Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TUTORIAL BLOK 9

MODUL 2
Kelainan DentoFacial

KELOMPOK 3
Tutor

: Drg. Aida Fitriana, M.Biomed

Ketua

: Zieta Sakinah Emdi (1311411022)

Sekretaris I

: Yanetry Adriani (1311419012)

Sekretaris II

: Chindy Jhonel Putri (1311419003)

Anggota

: Betri Dilla Andani (1311411027)


Rafika Maulina (1311411012)
Resty Dian Syafitri (1311411013)
Rima Yulianti (1311411020)
Rico Nelson Aurelius (1311419007)
Siti Rahma (1311411025)
Triadelita Pusoppinan Saogo (1311419006)
Wiwi Kardina Saputri (1311411017)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
2014

Modul 2
Kelainan DentoFacial
Skenario 2 :
Gigi ku tonggos
Seorang anak perempuan (13 th) bersama ibunya datang ke Praktek Drg.Yoga,Sp.Or, dia
mengeluhkan kondisi giginya maju kedepan sehingga merasa malu karena teman-temannya
sering mengejek. Saat berbicara pun seperti tidak jelas dengan huruf-huruf yang dilafalnya.
Menurut riwayat masa kecilnya, saat balita dia suka menghisap-hisap ibu jari dan hampir semua
keluarganya mempunyai riwayat yang sama.
Pada pemeriksaan klinis ditemukan adanya gigi anterior maksila protrusive, palatum
dalam dan sempit. Relasi gigi molar satu rahang atas kanan dan kiri, tonjol mesio bukal
berkontak dengan buccal groove molar satu bawah. Jarak gigit 7 mm, tumpang gigit 7 mm, serta
palatal bite.
Drg. Yoga menganjurkan rontgen foto panoramic dan cephalometri untuk mengetahui
maloklusi dental atau skeletal. Dokter gigi juga menjelaskan banyak kebiasaan buruk lain yang
dapat menyebabkan gangguan maloklusi.
Bagaimana saudara menjelaskan tentang kasus diatas?

Langkah 1 : Terminologi

1. Maloklusi
Maloklusi adalah setiap keadaan yang menyimpang dari oklusi normal. Maloklusi juga
diartikan sebagai suatu kelainan susunan gigi geligi rahang atas dan rahang bawah yang
berhubungan dengan bentuk rongga mulut serta fungsi. Maloklusi adalah salah satu bentuk
masalah akibat penyimpangan dentofacial.
2. Palatal Bite
Palatal Bite merupakan suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal insisiv
maksila terhadap insisal insisiv mandibula dalam arah vertical melebihi 2-3mm. Dan palatal
bite merupakan keadaan dimana tepi mesial insisiv bawah mengenai palatum.
3. Gigi Protrusif
Gigi Protrusif merupakan Keadaan dimana gigi-gigi pada bagian rahang atas atau
maksilanya mengalami kemajuan.

Langkah 2 : Identifikasi Masalah


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Apakah hubungan kebiasaan menghisap ibu jari saat balita dengan keadaan maloklusi?
Apakah penyebab dari protrusive anterior maksila?
Apa saja penyebab maloklusi dari kebiasaan buruk selain dari skenario?
Apa sajakah kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan maloklusi sekain dari skenario?
Apakah akibat yang ditimbulkan dari maloklusi selain yang disebutkan diskenario?
Tipe maloklusi apakah yang diderita oleh anak perempuan tersebut?
Apa saja klasifikasi dari maloklusi?
Apakah tujuan Drg. Yoga menganjurkan dilakukannya rontgen foto panoramic dan
cephalometri?

Langkah 3: Analisa Masalah


1. Apakah hubungan kebiasaan menghisap ibu jari saat balita dengan keadaan maloklusi?
Karena pada saat menghisap ibu jari, maka akan menyebabkan timbulnya suatu tekanan
pada gigi sehingga akan menyebabkan maloklusi. Jika kebiasaan menghisap ibu jari saat
balita maka gigi anterior maksila akan maju (Protrusif). Akibatnya dapat terjadi gigitan
terbuka (openbite), diastema, dan rotasi pada gigi

2. Apakah penyebab dari protrusive anterior maksila?


A. Penyebab dari faktor Ekstrinsik
1. Faktor keturunan
2. Kelainan bawaan
Yang kebanyakan sangat erat hubungannya dengan faktor keturunan
3. Gangguan keseimbangan endocrine
4. Kekurangan nutrisi
B. Penyebab dari faktor Instrinsik
1. Kelainan jumlah gigi
2. Kelainan ukuran gigi
3. Kelainan bentuk gigi
4. Premature Loss
5. Telambatnya pertumbuhan dari gigi permanen
6. Kelainan jalannya erupsi gigi
3. Apa saja penyebab maloklusi dari kebiasaan buruk selain dari skenario?
A. Gigi berjejal
B. Karena trauma
Trauma prenatal Pada masa intrauterine terjadi tekanan pada janin yang tangannya
membentur wajah janin tersebut sehingga wajahnya menjadi asimetris
C. Keseimbangan kelenjar endokrine
D. Pengaruh kelenjar tiroid yang menyebabkan erupsi terhambat
E. Pertumbuhan yang berlebihan dari tinggi ramus mandibula
4. Apa sajakah kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan maloklusi sekain dari skenario?
A. Mengigitkan benda-benda tumpul kedalam mulut
B. Bernafas melalui mulut (mouth breathing)
Anak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit, gigi anterior atas maju ke arah
labial, dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisiv atas
C. Mengigit bibir
Mengigit bibir yang diarahkan ke gigi anterior atas akan menyebabkan gigi menjadi
protrusive
D. Menggigit jari
Kebiasaan menggigit jari pada anak-anak timbul pada usia 1-2 tahun. Jika dibiarkan terus
menerus sampai usia 5 tahun atau lebih dapat berakibat kelainan pada posisi gigi

5. Apakah akibat yang ditimbulkan dari maloklusi selain yang disebutkan diskenario?

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Gangguan Pengunyahan
Pada gigi yang crowded sulit dibersihkan
Gangguan estetik
Gangguan pada TMJ yang dapat menyebabkan nyeri pada kepala dan leher
Kesulitan dalam berbicara dan mengigit
Kehilangan rasa percaya diri
Maloklusi juga dapat menyebabkan timbulnya karies

6. Tipe maloklusi apakah yang diderita oleh anak perempuan tersebut?


Berdasarkan ciri-ciri gigi anterior maksila protrusive, tonjol mesio bukal berkontak
dengan buccal groove molar satu bawah, maka menurut angle maloklusi ini diklasifikasikan
ke maloklusi kelas 2 divisi 1
7. Apa saja klasifikasi dari maloklusi?
A. Menurut Angle dibagi menjadi 3 kelas
B. Menurut Angle tetapi dimodifikasi oleh Martin Dewey dibagi menjadi 5 kelas
C. Menurut Banner dibagi menjadi 3 kelas

8. Apakah tujuan Drg. Yoga menganjurkan dilakukannya rontgen foto panoramic dan
Cephalometri?
A. Tujuan dilakukan foto panoramic
1. Untuk mendiagnosa dalam melakukan perawatan
2. Untuk menentukan jenis maloklusi yang diderita oleh pasien
3. Untuk melihat benih gigi yang belum erupsi
B. Tujuan dilakukannya foto cephalometri
1. Untuk melihat hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap cranium
2. Untuk melihat kelainan dental dan skeletal
3. Untuk mengetahui profil wajah pasien

Langkah 4 : Skema

Kelainan
Dentofacial

Pemeriksaan
Penunjang
Maloklusi

Defenisi &
Klasifikasi
Maloklusi

Kelainan
Maloklusi

Etiologi
Maloklusi &
Hubungan
dengan
Gangguan
Sendi

Akibat
Gangguan
Maloklusi

Pengaruh
Kebiasaan
Buruk Tehadap
Maloklusi

Langkah 5 : Menentukan LO
1. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Definisi dan Klasifikasi Maloklusi
2. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Etiologi dan Pengaruh Kebiasaan
Buruk terhadap Maloklusi
3. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Akibat yang Ditimbulkan dari
Gangguan Maloklusi
4. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Pemeriksaan Penunjang pada
Kelainan Maloklusi

Langkah 6 : Mencari Informasi


\

Langkah 7 : Sharing Information


1. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Definisi dan Klasifikasi Maloklusi
Definisi Maloklusi
A. Menurut Zenab 2010

Maloklusi adalah sebuah kondisi yang menyimpang dari relasi normal gigi
terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung terhadap lengkung rahang lawannya. Dan
maloklusi merupakan keadaan yang tidak menguntungkan dan meliputi ketidakteraturan
local dari gigi geligi seperti gigi berjejal, protrusive, malposisi atau hubungan yang
tidak harmonis dengan gigi lawannya
B. Menurut Proffit dan Fields 2007
Maloklusi adalah keadaan gigi yang tidak harmonis secara estetik yang
mempengaruhi penampilan seseorang dan mengganggu keseimbangan fungsi baik
fungsi pengunyahan maupun fungsi bicara. Maloklusi umumnya bukan merupakan
proses patologis tetapi proses penyimpangan dari perkembangan normal
C. Menurut Thomsom 2007
Maloklusi merupakan akibat dari malrealasi antara pertumbuhan, posisi dan
ukuran gigi. Maloklusi dibagi menjadi 2 :
1. Maloklusi Primer
Maloklusi yang timbul pada gigi geligi yang sedang berkembang
2. Maloklusi Sekunder
Maloklusi yang timbul pada orang dewasa akibat tanggalnya gigi dan pergerakan
gigi tetangga
Klasifikasi Maloklusi
A. Menurut Maulani 2005 membagi maloklusi berdasarkan letak kelainannya :
1. Tipe dental
Apabila perkembangan maksila dan mandibula terhadap tulang kepala normal
tetapi terdapat kelainan pada gigi-giginya
2. Tipe skeletal
Apabila terdapat kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan dari rahang
sehingga hubungan maksila dan mandibula tidak harmonis terhadap tulang kepala
3. Tipe fungsional
Apabila terjadi kelainan perkembangan pada otot sehingga akan timbul
gangguan ketika mengunyah
4. Tipe dentoskeletal
Merupakan gabungan dari tipe dental dan tipe skeletal. Terjadi apabila terdapat
kelainan dari dental (gigi-giginya) dan skeletal (rahangnya)
B. Klasifikasi maloklusi menurut Edward Angle (1899) terdiri dari 3 kelas, yang berdasar
pada bidang sagital. Pada klasifikasi Angle, gigi molar pertama permanen rahang atas
dan bawah digunakan sebagai kunci klasifikasi maloklusi, karena gigi molar dianggap
gigi yang paling stabil dan kedudukannya jarang berubah

1.

Kelas 1
Maloklusi kelas 1 atau biasa disebut neutroklusi terjadi dimana terdapat
hubungan normal anteroposterior antara maksila dan mandibula. Pada kelas ini,
gigi M1 rahang atas tonjol cusp mesiobukal berada pada bukal groove M1 rahang
bawah (Foster, 1993).
Dewey Anderson memodifikasi kelas 1 Angle, sehingga terbagi menjadi 5
tipe, yaitu :
a) Tipe 1 : Kelas 1 Angle dengan gigi bagian anterior maksila mengalami
crowding
b) Tipe 2 : Kelas 1 Angle dengan gigi anterior maksila labioversi
c) Tipe 3 : Kelas 1 Angle dengan gigi anterior palatoversi sehingga terjadi
gigitan terbalik (anterior crossbite)
d) Tipe 4 : Kelas 1 dengan adanya crossbite pada gigi posterior
e) Tipe 5 : Kelas 1 dimana terjadinya mesial drift atau pergeseran kearah mesial
pada gigi molar akibat premature ekstraksi

Gambar 1.1 Maloklusi kelas 1


2. Kelas 2
Maloklusi kelas 2 atau biasa disebut distoklusi ialah adanya relasi
posterior dari mandibula terhadap maksila. Sehingga tonjol mesiobukal cusp M1
rahang atas berada lebih mesial dari bukal groove M1 rahang bawah

Maloklusi kelas 2 dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu :


a) Divisi I : pada gigi insisivus sentral rahang atas terjadi proklinasi
(kemiringan anterior kearah labial) sehingga didapatkan gigitan besar atau
overjet. Insisivus lateral rahang atas juga mengalami proklinasi sehingga
didapati overbite

b) Divisi II : Gigi insisivus sentral rahang atas mengalami retroklinasi atau


retrusi dan pada insisvus lateral rahang atas terjadi proklinasi sehingga
terjadi gigitan dalam atau deepbite
c) Subdivisi : apabila distooklusi hanya terjadi pada salah satu sisi rahang
3. Kelas 3
Maloklusi kelas 3 atau biasa disebut mesioklusi adanya relasi anterior dari
mandibula terhdap maksila. Sehingga, tonjol mesiobukal cusp M1 permanen rahang
atas berada lebih ke distal dari bukal groove M1 rahang bawah sehingga terdapat
anterior crossbite

Oleh Dewey Anderson, maloklusi kelas 3 dibagi menjadi 3 tipe, yaitu ;


a) Tipe 1 : Adanya lengkung gigi yang baik, akan tetapi relasi lengkungnya tidak
baik sehingga pada gigi anterior terjadi edge to edge
b) Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila tetapi
terjadi linguoversi dari giigi anterior mandibula sehingga terjadinya crowding
c) Tipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang sehingga terjadi crossbite pada
pada gigi anterior maksila yang crowding. Akan tetapi lengkung
C.

mandibulanya berkembang dengan baik dan lurus


Modifikasi Lischer dari Klasifikasi Angle
Lischer memberikan istilah neutrocclusion, distocclusion, dan mesiocclusion pada
Kelas I, Kelas II, dan Kelas III Angle. Sebagai tambahan Lischer juga memberikan
beberapa istilah lain, yaitu :
a. Neutrocclusion
Sama dengan maloklusi Klas I Angle
b. Distocclusion
Sama dengan maloklusi Klas II Angle
c. Mesiocclusion
Sama dengan maloklusi Klas III Angle
d. Buccocclusion
Sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke buccal
e. Linguocclusion
Sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke lingual
f. Supraocclusion
Ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi diatas batas normal

g.
h.
i.

Infraocclusion
Ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi dibawah batas normal
Mesioversion
Lebih ke mesial daripada posisi normal
Distoversion
Lebih ke distal daripada posisi normal

Transversion
Transposisi dari dua gigi
k. Axiversion
Inklinasi aksial yang abnormal dari sebuah gigi
l. Torsiversion
Rotasi gigi pada sumbu panjang
Klasifikasi Bennet
Norman Bennet mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan etiologinya :
a. Kelas I : Posisi abnormal satu gigi atau lebih dikarenakan faktor lokal
b. Kelas II : Formasi abnormal baik satu maupun kedua rahang dikarenakan defek
j.

D.

c.

perkembangan pada tulang


Kelas III : Hubungan abnormal antara lengkung rahang atas dan bawah, dan antar
kedua rahang dengan kontur facial dan berhubungan dengan formasi abnormal dari
kedua rahang

2. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Etiologi dan Pengaruh Kebiasaan
Buruk terhadap Maloklusi
Etiologi Maloklusi
Etiologi maloklusi dapat digolongkan menjadi dua yaitu, primary etiologi site dan
etiologi pendukung lainya. Primary etiologi site dibagi menjadi empat yaitu sistem
neuromuskular, tulang, gigi, dan jaringan lunak. Sedangkan etiologi pendukung lainya dapat
dibagi menjadi tujuh yaitu herediter, abnormalitas yang tidak diketahui penyebabnya, trauma,
agen fisik,kebiasaan buruk,penyakit,dan malnutrisi.
A. Primary etiologi site terbagi menjadi :
1.
System Neuromuskular
Beberapa pola kontraksi neuromuscular beradaptasi terhadap ketidakseimbangan
skeletal atau malposisi gigi. Pola- pola kontraksi yang tidak seimbang adalah bagian
penting dari hampir semua maloklusi
2.

Tulang
Karena tulang muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi sebagai dasar

untuk dental arch, kesalahan dalam marfologi atau pertumbuhannya dapat merubah
hubungan dan fungsi oklusi. Sebagian besar dari maloklusi ynag sangat serius adalah
membantu dalam identifikasi dishamorni osseus
3. Gigi
Gigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan bentuk dentofacial dalam
berbagai macam cara. Variasi dalam ukuran, bentuk, jumlah dan posisi gigi semua dapat
menyebabkan maloklusi. Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa
malposisisi dapat menyebabkan malfungsi, secara tidak langsung malfungsi merubah
pertumbuhan tulang. Yang sering bermasalah adalah gigi yang terlalu besar
4. Jaringan Lunak (tidak termasuk otot)
Peran dari jaringan lunak, selain neuromuskular dalam etiologi maloklusi, dapat
dilihat dengan jelas seperti tempat- tempat yang didiskusi sebelumnya. Tetapi, maloklusi
dapat disebabkan oleh penyakit periodontal atau kehilangan perlekatan dan berbagai
macam lesi jaringan lunak termasuk struktur TMJ

B.
1.

Etiologi Pendukung antara lain :

Herediter
Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan asal genetic
dapat menyebabkan penampilan gigi sebelum lahir atau tidak dapat dilihat sampai 6
tahun setelah kelahiran (contoh : pola erupsi gigi). Genetic gigi adalah kesamaan dalam
bentuk keluarga sangat sering terjadi tetapi jenis transmisi atau tempat aksi genetiknya
tidak diketahui kecuali pada beberapa kasus ( contoh : absesnya gigi atau penampilan
beberapa syndrome craniofacial)

2.

Perkembangan abnormal yang tidak diketahui penyebabnya


Misalnya : Deferensiasi yang penting pada perkembangan embrio. Contoh : facial cleft

3.

Trauma
Baik trauma prenatal atau setelah kelahiran dapat menyebabkan kerusakan atau
kesalahan bentuk dentofacial
a. Prenatal trauma atau injuri semasa kelahiran. Contohnya:
1.
Hipoplasia dari mandibula yang disebabkan karena tekanan intrauterine
(kandungan) atau trauma selama proses kelahiran
2. Asymetri yang disebabkan karena lutut atau kaki menekan muka sehingga
menyebabkan ketidaksimetrian pertumbuhan muka
b. Prostnatal trauma
1. Retak tulang rahang dan gigi
2. Kebiasaan dapat menyebabkan mikrotrauma dalam masa yang lama

4.

Agen Fisik
a. Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung
b. Makanan yang dapat menyebabkan stimulasi otot yang bekerja lebih dan
peningkatan fungsi gigi. Jenis makanan seperti ini menimbulkan karies yang
lebih sedikit

5.

Kebiasaan buruk
Terdapat bermacam-macam kebiasaan buruk dalam mulut anak, antara lain
bernafas melalui mulut, menjulurkan lidah, menggigit jari, mengisap jari, menghisap
bibir.

6.

Penyakit
a. Penyakit sistemik
Mengakibatkan pengaruh pada kualitas gigi daripada kuantitas pertumbuhan gigi

b. Gangguan endokrin
Disfungsi endokrin saat prenatal bisa berwujud dalam hipoplasia, gangguan endokrin
saat postnatal bias mengganggu tetapi biasanya tidak merusak atau merubah bentuk
arah pertumbuhan muka. Ini dapat mempengaruhi erupsi gigi dan resorpsi gigi

7.

sulung
c. Penyakit local
Penyakit disekitar mulut yang dapat mempengaruhi gigi geligi
1. Penyakit gingival periodontal dapat menyebabkan efek langsung seperti
hilangnya gigi, perubahan pola penutupan mandibula untuk mencegah trauma,
dan ancylosis gigi
2. Trauma
3. Karies
Malnutrisi
Malnutrisi ini akan berakibat pada kualitas jaringan dan kecepatan dari kalsifikasi

Pengaruh Kebiasaan Buruk terhadap Maloklusi


Klasifikasi kebiasaan buruk yang terjadi pada oral :
1. Bernafas melalui mulut (mouth breathing)
Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga sebagai berikut :
a. Obstruktif : Anak yang mempunyai gangguan dalam menghirup udara melalui
saluran hidung
b. Habitual : Disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormalnya
sudah dihilangkan
c. Anatomical : Bila anatomi bibir atas bawah pendek sehingga tidak dapat mengatup
sempurna tanpa usaha untuk menutupnya
Anak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit, gigi anterior atas maju ke
arah labial, dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas..

Bila hal ini dilakukan terus menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan
rahang atas protusif dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite).

2. Kebiasaan menghisap ibu jari


Menghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak. Kebiasaan
menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi. Tekanan pipi
pada sudut mulut merupakan tekanan yang tertinggi, Tekanan otot pipi terhadap gigigigi posterior rahang atas ini meningkat akibat kontraksi otot buccinators selama
mengisap pada saat yang sama sehingga akan memberikan risiko lengkung maksila
menjadi berbentuk V

3. Kebiasaan mendorong lidah (tongue thrusting)


Menurut Straub (1960), kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan
karena bottlefeeding yang tidak tepat dan biasanya disertai dengn kebiasaan buruk lain
seperti kebiasaan menghisap ibu jari, menggigit bibir, dan menggigit kuku. Jika
kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite dan incomplete coverbite
serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal

4. Kebiasaan menggigit benda


Terdiri dari :
A. Menggigit kuku
Mengigit kuku (nail biting) merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi
gigi insisiv atas dan bawah mengalami penekanan gigi pada bagian kuku tersebut.
Nail biting dapat menyebabkan rotasi gigi, atrisi pada ujung insisal gigi dan
protrusive gigi pada gigi yang sering digunakan untuk mengigit

B. Menggigit jari
Kebiasaan mengigit jari pada anak-anak timbul pada usia 1-2 tahun. Jika
dibiarkan terus menerus sampai usia 5 tahun atau lebih dapat berakibat
kelainan pada posisi gigi. Jari akan menekan gigi rahang atas ke depan
dan gigi rahang bawah ke dalam, sehingga gigi tampak maju ke depan
(protrusive). Selain kebiasaan kebiasaan di atas, kebiasaan menopang dagu juga
dapat mengakibatkan pertumbuhan tulang rahang bawah yang tidak sempurna.
Kebiasaan ini dapat menyebabkan tidak simetrisnya antara kanan dan kiri tulang
rahang tersebut karena dalam kebiasaan ini dagu tertopang sebagian yang artinya
sebagian rahang bawah mendapat suatu tekanan sehingga pertumbuhan rahang
tidak sempurna. Hal inilah yang nantinya dapat menyebabkan maloklusi.

5.

Bruxism
Menyebabkan erupsi dari gigi insisiv jadi terhambat dan terjadi atrisi pada gigi
anterior. Bruxism yang terjadi pada masa anak-anak akan menyebabkan erupsi gigi
yang tidak sempurna pada gigi posterior dan menurunnya pertumbuhan vertical maksla
anterior

6.

Lip Sucking
Merupakan kebiasaan mengigit bibir yang akan menyebabkan gigi anterior
maksila menjadi protusi, gigi mandibula menjadi retrusi dan terjadi peningkatan dari
overjet

3. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Akibat yang Ditimbulkan dari
Gangguan Maloklusi
A. Gangguan pengunyahan
Dapat berupa rasa tidak nyaman pada saat mengunyah, nyeri pada TMJ dan
mengakibatkan nyeri pada kepala dan leher. Tanggalnya gigi bisa juga mengakibatkan
perubahan pola pengunyahan, misalnya mengunyah pada satu sisi dan hal ini juga bisa
mengakibatkan nyeri pada TMJ
B. Gangguan Pembersihan

Pada gigi yang crowded (berjejal) dapat mengakibatkan kesulitan pada saat
pembersihan dan hal ini mengakibatkan gigi jadi lebih mudah terserang karies.
C. Gangguan bicara
Maloklusi mengakibatkan ketidakjelasan bicara seseorang. Apabila ciri ciri
maloklusinya adalah distoklusi maka susah mengucapkan huruf p dan b. Apabila ciri
maloklusinya berupa mesioklusi maka akan kesulitan mengucapkan huruf s, z, t dan n.
Menurut Bruggeman,anomali dental yang mengakibatkan gangguan bicara adalah :
1. Ruang antar gigi (spaces) yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan semua huruf
terutama s, sh, z, zh kecuali huruf n dan y.
2. Lebar lengkung yaitu terjadi kelainan saat mengucapkan huruf s, z, th.
3. Open bite yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan huruf s, sh, z, zh, th, dan
kadang-kadang pada huruf t dan d.
4. Derajat protrusi yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan huruf s, sh,z, zh.
5. Pada gigi yang rotasi kelainan bunyi yang terjadi sama dengan kelainan pada ruang
antar gigi
D. Gangguan estetis
Gigi yang tidak rapi bisa mengurangi nilai estetis dari seseorang dan penampilan
wajah yang menjadi kurang menarik sehingga mempunyai dampak yang tidak
menguntungkan pada perkembangan psikologis seseorang, apalagi pada saat usia masa
remaja. Beberapa kasus maloklusi pada anak remaja sangat berpengaruh terhadap
psikologis dan perkembangan sosial yang disebabkan oleh ejekan atau hinaan dari teman
sekolahnya. Pengalaman psikis yang tidak menguntungkan dapat sangat menyakitkan
hati sehingga remaja korban penindasan tersebut akan menjadi sangat depresi.
4. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Pemeriksaan Penunjang pada
Maloklusi
Pemeriksaan pada Maloklusi
Untuk mengetahui adanya maloklusi bisa dilakukan record ortodonti, yang meliputi:
A. Study model
1. Menunjukkan detail seluruh gigi yang telah tumbuh dan prosessus alveolaris
sebanyak mungkin
2. Memperoleh kedalaman sulcus bukal maximal
B. Radiograf

Pada diagnosa ortodonti untuk memastikan adanya gigi yang tidak erupsi dan

memonitor keadaan seluruh gigi


Film intraoral tidak memadai untuk tujuan ini
Film yang paling bermanfaat diambil dengan oblique lateral jaw untuk sel gigi

belakang caninus (posterior) dan anterior oklusal untuk daerah Insisivus atas
Pada insisiv bawah tidak terdeteksi bila dengan cara ini namun kelainan jarang
ditemukan pada daerah ini. Tetapi bila ada keadaan yang meragukan film intra oral

digunakan
Interpretasi:
a.
Identifikasi gigi : Gigi tidak ada, Kelainan bentuk dan maloklusi
b.
Identifikasi mahkota
c.
Pemeriksaan akar gigi
d.
Pemeriksaan jaringan pendukung
C. Pemeriksaan Foto
1. Foto Panoramik
Biasanya digunakanuntuk mendapatkan informasi mengenai angulasi gigi,

periode maturasi dan keadaan jaringan periodontal


Adapun seleksi kasus yang memerlukaan gambaran panoramik dalam
penegakan diagnosa diantaranya seperti:
1. Adanya lesi tulang atau ukuran dari posisi gigi terpendam yang

menghalangi gambaran pada intra-oral


2. Melihat tulang alveolar dimana terjadi poket lebih dari 6 mm
3. Untuk melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana pembedahan
4. Rencana perawatan orthodonti yang diperlukan untuk mengetahui
keadaan gigi atau benih gigi
5. Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada seluruh bagian mandibula
6. Rencana perawatan implan gigi untuk mencari vertical height
2. Foto Cephalometri
Dapat memberikan informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan ruang
kepala, analisis kasus dan menegakkan diagnosis (adanya kelainan skeletal)
dan memperhatikan perubahan akibat pertumbuhan dan perawatan
Macam-macam foto cephalometri
1. Lateral : Berguna untuk menyediakan tampilan lateral
2. Frontal : Berguna untuk menyediakan tampilan anterioposterior
Kegunaan foto cephalometri
1. Membantu menegakkan diagnosis
Yang berguna untuk mempelajari struktur skeletal, dental dan jaringan
lunak dari region kraniofacial
2. Membantu klasifikasi abnormalitas skeletal dan dental serta membantu
menentukan tipe facial pasien

3. Membantu menentukan rencana perawatan


4. Membantu evaluasi hasil dari perawatan
5. Membantu memprediksi perubahan yang

berhubungan

dengan

pertumbuhan untuk tindakan perawatan bedah


D. Analisis Ruang
Diperlukan untuk membandingankan antara ruang yang tersedia dengan ruang
yang diperlukan untuk mengatur gigi sebagaimana mestinya
Analisis ruang yang digunakan pada periode gigi bercampur berupa metode
Mayers, metode huckaba, dan metode nance

Anda mungkin juga menyukai