Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. PLASENTA PREVIA
A. DEFENISI
Plasenta previa adalah komplikasi obstetrik yang menggambarkan suatu perdarahan
vagina biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri, biasanya pada trimester ketiga
sekunder, dengan adanya letak plasenta yang tidak normal pada daerah dekat atau
menutupi daerah serviks.1 Plasenta previa didefenisikan sebagai implantasi plasentas
pada ostium serviks.2,3

B. EPIDEMIOLOGI
Secara umum, kejadian plasenta previa adalah 1 : 200 sampai 1 : 390 kehamilan
diataas usia 20 minggu. Frekuensi bervariasi dengan paritas. Namun, untuk nulipara,
kejadian ini 0,2% sedangkan grand multi para, mungkin setinggi 5%. Dari seluruh
kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang paling
banyak. Oleh karena itu setiap kejadian perdarahan antepartum, placenta previa harus
dipikirkan terlebih dahulu. 4
Beberapa faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah sebagai berikut5 :

Multiparitas dan umur lanjut (>35 tahun)

Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atrofik dan
inflamatorik.

Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC, Kuret,
dll).

Chorion leave persisten.

Korpus luteum bereaksi lambat, di mana endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi

Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis

C. ETIOLOGI1,2
Penyebab plasenta previa sepenunya belum diketahui, tapi terdapat beberapa faktor
resiko yang dapat mencetuskan terjadinya plasenta previa, yaitu :
a) Peningkatan usia maternal (>35 tahun)
b) Multipara, terutama jika jarak antara kehamilanya pendek
c) Mioma uteri
d) Bekas seksio sesarea
e) Merokok atau penggunaan kokain
f) Abortus sebelumnya atau berulang
g) Plasenta previa sebelumnya
D. KLASIFIKASI3,5
Berdasarkan derajat kelainan terbagi atas3 :
a. Plasenta previa totalis. Dimana os serviks tertutup sepenuhnya oleh plasenta.
b. Plasenta previa partial. Dimana os serviks hanya tertutup sebagian oleh plasenta.
c. Plasenta previa marginal. Dimana tepi plasenta pada margin os internal.
d. Plasenta letak rendah. Dimana plasenta tertanam di segmen bawah rahim sehingga
tepi plasenta ( tidak mencapai os internal).

Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 5 cm :


a. Plasenta previs sentralis (totalis), bila pembukaan 4 5 cmn teraba plasenta
menutupi seluruh ostium.
b. Plasenta previa lateralis, bila pembukaan 4 5 cm sebagian pebukaan ditutupi oleh
plasenta. Plasenta previa lateralis terbagi 2 :

Plasenta previa lateralis posterior, bila sebagian menutupi ostium bagian


belakang.

Plasenta previa lateralis anterior, ila sebagian menutupi ostium bagian depan.

Plasenta previa marginalis, bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang
ditutupi plasenta.

E. PATOFISIOLOGI3
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada
triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan
berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan semakin
melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan ini terjadi apabila plasenta terletak
diatas ostium uteri interna atau di bagian bawah segmen rahim. Pembentukan segmen
bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan menyebabkan robekan plasenta pada
tempat perlekatannya.
Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini ialah
sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena
robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena

ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan


perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus menghentikan perdarahan
pada kala III pada plasenta yang letaknya normal. Semakin rendah letak plasenta, maka
semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa
totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru
berdarah setelah persalinan mulai.
F. MANIFESITASI KLINIS2,3,4
a) Perdarahan vagina

Tujuh puluh persen sampai 80% dari pasien dengan plasenta previa biasanya
datang dengan perdarahan vagina tanpa adanya rasa nyeri. Paling umum, episode
pertama adalah sekitar 34 mingu kehamilan. Namun, sekitar sepertiga dari pasien
juga datang dengan perdarahan saat sembelum 30 minggu.

Pada sepertiga pasien lain, muncul perdarahan setelah 36 minggu, dan 10% tanpa
ada perdarahan.

Jumlah episode perdarahan tidak berhubungan dengan derajat plasenta previa atau
prognosis untuk bertahan hidup janin.

Perdarahan bisanya terjadi saat istirahat atau kegiatan (70% perdarahan terjadi
selama istirahat)

Perdarahan dapat terjadi setelah trauma, coitus atau setelah pemeriksaan panggul.

Selama persalinan, perdarahan dapat terjadi akibat robeknya plasenta yang berada
di atau dekat dengan ostium serviks internum.

Warna merah segar

b) His tidak ada


c) Denyut jantung janin ada
d) Teraba plasenta saat pemeriksaan vagina
e) Penurunan kepala tidak masuk pintu panggul

G. DIAGNOSIS3,6
Diagnosa dapat ditegakan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang :
a) Anamnesa
Anamnesa yang didapat sesuai dengan gejala klinis, yaitu terjadi perdarahan
spontan dan berulang melalui jalan lahir tanpa ada rasa nyeri.
b) Pemeriksaan fisik

Inspeksi
Terlihat perdarahan pervaginam berwarna merah segar

Palpasi abdomen
Janin belum cukup bulan, jadi fundus

uteri masih rendah, sering disetai

kesalahan letak janin, bagian bawah janin belum turun, apabila letak kepala,
biasanya masih dapat digoyang atau teraung. Bila pemeriksa sudah cukup
pengalaman dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim, terutama
pada ibu yang kurus

Inspekulo
Dengan pemeriksaan

inspekulo yang hati hati dapat diketahui asal

perdarahan, apakah dari dalam uterus, vagina, varises yang pecah atau lain
lain.

Pemeriksaan dalam
Untuk pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan di meja operasi (PDMO/
Pemeriksaan Dalam di Meja Operasi) karena dengan pemeriksaan dalam, akan
menyebabkan perdarahan pervaginam yang lebih deras

c) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radio-isotop
Plasentografi jaringan lunak (soft tissue placentography)

Membuat foto dengan sinar rontgent lemah untuk mencoba melokalisir


plasenta. Hasil foto dibaca oleh ahli radiologi yang berpengalaman.
Sitografi
Mula mula kandung kemih dikosongkan dulu, lalu dimasukan 40 cc
larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan kea rah pintu atas panggul,
lalu dibuat foto. Bila jarak kepala dan kandung kemih lebih dari 1cm,
maka terdapat kemungkinan plasenta previa
Plasentografi indirek
Membuat foto seri lateral dan anteroposterior yaitu ibu dalam posisi
berdiri atau duduk setengah berdiri. Lalu foto dibaca oleh ahli radiologi
berpengalaman dengan cara menghitung jarak antar kepala simfisi dan
kepala promontorium.
Arteriografi
Dengan memasukan zat kontras ke dalam arteri femoralis. Karena
plasenta sangat kaya akan pembuluh darah, maka plasenta akan banyak
menyerap zat kontras, ini akan jelas terlihat dalam foto dan lokasinya.
Amniografi
Dengan memasukan zat kontras ke dalam rongga amnion, lalu dibuat
foto dan dilihat dimana terdapat daerah kosong (diluar janin) dalam
rongga rahim.
Radio-isotop plasentografi
Dengan menyntikan zt radio aktif, biasanya RIZA (radioiodinate serum
albumin) secara intravena, lalu diikuti dengn detector GMC.

USG abdomen.

Keterangan :
P = Plasenta
B = Kandung kemih
Cx = Serviks
F = Fetus
AF = Cairan amnion

H. DIAGNOSIS BANDING1,3,6
a) Solutio plasenta
Solution plasenta merupakan suatu keadaan dimana terlepasnya sebagian atau
seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
lapisan desidua endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir.

Berikut merupakan perbandingan plasenta previa dengan solution plasenta. :


Manifestasi
Perdarahan

Solutio plasenta
a) Merah
tua/

Plasenta previa
coklat a) Merah segar

kehitaman

b) Berulang

b) Terus menerus
Uterus

c) Tidak nyeri

c) Disertai nyeri
a) Tegang , bagian janin tak a) Tak tegang
teraba

Syok/anemia

b) Tak nyeri tekan

b) Nyeri tekan
a) Lebih sering
b) Tidak

Fetus

sesuai

dengan b) Sesuai

jumlah darah yang keluar


a) 40% fetus sudah mati
b) Tidak

Pemeriksaan dalam

a) Jarang

disertai

letak
a) Ketuban

dengan

jumlah

darah yang keluar


a) Biasanya fetus hidup

kelainan b) Disertai kelainan letak


menonjol c) Teraba

walaupun tidak his

perabaan

plasenta

atau

fornik

ada

bantalan antara baian janin


dengan jari pemeriksas

b) Vasa previa
Vasa previa merupakan keadaan di mana pembulh darah janin berada di dalam
selaput ketuban dan melewati ostium uteri internum untuk kemudian sampai ke
dalam insersinya di tali pusat. Perdarahan pada vasa previa terjadi bila selaput
ketuban yang melewati pembukaan serviks robek atau pecah dan vascular janin
itupun ikut terputus.
Perbandingan dengan plasenta previa yaitu, pada vasa previa biasanya terajdi
perdarahan akibat robeknya selaput ketuban, di mana ada pembuluh darah abnormal
yang ada pada selaput ketuban, perdarahan yang terjadi berhubungan erat dengan
perubahan cepat pola dan kecepatan denyut jantung janin (dapat terjadi takikaradi

dan diikuti dengan bradikardia). Sedangkan pada plasenta previa, perdarahan terjadi
tidak berhubungan dengan pecahnya ketuban dan tidak berhubungan dengan denyut
jantung janin.

I. TERAPI2,5,6
Penanganan tergantung pada usia kehamilan, jumlah perdarahan vagina, status
hemodinamik ibu, dan kondisi janin.
a) Manajemen kehamilan
Pendekatan ini dibenarkan jika janin premature (kurang dari 37 minggu) dan bias
mendapat keuntungan dari pembangunan intrauterine lanjut. Manajemen kehamilan
dilaksanakan sebagai berikut :

Rawat inap sampai perdarahan reda. Pasien dapat dipulangkan setelah


perdarahan berkurang dan keadaan janin sehat.

Pemantauan harian janin

Pemberian steroid untuk kematangan paru janin jika usia kehailan kurang dari
34 minggu..

Tokolisis dapat dengan aman diberikan pada pasien dengan plasenta previa
sebelum 34 minggu. Agen pilihan yaitu magnesium sulfat karena terkait dengan
perubahan hemodinamik.

b) Rujukan.
Keputusan untuk dirujuk dibuat berdasarkan usia kehamilan, jumlah perdarahan
vagina dan stsus hemodinamik ibu. Indikasi untuk operasi Caesar antara lain :

Elektif :
Ketika usia kehamilan adalah 37 minggu
Ketika kematangan paru janin ditunjukan oleh amniosentesis

Cito :
Ketika jumlah perdarahan menghadirkan ancaman ke ibu tanpa memandang
usia kehamilan atau ukuran janin.
Denyut jantung bayi melemah atau tidak terdengar.

c) Partus Pervaginam
Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak
sudah meninggal atau prematur.
Cara persalinan pervaginam terbagi 3 :
1) Pemecahan Ketuban
Pemecahan selaput ketuban merupakan cara pilihan untuk melangsungkan
persalinan pervaginam, karena bagian terbawah janin akan menekan plasenta
dan bagian plasenta yang berdarah, dan bagian plasenta yangberdarah dapat
bebas mengikuti regangan segmen bawah uterus, sehingga pelepasan plasenta
dari segmen bawah uterus lebih lanjut dapat dihindarkan. Apabila pemecahan
selaput ketuban tidak berhasil menghentikan perdarahan, maka dapat dilakukan
pemasangan cunam willet dan versi Braxton-Hicks.

2) Versi Braxton Hick


Cara ini bertujuan untuk melahirkan salah satu kaki janin kemudian menarik
kaki tersebut dengan beban secukupnya, agar paha dan bokong janin dapat
menekan plasenta. Cara ini sangat sukar, dan hanya dapat dulakukan bila telah
ada pembukaan lebih dari 4 cm. baru setelah pembukaan lengkap janin dapat
dilahirkan. Cara ini dilakukan pada janin yang sudah meninggal.

3) Cunam Willet-Gauss
Cunam Willet dipasang

pada kulit kepala janin kemudian diterik terus

menerus dengan jalan mengikat cunam itu dengan seuts tali dibebani 500 gr
untuk menambah tekanan pada plasenta. Apabila pemasangannya berlangsung
lama atau bebannya ditambah lagi maka dapat menyebabkan kerusakan kulit
kepala janin. Tindakan ini dilakukan pada janin yang sudah meniggal.

J. KOMPLIKASI2

a) Komplikasi maternal

Syok maternal dapat terjadi akibat kehilangan darah akut.

Perdarahan postpartum berat (PPH) dapat terjadi setelah melahirkan karena


implantasi plasenta di segmen bawah rahim, yang mengakibatkan penurunan
kekuatan otot rahim. Dengan demikian kontraksi otot menjadi kurang efektif
untuk mengontrol perdarahan. Perdarahan postpartum dapat terjadi akibat :
Kerusakan ginjal (sindrom Sheehan) dan panhipopituetarism.
Kerusakan

ginjal

(Nekrosis

tubular

akut),

akibat

hipotensi

yang

berkepanjangan.
Disseminated intravascular coagulation (DIC) akibat kehilangan darah yang
berlebihan dan kemungkinan kematian.

Plasenta akreta (pertumbuhan plasenta ke miometrium) atau variasi lain akibat


tidak adanya desidua basalis. Plasenta akreta harus selalu dipertimbangkan
dengan adanya plasenta previa
Insiden plasenta akreta pada plasenta previa adalah 4%. Insiden plasenta
akreta meningkat menjadi 16% sampai 25% setelah operasi Caesar
sebelumnya.
Kehadiran plasenta akreta mungkin memerlukan histerektomi sesar untuk
mengontrol kehilangan darah. Ada 3 jenis plasenta previa :
Plasenta akreta
Plasenta melekat langsung ke miometrium
Plasenta inkreta
Plasenta menyerang miometrium
Plasenta percreta
Plasenta menembus sepenuhnya melalui miometrium

b) Komplikasi janin
Kelahiran pramatur mungkin dapat menjadi penyebab sekunder untuk perdarahan
maternal, dan bayi pun dapat mengalami komplikasi prematuritas.

K. PROGNOSIS5
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu akibat plasenta rendah
sekali atau tidak ada sama sekali. Sejak di perkenalkan penanganan pasif pada tahun
1945, kematian perinatal berangsur angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian,
hingga kini kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan
utama.

2. ANENSEFALI
A. DEFENISI DAN EPIDEMIOLOGI7
Anensefali merupakan kelainan kongenital dimana tidak terbentuk sempurna bagian
otak, tengkorak dan kulit kepala dengan asal usul pada bulan pertama kehamilan.
Kelainan utama adalah kegalalan neurilasi cranial, proses embriologik yang memisahkan
prekusor dari otak depan dari cairan ketuban. Anensefali merupakan kelainan tabung
saraf yang terjadi pada perkembangan awal janin yang menyebabkan kerusakan pada
jaringan pembentuk otak dan korda spinalis. Anensefali merupakan bagian dari spektrum
defek tabung saraf. Cacat ini terjadi jika tabung saraf gagal menutup sehingga
menyebabkan hilangnya janin, lahir mati, atau kematian janin.
Data statistic dau US Census Bureau didapatkan insidensi sebanyak 3.506 kasus
anensefalus di Indonesia selama tahun 2004 dan tafsiran jumlah penduduk sebanyak
238.452.952 jiwa. Di Amerika Serikat memiliki insidensi lebih tinggi dibandingkan
Indonesia dengan jumlah 4.318 kasus dari tafsiran jumlah penduduk 293.655.405 jiwa.

B. ETIOLOGI7
Penyebab pasti terjadinya anensefalus belum diketahui. Diduga multifaktorial. Faktor
resiko terjadinya anensefalus yaitu :
a) Riwayat anensefalus pada kehamilan sebelumnya.
b) Diabetes mellitus
c) Kadar asam folat, Zn, dan tembaga yang kurang
d) Maternal hipertermia.
C. PATOFISIOLOGI
Dalam embrio manusia normal, lempeng saraf muncul sekitar 18 hari setelah
pembuahan. Selama minggu keempat pemebentukan tabung saraf, lempeng saraf
mengalami invaginasi sepanjang garis tengah embrio intuk membentuk alur saraf. Tabung

saraf dibentuk sebagai penutupan alur saraf berlangsung ke ujung di kedua arah, dengan
penyelesaian antara hari 24 untuk akhir pembentukan tengkorak dan 26 hari untuk
pembentukan caudal. Gangguan dari proses penutupan tabung saraf menimbulkan defek
tabung saraf (NTD). Anensefali hasil dari kegagalan penutupan tabung saraf pada akhir
perkembangan tengkorak saat perkembangan embrio. Pada anensefali tidak adanya otak
dan calvaria mungkin sebagian atau lengkap.
Kebanyakan pada kasus anensefalus mengikuti pola pewarisan multifaktorial,
dengan interaksi beberapa gen serta faktor lingkungan. Gen-gen tertentu yang paling
penting dalam NTD belum diidentifikasi, meskipun gen yang terlibat dalam metabolisme
folat diyakini penting. Satu gen tersebut yaitu Methyleneterahydrofolate Reductase
(MTHFR), telah terbukti berhubungan dengan rsiko NTD. Pada tahun 2007, suatu gen
kedua, membrane terkait protein signaling kompleks yang disebut VANGLI1, juga
terebukti berhubungan dengan resiko cacat tabung saraf.
Berbagai faktor lingkungan

tampaknya berpengaruh dalam

penutupan tabung

saraf. Yang paling menonjol, asam folat memiliki efek pencegahan yang paling kuat.
Antimetabolit folat, ibu dengan diabetes, obesitas ibu, mikotoksin dalam makanan yang
terkontaminasi arsen dan maternal hipertermia diidentifikasikan sebagai stressor yang
meningkatkan resiko NTD, termasuk anensefali.

D. MANIFESITASI KLINIS
Gejala klinis dibagi 2, yaitu :
a) Ibu :
Polihidramnion
Pada anensefalus polihidramnion terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak
dan selaput sumsum tulang belakang. Selain itu, anak anensefali tidak menelan dan
pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang sempurna dan hingga anak ini
kencing berlebihan.
b) Bayi

Tidak memiliki tulang tengkorak

Tidak memiliki otak (hemisfer serebri dan serebelum)

Kelainan pada gambaran wajah

Kelainan jantung.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG8,9,10
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk penegakan diagnosis anensefali yaitu :
a) Amniosintesis
AFP atau Alfa-fetoprotein adalah protein serum utama dari janin, beredar dalam
sirkulasi janin dan keluar melalui urin kedalam cairan amnion. Kadar AFP akan
menignkat pada anensefali dan NTD. Bila kadar AFP menigkat dalam cairan amnion
dilakukan juga pemeriksaan acetylcholinesterase dalam cairan amnion. Bila
acetycholiesterase meningkat menandakan adanya paparan terhadap jaringan neural
atau ada defek terbuka yang lain pada janin.
b) Kadar estriol dalam air kemih ibu
Estriol ibu sebagian berasal dari plasenta dan sebagian dari kelenjar adrenal janin.
Estriol berkorelasi bik dengan laju pertumbuhan janin. Kehmilan dengan anensefali
memiliki kadar estriol yang rendah karena terjadi aplasia hipofisis yang menyebabkan
hipofungsi kelenjar adrenal janin.
c) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Kondisi anensefali dapat dideteksi selama masa prenatal dengan menggunakan USG.
Pada trimester kedua gambaran USG pada janin anensefali adalah sebagai berikut

Gambar diatas menunjukan anensefali yang dideteksi pada trimester kedua, dimana
tidak terbentuknya cranium.

Gambar diatas menunjukan anensefali yang dikethui dan lebih jelas pada trimester
ketiga.

F. TERAPI11
Karena prognosis anensefali dianggap sangat buruk, maka langkah langkah untuk
mempertahankan umur bayi tidak dilakukan.dokter dan tim medis hendaknya
memeberikan lingkungan yangmendukung bayi yang dilahirkan dengan anensefalus
Selma bayi masih dapat bertahan hidup agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Setelah ditegakkannya diagnois prenatal pada kasus anensefaus ini, pilihan untuk
terminasi kehamilan harus disampaikan pada pasangan suami dan istri. Bagi pasangan
yang memilih untuk melanjutkan kehamilan, kemungkinan persalinan premature,
polihidramnion, persalinan tak maju, dan onset persalinan yang tertunda hingga melewati
waktunya juga harus dibahas

G. PENCEGAHAN11
Beberapa hal yang dilakukan untuk mencegah terjadinya cacat bawaaan :
a) Wanita yang memiliki keluarga dengan riwayat kelainan cacat bawaan hendaknya
lebih waspada karena kelainan ini dapat diturunkan secara genetik.
b) Usahakan tidak hamil jika usia ibu mencapai 40 tahun.
c) Lakukan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care yang rutin dan usahakan
melakukan USG minimal tiap trimester kehamilan.
d) Jalani pola hidup sehat
e) Penuhi kebutuhan asam folat, dengan mengkonsumsi sumber makanan yang tinggi
kandungan asam folatnya.
Kebutuhan asam folat pada ibu hamil :
Secara umum kebutuhan asam folat tergantung dari umur dan keadaan fisiologisnya.
Kebutuhan asam folat menurut National Research Council untuk dewasa normal
sebanyak 400 gr. Sedangkan kebutuhan minimum perhari adalah sekitar 50 gr, tetapi
bagi wanita dianjurkan untuk mengkonsumsi sebanyak 400 gr/hari. Julah ini mampu
mencegah resiko NTD sebanyak 50-70%. Kebutuhan ini akan meningkat disaat hamil
da menyusui, dimana kebutuhan minimum meningkat sebanyak 100g/hr, tetapi
dianjurkan berturut-turut sebanyak 600 800gr/hari atau lebih 50% lebih banyak
dibandingkan wanita tidak hamil. Bagi ibu hamil yang pernah mengalami NTD,
dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat 4 mg perhari selama 3 4 bulan sebelum
hamil kembali. Kebutuhan asam folat sebenarnya dapat mencukupi dengan
meningkatkan konsumsi makanan sumber asam folat. Namun sebanyak 80% asam
folat akan hilang pada proses pemasakan. Bagi wanita hamil dan menyusui perlu
meningkatkan konsumsi folat melaui makanan yang difortifikasi maupun dengan
suplementasi asam folat.
f) Hindari asupan vitamin A dosisi tinggi, karena vitamin A termasuk salah satu vitamin
yang tak larut dalam air. Jadi apabila vitamin A berlebihan pada tubuh dapat terjadi
urogenital anomaly, mikrosefali, dan juga terdapat gangguan kelenjar adrenal.
g) Jangan mengkonsumsi sembarang obat, baik yang belum ataupun sudah diketahui
memberi efek buruk pada janin.

h) Pilih makanan dan cara pengolahan makanan yang sehat (jangan makanan yang
setngah masak).
i) Jika diketahui terdapat infeksi pada ibu maka obatilah segera, terutama jika terinfeksi
TORCH (Toxoplasma, Rubela, Citomegalo dan Herpes). Yang paling baik dengan
dilakukan tes TORCH.

Anda mungkin juga menyukai