Anda di halaman 1dari 24

DIARE AKUT

SPO
PUSKESMAS
MAKALE UTARA
1. Dasar Hukum
2. Pengertian

No.Kode

Terbitan

No. Revisi

Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Makale
Utara

Tgl mulai berlaku :


Halaman
Derni Renden S.Si., Apt
NIP 197905292011012006
UU No.36 Th.2009 ttg Kesehatan

3. Tujuan

Kriteria diagnosis :
Mencret, ubun-ubun cekung, mulut/bibir kering, turgor
menurun, nadi cepat, mata cekung, nafas cepat dan dalam,
oliguri
Sebagai acuan penatalaksanaan tentang diare akut

4. Kebijakan

Dibawah tanggungjawab P2P

5. Referensi

6. Prosedur

Diagnosis Diferensial
Menret psikologi (shigella, V. Cholera, Salmonella, E. Coli,
Raota Firus, Campilo bacter)
Perawatan
Rujuk bila terdapat dehidrasi berat / sedang
Terapi
Rehidrasi oral / prenteral, antibiotik atas indikasi, diit

Informet concent (tertulis)


Diperlukan pada tindakan invasif
Terapi;
Dehidrasi ringan : (BB s/d 5%)
- Oralit
- Diit sesuai dengan umur
- Susu - Pengeceran (1 T = 40-50 cc)
- Susu rendah laktosa / bebesa laktosa
- Antibiotik : atas indikasi

Dehidrasi sedang : (BB s/d 10%)


- Infus Ringer Laktat

PEMBERIAN PENYULUHAN
SECARA INDIVIDU / KELUARGA

SPO

No.Kode

Terbitan

No. Revisi

Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Makale
Utara

Tgl mulai berlaku :


PUSKESMAS
MAKALE UTARA
1. Dasar Hukum
2. Pengertian

3. Tujuan
4. Kebijakan

Halaman

Derni Renden S.Si., Apt


NIP 197905292011012006
UU No.36 Th.2009 ttg Kesehatan
Tatacara penyuluhan secara individu / keluarga tentang halhal yang berhubungan dengan penyakitnya
Pasien dapat mengerti tentang hal-hal yang berhubungan
dengan penyakitnya
-1
Sebagai acuan dalam pemberian penyuluhan secara
individu/keluarga
1 Ada perawat yang trampil
-2
Komunikasi efektif menggunakan bahasa sederhana
(mudah diterima orang lain) dan menjaga kesopanan

5. Referensi

6. Prosedur

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

membuat SAP sesuai materi penyuluhan


Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya
Menggunakan cara diskusi dan atau demonstrasi
Menggunakan alat bantu bila diperlukan
Mengadakan evaluasi
Memberikan umpan balik
Menyusun perencanaan lanjutan

SOP
Penanganan Demam Tifoid

SPO

PUSKESMAS
MAKALE UTARA
1. Dasar Hukum
2. Pengertian

No.Kode
Terbitan
No. Revisi
Tgl mulai berlaku
Halaman

:
:
:
:
:

Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Makale
Utara

Derni Renden S.Si., Apt


NIP 197905292011012006
UU No.36 Th.2009 ttg Kesehatan
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang
disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi.

3. Tujuan

Kriteria Diagnosis
Demam tinggi lebih dari 7 hari disertai sakit kepala
-Kesadaran menurun
-Lidah kotor, hepatosplenomegali, dsb
Bradikardia relatif
Sebagai acuan tatalaksana penderita tifoid

4. Kebijakan

Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter

5. Referensi

6. Prosedur

Terapi

1.

Tirah baring, diet lunak, chloramphenicol 2 gr/hr atau


kotrimoksasol 2 x 2 tab diberikan sampai 7 hari bebas
napas atau Quinolon
2.
pemberian cairan infuse RL / D 5%
Penyulit :
- Toksis
- Perforasi usus mengakibatkan peritonitis
- Perdarahan dari usus

SOP
KEWASPADAAN DINI

SPO

No.Kode
Terbitan
No. Revisi
Tgl mulai berlaku
Halaman

:
:
:
:
:

Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Makale
Utara

PUSKESMAS
MAKALE UTARA

1. Dasar Hukum
2. Pengertian

3. Tujuan
4. Kebijakan

5. Referensi

6. Prosedur

Derni Renden S.Si., Apt


NIP 197905292011012006
UU No.36 Th.2009 ttg Kesehatan
Kewaspadaan dini adalah keadaan secepatnya tentang
adanya kasus/tersangka agar dapat segera dilakukan
tindakan atau langkah untuk membatasi kasus
kejadian/penyakit
1. Mengetahui Penyebaran Penyakit Tersebut
Upaya pencegahan dan pengobatan penyakit tersebut

SISTEM SURVEILAN KASUS AFP


No.Kode
:
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Makale
Terbitan
:
SPO
Utara
No. Revisi

Tgl mulai berlaku :


PUSKESMAS
MAKALE UTARA
1. Dasar Hukum

Halaman

Derni Renden S.Si., Apt


NIP 197905292011012006
UU No.36 Th.2009 ttg Kesehatan

2. Pengertian
1.

Kasus AFP (tersangka polio/suspected polio case)


adalah semua anak berusia kurang adri 15
tahundengan
kelumpuhan
yang
sifatnya
flacid(layuh), terjadi secara akut (mendadak),

bukan disebabkan oleh rudapaksa.


2.
Yang dimaksud dengan kelumpuhan secara akut
adalah
perkembangan
kelumpuhan
yang
berlangsung cepat (rapid progresive) antara 1-14
hari sejaka mulai lemas sampai lumpuh maksimal
3.
Kasus polio ditegakkan dengan :
a.
Kriteria klasifikasi klinis digunakan pada
tahap awal implementasi surveilans AFP dimana
surveilan AFP pada umumnya belum berjalan
dengan baik
b.
Kriteria
klasifikasi
virologis
digunakan
dengan kriteria :
1.
AFP adekwat : per 100.000 anak usia
<15 tahun pertahun
2.
Spesimen yang adekwat dari kasus AFP
60 %
3. Tujuan
1.
2.
3.

Memastikan kasus apakah benar AFP atau bukan


Mengumpulkan sedini mungkin tinja pasien
Mencari kasus tambahan memastikan paad
kunjungan ulang 60 hari (paralisis residual)

1.
2.

Ditemukan 1 kasus sudah dianggap KLB


Apabila ditemukan kasus AFP harus segera
dilaporkan langsung kedinas melalui laporan W1
atau telepon

4. Kebijakan

5. Referensi

6. Prosedur
1.

Pelacakan kasus AFP diawali dengan lapaoran


lumpuh layuh < 2 bulan dari masyarakat atau
yang teridentifikasi pada pelayanan kesehatan
2.
Bila kasus bukan disebabkan oleh ruda paksa,
segera laporkan pada FP 1, kemudian lakukan
pengambilan 2 spesimen tinja dengan tenggang
waktu antara pertama dan kedua adalah > 24 jam
3.
Pengambilan spesimen harus diupayakan
selambat-lambatnay dalam waktu 14 hari setelah
kelumpuhan terjadi.
4.
Spesimen yang dikumpulkan dikirim ke

laboratorium nasional yang ditunjuk maksimal


pengiriman adalah 3 hari
5.
laboratorium
harus
memberikan
hasil
spesimen maksimal 28 hari setelah pengiriman
spesimen
dengan
form
hasil
pemeriksaan
laboratorium dan klasifikasi final, bila menunnjukan
positip polio maka oleh laboratorium juga harus
dikirim isolat spesimen kelaboratorium rujukan
6.
pemeriksaan residual paralisis pada kunjungan
ulang follow up terhadap kasus bersangkutan
dilakukan secepatnya 60 hari setelah kelumpuhan
dengan form KU-60 hari
catatan :

penentuan diagnosa pastiu tergantung pada


kualitas sistem surveialns AFP

klasifikasi klinis digunakan bila sistem surveilans


belum memenuhi indikator kinerja

PENANGGULANGAN KASUS / TERSANGKA DBD


No.Kode
:
Ditetapkan Oleh
Terbitan
:
Kepala Puskesmas Makale
:
SPO No. Revisi
Utara
Tgl mulai berlaku :
Halaman
:

Derni Renden S.Si., Apt


NIP 197905292011012006
PUSKESMAS
MAKALE UTARA
1. Dasar Hukum
2. Pengertian

3. Tujuan

4. Kebijakan

5. Referensi

UU No.36 Th.2009 ttg Kesehatan


Proses untuk mencegah /membatasi penyakit DBD
dirumah penderita tersangka penyakit DBD
Sebagai acuan dalam kegiatan penyuluhan dan
sebelum dilakukan pengasapan/ fogging
Jenis kegiatan yang dilakukan :
1. Bila ditemukan penderita tersangka / penyakit
DBD lainnya atau ditemukan 3 atau lebih panas
tanpa sebab yang jelas. Lakuakan penyemprotan
insektisida dirumah penderita dan 200 meter.
2 siklus ini dengan interval 1 minggu,
penyuluhanserta pergerakan masyarakat untuk
pasien.
2. Bila tidak ditemukan penderita seperti no 1
tetapai ditemukan jentik lakukan PSN dan
penyuluhan
3. Bila tidak ditemukan penderita seperti diatas
dan tidak ditemukan jentik lakukan penyuluhan
pada masyarakat

6. Prosedur

1. Adanya laporan penderita dari desa / kecamatan


atau adari puskesmas
2. Lakukan penyelidaikan epidemiologi dirumah
penderita dan 200 rumah sekitarnya
Pemeriksaan jentik dirumah penderita
Pencarian penderita panas
3. Ada penderita DBD lain atau ada jentik dan ada
penderita panas ./ 3 orang
4. jika ya lakukan : penyuluhan, PSN dan fogging
radius 200 meter
5. jika tidak lakukan : penyuluhan, PSN

SOP
KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES

SPO

No.Kode
Terbitan
No. Revisi
Tgl mulai berlaku
Halaman

:
:
:
:
:

Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Makale
Utara

PUSKESMAS
MAKALE UTARA

1. Dasar Hukum
2. Pengertian

3. Tujuan
4. Kebijakan

5. Referensi

6. Prosedur

Derni Renden S.Si., Apt


NIP 197905292011012006
UU No.36 Th.2009 ttg Kesehatan
Kasus gigitan hewan
( anjing,kucing,tupai,monyet,kelelawar)yang dapat
menularkan rabies pada manusia.

SOP
DIARE AKUT

SPO

No.Kode
Terbitan
No. Revisi
Tgl mulai berlaku
Halaman

:
:
:
:
:

Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Makale
Utara

PUSKESMAS
MAKALE UTARA

1. Dasar Hukum
2. Pengertian
3. Tujuan
4. Kebijakan

5. Referensi

Derni Renden S.Si., Apt


NIP 197905292011012006
UU No.36 Th.2009 ttg Kesehatan

6. Prosedur

SOP
DIARE AKUT

SPO

No.Kode
Terbitan
No. Revisi
Tgl mulai berlaku
Halaman

:
:
:
:
:

Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Makale
Utara

PUSKESMAS
MAKALE UTARA

1. Dasar Hukum
2. Pengertian
3. Tujuan
4. Kebijakan

Derni Renden S.Si., Apt


NIP 197905292011012006
UU No.36 Th.2009 ttg Kesehatan

5. Referensi

6. Prosedur

SOP
DIARE AKUT

SPO

No.Kode
Terbitan
No. Revisi
Tgl mulai berlaku
Halaman

:
:
:
:
:

Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Makale
Utara

PUSKESMAS
MAKALE UTARA

1. Dasar Hukum
2. Pengertian
3. Tujuan

Derni Renden S.Si., Apt


NIP 197905292011012006
UU No.36 Th.2009 ttg Kesehatan

4. Kebijakan

5. Referensi

6. Prosedur

SOP
DIARE AKUT

SPO

No.Kode
Terbitan
No. Revisi
Tgl mulai berlaku
Halaman

:
:
:
:
:

Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Makale
Utara

PUSKESMAS
MAKALE UTARA

1. Dasar Hukum

Derni Renden S.Si., Apt


NIP 197905292011012006
UU No.36 Th.2009 ttg Kesehatan

2. Pengertian
3. Tujuan
4. Kebijakan

5. Referensi

6. Prosedur

SOP
DIARE AKUT

SPO

No.Kode
Terbitan
No. Revisi
Tgl mulai berlaku
Halaman

:
:
:
:
:

Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Makale
Utara

PUSKESMAS
MAKALE UTARA
Derni Renden S.Si., Apt

NIP 197905292011012006
UU No.36 Th.2009 ttg Kesehatan

1. Dasar Hukum
2. Pengertian
3. Tujuan
4. Kebijakan

5. Referensi

6. Prosedur

SOP
DIARE AKUT

SPO

No.Kode
Terbitan
No. Revisi
Tgl mulai berlaku
Halaman

:
:
:
:
:

Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Makale
Utara

PUSKESMAS
MAKALE UTARA

1. Dasar Hukum

Derni Renden S.Si., Apt


NIP 197905292011012006
UU No.36 Th.2009 ttg Kesehatan

2. Pengertian
3. Tujuan
4. Kebijakan

5. Referensi

6. Prosedur

SOP
DIARE AKUT

SPO

No.Kode
Terbitan
No. Revisi
Tgl mulai berlaku
Halaman

:
:
:
:
:

Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Makale
Utara

PUSKESMAS
MAKALE UTARA

1. Dasar Hukum
2. Pengertian
3. Tujuan
4. Kebijakan

5. Referensi

6. Prosedur

Derni Renden S.Si., Apt


NIP 197905292011012006
UU No.36 Th.2009 ttg Kesehatan

SOP
DIARE AKUT

SPO

No.Kode
Terbitan
No. Revisi
Tgl mulai berlaku
Halaman

:
:
:
:
:

Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Makale
Utara

PUSKESMAS
MAKALE UTARA

1. Dasar Hukum
2. Pengertian
3. Tujuan
4. Kebijakan

5. Referensi

6. Prosedur

Derni Renden S.Si., Apt


NIP 197905292011012006
UU No.36 Th.2009 ttg Kesehatan

Penanganan Demam Tifoid

No.Kode

Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Makale

SPO

Terbitan

No. Revisi

Utara

Tgl mulai berlaku :


PUSKESMAS
MAKALE UTARA
1.Dasar Hukum

2.Pengertian

Halaman

Derni Renden S.Si., Apt


NIP 197905292011012006

UU No.36 Th.2009 ttg Kesehatan

Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang


disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi.

3.Tujuan

Kriteria Diagnosis
Demam tinggi lebih dari 7 hari disertai sakit kepala
-Kesadaran menurun
-Lidah kotor, hepatosplenomegali, dsb
Bradikardia relatif
Sebagai acuan tatalaksana penderita tifoid

4.Kebijakan

Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter

5.Referensi

6.Prosedur

Terapi
3.
Tirah baring, diet lunak, chloramphenicol 2 gr/hr atau
kotrimoksasol 2 x 2 tab diberikan sampai 7 hari bebas
napas atau Quinolon
4.
pemberian cairan infuse RL / D 5%
Penyulit :
- Toksis
- Perforasi usus mengakibatkan peritonitis
- Perdarahan dari usus

Tolong absen
jangan ditutup,
perhitungkan yang
lembur.please
eeeeeeeeeee

No.Kode

SISTEM SURVEILAN KASUS AFP


:
Ditetapkan Oleh
Kepala Puskesmas Makale Utara

SPO

Terbitan

No. Revisi

Tgl mulai berlaku :


Halaman

7. Dasar Hukum

:
Derni Renden S.Si., Apt
NIP 197905292011012006
UU No.36 Th.2009 ttg Kesehatan

8. Pengertian
4.

Kasus AFP (tersangka polio/suspected polio


case) adalah semua anak berusia kurang adri 15
tahundengan
kelumpuhan
yang
sifatnya
flacid(layuh), terjadi secara akut (mendadak),
bukan disebabkan oleh rudapaksa.
5.
Yang dimaksud dengan kelumpuhan secara akut
adalah
perkembangan
kelumpuhan
yang
berlangsung cepat (rapid progresive) antara 1-14
hari sejaka mulai lemas sampai lumpuh maksimal
6.
Kasus polio ditegakkan dengan :
a.
Kriteria klasifikasi klinis digunakan pada
tahap awal implementasi surveilans AFP dimana
surveilan AFP pada umumnya belum berjalan
dengan baik
b.
Kriteria
klasifikasi
virologis
digunakan
dengan kriteria :
3.
AFP adekwat : per 100.000 anak usia
<15 tahun pertahun
4.
Spesimen yang adekwat dari kasus AFP
60 %
9. Tujuan
4.
5.
6.

Memastikan kasus apakah benar AFP atau bukan


Mengumpulkan sedini mungkin tinja pasien
Mencari kasus tambahan memastikan paad
kunjungan ulang 60 hari (paralisis residual)

3.
4.

Ditemukan 1 kasus sudah dianggap KLB


Apabila ditemukan kasus AFP harus segera
dilaporkan langsung kedinas melalui laporan W1

10.Kebijakan

atau telepon
11.Referensi

12.Prosedur
7.

Pelacakan kasus AFP diawali dengan lapaoran


lumpuh layuh < 2 bulan dari masyarakat atau
yang teridentifikasi pada pelayanan kesehatan
8.
Bila kasus bukan disebabkan oleh ruda paksa,
segera laporkan pada FP 1, kemudian lakukan
pengambilan 2 spesimen tinja dengan tenggang
waktu antara pertama dan kedua adalah > 24 jam
9.
Pengambilan spesimen harus diupayakan
selambat-lambatnay dalam waktu 14 hari setelah
kelumpuhan terjadi.
10.
Spesimen yang dikumpulkan dikirim ke
laboratorium nasional yang ditunjuk maksimal
pengiriman adalah 3 hari
11.
laboratorium
harus
memberikan
hasil
spesimen maksimal 28 hari setelah pengiriman
spesimen
dengan
form
hasil
pemeriksaan
laboratorium dan klasifikasi final, bila menunnjukan
positip polio maka oleh laboratorium juga harus
dikirim isolat spesimen kelaboratorium rujukan
12.
pemeriksaan residual paralisis pada kunjungan
ulang follow up terhadap kasus bersangkutan
dilakukan secepatnya 60 hari setelah kelumpuhan
dengan form KU-60 hari
catatan :

penentuan diagnosa pastiu tergantung pada


kualitas sistem surveialns AFP

klasifikasi klinis digunakan bila sistem surveilans


belum memenuhi indikator kinerja

Anda mungkin juga menyukai