PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tenaga kerja merupakan pelaku pembangunan terutama di sektor industri
yang memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan
nasional. Kesehatan dan keselamatan bagi perkerja haruslah diperhatikan agar
dapat bekerja dengan aman dan nyaman tanpa khawatir akan terjadinya penyakit
akibat kerja ataupun kecelakaan kerja. Sehingga diharapkan produktivitas kerja
akan meningkat.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 adalah suatu sistem program
yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan timbulnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja
dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal
demikian. Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari
pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya
dan risiko terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya
yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya
dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.
penyakt akibat kerja. Biaya yang cukup besar nantinya harus dikeluarkan apabila
hal-hal tersebut terjadi.
Pemerintah dalam menjawab permasalahan tersebut di atas, Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi melalui Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya memberikan perlindungan terhadap tenaga
kerja, berupaya menciptakan kondisi lingkungan kerja yang sehat, aman dan
nyaman yang dapat menjamin tenaga kerjadapat bekerja secara efektif dan efisien
guna mewujudkan produkivitas yang optimal. Dokter perusahaan dapat mewakili
pihak perusahaan dalam melaksanakan perlindungan terhadap tenaga kerja
tersebut. Namun demikian untuk mencapai tujuan tersebut tidak akan tercapai
tanpa adanya peran aktif dari pihak perusahaan dan tenaga kerja secara langsung.
PT. Primarindo Asia Infrastruktur, Tbk adalah salah satu perusahaan yang
bergerak dalam bidang industri sepatu, khususnya sepatu olahraga. Bahan baku
utama dan proses yang digunakan selama produksi berlangsung tidak lepas dari
hal-hal yang dapat mengganggu kesehatan. Oleh karena itu diperlukan tindakan
pencegahan dan
menghindari penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dari pihak PT. Primarindo
Asia Infrastruktur, Tbk baik dari segi manajerial, operasional dan juga sarana bagi
karyawannya untuk mengurangi resiko penyakit akibat kerja. Dalam upaya
PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk didirikan pada tanggal 1 juli 1988
dengan nama PT. Bintang Kharisma dengan status Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) dan bergerak dalam bidang industri sepatu. Pada tahun 1997,
perusahaan merencanakan untuk melakukan diverifikasi usaha ke bidang lain
yang juga mempunyai prospek cerah. Untuk itu, perusahaan mengganti nama
menjadi PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. Sebelum direncanakan
diverifikasi dapat terealisasi, kondisi ekonomi di Indonesia mulai memburuk
sehingga perusahaan memutuskan untuk menunda rencana tersebut.
Pada tahun 2001, Perseroan memproduksi hanya satu branded buyer yaitu
merek Reebok. Pada bulan april 2002, perseroan menerima pemberitahuan dari
Reebok International Limited sebagai single buyer dari perseroan bahwa pesanan
sepatu yang diberikan kepada perseroan hanya sampai dengan bulan juli 2002,
sehingga sejak bulan juli 2002 perseroan tidak lagi memproduksi sepatu merek
Reebok.
PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk bergerak dalam bidang industriindustri sepatu, khususnya sepatu olah raga dan memproduksi dalam berbagai
fungsi dan ukuran. Selama ini produksi PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk
didasarkan atas pesanan pelanggan yang berasal dari luar negeri. Dengan
demikian hampir seluruh sepatu olah raga hasil prodoksi perseroan adalah untuk
diekspor dah harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh pembeli
dengan disain yang dibuat perusahaan atau pelanggan yang merupakan pemegang
merek atau pemegang lisensi dari merek terkemuka.
a.
b.
c.
d.
Compound
Kneader Rolling
Pressoutsold
Stock fitt
4.
13.
14.
produktivitas nasional.
Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efsien.
(Silalahi,1985).
15.
kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial kesejahteraan dan
bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Kesehatan adalah konsep
positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi serta kemampuan fisik.
18.
19.
gas-gas berbahaya).
Ergonomis (tempat duduk, alat kerja, dimensi kerja dan lain-lain).
20.
21. 1.5.2. Kecelakaan Kerja
22.
23.
24. 1.5.3 Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
25.
pegawai.
Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.
Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
26.
27. 1.5.4 Aspek Dasar Standar K3
28.
12
30.
Faktor ini sangat penting karena jiwa manusia tidak dapat dihitung
secara
31. ekonomi, tetapi dengan menonjolkan faktor ini dan mengabaikan faktor
ekonomi
32. adalah kurang bijaksana. Setiap pekerja tidak seharusnya mendapatkan
risiko cedera dan sakit di tempat kerja, begitu juga setiap orang yang
berhubungan dalam lingkungan kerja. Faktor ini sangat ditonjolkan
pemerintah dan organisasi pekerja, sehingga kriteria accident adalah bila
terjadi kecelakaan yang mengakibatkan meninggalnya manusia atau cacat
permanen.
33. B. Aspek Ekonomis
34.
35.
36. C. Alasan Hukum
37.
38.
39.
40. 1.5.5 Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)
41.
kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien
42.
43.
mencakup
44. hal-hal sebagai berikut; struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan,
tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien, dan produktif.
45.
Tujuan dan sasaran manajemen K3 adalah menciptakan sistem
keselamatan dan kesatuan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat
15
kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman dan efisien, dan produktif.
(Sastrohadiwiryo, 2001).
46.
Elemen-elemen
mengembangkan
yang
program
patut
keselamatan
dipertimbangkan
kerja
adalah;
dalam
komitmen
48.
16
49.
52.
SMK3.
Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, dan sasaran penerapan
20
73.
74. 1.5.7 Pengendalian Resiko
75.
Pengendalian
resiko
merupakan
upaya
pencegahan
Eliminasi
Substitusi
Engineering
Administrasi
Alat pelindung diri (APD)
76.
Kelima hierarki di atas memperlihatkan adanya hierarki
cara berfikir yang harus ditanamkan kepada pelaksana dalam rangka
mengendalikan resiko. Pelaksana harus memulai dari butir a (eliminasi),
kemudian butir b (substitusi), lalu ke butir c (engineering), demikan
seterusnya sampai butir e.
77.
Pengendalian resiko akan direalisasikan ke dalam Program
78.
79. 1.5.8 Program Kerja K3
21
80.
sakit.
Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan safety patrol, safety
89.
90. 1.5.9 Perlengkapan dan Peralatan K3
91.
perlindungan
diri
atau
personal
protective
yang
melekat
pada
23
orang
atau
disebut
perlengkapan
100.
BAB II
101.
PELAKSANAAN
102.
2.1.
103.
104.
105.
2.2.
Lokasi Pengamatan
106.
Lokasi
pengamatan
yaitu
PT.
Primarindo
Asia
107.
108.
pakai?
Bagaimana perawatan mesin produksi secara berkala ?
Dimana saja mesin-mesin di letakan ?
Apakah jarak antar mesin saling berdekatan atau jauh ?
Apakah sebelum di operasikan mesin dilakukan check and recheck ?
Apakah hasil produksi dari tiap jenis mesin ?
Apa ada alat-alat yang lain sebagai pendukung dalam perusahaan ini ?
Sebutkan nama dan fungsi dari alat-alat tersebut ?
111.
112.
ada ?
Adakah sebagian karyawan ada yang bekerja sesuai SOP ?
113.
D. Instalasi listrik
25
114.
115.
lain-lain)
116.
117.
118.
119.
121.
122.
120.
BAB III
HASIL PENGUKURAN DAN PENGAMATAN
26
3.1.
27
28
29
agen infeksi, seperti virus dan bakteri. Untuk pemeriksaan ini, disediakan
gedung tersendiri sebagai tindakan pemcegahan penyebaran lebih luas
oleh agen infeksi tersebut. Selain itu juga, pemantauan penggunaan APD
pada bagian ini sangat diperhatikan untuk mencegah pekerja mengalami
penularan infeksi. Untuk bahan sejenis lainnya akan dilakukan pemilahan
sebelum dilakukan proses produksi.
Bahan kimia yang akan digunakan untuk proses produksi sudah
dipilah dan diberi label bahan kimia berbahaya atau tidak untuk mencegah
kecelakaan kerja. Penggunaan APD pun sudah diprioritaskan oleh
perusahaan. Namun, mayoritas pekerja masih tidak menggunakan APD
seperti sarung tangan, masker dan headcap saat melakukan proses
produksi dengan alasan berkurangnya kenyamanan saat bekerja.
30
Gambar 3.7.
Bahan Kulit
Sebelum
Produksi
31
32
33
123.
126.
127.
129.
128.
Gambar 3.16 Klinik perusahaan yang telah disertai peralatan
lengkap
130.
131.
132.
pintu gedung yang dibiarkan terbuka. Atap perusahaan ini terbuat dari
baja ringan sehingga suasana dalam perusahaan tidak terlalu panas. .
Pengaturan cahaya didapat dari cahaya lampu yang dipasang disetiap sudut
meja kerja sehingga memudahkan karyawan dalam melakukan pekerjaan
dan menghindari kecelakaan kerja.
dinding berupa tembok kokoh dengan batu-bata yang telah dicat rapih.
133.
135.
138.
139.
140.
141.
134.
Gambar 3.17. Gambar atap, bangunan, lantai perusahaan
136.
137.
Gambar 3.18. Pengaturan cahaya lampu disetiap sudut meja kerja
3.1.7. Sarana Penanggulangan Kebakaran
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara,
143.
144.
37
146.
145.
Gambar 3.20. Tabung pemadam kebakaran disertai gambar cara
pemakaian
147.
148.
Gambar 3.21. Tabung penanggulangan kebakaran terpasang
149.
disetiap dinding
150.
151.
152.
penerapan
153.
155.
154.
Gambar 3.22 Rambu-rambu penulisan dilarang merokok diarea
pekerjaan
156.
157.
158.
161.
162.
160.
Gambar 3.24. Rambu-rambu penggunaan pelindung telinga
164.
166.
163.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
165.
4.1 Pemecahan Masalah
167. Berdasarkan hasil kunjungan dan pengamatan pada
tenaga kerja dan pemerintah agar tercapai kesehatan tenaga kerja yang
diharapkan.
168.
nyaman.
Sepatu pengaman diperlukan bagi pekerja yang bertugas dibagian
pengoperasian peralatan yang bersifat mobile atau pengangkatan benda
berat. Namun di perusahaan ini belum disediakan sepatu pengaman dan
masker.
Bagi pekerja wanita yang tidak berkerudung disarankan untuk mengikat
rambut dan menggunakan headcap.
170.
diberlakukan sanksi bagi para pekerja yang tidak memakai alat pelindung
diri serta perusahaan menyediakan alat pelindung yang belum tersedia.
171.
2. Bahan dan proses kerja sesuai dengan prinsip K3
a. Bahan baku
172.
Bahan yang digunakan pada perusahaan ini secara umum telah
baik. Bahan baku kulit maupun kain yang akan digunakan sudah diproses
dengan baik. Para pekerja juga telah mengetahui bahaya dari bahan kimia
tersebut namun pekerja yang belum menyadari pentingnya APD.
b. Bahan Kimia
173.
Bahan kimia yang digunakan dalam pewarnaan pun telah terdapat
label yang sesuai. Perusahaan telah menyediakan alat irigasi untuk
antisipasi pekerja yang terkena bahan kimia, namun alat tersebut tidak
pernah dipakai dan dirawat sehingga tidak berfungsi. Oleh karena itu,
pihak perusahaan sebaiknya melakukan pengecekan secara berkala agar
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
174.
3. Landasan kerja (SOP)
175. Perusahaan telah menerapkan SOP dan telah diinformasikan
dengan baik, namun untuk pelaksanaan dikembalikan lagi kepada para
pekerja.
176.
4. Instalasi listrik
41
177.
42
terutama bagi para pekerja yang baru serta melibatkan para pekerja dalam
kegiatan simulasi tersebut. Selain itu sistem proteksi kebakaran yang telah
tersedia sebaiknya dilakukan pengecekan secara berkala.
184.
185.
186.
8. Rambu-rambu keselamatan kerja
187. Rambu-rambu telah tersedia dengan baik Tulisan maupun gambar
rambu-rambu berukuran besar sehingga dapat terlihat dan diberi warna merah
sehingga terlihat jelas dan dapat dimengerti oleh para pekerja.
189.
188.
BAB II
KESIMPULAN DAN SARAN
190.
191.
5.1 Kesimpulan
192.
Berdasarkan
hasil
pengamatan
kelompok,
kami
5.2. Saran
Atas dasar hasil pengamatan diatas, kelompok kami
menyarankan beberapa hal yang diantaranya telah disebutkan pada bab III
dan IV. Namun, yang terpenting dari apa yang telah kami sebutkan diatas,
perlu ditingkatkannya kerjasama antara perusahaan dalam hal ini sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan, tenaga kerja
serta instansi pemerintahan yang terkait guna mencapai tujuan bersama
seperti yang telah tercantum dalam undang-undang keselamatan dan
kesehatan kerja.
196.
DAFTAR PUSTAKA
44
45