Anda di halaman 1dari 49

SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

FK Udayana/RSUP Sanglah
2015

Penyakit kronis

M. leprae

Pertama menyerang saraf tepi,


selanjutnya dapat menyerang kulit,
mukosa mulut, saluran napas bagian
atas, sistem retikuloendotelial, mata,
otot, tulang, dan testis, kecuali susunan
saraf pusat.

Sinonim : Kusta, Lepra

Mycobacterium
Gram

leprae basil tahan asam

positif
Intraseluler obligat: afinitas makrofag
dan sel Schwann
Tahan asam & alkohol
Suhu optimum: 32-350 C
Ukuran: 3-8 m X 0,5 m
Tidak dapat dikultur
Masa inkubasi: 6 bulan sampai 40
tahun/lebih
Masa inkubasi rata-rata: 4 tahun
(tuberkuloid), 10 tahun (lepromatosa)

Terutama

terdapat di Asia, Afrika, Amerika

Latin, daerah tropis dan subtropis, serta


masyarakat sosial ekonomi rendah
Dapat

menyerang semua umur, anak-anak

lebih rentan daripada orang dewasa,


frekuensi tertinggi umur 25-35 tahun

Cara penularan belum pasti, diduga kontak


langsung antar kulit yang lama dan erat,
dan secara inhalasi

Insiden meningkat pada:


Sosial ekonomi rendah
Sanitasi & nutrisi buruk

Prevalensi dunia : 1,4 kasus/10.000


Asia : 62%
Afrika : 34%
Amerika selatan 3%

Prevalensi Indonesia: 22.359 (2008)

Tahun 2007 250,000 kasus baru (90%


pada 8 negara berikut: India, Brazil,
Indonesia, Congo, Bangladesh, Nigeria,
Nepal, and Ethiopia)

Perkembangan

penyakit kusta

bergantung pd kerentanan seseorang


Respon

tubuh tergantung pd sistem

imunitas selular (cellular mediated


immune)
CMI

tinggi tuberkuloid

CMI

rendah lepromatosa

M. Leprae merupakan parasit obligat intraseluler


yg terutama tdpt pd sel makrofag disekitar
pembuluh darah superfisial pd dermis atau sel
Schwann di jaringan saraf.
M. leprae masuk ke dlm tubuh tubuh bereaksi
mengeluarkan makrofag yg berasal dari sel
monosit darah, sel mononuklear dan histiosit
untuk memfagositosisnya. Kemampuan unt
memfagositosis tergantung pd sistem imunitas
tubuh

Sel Schwann merupakan sel target unt


pertumbuhan M. leprae.

Gangguan imunitas tubuh didalam sel


Schwann kuman bermigrasi dan
beraktivasi
aktivitas regenerasi saraf berkurang
tjd
kerusakan saraf yg progressiv.

TT : Tuberkuoid polar
Ti : Tuberkuloid
indefinite
BT : Borderline
tuberculoid
BB : Mid Borderline
BL : Borderline
lepromatous
Li : Lepromatosa
indefinite
LL : Lepromatosa polar

Menurut Ridley dan Jopling (1966)


a. Tuberkuloid tuberkuloid (TT)
b. Borderline tuberkuloid ( BT)
c. Borderline borderline (BB)
d. Borderline lepromatosa (BL)
e. Lepromatosa lepra (LL)

WHO
Pausi Basiler (PB)

TT
BT dengan BTA (-)

BT dengan BTA (+)


BB
BL
LL

Multi Basiler (MB)

Gejala

klinis pada MH memiliki spektrum


yang sangat luas
Kulit: Lesi awal : bercak hipopigmentasi
soliter + anestesi
ringanberkembang sesuai tipe MH
Saraf tepi:
Terjadi akibat reaksi inflamasi / infiltrasi M leprae

dalam jumlah besar


GK : dysthesia(suhusentuhan halussentuhan
dalam),pembesaran saraf,kelemahan otot,atrofi
otot

Makula
hipopigmentasi, batas
tegas
Rasa raba
normal/sedikit
terganggu
Keringat,
pertumbuhan rambut
normal
Lokasi: wajah,
punggung, ekstensor
lengan

Plaque erythema(scaling),

batas tegas,central
clearing
(saucer like)
Lesi soliter,
asimetris,hypesthesia,
anhidrotik
Imunitas baik
sembuh spontan
BTA: hampir selalu negatif
Tes Lepromin: positif kuat

Plaque & papul batas tegas,


scaling (-),erythema minimal,
tdk terlalu meninggi,
+/- lesi satelit
Soliter/multiple asimetris
Hypestesia
BTA:(-)/+1
Tes Lepromin : positif lemah

Plaque anular, batas tegas


pd interior, tdk tegas pd
exterior,
ada lesi satelit
Bentuk plg tdk stabil
Beberapa(dpt dihitung) dan
asimetris
Saraf bs membesar&nyeri ,
hypestesia sedang
BTA : agak banyak (kulit)
Tes lepromin: biasanya negatif

Imunitas

tdk mampu
menahan proliferasi
tp destruksi jaringan
masih terjadi
Lesi banyak, simetris,
berupa makula,papul,
plaque
Hypesthesia minimal
saraf membesar dan
nyeri (simetris)
BTA : banyak
Tes lepromin : (-)

Lesi multipel, difus, simetris


berupa makula berukuran
kecil dan berbatas tdk tegas,
infiltrat
Hiphestesia (-), keringat (+),
penebalan saraf (-)
Kerontokan pada alis (mulai
1/3 luar), bulu
mata(madarosis), infiltrasi
difuse pd wajah, saddle
nosefacies leonina
BTA: banyak (hidung dan kulit)
Tes Lepromin (-)

PB

MB

Lesi kulit
(makula datar,
papul yang
meninggi,
nodus)

1-5 lesi
> 5 lesi
Hipopigment Distribusi
asi/eritema
lebih simetris
Distribusi tdk Hilangnya
simetris
sensasi
Hilangnya
kurang jelas
sensasi jelas

Kerusakan
Saraf
(menyebabkan
hilangnya
sensasi/kelema
han otot yang
dipersarafi oleh
saraf yang

Hanya satu
cabang saraf

Banyak
cabang saraf

MATA
Erosi kornea
Keratitis
Miliary lepromata (iris
pearl)
Granulomatous iritis
Acute diffuse
iridocyclitis
Lagophtalmos

MUKOSA
Mukosa hidung (tersering)
Cronic nasal congestion
Infiltrasi dan nodule
Perforasi septum nasalsaddle nose

deformities
Vocal

cord serak

Gambaran Klinis
Bakterioskopis
Histopatologis dan Serologis

Anamnesis: keluhan pasien, riwayat kontak dengan


penderita, latar belakang keluarga

Inspeksi: perhatikan semua kelainan kulit di seluruh


tubuh (makula, nodul, jaringan parut, kulit keriput,
penebalan kulit, kehilangan rambut)

Pemeriksaan sensibilitas pada lesi kulit

Pemeriksaan saraf tepi dan fungsinya (n.


Auricularis magnus, n. ulnaris, n. radialis, n.
medianus, n. peroneus, dan n. tibialis posterior)

4 tanda Kardinal kusta :


1. Anestesia
2. Penebalan Saraf
3. Lesi Kulit
4. BTA (+) pada Slit Skin Smear

DIAGNOSIS 2 dari 3 kardinal, atau


no.4 saja.

BTA
TES SENSIBILITAS
TES GUNAWAN
TES LEPROMIN
PA (HISTOPATHOLOGY)

Pengecatan Ziehl-Neelsen
Spesimen diambil dari 4-6

tempat

2 cuping telinga (wajib)


2-4: pada lesi paling erithema dan

infiltratif

tabung reaksi (air panas dan air


dingin)

Kapas
Jarum

Fungsi

kelenjar keringat

Menggunakan

reagen lepromin

U/

mengetahui status imunologis


(CMI)

Interpretasi:
24-48 jamReaksi Fernandez
4 Minggu Reaksi Mitsuda

Pada

tipe tuberculoid:

Sel epitheloid yang tidak bervakuola dan tdk

mengandung lipid yang meluas ke epidermis


tanpa Grenz zone
M leprae (-) atau sedikit
Pada

tipe lepromatosa:

Infiltrat terbatas pada dermis dan selalu

dipisahkan dengan epidermis oleh Grenz zone


yang tegas
Terdapat histiosit yang mengandung banyak
lemak dan M. leprae (sel lepra/sel foam/sel
virchow)

U/ multibasiler
- Rifampisin 600 mg/bln
- Lamprene (clofazimin) 300 mg/bln, 50
mg/hr
- Dapsone 100 mg/hr
Lama pengobatan 12-18 bulan

U/ pausibasiler dengan lesi


tunggal
- Rifampisin 600 mg
- Ofloksasin 400 mg
- Minosiklin 100 mg
dosis tunggal

U/

pausibasiler dengan 2-5 lesi


kulit

Rifampisin 600 mg/bln


Dapsone 100 mg/hr
Lama pengobatan min 6-9 bulan
-

IMMUNOLOGICAL
COMPLICATION
(LEPROSY REACTION)

KOMPLIKASI

PHYSICAL
COMPLICATION
(LEPROSY DISABILITY)

adalah

interupsi dengan episode akut


pada
perjalanan penyakit kusta yang
sebenarnya sangat kronik
sebagai akibat dari perubahan
mendadak sistem kekebalan tubuh
(komplikasi imunologis)
aktivasi atau timbul efloresensi baru di
kulit.

TYPE I REACTION

-R.REVERSAL

LEPROSY
REACTION
TYPE II REACTION
-ERYTHEMA NODOSUM

LEPROSUM (ENL)

Reaksi

hipersensitivitas tipe lambat


( type IV)
Pasien tipe borderline karena
meningkatnya kekebalan selular secara
cepat
Terjadi akibat perubahan keseimbangan
antara imunitas dan basil

Gejala klinis yang paling umum adalah


tanda radang pada lesi:
1.

2.

o
o

Reaksi ringan
Kulit : lesi membengkak, merah, sakit, panas, tidak
nyeri/nyeri
Saraf : tidak nyeri/nyeri, gangguan fungsi
Reaksi berat
Kulit : lesi membengkak, panas, nyeri, ulcerasi,
oedem ekstermitas, g/ konstitusi ringan (demam,
malaise)
Saraf : nyeri, gangguan fungsi
Lesi lesi lepra (makula) menjadi lebih banyak dan lebih aktif
secara mendadak.
Mata tidak terlibat pada reaksi tipe I

Reaksi tipe I bengkak dan


kemerahan pada lesi

- Pada pasien tipe MB

- Respons imun humoral


- Fenomena kompleks imun akibat reaksi antara M.leprae

antibodi (IgM,IgG) + komplemen kompleks imun


- Reaksi kompleks imun mengendap di kulit berbentuk nodul
(ENL), mata (iridosiklitis), sendi (artritis), saraf (neuritis)
- Biasa pd pasien yang sudah mengkonsumsi MDT untuk waktu
yang lebih lama

Kulit:

Menyeluruh, nodul-nodul erythematous,


Sering terdapat pada lengan dan tungkai, dapat
pula pada tubuh, nyeri bila ditekan. Bila nodus
pecah menimbulkan ulkus

Disertai
Gejala

gejala konstitusi dan K.U. lemah

pada organ lain:


Mata: iridosiklitis
Saraf perifer: neuritis akut
KGB: limfadenitis
Sendi: arthritis
Testis: orkitis
Ginjal: nefritis akut proteinuri

REAKSI

KUSTA TIPE I (R.REVERSAL)

Istirahat di tempat tidur, anggota gerak yang

terkena dilakukan immobilisasi


Obat anti kusta diteruskan
Prednison (metil prednisolon yg setara) hrs
diberikan bila terdapat neuritis akut, dgn dosis
30mg/hari

REAKSI

KUSTA TIPE II

Istirahat di tempat tidur


Obat anti kusta (MDT) diteruskan
Pada yg ringan diberikan asam mefenamat 3X500mg/hari
Pada yg berat diberikan prednison 30mg/hari (metil
prednisolon yg setara)
misalnya: 40mg -2 hari
30mg/hari 2 minggu
20mg/hari 2 minggu
15mg/hari 1 minggu
10mg/hari 1 minggu
Thalidomide (4x100mg/hari)
5mg/hari 1 minggu,kemudian dihentikan

Cacat Primer
Diagnosis Dini
Pengobatan secara teratur dan adekuat
Diagnosis dini dan penatalaksanaan neuritis
Diagnosis dini dan penatalaksanaan reaksi
Cacat Sekunder
Perawatan diri sendiri untuk mencegah luka
Latihan fisioterapi
Bedah rekonstruksi
Bedah septik
Perawatan mata, tangan dan kaki yg anestesi dan

lumpuh

Anda mungkin juga menyukai