Anestesi 1
Anestesi 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
REFERAT
INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA
: Jeffrie Irtan
1
NIM
: 030.10.140
UNIVERSITAS
: Trisakti
JUDUL REFERAT
BAGIAN
PEMBIMBING
November 2014
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada TUHAN yang Maha Esa karena atas berkat rahmatNya sehingga penulis dapat menyusun referat ini dengan baik dan benar serta tepat waktunya. Di
dalam referat ini, penulis akan membahas mengenai Intensive Care Unit (ICU).
Referat ini telah dibuat dengan pencarian melalui buku-buku rujukan dan juga
penulusuran situs medical serta telah mendapatkan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu dalam menyelesaikan tantangan dan hambatan selama proses mengerjakan referat ini.
Oleh kerana itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada referat ini.Oleh
karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat
membangun nilai kerja penulis ini.Kritikan yang berunsur konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan referat ini selanjutnya. Semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan apabila ada kata-kata yang kurang berkenan penulis
memohon maaf sebesar-besarnya.
Akhir kata semoga referat ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
BAB II.PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI ICU
2.2 SEJARAH ICU
2.3 LEVEL ICU
2.4 FUNGSI ICU
2.5 TUJUAN ICU
2.6 ETIK DI ICU
2.7 PROSEDUR MASUK ICU
2.8 INDIKASI MASUK ICU
2.9 ALUR MASUK PASIEN DI ICU
2.10 KONTRA INDIKASI MASUK ICU
2.11 KRITERIA KELUAR DARI ICU
2.12 PELAKSANAAN TERHADAP PASIEN ICU
2.13 TUJUAN AKHIR PENGOBATAN ICU
2.14 REAKSI PASIEN DAN KELUARGA PASIEN ICU
2.15 PENGOLOLAAN PASIEN ICU
2.16 PENGKAJIAN ULANG KINERJA
2.17 SARANA DAN PRASARANA
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Dari waktu ke waktu keberadaan institusi rumah sakit semakin dituntut untuk
memberikan pelayanan prima dalam bidang kesehatan kepada masyarakat. Kebutuhan ini
sejalan dengan dua hal penting, yaitu semakin ketatnya kompetisi sector rumah sakit dan
seiring dengan peningkatan kesadaran serta tuntutan pasien terhadap kualitas pelayanan
rumah sakit.1
Salah satu pelayanan yang sentral di rumah sakit adalah pelayanan Intensive Care Unit
(ICU). Saat ini pelayanan di ICU tidak terbatas hanya untuk menangani pasien pasca-bedah
saja tetapi juga meliputi berbagai jenis pasien dewasa, anak, yang mengalami lebih dari satu
disfungsi/gagal organ. Kelompok pasien ini dapat berasal dari Unit Gawat Darurat, Kamar
Operasi, Ruang Perawatan, ataupun kiriman dari Rumah Sakit lain. Ilmu yang diaplikasikan
dalam pelayanan ICU, pada dekade terakhir ini telah berkembang sedemikian rupa sehingga
telah menjadi cabang ilmu kedokteran tersendiri yaitu Intensive Care Medicine. Meskipun
pada umumnya ICU hanya terdiri dari beberapa tempat tidur, tetapi sumber daya tenaga
(dokter dan perawat terlatih) yang dibutuhkan sangat spesifik dan jumlahnya pada saat ini di
Indonesia sangat terbatas.1
Critical Care Medicine menjadi bagian yang penting dalam sistem kesehatan yang
modern. Intensive care mempunyai 2 fungsi utama, yaitu yang pertama untuk melakukan
perawatan pada pasien-pasien gawat darurat dengan potensi reversible life thretening organ
dysfunction, yang kedua adalah untuk mendukung organ vital pada pasien-pasien yang akan
menjalani operasi yang kompleks elektif atau prosedur intervensi dan risiko tinggi untuk
fungsi vital.1,2
Critical care medicine adalah multidisiplin ilmu. Ilmu-ilmu yang berkompetensi
termasuk bedah, interna, anestesi, neurologi, dan neurosurgery termasuk subspesialis.
Peranan perawat juga penting, perawat ICU harus diberikan pelatihan khusus. Di Amerika
Utara, profesi seperti terapis respirasi memberikan evolusi terhadap critical care. Profesional
ini mempunyai kemampuan manajemen ventilator, penggunaan obat-obatan inhalasi,
pengeluaran sekret respirasi. Spesialis lainnya termasuk farmasi, nutrisionis, pekerja sosial,
fisioterapis.1,2
5
Untuk dapat memberikan pelayanan prima dan manajemen yang efektif dan efisien, maka
ICU harus dikelola sesuai suatu standar yang bukan saja dapat digunakan secara nasional
tetapi juga dapat mengikuti perkembangan terakhir dari Intensive Care Medicine.
Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi
dan Reanimasi Indonesia (IDSAI) dan Perhimpunan Dokter Intensive Care Indonesia
(PERDICI) memandang perlu untuk meninjau ulang standar pelayanan ICU yang telah
dibuat pada tahun 1992 yang kemudian dicetak ulang tahun 1995. Tinjau ulang standar ini
disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta konsep ICU di masa datang.1,2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi ICU
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan staf
khusus dan perlengkapan yang khusus, yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi
pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam jiwa atau
potensial mengancam jiwa dengan prognosis dubia. ICU menyediakan kemampuan dan sarana,
prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan
keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaankeadaan tersebut 1,2,3
ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus
untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam jiwa oleh kegagalan / disfungsi satu organ
atau ganda akibat penyakit, bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya
(reversible). Dalam mengelola pasien ICU, diperlukan dokter ICU yang memahami teknologi
kedokteran, fisiologi, farmakologi dan kedokteran konvensional dengan kolaborasi erat bersama
perawat terdidik dan terlatih untuk critical care. Pasien yang semula dirawat karena masalah
bedah/trauma dapat berubah menjadi problem medik dan sebaliknya. Adalah unit perawatan
yang dikelola bertujuan untuk merawat pasien sakit berat dan kritis yang mengancam nyawa
dengan melibatkan tenaga terlatih serta didukung oleh kelengkapan peralatan khusus.1,2,3
Jadi ICU atau Intenssive Care
dilengkapai dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat pasien yang yang mengancam
nyawa seperti pasien dengan sakit berat dan kritis oleh karena kegagalan fungsi organ, bencana
atau komplikasi yang memiliki harapan hidup.1,2,3
Level ICU
1.
Level I / Primer
Pada Rumah Sakit di daerah yang kecil (di Rumah Sakit Daerah dengan tipe C dan D), ICU lebih
tepat disebut sebagai unit ketergantungan tinggi (High Dependency). Pelayanan ICU primer
8
mampu memberikan pengelolaan resusitatif segera untuk pasien sakit gawat, tunjangan kardiorespirasi jangka pendek, dan mempunyai peran penting dalam pemantauan dan pencegahan
penyulit pada pasien medik dan bedah yang berisiko. Dalam ICU dilakukan ventilasi mekanik
dan pemantauan kardiovaskuler sederhana selama beberapa jam. Di ICU level I ini dilakukan
observasi perawatan ketat dengan monitor EKG.2,3
Ciri ciri ICU level I :
Ruang tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang gawat darurat dan ruang
perawatan lainnya.
Memiliki kebijaksanaan / kriteria penderita yang masuk, keluar serta rujukan..
Memiliki seorang dokter spesialis anestesiologi sebagai kepala.
Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan resusitasi jantung paru
( A,B,C,D,E,F ).
Konsulen yang membantu harus selalu dapat dihubungi dan dipanggil setiap saat.
Memiliki jumlah perawat yang cukup dengan sebagian besar terlatih.
Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan lab. tertentu ( Hb, Ht, Elektrolit, Gula
darah dan Trombosit ) , Rontgen, kemudahan diagnostik dan fisioterapi.1
2.
Level II / Sekunder
ICU level II mampu melakukan ventilasi jangka lama, punya dokter residen yang selalu
siap di tempat dan mempunyai hubungan dengan fasilitas fisioterapi, patologi dan radiologi.
Bentuk fasilitas lengkap untuk menunjang kehidupan (misalnya dialisis), monitor invasif
(monitor tekanan intrakranial) dan pemeriksaan canggih (CT Scan) tidak perlu harus selalu ada.
Pelayanan ICU sekunder memberikan standar ICU umum yang tinggi, yang mendukung peran
rumah sakit yang lain yang telah digariskan, misalnya kedokteran umum, bedah, pengelolaan
trauma, bedah saraf, bedah vaskular dan lain-lainnya. ICU hendaknya mampu memberikan
tunjangan ventilasi mekanis lebih lama dan melakukan dukungan/bantuan hidup lain tetapi tidak
terlalu kompleks.2,3,4
Ciri ciri ICU level II :
Ruang tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan ruang
keperawatan lain
Memiliki konsultan yang dapat dihubungi dan datang setiap saat bila diperlukan
Memiliki seorang kepala ICU, seorang dokter konsultan Intensive Care atau bila tidak
tersedia, dokter spesialis anestesiologi yang bertanggungjawab secara keseluruhan dan
dokter jaga yang minimal mampu melakukan RJP (A, B, C, D, E, F).
Mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanik beberapa lama dan dalam batas
tertentu melakukan pemantauan intensif dan usaha-usaha penunjang hidup.
3.
ICU Level III biasanya pada Ruamh Sakit tipe A yang memiliki semua aspek yang dibutuhkan
ICU agar dapat memenuhi peran sebagai Rumah Sakit rujukan. Personil di ICU level III meliputi
intensivist dengan trainee,
sekertariat yang baik. Pemeriksaan canggih tersedia dengan dukungan spesialis dari semua
disiplin ilmu. Pelayanan ICU tersier merupakan rujukan tertinggi untuk ICU, memberikan
pelayanan yang tertinggi termasuk dukungan/bantuan hidup multi-sistem yang kompleks dalam
jangka waktu yang tak terbatas. ICU ini melakukan ventilasi mekanis, pelayanan
dukungan/bantuan renal ekstrakorporal dan pemantauan kardiovaskular invasif dalam jangka
waktu yang terbatas dan mempunyai dukungan pelayanan penunjang medik. Semua pasien yang
masuk ke dalam unit harus dirujuk untuk dikelola oleh spesialis intensive care.3,4,5
Ciri ciri ICU level III :
10
lainnya.
Memiliki perawat bersertifikat terlatih perawatan/terapi intensif atau minimal
2.4
Fungsi ICU
1
2
Menyelamatkan kehidupan
Mencegah terjadinya kondisi memburuk
12
penjelasan tentang perlunya masuk ICU dengan segala konsekuensinya dengan menandatangani
informed concern.5,6
2.8 Indikasi Masuk ICU
Pasien yang masuk ICU adalah pasien yang dalam keadaan terancam jiwanya sewaktu
waktu karena kegagalan atau disfungsi satu atau multple organ atau sistem dan masih ada
kemungkinan dapat disembuhkan kembali melalui perawatan, pemantauan dan pengobatan
intensif. Selain adanya indikasi medik tersebut, masih ada indikasi sosial yang memungkinkan
seorang pasien dengan kekritisan dapat dirawat di ICU. Beberapa contoh kondisi pasien yang
dapat dipakai sebagai indikasi masuk ke ICU antara lain :
Dalam menentukan tindakan kepada pasien harus memperhatikan tingkat prioritas pasien
sehingga penanganan yang diberikan sesuai dan tepat.1 Prioritas pasien antara lain :
a
Prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif seperti dukungan/bantuan ventilasi, infus obat-obat vasoaktif kontinu, dan lainlainnya. Contoh pasien kelompok ini antara lain pascabedah kardiotoraksik, atau pasien
shock septic. Mungkin ada baiknya beberapa institusi membuat kriteria spesifik untuk
masuk ICU, seperti derajat hipoksemia, hipotensi di bawah tekanan darah tertentu. Pasien
prioritas 1 (satu) umumnya tidak mempunyai batas ditinjau dari macam terapi yang
diterimanya5.
Prioritas 2
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU. Jenis pasien ini
berisiko sehingga memerlukan terapi intensif segera, karenanya pemantaun intensif
menggunakan metode seperti pulmonary arterial catheter sangat menolong. Contoh
jenis pasien ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung, paru, atau
ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major. Pasien prioritas 2
13
umumnya tidak terbatas macam terapi yang diterimanya mengingat kondisi mediknya
senantiasa berubah5.
c
Prioritas 3
Pasien jenis ini sakit kritis, dan tidak stabil di mana status kesehatan sebelumnya,
penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, baik masing-masing atau
kombinasinya, sangat mengurangi kemungkinan kesembuhan dan atau mendapat
manfaat dari terapi di ICU. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan
metastase disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, atau sumbatan jalan napas,
atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi penyakit
akut berat. Pasien-pasien prioritas 3 (tiga) mungkin mendapat terapi intensif untuk
mengatasi penyakit akut, tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi
atau resusitasi kardiopulmoner6.
Jenis pasien berikut umumnya tidak mempunyai kriteria yang sesuai untuk masuk
ICU, dan hanya dapat masuk dengan pertimbangan seperti pada keadaan luar biasa,
atas persetujuan kepala ICU. Pasien tersebut bila perlu harus dikeluarkan dari ICU agar
fasilitas yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3 (satu, dua,
tiga):
1
Pasien yang telah dipastikan mengalami brain death. Pasien-pasien seperti itu dapat
dimasukkan ke ICU bila mereka potensial donor organ, tetapi hanya untuk tujuan
3
4
survivalnya1.
Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
Pasien yang secara fisiologis stasbil yang secara statistik risikonya rendah untuk
memerlukan terapi ICU. Contoh pasien kelompok ini antara lain, pasien pascabedah
vaskuler yang stabil, pasien diabetic ketoacidosis tanpa komplikasi, keracunan obat
tetapi sadar, concussion, atau payah jantung kongestif ringan. Pasien-pasien semacam
ini lebih disukai dimasukkan ke suatu unit intermediet untuk terapi definitif dan atau
observasi6.
14
Poliklinik /
RS lain
Rawat Inap
IBS
UGD
2.10 Kontraindikasi
Masuk ICU
ICU
Yang mutlak tidak boleh masuk ICU adalah pasien dengan penyakit yang sangat menular,
misalnya gas gangren. Pada prinsipnya pasien yang masuk ICU tidak boleh ada yang mempunyai
riwayat penyakit menular6.
2.11 Kriteria Keluar Dari ICU
Adapun indikasi keluar ICU antara lain sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
penuh1.
Pasien tidak perlu lagi berada di ICU apabila :
1. Meninggal dunia1.
2. Tidak ada kegawatan yang menganca jiwa sehingga dirawat di ruang biasa atau dapat
pulang1.
3. Atas permintaan keluarga atau pasien. Untuk kasus seperti ini keluarga atau pasien harus
menandatangani surat keluar ICU atas permintaan sendiri1.
Berdasarkan Prioritasnya, indikasi pasien keluar antara lain :
Prioritas I : Pasien prioritas 1 (satu) dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi
intensif telah tidak ada lagi, atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka pendek jelek
dengan kemungkinan kesembuhan atau manfaat dari terapi intensif kontinu kecil. Contoh
15
hal terakhir adalah pasien dengan tiga atau lebih gagal sistem organ yang tidak berespons
2
3
Anamnesis
Seringkali pasien sebelum masuk ICU sudah mendapat tindakan pengobatan sebelum
diagnosis definitif ditegakkan.
Serah Terima Pasien
Untuk mengetahui riwayat tindakan pengobatan sebelumnya dan sebagai bentuk aspek legal.
Pemeriksaan Fisik
Meliputi pemeriksaan fisik secara umum, penilaian neurologis, sistem pernafasan,
kardiovaskuler, gastro intestinal, ginjal dan cairan, anggota gerak, haematologi dan posisi
pasien. Walaupun keadaan stabil, pasien tetap harus dilakukan pemeriksaan fisik :
a ABC
b Jalan nafas dan kepala
c Sistem pernafasan
d Sistem sirkulasi
e Sistem gastrointestinal
f Anggota gerak
g Monitoring rutin
h Intubasi dan Pengelolaan Trakhea
i Cairan : Dehidrasi
j Perdarahan Gastrointestinal
Stress ulcer dapat merupakan kompensasi dari penyakit akut.
k Nutrisi
Utamakan pemberian nutrisi enteral :
Usia Lanjut
Cadangan fisiologis terbatas
Peningkatan penyakit penyerta
17
5
6
18
3. Peralatan
Peralatan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas sangat membantu kelancaran
pelayanan. Ketentuan umum mengenai peralatan :
a. Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran dan fungsi ICU dan
harus sesuai dengan beban kerja ICU, disesuaikan dengan standar yang berlaku.
b. Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat.
c. Peralatan dasar meliputi:
-
Ventilasi mekanik.
Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas.
Alat hisap.
Peralatan akses vaskuler.
Peralatan monitor invasif dan non-invasif.
Defibrilator dan alat pacu jantung.
Alat pengatur suhu pasien.
19
20
konsentrasi
oksigen
yang
BAB III
PENUTUP
-
A Kesimpulan
- ICU atau Intenssive Care Unit adalah ruang rawat inap di Rumah
Sakit yang dilengkapai dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat
pasien yang yang mengancam nyawa seperti pasien dengan sakit berat dan
kritis oleh karena kegagalan fungsi organ, bencana atau komplikasi yang
memiliki harapan hidup. ICU memiliki beberapa level yaitu, Level I / Primer
pada Rumah Sakit di daerah yang kecil (di Rumah Sakit Daerah dengan tipe C
dan D), Level II / Sekunder ICU level II mampu melakukan ventilasi jangka
lama, punya dokter residen yang selalu siap di tempat dan mempunyai
hubungan dengan fasilitas fisioterapi, patologi dan radiologi, Level III /
Tertier ICU Level III biasanya pada Ruamh Sakit tipe A yang memiliki semua
aspek yang dibutuhkan ICU agar dapat memenuhi peran sebagai Rumah Sakit
rujukan.
Tujuan dari ICU yaitu Menyelamatkan kehidupan dan mencegah
terjadinya kondisi memburuk
DAFTAR PUSTAKA
Kress JP, Pohlman AS, O'Connor MF, Hall JB: Daily interruption of sedative
infusions in critically ill patients undergoing mechanical ventilation. N Engl J
5
6
Nomor
HK.02.04/I/1966/11
tentang
Petunjuk
Teknis