Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum pengertian tambang bawah tanah adalah suatu sistim penambangan mineral
atau batubara dimana seluruh aktivitas penambangan tidak berhubungan langsung dengan udara
terbuka.
Pertambangan batubara dengan system tambang bawah tanah memiliki risiko keamanan
yang lebih tinggi daripada batubara yang ditambang dengan sistem tambang terbuka, terutama
karena masalah yang terkait dengan ventilasi tambang dan potensi runtuhnya tambang serta
kebakaran dan ledakan tambang.
Ledakan tambang merupakan risiko keamanan yang sangat lazim di tambang bawah tanah.
Berbagai teknik telah dikembangkan untuk menghilangkan dan/atau mengencerkan emisi metana
baik sebelum dan selama pertambangan dan hal ini telah membantu mengurangi ledakan metana
secara signifikan terkait dengan tambang bawah tanah.
Tambang batubara modern memiliki prosedur keamanan yang ketat. Standar kesehatan dan
keselamatan pekerja serta pendidikan dan pelatihan telah membawa perbaikan yang signifikan
dalam tingkat keselamatan di tambang bawah tanah.
B. Maksut dan Tujuan
Adapun maksut dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metode Tambang Bawah Tanah dan khususnya sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa
Tenik Tambang semester 5 (lima).

BAB II
RUMUSAN MASALAH
Dalam metode penambangan bawah tanah di CV.BMK kami harus dapat menjelaskan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Alat-alat apa yang digunakan dalam penambangan bawah tanah


Metode penambangan bawah tanah CV.BMK
Rangkaian kegiatan penambangan harian beserta jumlah produksi harian
Alat-alat penunjang kegiatan penambangan
K3 yang terdapat pada penambangan bawah tanah
Tanaman revegetasi

BAB III
GEOLOGI LOKAL/REGIONAL

A.

Kondisi Geografis

Kota Sawahlunto terletak sekitar 100 Km sebelah timur Kota Padang dan dalam lingkup Propinsi
Sumatera Barat berlokasi pada bagian tengah propinsi ini. Secara astronomi letak Kota
Sawahlunto adalah 0034' - 0046' Lintang Selatan dan 1000 41' 1000 49' Bujur Timur.

B.

Kondisi Topografis

Secara topografi wilayah Kota Sawahlunto terletak pada daerah perbukitan dengan ketinggian
antara + 250 650 meter permukaan laut. Wilayah ini terbentang dari Utara ke Selatan, bagian
Timur dan Selatan mempunyai topografi yang relative curam (kemiringan lebih dari 40 %) yang
luasnya 28,52 % dari luas wilayah keseluruhan, sedangkan bagian Utara bergelombang dan
relative datar. Kemiringan dan keterjalan bentang alam ini telah menjadi kendala atau faktor
pembatas pengembangan wilayah Kota Sawahlunto.
Tabel 1.
Kondisi Kelerengan Lahan di Kota Sawahlunto

Sumber : BPN Kota Sawahlunto


Bentang alam yang landai terletak hampir di tengah daerah Kota Sawahlunto, tetapi umumnya
merupakan jalur-jalur sempit sehingga dirasa sulit untuk dikembangkan menjadi permukiman

perkotaan. Posisinya memanjang sepanjang Sesar Sawahlunto, memisahkan perbukitan terjal


yang terletak dikedua sisinya. Dataran yang relatif landai sehingga memungkinkan
berkembangnya permukiman perkotaan hanya dijumpai di Talawi dan Kota Sawahlunto sendiri.

Gambar. 01
Peta Kelerengan Kota Sawahlunto

Sumber : RTRW Kota Sawahlunto 2010-2030

C.

Kondisi Geohidrologis

Daerah Kota Sawahlunto dan sekitarnya dilalui oleh 5 (lima) buah sungai atau batang utama.
Sungai-sungai atau batang itu adalah :
a) Batang Ombilin
Sungai ini mengalir dari utara ke selatan dari Desa Talawi ke Desa Rantih Kecamatan Talawi.
Sungai Ombilin merupakan sungai terbesar di daerah Sawahlunto sebagai sumber air baku bagi
PDAM. Sungai ini berhulu di Danau Singkarak, Debit sungai ini di daerah Sikalang-Rantih lebih
dari 10 m3/detik.
b) Batang Malakutan
Sungai ini mengalir dari barat yang berhulu di Desa Siberambang, Kecamatan X Koto,
Kabupaten Solok ke timur melewati Desa Kolok Mudiak dan Desa Kolok Tuo di Kecamatan
Barangin yang akhirnya bertemu dengan Batang Ombilin.
c) Bantang Lunto
Sungai ini berhulu di Desa Lumindai, Kecamatan Barangin dan mengalir dari arah barat menuju
timur dan membelah Kota Sawahlunto, Kecamatan Lembah Segar & bermuara di Batang
Ombilin.
d) Batang Sumpahan
Sungai ini berhulu di Kelurahan Sapan (Kelurahan Durian II) di Kecamatan Barangin kemudian
bertemu dengan Batang Lunto dan akhirnya bermuara di Batang Ombilin
e) Batang Lasi
Sungai ini berhulu di IX Koto Sungai Lasi, Kabupaten Solok yang mengalir menyusuri jalan dari
Solok ke Sijunjung di Kecamatan Silungkang, Kecamatan Silungkang dan keluar di perbatasan
Kota Sawahlunto Sijunjung. Sungai ini kemudian bertemu juga dengan Batang Ombilin di
Sungai Kuantan atau Indragiri.
Keterdapatan air tanah di wilayah Kota Sawahlunto terbatas pada celahan batuan sedangkan
lapisan - lapisan batupasir penyusun Formasi Sawah Tambang dan Formasi Sawahlunto kurang
mengindikasikan sebagai lapisan pembawa air atau potensi air tanah kecil.
Gambar. 02

Peta Geohidrologi Kota Sawahlunto


Sumber : RTRW Kota Sawahlunto 2010-2030

D.

Kondisi Geologi

Wilayah Kota Sawahlunto terletak di cekungan pra-tersier Ombilin yang berbentuk belah ketupat
panjang dengan ujung bulat, selebar 22,50 Km dan Panjang 47,00 Km. Dalam cekungan ini
diperkirakan 2,00 Km, diisi oleh lapisan yang muda yang disebut dengan Formasi Brani, Formasi
Sangkarewang, Formasi Sawahlunto, Formasi Sawah Tambang dan Formasi Ombilin. Formasi
Ombilin merupakan lapisan paling muda menurut kategori zaman tersier atau berumur sekitar 2
juta tahun. Kota Sawahlunto terletak di atas Formasi Sawahlunto, batuan yang terbentuk pada
zaman yang diberi istilah kala (epoch) Eocen sekitar 40 60 juta tahun yang lalu
E.

Kondisi Klimatologi

Secara umum suhu rata-rata di Sumatera Barat tercatat antara 22 - 28 C dengan perbedaan
antara temperature siang dan malam antara 5- 7 C dan hal ini tidak jauh berbeda dengan
kondisi yang ada di Kota Sawahlunto berkisar antara 22 - 33 C. Untuk gambaran keadaan
curah hujan di Kota Sawahlunto, Peta Curah Hujan Indonesia memberikan gambaran bahwa
Kota Sawahlunto berada di dalam isohyat (garis curah hujan) antara 1.500 2.000 mm per tahun
dengan rata-rata curah hujan per tahunnya sebesar 1.716,37 mm dengan rata-rata hari hujan 130
hari.

Gambar. 03
Peta Solum Kota Sawahlunto

Sumber : RTRW Kota Sawahlunto 2010-2030

Gambar. 04
Peta Geologi Kota Sawahlunto

Sumber : RTRW Kota Sawahlunto 2010-2030

BAB IV

SISTEM PENAMBANGAN
A. Alat penambangan yang digunakan pada penambangan bawah tanah CV.BMK
a. Mesin mitshubishi PS 100 untuk mengangkat lori ke atas,pada mesin ini telah di
modifikasi bentuknya beserta fungsinya antara lain pedal gas untuk menarik lori ke
atas,handling berfungsi sebagai rem di ujungnya terdapat safety hoise untuk menahan
bak lori agar tidak jatuh dan perseneling di modifikasi menjadi maju dan mundur.
b. Bak lori berfungsi sebagai alat angkut batubara di dalam tambang bawah tanah,di
ujungnya terdapat safety agar ketika turun tidak lansung berbenturan ke dalam
tanah,kemudian ketika lori loading safety di ambil.
c. Sling berfungsi sebagai tali baja untuk menarik lori naik dan turun.
d. Operator yang mengoperasikan mesin PS 100.
B. Metode penambangan memakai room and pilar
Room and pillar method merupakan salah satu metode penambangan bawah tanah
(underground mine) yang memanfaatkan cadangan yang tidak diekstrasi sebagai
penyangga atau disebut sebagai pillar. Metode ini cocok digunakan pada lapisan
cadangan yang memiliki ketebalan lebih dalam. Untuk lapisan cadangan bahan galian
yang lebih tipis, metode longwall lebih cocok untuk diterapkan.

Pada metode room and pillar, ekstrasi cadangan akan efisien jika cadangan yang
dijadikan sebagai pilar
atau penyangga turut pula diekstrasi dengan cara penambangan mundur (retreat mine)
sehingga recovery cadangan lebih banyak lagi presentasinya dibandingkan jumlah
seluruh cadangan yang terdapat pada lokasi tersebut.

a. Penerapan Metode Penambangan Room and Pillar


Room and pillar method lebih tepat digunakan pada material bahan galian sedimen yang
cenderung tersebar dengan ketebalan merata dengan lapisan yang cenderung datar (flat)
dan dengan ketebalan tertentu. Contoh bahan galian yang relatif lebih cocok
menggunakan room and pillar method seperti gypsum, kapur, batubara, dan bahan-bahan
galian lainnya yang memungkinkan dan memenuhi syarat ditambang menggunakan room
and pillar method.
Cara penambangan ini diterapkan untuk endapan dengan kondisi sebagai berikut :
G Endapan cukup tebal 3-6 m.
G Joint / cleat tidak banyak, sehingga tidak mudah runtuh.

Tidak banyak disisipi tanah liat (clay bonds).

b. Persiapan Penambangan (Development)


Metode penambangan room and pillar diterapkan untuk endapan mendatar. Endapan
ditambang dengan memotong jaringan ruang ke dalam lapisan dan membiarkan pilar dari
endapan untuk menyangga atap tambang. Pilar-pilar tersebut terbentuk dari sekitar 40%
bahan galian yang dapat ditambang pada tahapan tambang selanjutnya. Ukuran pilar
diperhitungkan berdasarkan beban atap atau berat overburden di atas penggalian dan batuan

di sekitar penggalian.
c. Sistem Produksi Room and Pillar
Penambangan batubara tersebut dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu mechanical conventional method, dimana alat gali muat dan alat angkut bergerak dari satu tempat ke
tempat lain, seperti coal cutting machine, loading machine, dan shuttle car, serta continuous
mining method, dimana alat gali muat dan alat angkut tidak bergerak, menggunakan
continuous miner dan belt conveyor.

d. Keuntungan Metode Penambangan Room and Pillar


Adapun keuntungan dari metode Room and pillar, yaitu :

Produktivitas besar.

Biaya penambangan sedang (biaya relatif 30%).

Serbaguna untuk berbagai kondisi atap.

Operasi terkonsentrasi (meskipun banyak ruang kerja yang diperlukan untuk siklus alat).

Cocok untuk menggunakan peralatan mekanis secara menyeluruh, tidak banyak tenaga
kerja.

e. Kerugian Metode Penambangan Room and Pillar


Adapun kerugian dari metode room and pillar, antara lain:

Permintaan produksi yang meningkat tidak dapat langsung dipenuhi karena dibutuhkan
waktu yang lama untuk mempersiapkan blok tambahan untuk produksi.

Runtuhan dan subsiden (penurunan muka tanah) terjadi seiring dengan banyaknya pilar
yang diekstrasi.

Recovery sedikit (40-60%) tanpa mengekstrasi pilar, akan bagus (70-90%) dengan
ekstrasi pilar.

Tekanan tanah dan memerlukan alat yang banyak dalam setiap kedalaman.

Modal awal tinggi terutama berhubungan dengan alat mekanis.

Potensi bahaya pada kesehatan dan keamanan bawah tanah, khususnya tambang batubara.

1. Rangkaian kegiatan harian


a. Pengawas mengecek keamana lubang sebelum pekerja masuk lubang.
b. Pekerja dan operator mulai bekerja
c. Kapasitas lori ada yang 1,8 ton juga 1,5 ton
d. Hasil harian mencapai 80 ton untuk 2 lubang
e. Hasil tahunan dengan target 5000 ton
2. Alat penunjang penambangan
a. Genset dengan kapasitas 56 MW
b. Toa
c. Michropone
d. Kode etik (pesan)
e. Handy talky

3. K3 dalam penambangan
a. Flame proof
b. Safety hoise
c. Jalan evakuasi
d. Kantong penghisap CH4
e. Helem
f. Masker
g. Safety shoes
h. Gloves
i. Rompi
4. Tanaman revegetasi
a). Akasia

Akasia

adalah genus dari semak-semak dan pohon yang termasuk dalam

subfamili Mimosoideae dari familia Fabaceae, pertama kali diidentifikasi di


Afrika oleh ahli botani Swedia Carl Linnaeus tahun 1773. Banyak spesies Akasia
non-Australia yang cenderung berduri, sedangkan mayoritas Akasia Australia
tidak. Akasia adalah tumbuhan polong, dengan getah dan daunnya biasanya
mempunyai bantalan tannin dalam jumlah besar. Nama umum ini berasal dari
(akakia), nama yang diberikan oleh dokter-ahli botani Yunani awal
Pedanius Dioscorides (sekitar 40-90 Masehi) untuk pohon obat A. nilotica dalam
bukunya Materia Medica.Nama ini berasal dari kata bahasa Yunani karena
karakteristik tanaman Akasia yang berduri, (akis, "duri").Nama spesies
nilotica diberikan oleh Linnaeus dari jajaran pohon Akasia yang paling terkenal di
sepanjang sungai Nil.
Akasia juga dikenal sebagai pohon duri, dalam bahasa Inggris disebut
whistling thorns ("duri bersiul ") atau Wattles,atau yellow-fever acacia ("akasia
demam kuning") dan umbrella acacias ("akasia payung").
Sampai dengan tahun 2005, ada diperkirakan sekitar 1.300 spesies akasia di
seluruh dunia, sekitar 960 dari mereka adalah flora asli Australia, dengan sisanya
tersebar di daerah tropis ke daerah hangat dan beriklim sedang dari kedua belahan
bumi, termasuk Eropa, Afrika, Asia selatan, dan Amerika . Namun, genus ini
kemudian dibagi menjadi lima, dengan nama Acacia hanya digunakan untuk spesies
Australia, dan sebagian besar spesies di luar Australia dibagi menjadi Vachellia dan
Senegalia.

b). Mahoni
Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 3540 m dan
diameter mencapai 125 cm.Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir.Kulit
luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit
batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat
tua, beralur dan mengelupas setelah tua.Mahoni baru berbunga setelah berumur 7
tahun, mahkota bunganya silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada
mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan.Buahnya buah kotak, bulat telur,
berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat.Mahoni
dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat
dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung.Tanaman yang
asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat
dengan pantai.

G Buah mahoni untuk pengobatan


G

G Pohon mahoni bisa mengurangi polusi udara sekitar 47% - 69% sehingga disebut
sebagai pohon pelindung sekaligus filter udara dan daerah tangkapan air.Daundaunnya bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya.
G Sebaliknya, dedaunan itu akan melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di
sekitarnya menjadi segar.Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan itu
akan mengikat air yang jatuh, sehingga menjadi cadangan air.Buah mahoni
mengandung flavonoid dan saponin. Buahnya dilaporkan dapat melancarkan
peredaran darah sehingga para penderita penyakit yang menyebabkan tersumbatnya
aliran darah disarankan memakai buah ini sebagai obat, mengurangi kolesterol,
penimbunan lemak pada saluran darah, mengurangi rasa sakit, pendarahan dan
lebam, serta bertindak sebagai antioksidan untuk menyingkirkan radikal bebas,
mencegah penyakit sampar, mengurangi lemak di badan, membantu meningkatkan

sistem kekebalan, mencegah pembekuan darah, serta menguatkan fungsi hati dan
memperlambat proses pembekuan darah.

G
G Sifat Mahoni yang dapat bertahan hidup di tanah gersang menjadikan pohon ini
sesuai ditanam di tepi jalan. Bagi penduduk Indonesia khususnya Jawa, tanaman ini
bukanlah tanaman yang baru, karena sejak zaman penjajahan Belanda mahoni dan
rekannya, Mahoni sebagai peneduh jalan.
Pohon Asam, sudah banyak ditanam di pinggir jalan sebagai peneduh terutama di
sepanjang jalan yang dibangun oleh Daendels antara Anyer sampai Panarukan.
Sejak 20 tahun terakhir ini, tanaman mahoni mulai dibudidayakan karena kayunya
mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kualitas kayunya keras dan sangat
baik untuk meubel, furnitur, barang-barang ukiran dan kerajinan tangan. Sering juga
dibuat penggaris karena sifatnya yang tidak mudah berubah. Kualitas kayu mahoni
berada sedikit dibawah kayu jati sehingga sering dijuluki sebagai primadona kedua
dalam pasar kayu. Pemanfaatan lain dari tanaman mahoni adalah kulitnya
dipergunakan untuk mewarnai pakaian. Kain yang direbus bersama kulit mahoni
akan menjadi kuning dan tidak mudah luntur. Sedangkan getah mahoni yang
disebut juga blendok dapat dipergunakan sebagai bahan baku lem, dan daun mahoni
untuk pakan ternak.
Ekstrak biji pohon mahoni juga dapat digunakan sebagai pestisida nabati untuk
mengendalikan hama pada pertanaman kubis, yaitu Plutella xylostella dan
Crocidolomia binolalis khususnya pada saat hama berada pada stadia larva.
Penggunaan insektisida botani merupakan salah satu alternatif pengendalian yang
bertujuan untuk mengurangi dampak negatif akibat penggunaan insektisida sintetik
yang tidak bijaksana.

Mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan pantai dan
menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung. Tanaman ini termasuk jenis
tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang sekalipun. Walaupun tidak
disirami selama berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup.Syarat
lokasi untuk budi daya mahoni diantaranya adalah ketinggian lahan maksimum
1.500 meter dpl, curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun, dan suhu udara 11-36 C.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tambang Bawah Tanah berbeda dengan Tambang Terbuka yang lebih terfokus pada
manajemen mobilisasi alat berat, tambang dalam jauh lebih banyak memerlukan perhitungan
baik dari segi perencanaan penambangan maupun keselamatan, karena kondisi kerjanya yang
lebih ekstrim. Sehingga sangatlah tidak masuk akal apabila operasional tambang bawah tanah
sampai dilakukan oleh pihak pihak yang tidak berkompeten, dalam hal ini adalah pelaku
tambang rakyat ilegal.
Oleh karena itu, sudah seharusnya instansi yang berwenang benar benar memahami
karakteristik metode penambangan bawah tanah ini, sehingga tindakan antisipatif dapat
dilakukan untuk mencegah timbulnya bencana di tambang dalam.
Kemudian yang jauh lebih penting lagi adalah aparat harus berani melarang kegiatan
penambangan tanpa ijin (PETI) karena terbukti lebih banyak menimbulkan kerugian bagi banyak
pihak, disamping aktivitas itu sendiri sudah jelasjelas melanggar hukum.
B. Saran
Tambang Bawah Tanah merupakan teknik penambangan yang dilakukan untuk endapan
bijih yang keberadaanya jauh di dalam tanah yaitu yang kegiatanya tidak berhubungan langsung

dengan udara bebas jadi diharapkan mahasiswa pertambangan mampu memahami ilmu tentang
Metode Tambang Bawah Tanah

Anda mungkin juga menyukai