rumit namun dengan terbukanya pasar suatu negara akan membawa kemajuan
bagi perusahaan karena perusahaan asing turut menjadi saingan sehingga
kompetisi menjadi meningkat dan memunculkan improvisasi dalam efisiensi.
Diterangkan bahwa Amerika Serikat dan negara negara industrialisasi
pada paruh terakhir abad ke dua puluh telah memulai penurunan tarif dari kisaran
40 persen menjadi 6 persen saja dan barriers perdagangan dalam jasa turut
diturunkan menjadi lebih rendah. Ditahun 1970-an, finansial diatur ulang dan
instrument baru finansial dibentuk, seperti halnya derivative, kemajuan teknologi
dalam komunikasi yang memiliki pengaruh besar dalam integrasi ketat sistem
finansial internasional. Pada penghujung 1990-an,volume dari transaksi foreign
exchange trading mencapai angka 1,5 triliyun dolar Amerika per-hari, volume
ekspor global secara keseluruhan pada 1997 mencapai 6,6 triliyun dolar Amerika
atau 25 milyar dolar perharinya. Investasi besar pada umumnya berasal dari
pinjaman dalam jumlah besar pula, sehingga pasar derivative atau aturan yang
dikemas ulang serta asset finansial memainkan peran penting dalam pasar
finansial internaisonal. Tercatat 360 triliyun dolar dikontribusikan dalam finansial
internasional.
Revolusi finansial erat kaitannya dengan ekonomi nasional dan
peningkatan kapasitas pembangunan negara. Pasar finansial menjadi pasar yang
sangat tidak stabil dikarenakan adanya spekulasi, dan perubahan besar.
Pemerintah menjadi mangsa spekulan mata uang dengan mudah, seperti yang
terjadi dalam krisis keuangan 1992 di Eropa, yang menyebabkan Inggris untuk
menarik diri dari European Exchange Rate Mechanism, dan pada tahun 19941995 runtuhnya peso Meksiko, serta hancurnya Asia bagian Timur karena krisis
keuangan di akhir 1990-an. Runtuhnya ekonomi komando Soviet, kegagalan
strategi substitusi impor Dunia Ketiga, dan keberhasilan ekonomi Amerika pada
1990-an telah mendorong penerimaan pasar global sebagai solusi untuk masalah
ekonomi masyarakat modern. Sebagai deregulasi dan reformasi lainnya peran
negara dikurangi dalam perekonomian, banyak yang percaya bahwa pasar telah
menjadi mekanisme yang paling penting menentukan ekonomi, bahkan politik
domestik dan internasional.
Para kritikus menyatakan kritikan atas high cost yang terdapat dalam
globalisasi ekonomi, hal ini dilandaskan pada kondisi angka pengangguran yang
tinggi di Eropa Barat dan wilayah lain, eksploitasi besar besaran, kerusakan
lingkungan dan konsekuensi lain yang berisiko menghancurkan perekonomian
nasional yang diakibatkan oleh perekonomian internasional yang tidak pasti.
Menurut para kritikus masyarakat nasional yang teritegrasi oleh sistem ekonomi
global dan mendapat kemajuan teknologi karena integrasi tersebut akan memiliki
kecenderungan untuk menjadi masyarakat yang tidak teratur. Kritikus turut
melihat masalah ekonomi global sebagai suatu bukti bahwa biaya yang
dikeluarkan untuk globalisasi lebih banyak dibandingkan manfaat yang
didapatkan dari globalisasi. Dalam tulisan Gilplin ini juga dinyatakan bahwa
dalam sebuah poling yang dilakukan di Amerika Serikat tahun 1999, sebanyak 52
persen koresponden menyatakan negatif respon pada globalisasi.
Intellectual Perspectives
Dalam bagian ini Gilpin menyatakan bahwa dari tiga perspektif ekonomi
yang telah dijelaskan sebelumnya, saat ini yang paling berkembang adalah
liberalisme, terutama setelah tahun 1980-an, hal tersebut didorong karena adanya
penurunan relevansi paham Marxisme. Setelah Perang Dingin usai, semakin
banyak negara yang menerima prinsip-prinsip liberal karena mereka membuka
ekonomi mereka untuk impor dan investasi asing, menurunkan peran negara
dalam perekonomian, dan beralih ke strategi pertumbuhan yang dipicu oleh
ekspor. Menurut Gilpin, Marxisme tidak bertahan sebagai doktrin dalam dunia
internasional, dibuktikan dengan minoritasnya negara yang masih menerapkan
paham Marxisme dalam pemerintahannya, namun Marxisme tetap digunakan para
penstudi sebagai alat analisis dan kritik terhadap kapitalisme yang tengah
berkembang.
Dalam bagian ini Giplin turut memberikan pendapatnya mengenai ketiga
perspektif yang mainstream digunakan dalam ekonomi politik global. Gilpin
menjelaskan bahwa masing masing perspektif terdiri dari dua unsur yakni;
analitis dan normatif, misal; liberalisme ekonomi, tidak hanya alat analisis
berdasarkan teori dan asumsi ekonomi neoklasik, tetapi juga komitmen normatif
ke pasar atau ekonomi kapitalis. Dalam bagian ini Gilpin juga menyatakan bahwa
dar ia menggunakan state-centric realism sebagai pendekatannya.
My Perspective: State-Centric Realism
Beberapa tahun yang lalu, saya bertanya apakah ada perbedaan antara
realisme dan nasionalisme. Pertanyaan itu mengejutkan saya, karena saya selalu
berpikir bahwa setiap pembaca Hans Morgenthau, Hedley Bull, dan penulis realis
terkemuka lainnya akan sepenuhnya menyadari bahwa sementara ulama ini adalah
realis dalam analisis mereka dari urusan internasional dan harapan sadar mereka
mengenai kemungkinan manusia, mereka yang tidak berarti nasionalis. Realis
mendiagnosis penyakit dari kondisi manusia tidak mendukung apa yang dia
melihat ada lebih dari dokter mendukung kanker ditemukan pada pasien. Tulisan
Morgenthau, dalam kenyataannya, menyerang nasionalisme tak terkendali dan,
dalam Politik antara Nations (1972), ia ditetapkan aturan untuk perilaku
diplomatik yang bisa membantu negara-negara untuk hidup dalam damai dengan
satu sama lain pada saat yang sama bahwa mereka dijaga kepentingan nasional
mereka. Sebagai kritikus biaya, Morgenthau mungkin naif percaya bahwa adalah
mungkin untuk meresepkan prinsip-prinsip moral dan diplomatik berdasarkan
asumsi realis sendiri. Intinya, namun, untuk Morgenthau dan realis lainnya
(termasuk saya sendiri), adalah bahwa realisme dan nasionalisme tidak identik.
Nasionalis mungkin realis, tetapi realis tidak selalu nasionalis.
Gilpin dalam bagian ini menjelaskan perbedaan antara nasionalisme dan
realism dari tulisam Morgenthau, dengan hasil bahwa realisme dan nasional
sejatinya tidak sama dengan singkat kata; nasionalis mungkin realis, namun realis
tidak selalu nasionalis.
Seperti Michael Doyle mengatakan bahwa realsime terdiri dari banyak
variasi, namun seluruh realis tersebut berbagi ide-ide dasar seperti sifat anarkis
dari sistem internasional dan keutamaan negara dalam hubungan internasional.
Namun, orang harus membedakan antara dua interpretasi realis utama hubungan
internasional, yaitu, antara realisme negara-sentris dan sistem-sentris. realisme
negara-sentris adalah bentuk tradisional realisme terkait dengan Thucydides,
Machiavelli, dan Morgenthau, yang menekankan negara sebagai aktor utama
dalam urusan internasional dan fakta bahwa tidak ada otoritas unggul diantara unit
politik yang berdaulat. Realisme sistemik, atau apa yang kadang-kadang disebut
realisme struktural atau neorealisme, adalah versi yang lebih baru dari realis,
pemikiran ini terkait dengan Kenneth Waltz Teori inovatif dan pengaruh Politik
Internasional. Waltz menekankan distribusi kekuasaan dalam sistem internasional
sebagai penentu perilaku negara.
Bagi
Gilplin
interpretasi
dari
ekonomi
politik
internasional