PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian distosia bahu semakin menjadi ketakutan sendiri bagi dokter,
perawat, bidan, dan tenaga medis lainnya karena seringkali merupakan
peristiwa kegawatan obstetri yang tidak bisa diprediksi dan dicegah.Distosia
bahu didefinisikan sebagai kelahiran yang membutuhkan manuver obstetri
tambahan untuk mengeluarkan bahu setelah traksi bawah gagal. Distosia bahu
terjadi ketika terdapat impaksi bahu bayi anteriorjarang terjadi,
posterior
ibu
hamil
dan
bayi
memiliki
risiko
cidera
persalinan
kecacatan permanen, yaitu kurang dari 10% yang terjadi disfungsi pleksus
brakhialis.Cidera pleksus brakhialis neonatus adalah kasus tuntutan pengadilan
paling sering berkaitan dengan distosia bahu di Inggris, sedangkan distosia
bahu masuk menjadi empat besar kasus pengadilan, dan diperkirakan
menghabiskan 11% klaim kasus obstetri.
Walaupun tidak semua cidera pleksus brakhialis disebabkan karena
traksi berlebih dan dihubungkan dengan kejadian distosia bahu, manajemen
risiko yang baik membutuhkan setiap tahapan harus dilakukan untuk mengatasi
segala kemungkinan, pencegahan, dan penatalaksanaan distosia bahu dengan
standar yang baik. Sejak dimulainya NHS Litigation Authority pada tahun 1995
terdapat sekitar 555 klaim yang berhubungan dengan distosia bahu, dengan
perkiraan biaya 189.400.000.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninjau literatur tentang permasalahan
distosia bahu yang terdiri dari identitifikasi faktor risiko untuk deteksi awal
persalinan beresiko tinggi dan penatalaksanaan yang sistematis dari kedaruratan
obsetri untuk menghindari permasalahan kesehatan setelah melahirkan, medicolegal, dan komplikasi yang minimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Distosia bahu termasuk dalam kedaruratan obsetri, sehingga dibutuhkan
tindakan segera, ketrampilan dan kemampuan teknik persalinan yang tepat
untuk menghidari morbiditas dan mortalitas perinatal. Hal ini terjadi ketika
bahu depan terjepit olehsimpisis pubis atau bahu belakang terjepit oleh sacral
promontorium
sehingga
terjadi
kegagalan
dalam
pengeluaran
bahu.
Komplikasi Perinatal
Trauma persendian:
leher
Bahu : dislokasi persendian
Erb
paralisis,
dengan ciri :
- Humerus
yaitu
C5-C7
abduksi,
rotasi
internal
- Siku ekstensi
Paralisis klumpke atau ikut
serta C8 dan TI
- Siku fleksi
- Tangan terlempang dan jadi
mencengkram
Sindrom horner
- Jika saraf simfatikus ikut
serta
4. Manifestasi Klinis
Tanda klinis terjadinya distosia bahu meliputi:
1. Tubuh bayi tidak muncul setelah ibu meneran dengan baik dan traksi yang
cukup untuk melahirkan tubuh setelah kepala bayi lahir
2. Turtle sign adalah ketika kepala bayi tiba-tiba tertarik kembali ke perineum
ibu setelah keluar dari vagina. Pipi bayi menonjol keluar, seperti seokor kurakura yang menarik kepala kembali ke cangkangnya. Penarikan kepala bayi ini
dikarenakan bahu depan bayi terperangkap di tulang pubis ibu, sehingga
menghambat lahirnya tubuh bayi.
melakukan traksi ringan pada awal pelahiran, yangdibantu dengan gaya dorong
ibu, amat dianjurkan. Traksi yang terlalu keras padakepala atau leher, atau
rotasi tubuh berlebihan, dapat menyebabkan cederaserius pada bayi
(Cunningham, 2006).
Beberapa ahli menyarankan untuk melakukan episiotomi luas dan
idealnyadiberikan
analgesi
yang
adekuat.Tahap
selanjutnya
adalah
Penekanan
suprapubik
sedang
dilakukan
oleh
seorang
asisten
sesuai
nama
William
A.
McRoberts,
Jr.,
yang
(2000)menganalisa
manuver
McRoberts
dengan
pelvimetri
6.
7.
Sandberg
(1985)
melaporkan
penggunaan
manuver
Zavanelli
Fraktur
klavikula
yang
dilakukan
secara
sengaja
dengan
cara
yang
terjepit.
Namun,
pada
praktiknya,
sulit
10
10. Simfisiotomi
tampaknya
juga
dapat
diterapkan
dengan
sukses,
Manajemen ALARMER
a. Ask for help (Minta bantuan)
b. Lift/hyperflex Legs
Hiperfleksi kedua kaki (Manuver McRobert), distosia bahu pada
umumnya akan teratasi dengan manuver ini pada 70% kasus.
c. Anterior shoulder disimpaction (disimpaksi bahu depan)
Penekanan suprapubik (Manuver Mazzanti) dan pendekatan pervaginam
dengan adduksi bahu depan dengan tekanan untuk mempermudah aspek
bahu belakang (yaitu dengan mendorong ke arah dada) sehingga akan
menghasilkan diameter terkecil (Manuver Rubin)
d. Rotation of the posterior shoulder (Pemutaran bahu belakang)
Manuver ini dilakukan dengan memutar 1800 bahu belakang sehingga
menjadi bahu depan (Manuver Woodscrew)
e. Manual removal posterior arm (mengeluarkan bahu belakang secara
manual/ Manuver Jacquemier)
f. Episiotomi
g. Roll over onto all fours (knee-chest position/ Manuver Gaskin)
2. Hindari empat P
a. Panic (Panik)
b. Pulling (Menarik)
c. Pushing (Mendorong)
d. Pivot
Jika cara tersebut sudah dilakukan dan distosia bahu tetap belum teratasi
maka dapat dilakukan:
1. Manuver Zavanelli
2. Kleidotomi
3. Simfisiotomi
11
sesar
cenderung
berlebihan.Juga
menjadi
jelas
bahwa
12
BAB III
ANALISA KASUS
Identitas Pasien :
Nama
: Ny. S
Umur
: 35 tahun
Agama
: Islam
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
: SMA
Tanggal masuk RS
: 141.46.16
Anamnesis
Keluhan Utama
Mulas mulas sejak 12 jam sebelum masuk Rumah Sakit
Riwayat Kehamilan Sekarang
Pasien G2P1A0 mengaku hamil 9 bulan, HPHT pasien lupa. Pasien melakukan
ANC 1 kali dibidan, USG (+) dikatakan bayi tunggal dan kepala. Pasien
mengeluhmulas - mulas sejak 12 jam masuk rumah sakit dan bertambah sering,
Pasien kemudian datang ke bidan.Keluar air-air sejak 9 jam masuk rumah sakit,
keluar lendir darah sejak 1 hari masuk rumah sakit. Gerak janin aktif (+). Pasien
menyangkal adanya pusing, mual muntah, demam, nyeri ulu hati maupun pandangan
kabur. Riwayat keputihan (-). Riwayat gigi berlubang (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi, DM, penyakit paru, penyakit jantung, alergi obat dan makanan disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
13
Hipertensi, DM, penyakit paru, penyakit jantung, alergi obat dan makanan disangkal
Riwayat Menstruasi
Menarche usia 13 tahun, siklus teratur tiap bulan, lama menstruasi 7 hari, ganti
pembalut 2-3x/hari, nyeri haid (-).
Riwayat Pernikahan
Menikah 1x lamanya pernikahan 13 tahun.
Riwayat Obstetri
G2P1A0 :
1. Perempuan, 12 thn, 3600 gram, lahir spontan di bidan
2.Hamil saat ini.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
Tanda vital
Mata
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas
Status Obstetrik
Inspeksi :
Membuncit, arah memanjang.
Palpasi:
LI
: TFU 37 cm, TBJ 3720 gram, teraba 1(satu) bagian besar janin, tidak keras,
tidak melenting, yang merupakan bokong janin
LII :
Kiri : teraba bagian- bagian kecil janin; Kanan : teraba 1(satu) bagian keras
seperti papan yang merupkan punggung janin
14
LIII : Teraba 1(satu) bagian besar, bulat, keras, melenting, yang merupakan
kepala janin
LIV : Kepala janin sudah masuk PAP
Auskultasi :
DJJ 148 dpm, teratur, kwalitas kuat
Kesan : TFU 30 cm, letak janin memanjang, punggung berada di sisi kanan,
bagian terbawah kepala, sudah memasuki pintu atas panggul, TBJ
3.720 gr, gerak janin (+), DJJ 148 dpm
Inpeksi : vulva - uretra tenang
Io
Hemostasis
Kimia Klinik : GDS 90 gr/dL; Albumin 3.7g/dL; SGOT/SGPT 24/30 U/L; Ur/Cr
10/0.6 mg/dl.
Urin
Warna Kuning jernih; BJ 1025; PH 6,0; Protein positif (-) 75 mg/dl; Glukosa
(-); Keton (-); Bilirubin (-); Sel epitel (+); Leukosit 2-4/LPB; Eritrosit 810/LPB; Bakteri (-).
B. CTG
15
Frekuensi dasar 140 dpm; variabilitas 5-20 dpm; akselerasi (+); deselerasi (-);
Gerak janin (+); His 4x/10/40
Kesan: Reasuring
Diagnosis
Distosia PK II pada G2P1 Hamil aterm, Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala
Penatalaksanaan
Rencana Diagnostik
-
Rencana Terapi
-
BAB IV
PEMBAHASAN
16
Banyak faktor resiko distosia bahu yang sudah ditemukan (tabel3.1), distosia
bahu merupakan suatu kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak dapat dicegah
sebelumnya sebab belum ada metode yang akurat untuk menentukan kondisi bayi
seperti apa yang akan mengalami distosia bahu (Rekomendasi Grade B). Teori
makrosomia sering dihubungkan dengan kejadian distosia bahu dimana keadaan janin
lebih besar dari ukuran normal sesuai umur kehamilan (lebih besar 90 persen dari
ukuran bayi normal sesuai umur kehamilan) atau berat badan bayi yang lebih dari
batas tertentu, biasanya 4000 gram atau 4500 gram. Suatu studi terbaru menyatakan
bahwa makrosomia (berat badan janin lebih dari 3500) merupakan satu-satunya
faktor predisposisi yangreliable jika dibandingkan dengan diabetes dan anatomi jalan
lahir. Secara keseluruhan, kejadian distosia bahu berdasarkan berat janin terjadi
sebanyak 0,6 sampai 1,4 persen dari kelahiran dimana berat badan bayi 2500 gram
hingga 4000 gram, naik menjadi 5 sampai 9 persen pada kelahiran bayi seberat 4000
gram hingga 4500 gram pada ibu tanpa riwayat diabetes. Semetara itu, ada sebagian
peneliti mengajukan serangkaian pemeriksaan Ultra Sound untuk memprediksi
makrosomia dan sebagai peringatan dini terjadinya distosia bahu (lingkar perut >
350mm, Newborn Shoulder width dan perkiraan berat 3D U-S), berdasarkan pada
level A Evidence ACOG tidak tepat mendiagnosis janin makrosomia namun ACOG
mendukung penggunaan kisaran berat 4500 gram sebagai indikator makrosomia
sebab, pada berat badan janin 4500 aka terjadi peningkatan yang tajam akan resiko
persalinan, baik kepada bayi maupun terhadap ibu. Penggunaan ultra sound 3D
sebagai prediksi terjadinya makrosomia dibatasi oleh kekurang akuratan hasil USG
3D pada berat janin besar, lebih jauh lagi pada trimester terakhir, akurasi USG 3D
hanya mencapai 60% untuk makrosomia (berat badan janin lebih dari 4,5Kg).
Distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi yang lahir dari ibu dengan
riwayat diabetes. Diabetes melitus menaikan resiko terjadinya distosia bahu sebesar 6
kali dari populasi normal dan adanya riwayat diabetes pada ibu akan menaikan resiko
terjadinya distosia bahu. McFarland dan rekannya melaporkan bayi makrosomia yang
17
lahir dari ibu dengan riwayat diabetes memiliki karakteristik seperti bahu yang lebih
lebar, peningkatan lingkar yang ekstrim, penurunan rasio kepala-bahu, berat badan
yang tinggi dan pemanjangan ekstrimitas atas jika dibandingkan bayi dari ibu tanpa
riwayat diabetes dengan umur kehamilan yang sama dan berat badan lahir yang sama.
Apapun hal yang mengakibatkan meningkatnya risiko terjadinya distosia bahu,
penanganan diabetes yang intensif akan menurunkan risiko terjadinya makrosomia
dan distosia bahu.
Obesitas pada wanita juga dihubungkan dengan makrosomia dan wanita
dengan
obesitas
merupakan
salah
satu
faktor
resiko
terjadinya
distosia
18
Faktor Intrapartum
Kala 1 Lama
Kala 2 Lama
Persalinan dengan alat (forcep atau vacuum)
Penggunaan oksitosin
Tindakan fundal pressure
Anestesi epidural
19
20
Janin
Brachial Plexus Palsy
Fetal Death
Hipoksia janin, dengan atau tanpa
Pencegahan Antepartum
Distosia bahu merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak dapat
dicegah (Evidence Level III, RCOG). Pada pasien dengan riwayat distosia bahu harus
diperkirakan berat badan janin, usia, kehamilan, intoksikasi glukosa ibu dan tingkat
keparahan cedera neonatal pada persalinan sebelumnya harus dievaluasi lebih lanjut
dan resiko serta manfaat dari sectio cesaria (rekomendasi level C, ACOG).
Studi tentang induksi kehamilan (IOL) dibagi menjadi tiga kategori: IOL
untuk pasien makrosomia nondiabetes, IOL untuk makrosomia pada pasien diabetes,
dan IOL untuk pencegahan makrosomia pada penderita diabetes.
Tidak ada bukti yang mendukung induksi persalinan pada wanita tanpa
diabetes pada keadaan dimana janin dianggap makrosomia (Rekomendasi Grade A,
RCOG).RCOG juga menegaskan bahwa operasi cesar elektif tidak dianjurkan jika
bertujuan untuk mengurangi angka kecacatan kelahiran pada kehamilan yang diduga
makrosomia pada ibu tanpa riwayat diabetes. Sebuah studi yang dilakukan
berdasarkan decision analysis model memperkirakan sekitar 2.345 sectio caesaria
akan menghabiskan biaya 4.9juta dollar hanya untuk mencegah BPI non-permanen
akibat distosia bahu jika semua janin yang diperkirakan berberat 4000 gram atau
lebih dilahirkan per-abdominam. Walaupun diagnosa bayi makrosomia tidak tepat,
pertimbangan untuk dilakukan sectio caesarea diperbolehkan untuk mencegah
distosia bahu pada suspect janin makrosomia dengan estimasi berat janin 5000 gram
atau lebih pada wanita hamil tanpa riwayat diabetes atau pada estimasi berat janin
4500 gram pada ibu hamil dengan riwayat diabetes (Rekomendasi Level C, ACOG).
21
Induksi persalinan tidak meningkatkan hasil akhir persalinan pada ibu tanpa
riwayat diabetes sebagai indikasi tunggal dari suspect makrosemia dan tidak efektif
dalam mengurangi angka kejadian distosia bahu dan mempercepat durante sectio
cesarea.
Rekomendasi Level B, ACOG mengatakan nduksi persalinan elektif atau
sectio cesaria elektif tidak sesuai pada semua wanita yang dicurigai mempunyai bayi
makrosemia. Hal ini disebabkan akibat ketidaksesuaian antara hasil ultra sound
sebagai prediktor dari makrosomia. Herbst & Co dalam studi analisis efektivitas dana
pada management janin dengan estimasi berat 4500 gram menganjurkan pemantauan
kehamilan yang baik sebagai penanganan paling murah bagi ibu hamil tanpa riwayat
diabetes. Pada ibu dengan riwayat diabetes, kontrol kadar glukosa yang adekuat harus
dilakukan dan dijaga agar kadar glukosa ibu hamil dan sesudah melahirkan tidak
mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan kadar glukosa
sebelum kehamilan untuk mengurangi resiko abortus spontan, malformasi janin,
makrosomia, kematian intrauterine dan kecacatan pada bayi (Rekomendasi Level B,
ACOG). Abortus mungkin menjadi pertanda adanya vaskulopati, nefropati, kadar
glukosa yang tidak terkontrol atau stillbirth pada sebagian pasien. Berbanding
terbalik dengan ibu dengan kadar glukosa tidak terkontrol, ibu dengan kadar glukosa
terkontrol dapat mempertahankan kehamilan hingga saat umur kehamilan yang cukup
(aterm) selama Ante Natal Care yang baik dilakukan. Bagaimanapun, persalinan
sebelum kehamian aterm tidak direkomendasikan dan sectio cesaria bisa menjadi
langkah yang tepat untuk menghindari cedera pada bayi dimana perkiraan berat janin
lebih dari 4500 gram pada wanita dengan riwayat diabetes (Rekomendasi Level B).
Penanganan Intrapartum
Penanganan distosia bahu yang tepat membutuhkan pengenalan dini yang
tepat.Penggunaan kekuatan yang berlebihan tidak boleh dilakukan pada kepala janin
atau leher serta penekanan pada fundus harus dihindari sebab tindakan ini tidak
memiliki manfaat dalam membebaskan impaksi, bahkan memiliki risiko untuk
mencederai ibu dan janin.
22
Kesulitan yang mungkin terjadi pada persalinan terutama kepala dan dagu.
Kepala terjepit diantara vulva atau mungkin terjadinya re-traksi (turtle sign)
Kegagalan dalam pengeluaran kepala bayi
Kegagalan menarik bahu ke bawah pada kala II
Jika hal tersebut terjadi, hal utama yang harus diperhatikan adalah
23
memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang sulitnya persalinan
dan resiko yang mungkin terjadi.Kandung kemih pasien harus dikosongkan dan ruang
persalinan harus cukup luas sebagai tempat jika dibutuhkan personil dan peralatan
tambahan.Beberapa tenaga medis dipersiapkan sebagai tenaga bantuan jika terjadi
distosia bahu.Studi Cochrane menunjukan bahwa tidak ada temuan yang jelas untuk
mendukung penggunaan profilaksis untuk mencegah terjadinya distosia bahu (karena
tidak tebukti dapat mengubah keadaan panggul ibu atau memberikan tekanan
eksternal ke panggul ibu sebelum kelahiran dapat membantu bahu bayi dapat
melewati jalan lahir).Selain itu, jika dibandingkan penggunaan manuver McRoberts
pada posisi litotomi dengan tempat tidur broken down sehingga bokong ibu dapat
menempel pada tempat tidur sebelum didiagosis distosia bahu untuk mengurangi
traksi kepala janin pada persalinan normal untuk wanita multipara. Oleh karena itu
penggunaan tempat tidur break down tidak direkomendasikan untuk mencegah
distosia bahu (Evidence Level Ib, RCOG).
Pendekatan sestematis dalam penanganan distosia bahu seperti HELPERR
mnemonic bertujuan untuk memberikan hasil salah satu dari :
1. Meningkatkan fungsional dari tulang panggul secara merata dari lordosis lumbal
dan rotasi kepala pada simfisis (melalui manuver McRoberts)
2. Mengurangi diameter bisacromial (luasnya bahu) janin melalui penekanan
suprapubik (yaitu tekanan intrernal pada bagian posterior bahu)
3. Mengubah hubungan diameter bisacromial dalam tulang panggul melalui rotasi
manuver internal.
Penilaian klinis harus selalu memantau kemajuan dari prosedur yang
digunakan.Dalam semua kasus, penekanan pada fundus tidak boleh digunakan dalam
penanganan distosia bahu sebab dapat memperburuk impaksi yang terjadi dengan
resiko kecacatan pada bayi dan ibu. (Rekomendasi Grade C, RCOG)
H
24
: masalah utama pada distosia bahu adalah impaksi tulang jadi episiotomi
tidak dapat mejadi solusi tunggal pada distosia bahu. Untuk menunjang
keberhasilan manuver McRoberts dan penekanan suprapubik dalam
menanggulangi distosia bahu, Managing Obstetric Emergencies and Trauma
(MOET) Group menyarankan pendekatan selektif, episiotomi dilakukan
hanya untuk mempermudah melahirkan lengan bagian posterior atau putaran
dalam bahu. Episiotomi tidak harus dilakukan pada semua kasus distosia
bahu. (Recommendation Grade B, RCOG)
25
terhadap abdomen sebab hal ini sering dikaitkan dengan meningkatnya traksi
yang berakibat pada meningkatnya resiko BPI.
P
menaikan
angka
kesuksesan
penanganan
distosia
bahu
namun
jika
persalinan
masih
tidak
dapat
dilakukan,
26
27
Level III, RCOG), genggaman dan tarikan langsung pada lengan bayi dan
memberikan tekanan langsung pada pertengahan batang tulang humerus dapat
menyebabkan fraktur humeri namun dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
kecacatan dalam waktu lama.
R
28
dalam persalinan
waktu kelahiran badan bayi
staf yang datang saat persalinan dan waktu staf tiba di tempat persalinan
kondisi bayi sesaat sesudah lahir (APGAR skor)
pengukuran kadar asam basa tali pusat
29
BAB V
KESIMPULAN
1.
2.
3.
Faktor risiko distosia bahu dapat terjadi pada saat antepartum maupun
intrapartum.
4.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
of
Obstetricians
and
Gynaecologists.
2005.
Shoulder
32