Dua mata
pelajaran hari ini menguap begitu saja. Bahkan sampai di jam terakhir, tidak ada
satupun materi yang berhasil masuk di otaknya. Otaknya semuanya kosong.
Itu adalah karena Tora, si murid baru pindahan dari Bandung yang hari ini pertama
masuk kelas, langsung dapat respon menakjubkan dari para gadis.
Kehadiran Tora di kelas Salma semenjak seminggu yang lalu, telah membuatnya
menjadi gadis yang sangat aneh. Membuat rasa laparnya tiba-tiba hilang, ketika
melihat sosok lelaki berparas lucu itu. Ini juga terbawa sampai di rumahnya. Hingga
membuatnya jadi insomnia stadium satu, sampai tembok dalam kamarpun berisi
wajah-wajah Tora
Hm gejala apa ini? Entahlah, Salma sendiri tidak tahu. Mungkin bukan hanya dia
saja yang mengalami perasaan itu, tapi semua gadis di sekolahnya.
Bagaimana tidak. Tora itu wajahnya cakap, tinggi besar dengan kedua alis mata
tebal, hidung tinggi tegap, serta tatapan mata elang yang menukik sampai ke
jantung. Ibarat bunga. Dia wangi dan mampu menebarkan aroma sedap ke setiap
lubang hidung.
Kalau saja Tora itu lelaki yang biasa-biasa saja, mungkin perasaan Salma tidak akan
segelisah seperti sekarang ini. Yang sekarang jadi masalah adalah hampir semua
gadis di SMU Bintang, mengaggumi, menginginkan, bahkan mengharapkan untuk
bisa menjadi pacar Tora. Kemudian, jika sudah begini, kesempatan untuk Salma
dekat dengan Tora tentunya sangat sedikit.
Dan atas usaha dan kerja kerasnya, akhirnya Salma bisa dekat dengan Tora. Tapi
hanya sebatas dekat saja, belum sejauh seperti keinginannya, untuk bisa menjadi
yang terbaik dari gadis gadis lain dan dipilih Tora sebagai pacar.
Ternyata, kedekatan itu bukan hanya dimiliki Salma. Ada satu gadis lagi dikelas
yang juga dekat dengan Tora. Dia adalah Flo, gadis manis yang juga punya
keinginan sama dan tergila-gila ingin dipacari Tora.
Siang itu, ketika matahari masih tegap menampakan seluruh wajahnya. Tora
memanggil Salma. Salma teramat gembira. Ada apa ini? Tidak biasa-biasanya Tora
memanggil dan mengajaknya bicara empat mata. Mereka lalu bertemu di taman
belakang sekolah. Tora sengaja memilih tempat itu karena di sana tidak ada banyak
murid yang bisa mendengar obrolannya. Ini rahasia!
Aku mau bicara sama kamu, kata Tora mengawali pembicaraan. Salma menahan
napas sampai hidungnya kembang-kempis, sembari menenteramkan setiap
debaran jantung yang terus bergerumuh. Apakah tora akan memilih aku jadi
pacarnya? Batin Salma mulai mengkhayal.
Kamu mau jadi pacar aku nggak? Tanya /Tora mengagetkan Salma. Kata-kata
itulah yang selama ini ditunggu Salma. Salma sampai tidak bisa jawab dan kaget.
Kalau posisinya berdiri, mungkin Salma sudah sempoyongan dan jatuh ke dalam
selokan di depannya.
Tora tahu, pasti Salma ingin sekali. gadis mana, yang bakalan menolak? tapi boleh
tidak, kalau sebelumnya, aku minta syarat? ujar Tora melirik kearah Salma yang
mukanya jadi berubah seperti bunglon.
Bilang aja, apa syaratnya. Demi untuk kamu, apapun akan aku lakukan! Demi cinta,
Alis tebal Tora terangkat tinggi. Lalu dengan senyum manisnya yang mampu
membuat gadis gadis gemetaran, tersunggging. Sebuah keputusan besar ada di
tangannya hari ini. Dia harus memutuskan untuk memilih salah satu di antara dua
gadis, Flo dan Salma. Membuat sebuah keputusan pada makhluk bernama gadis
adalah gampang-gampang susah. Karena gadis adalah makhluk paling sensitif dan
selalu menggunakan perasaan. Halus dan lembut. Seperti Brownies, mungkin?
Flo menyodorkan sepotong kue brownies yang masih tercium aromanya. Wangi,
Tora membauinya dengan menarik nafas di depan kue brownies itu. Flo menahan
napas, menunggu dengan cemas disamping Tora.
Sementara Salma dengan pasrah menyaksikan adegan yang membuat
pandangannya jadi berkunang kunang. Dia baru tahu, ternyata Tora juga meminta
brownies kepada Flo. Salma mengeluh pendek, saya bukanlah tandingannya. Pasti
brownies buatan Flo lebih enak, lebih bagus, lebih menarik, dan lebih segala
galanya. Ada perasaan cemas dan kegagalan di sorot mata Salma. Dia mungkin
tidak biasa memberikan sepotong brownies yang lezat seperti Flo, karena bukan
buatan toko seperti milik Flo.
Flo masih menunggu dengan sebuah kemungkinan yang sangat mendasar, bahwa
Tora akan segera memilihnya. Tetapi, apapun itu, menunggu adalah saat yang
menjengkelkan.
Salma menyembunyikan resah panjang. Detik-detik terakhir pada saat mendengar
sebuah pengumuman adalah saat yang paling mendebarkan. Seorang yang
berpenyakit jantung mungkin bisa mati dengan tiba-tiba, karenanya.
hanya ada satu toko brownies terkenal di kota ini. Dan toko itu adalah milik tante
aku. Kata Tora tanpa bermaksud menyombongkan diri. Ia hanya sengaja mengulur
panjang bicaranya. Mempermainkan setiap detik perasaan Flo.
lalu? pertanyaan Flo menyiratkan bahwa ia sudah tidak sabar menunggu jawaban
sesungguhnya dari Tora.
dan Flo pasti membelinya dari sana, kata tora.
tentu saja sayang, flo langsung mengangguk. Kemenangan untuk bisa memiliki
Tora sudah di depan matanya. Kata-kata tora telah menggiring flo untuk berpikir,
bahwa dirinya yang terbaik. Apalah arti harga brownies, dibanding rasa cinta untuk
bisa memilki Tora. Berapapun harganya!
tapi aku lebih menghargai kalau brownies itu hasil buatan sendiri, lanjut Tora.
Kalimat Tora itu membuat Flo terkejut. Berdiri mematung, kemudian lemes. Ia tidak
menyangka ucapan seperti itu keluar dari mulut Tora. Membuat segenap
perasaannya hancur berantakan.
what?! Tanya Flo lantang. Dia sama kagetnya dengan Salma.
Salma langsung mendongakkan wajahnya tinggi. Dia masih belum percaya dengan
sebuah mukjizat kecil yang baru saja didengarnya. Dia seperti bermimpi.
Harapannya yang sudah dia coba tenggelamkan didasar hatinya, kembalinya
muncul. Tora memang belum meminta brownies yang dibawahnya, tapi dia yakin
tora akan memilihnya, karena brownies itu memang bukan bikinan toko seperti
yang dibawah Flo.
aku sengaja meminta kamu sepotong brownies, dengan harapan aku tahu, apakah
kamu dengan sungguh sungguh mencintai aku dengan segenap perasaan, kata
Tora sambil melirik kearah Salma masih terduduk di bangkunya.
Waktu mengalir datar. Flo geram. Dia tidak bisa menerima keputusan Tora, sampai
akhirnya membuahkan sebuah dendam dalam hatinya yang paling dalam. Dia pergi
begitu saja meinggalkan Tora. Tora hanya tersenyum dan melangkah kearah Salma.
Salma mengeluarkan brownies dalam tas, ketika Tora mendekati tempat duduknya.
Lalu dengan hatinya berbunga bunga dia berikan brownies itu pada Tora.
Ini buatan ku sendiri, kata Salma. Tora tersenyum. Doa yakin brownies itu sebagai
tanda cinta dengan segenap perasaan. Karena Salma sudah mau bersusah payah
membuatkan sepotong brownies, demi untuk memenuhi satu persyaratan cintanya.
Tora memang suka sekali dengan brownies, jadi dia tahu mana brownies buatan
toko, dan mana brownies buatan sendiri.
Mungkin aku salah, mengukur rasa cinta sesorang dengan sepotong brownies. Tapi
itulah aku, yang tidak bisa lepas dari kue yang mama sering membuatnya, pikir
tora. Dan aku jadi ingat kata kata mama sebelum meninggal, kalau kamu cari
calon istri, cari yang bisa membuat kue brownies ya..
Tanpa sadar Tora menggemgam tangan Salma. Salma bagaikan melayang ke langit.
Wajah diah membayang di matanya. Sepulang sekolah nanti aku harus berterima
kasih padanya, karena sudah menolong membuatkan brownies ini, hingga akhirnya
Tora menjatuhkan pilihannya pada aku, batin Salma.
Hmm ternyata brownies bikinhan kamu enak, puji Tora sambil mengunyah
cuwilan brownies di tangannya. Dan pulang sekolah nanti, aku akan ajak kamu ke
rumah, karena aku sudah sediakan bahan bahannya, kita akan buat brownies
sama sama, oke?
Hah?! Salma kaget dan wajahnya langsung pias dan memucat.