aktif IPA
Glifosat dan merupakan racun sistemik. Arti kode 480 SL, 480 merupakan
kadar bahan aktif 480 g/L. SL berarti formulasi yang larut dalam air atau
water soluble concentrate.
10) Supremo 480 SL, merupakan jenis herbisida, berasal dari kata herba yang
artinya tanaman setahun, berfungsi untuk membunuh gulma, berbahan
aktif isopropilamina glifosat dan merupakan racun sistemik. Arti kode 480
SL, 480 merupakan kandungan bahan aktif 480 g/L, SL berarti formulasi
yang larut dalam air atau soluble concentrate.
Arti Kode Pestisida
1. Formulasi Cair

a. Pekatan yang diemulsikan atau Emulsifiable Concentrate (EC)


merupakan formulasi dalam bentuk cair yang dibuat dengan
melarutkan bahan aktif dalam pelarut tertentu dan ditambah surfaktan
atau bahan pengemulsi.
b. Pekatan yang larut dalam air atau Water Soluble Concentrate (SL)
merupakan formulasi cair yang terdiri dari bahan aktif yang dilarutkan
dalam pelarut tertentu yang dapat bercampur baik dengan air.
c. Pekatan Dalam Air atau Aqueous Concentrate (AC) merupakan
pekatan pestisida yang dilarutkan dalam air.
d. Larutan Dalam Minyak atau Oil Miscible Concentrate (OL) adalah
formulasi cair yang mengandung bahan aktif dalam konsentrasi tinggi
yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatic seperti xilin atau
nafta.
e. Aerosol (A) adalah formulasi cair yang mengandung bahan aktif yang
dilarutkan dalam pelarut organik.
f. Gas yang dicairkan atau Liquefied Gases (LG) adalah formulasi
pestisida bahan aktif dalam bentuk

gas yang dipampatkan pada

tekanan dalam suatu kemasan.


2. Formulasi Padat
a. Tepung yang dapat disuspensikan/ dilarutkan atau Wettable Powder
(WP) atau disebut juga Dispersible Powder (DP) adalah formulasi
yang berbentuk tepung kering yang halus, sebagai bahan pembawa
inert (misalnya : tepung tanah liat), yang apabila dicampur dengan air
akan membentuk suspensi, dan ditambah dengan bahan aktif atau
pestisida.
b. Tepung yang dapat dilarutkan atau Soluble Powder (SP) sama dengan
formulasi tepung yang dapat disuspensikan, tapi bahan aktif pestisida
maupun bahan pembawa dan bahan lainnya.
c. Butiran atau Granula (G), bahan aktif pestisisda dicampur atau dilapisi
oleh penempel pada bagian luar bahan

pembawa yang inert,

sepertitanah liat, pasir, atau tongkol jagung yang ditumbuk. Kadar


bahan aktif formulasi ini berkisar antara 1-40%. Formulasi ini
digunakan secara langsung tanpa bahan pengecer dengan cara
menabur.

d. Pekatan Debu atau Dust Concentrate (DC) adalah tepung kering yang
mudah lepas dengan ukuran dari 75 micron, yang mengandung bahan
aktif antara 25 %-75 %.
e. Debu atau Dust (D), terdiri dari bahan pembawa yang kering dan
halus, mengandung bahan aktif dalam konsentrasi antara 1-10%.
Ukuran partikel debu kurang dari 70 micron.
f. Umpan atau Block Bait (BB) adalah campuran bahan aktif pestisida
denganbahan penambah yang inert. Formulasi ini biasanya berbentuk
bubuk, pasta atau butiran.
g. Tablet, ada 2 macam, bentuk yang pertama tablet yang terkena udara
akan menguap menjadi fumigant. Bentuk ini akan digunakan untuk
fumigasi. Pestisida dalam formulasi ini mempunyai kode TB (Tablet)
di belakang nama dagangnya. Bentuk kedua adalah tablet yang
merupakan umpan racun perut untuk membunuh hama (kecoa).
3. Padatan Lingkar (MC) adalah campuran bahan aktif pestisida dengan
serbuk gergaji kayu dan perekat yang dibentuk menjadi padatan yang
melingkar.
Kaidah Penggunaan Pestisida
Menurut Kementrian Pertanian tahun 2011, pengertian yang menarik
tentang pestisida menyatakan bahwa pestisida adalah racun ekonomis.Jadi
Pestisida adalah racun yang mempunyai sifat ekonomis, penggunaan
Pestisida dapat memberikan keuntungan, tetapi juga dapat mengakibatkan
kerugian.
Pengalaman menunjukan bahwa penggunaan pestisida sebagai racun,
sebenarnya lebih merugikan dibanding menguntungkan, yaitu dengan
munculnya berbagai dampak negatif yang diakibatkan oleh Pestisida
tersebut. Karena alasan tersebut, maka dalam penggunaan Pestisida harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Pestisida hanya digunakan sebagai alternatif terakhir, apabila belum
ditemukan cara pengendalian daya racun rendah dan bersifat selektif.
b. Apabila terpaksa menggunakan Pestisida, maka gunakan Pestisida yang
mempunyai daya racun rendah dan bersifat selektif.
c. Apabila terpaksa menggunakan Pestisida, lakukan secara bijaksana.

Penggunaan Pestisida secara bijaksana adalah penggunaan Pestisida yang


memperhatikan prinsip 5 (lima) tepat, yaitu :
a). Tepat Sasaran, tentukan jenis tanaman dan hama sasaran yang akan
dikendalikan, sebaiknya tentukan pula unsur-unsur abiotis dan biotis
lainnya.
b). Tepat Jenis, setelah diketahui hasil analisis agro ekosistem, maka dapat
ditentukan pula jenis Pestisida apa yang harus digunakan, misalnya
untuk hama serangga gunakan insektisida, untuk tikus gunakan
rodentisida. Pilihlah Pestisida yang paling tepat diantara sekian banyak
pilihan, misalnya untuk pengendalian hama ulat grayak pada tanaman
kedelai. Berdasarkan Izin dari Menteri Pertanian tersedia 150 nama
dagang insektisida. Jangan menggunakan Pestisida tidak berlabel,
kecuali pestisida botani racikan sendiri yang dibuat berdasarkan
anjuran yang ditetapkan sesuai pilihan tersebut dengan alat aplikasi
yang dimilki atau akan dimilki.
c). Tepat Waktu, waktu pengendalian yang paling tepat harus di tentukan
berdasarkan:
Stadium rentan dari hama yang menyerang tanaman, misalnya

stadium larva instar I, II, dan III.


Kepadatan populasi yang paling tepat untuk dikendalikan, lakukan
aplikasi pestisida berdasarkan Ambang Kendali atau Ambang

Ekonomi.
Kondisi lingkungan, misalnya jangan melakukan aplikasi Pestisida

pada saat hujan, kecepatan angin tinggi, cuaca panas terik.


Lakukan pengulangan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
d). Tepat Dosis atau Konsentrasi, gunakan konsentrasi/dosis yang sesuai
dengan yang dianjurkan oleh Menteri Pertanian. Untuk itu bacalah
label kemasan Pestisida. Jangan melakukan aplikasi Pestisida dengan
konsentrasi dan dosis yang melebihi atau kurang sesuai dengan
anjuran, karena dapat menimbulkan dampak negatif.
e). Tepat Cara, lakukan aplikasi pestisida dengan cara yang sesuai dengan
formulasi pestisida dan anjuran yang ditetapkan. Memperhatikan
bahwa pestisida dapat memberikan dampak negatif terhadap manusia
maupun lingkungan, maka penggunaan pestisida harus dilaksanakan

secara bijaksana dengan mentaati ketentuan-ketentuan yang telah


ditetapkan.
Prinsip-prinsip penggunaan Pestisida secara bijaksana adalah sebagai
berikut:
1. Menerapkan Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
a. Pestisida Digunakan Sebagai Alternatif Terakhir.
Penggunaan pestisida kimia hendaknya digunakan sebagai
pilihan terakhir, apabila alternatif-alternatif pengendalian lain yang
digunakan

tidak

berhasil.

menghindari/mengurangi

Hal

tersebut

pencemaran

dimaksudkan

terhadap

lingkungan

untuk
dan

mengurangi residu.
b. Pengendalian Hama Dengan Pestisida Dilakukan Berdasarkan Nilai
Ambang Pengendalian (AP) Atau Ambang Ekonomi (AE).
Cara-cara petani dalam mengambil keputusan berdasarkan
ambang pengendalian atau ambang ekonomi dilakukan melalui Sekolah
Lapang Pengendalian Hama Terpadu/SLPHT.
2. Menggunakan Pestisida yang Terdaftar dan Diijinkan Menteri Pertanian.
Tidak dibenarkan menggunakanPestisida yang tidak terdaftar
dan tidak mendapat ijin Menteri Pertanian, karena tidak diketahui
kebenaran mutu dan efektivitasnya serta keamanannya bagi lingkungan.
3. Menggunakan Pestisida Sesuai dengan Jenis Komoditi dan Jenis
Organisme Sasaran yang Diijinkan.
Pemberian ijin pestisida dilakukan berdasarkan terpenuhinya
persyaratan kriteria teknis yang meliputi pengujian fisiko-kimia,
pengujian efikasi dan pengujian toksisitas.Dengan demikian penggunaan
pestisida harus sesuai dengan jenis komoditi dan jenis organisme sasaran
yang diijinkan.
4. Memperhatikan Dosis dan Anjuran yang Tercantum pada Label.
Efektivitas penggunaan pestisida diperoleh melalui penggunaan
dosis yang tepat. Ketidaktaatan dalam menggunakan dosis pestisida
dapat menyebabkan resistensi yang akan semakin merugikan petani.
5. Memperhatikan Kaidah-kaidah Keselamatan dan Keamanan Penggunaan
Pestisida

Menyadari bahwa Pestisida adalah bahan kimia beracun, maka


penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati sesuai ketentuan yang
dianjurkan, seperti menggunakan alatpelindung diri dan lain-lain.

BAB V
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah kami laksanakan dapat ditarik
kesimpulan
1. Pengendalian

hama

secara

kimiawi

diartikan

sebagai

tindakan

pengendalian hama dengan menggunakan bahan kimia. Semua bahan


kimia yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama disebut agen
pengendali kimiawi.
2. Bactocyn ini merupakan jenis pestisida bakterisida dan fungisida.
Bactocyn ini berbahan aktif oksitetrasiklin, Oksitetrasiklin adalah pestisida
antibiotika yang digunakan untuk mengendalikan bakteri, jamur dan
mikroplasma.
3. Bactocyn 150 AL memiliki keterangan label cukup lengkap, tetapi ada
beberapa label yang tidak tertera diantaranya P3k, petunjuk penyimpanan,
petunjuk pemusnahan, dan kalimat "Bacalah label ini sebelum
menggunakan pestisida ini"
4. Bentuk formulasi pestisida ada bermaca-macam, diantaranya adalah
emulsiflabel concentrates (EC), wettable powder (WP), dust (D), granules
(G), aerosol (A) dan poisonous bait (B).
5. Dalam formulasi pestisida yang dipasarkan harus selalu tercantum nama
bahan aktif, petunjuk penggunaan meliputi dosis atau konsentrasi, target
hama sasaran, sifat dar bahan kimia tersebut dan petunjuk pertolongan jika
keracunan.
6. Penggunaan alat-alat pestisida disesuaikan dengan bentuk formulasi
pestisida yang digunakan dan habitat hama sasaran.

DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Pertanian, 2011. Pedoman Pembinaa Penggunaan Pestisida.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.Direktorat Pupuk dan
Pestisida.

LAMPIRAN

Bactocyn 150 AL

Supremo 480 SL

Line up 480 SL

Curacron 500 EC

Gramoxone 276 SL

Bio Up 490 SL

Agrimec 18 EC

Gramoxone 276 SL

Supretox 276 SL

Sanstar 480 SL

Sidafur 3 GR

Anda mungkin juga menyukai