Anda di halaman 1dari 12

Analisis Manajemen Berbasis Sekolah

Latar belakang adanya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu diharapkan sekolah
menjadi unggul, mandiri, manajemen yang baik, serta meningkatkan prestasi peserta didik (Multi
Kecerdasan). Manajemen disini dimaksudkan untuk optimalisasi pengelolaan dan pengendalian
stakeholders pendidikan yang terdiri dari pihak internal sekolah (Kepala Sekolah, Guru, dan
Staf) dan pihak eksternal sekolah (Orang tua peserta didik, Masyarakat, Pemerintah, Dunia
Usaha dan Dunia Industri/DUDI Pendidikan).
Indikator keberhasilan MBS dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek manajemen, aspek
Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM), dan aspek peran serta masyarakat.
Tim KKN melakukan analisis MBS di SDN Caringin berdasarkan hasil wawancara dan
observasi sebagai berikut:
1. Aspek Manajemen
Aspek manajemen di sekolah berupa kultur sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah.
Aspek manajemen ini terdiri dari:
a. Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat diperlukan untuk keberhasilan sekolah. Kepemimpinan
sekolah biasanya dilakukan oleh kepala Sekolah termasuk di SDN Caringin. SDN
Caringin dipimpin oleh kepala Sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah SDN Caringin
dalam melaksanakan tugasnya bersifat partisipatif. Dimana kepala sekolah dalam
melaksanakan tugasnya melibatkan guru dan staf dalam mengambil keputusan.
Seharusnya komite sekolah ikut terlibat. Namun, komite sekolah di SDN Caringin ini
sudah tidak berjalan sejak tahun 2009.
Guru dan tenaga kependidikan SDN Caringin ini sangat menghargai kepala sekolah
dan senioritas. Sikap menghargai kepala sekolah ini terlihat saat kepala sekolah
memberikan semangat pada guru. Semangat yang diberikan dalam bentuk contoh sebagai
suri tauladan. Kepala sekolah cenderung mengajak, ikut serta, dan melaksanakan tugas
bersama-sama. Contohnya kepala sekolah SDN Caringin ini sangat menghargai waktu.
Beliau datang ke sekolah tepat waktu bahkan sebelum bel masuk berbunyi, sehingga
memotivasi guru untuk datang tepat waktu juga. Hasil dari motivasi ini tidak serentak
karena prosesnya dilakukan secara bertahap. Kepala sekolah SDN Caringin ini memiliki

sikap tegas, bijaksana, dan berani dalam menempatkan atau memberhentikan guru
apabila guru tersebut tidak sesuai dengan aturan dalam melaksanakan tugasnya.
Kepala sekolah menggunakan strategi bottom-up planning dalam menyusun rencana
pengembangan sekolah di SDN Caringin ini. Dimana perencanaan dibuat oleh kepala
sekolah yang ditujukan kepada guru dan tenaga kependidikan. Kepala sekolah bertugas
mengambil keputusan, sedangkan guru dan tenaga kependidikan sebagai pelaksana saja.
Namun dalam implementasinya, tidak semua keputusan diambil oleh kepala sekolah.
Kepala sekolah cenderung mendiskusikan terlebih dahulu dengan guru dan tenaga
kependidikan.
Setiap guru dan tenaga kependidikan SDN Caringin ini diberi kesempatan yang sama
untuk mengembangkan diri. Untuk meningkatkan profesionalismenya, guru diberikan
pelatihan, penulisan karya ilmiah, dan mengikuti Kelompok Kerja Guru (KKG). Guru
SDN Caringin ini mengikuti KKG setiap satu bulan sekali. Bahkan salah satu guru SDN
Caringin menjadi bendahara KKG gugus SD. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru juga
diberikan kesempatan untuk membuat atau merevisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Apabila ada arahan dari dinas pendidikan, maka kepala sekolah memberitahukan
secara lengkap pada guru. Selain itu, kepala sekolah bekerjasama dengan guru membuat
SDN Caringin menjadi sekolah unggul.
Kepala sekolah melaksanakan supervisi terhadap kegiatan pembelajaran di kelas
secara periodik. Kepala sekolah melakukan pengawasan sesuai dengan jadwal supervisi
yang telah dibuat sebelumnya. Jadwal supervisi ini diberikan kepada guru, sehingga guru
mengetahui jadwal kunjungan kepala sekolah ke kelas. Kepala sekolah lebih
memperhatikan pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Selain itu, kepala
sekolah juga memeriksa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal, dan
analisis kelas. Jika ada guru dalam melaksanakan tugasnya tidak sesuai dengan arahan,
maka guru tersebut akan dipanggil lalu diberikan peringatan dan arahan kembali. Jika
guru tersebut melakukan kesalahan sebanyak tiga kali, maka guru tersebut tidak diberikan
kelas. Kelas akan diberikan pada guru lain, meskipun masih honorer. Satu orang guru
melakukan kegiatan belajar mengajar sebanyak 24 jam dalam seminggu di SDN Caringin
ini. Perlu diketahui juga, kepala sekolah baru saja diganti pada akhir bulan Mei 2015.
b. Keuangan

Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) SDN Caringin ini disusun
berdasarkan identifikasi dan analisis kebutuhan sekolah. Berkas RKAS SDN Caringin
dapat dilihat pada lampiran.
Pengelolaan keuangan SDN Caringin ini telah diadministrasikan dengan baik. Setiap
tahun ajaran baru pihak sekolah membuat RKAS yang menggambarkan pendapatan dan
pengeluaran sekolah tersebut. RKAS disusun oleh kepala sekolah, guru atau bendahara
sekolah, dan tenaga kependidikan atau yang biasa disebut Tata Usaha (TU). Namun
dalam penyusunan RKAS SDN Caringin ini tidak bersama dengan komite sekolah.
Komite Sekolah di SDN Caringin sudah tidak berjalan sejak tahun 2009. Dalam
menyusun anggaran sekolah, pihak sekolah terlebih dahulu melakukan analisa konteks.
Analisa konteks ini didapatkan dari kebutuhan sekolah dan prioritas pemenuhannya. Isi
RKAS SDN Caringin ini menunjukan nama kegiatan yang akan dibiayai,

tujuan

kegiatan, sumber dana, produk atau hasil, dan teknis pelaksanaan.


Pengelolaan keuangan SDN Caringin ini telah menerapkan prinsip transparansi dan
akuntabel. Dimana pengelolaan keuangan dalam prinsip transparasi dilakukan setelah
mendapatkan persetujuan dari kepala sekolah. Sedangkan untuk pengelolaan keuangan
dalam prinsip akuntabel dilakukan untuk mengelola sumber dana yang dapat
dipertanggung jawabkan dalam penggunaannnya. Biasanya dihitung berdasarkan rumus
yang telah ditentukan. Anggaran keuangan SDN Caringin ini dikelola dalam bentuk
pembukuan dokumen baik secara cetak maupun berupa softfile. Selain itu, potensi
sumber daya dan dana yang ada di SDN Caringin ini dioptimalkan dan dimanfaatkan
secara efektif dan efisien serta dilaporkan secara periodik.
c. Administrasi
Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) SDN Caringin ini disusun oleh kepala
sekolah dengan melibatkan guru, dan tenaga kependidikan. RPS SDN Caringin ini
memuat visi, misi, tujuan, kegiatan, rencana pelaksanaan/jadwal, anggaran, dan
dilengkapi dengan kondisi (profil) sekolah. Untuk visi, misi, dan tujuan telah ditentukan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Visi, misi dan tujuan dapat dilihat pada
website http://dapo.diknas.kemendikbud.go.id. Selain itu, profil sekolah juga dapat dilihat
pada website tersebut.
Program sekolah SDN Caringin dalam RPS bersifat dapat dikerjakan, terjangkau, dan
sesuai dengan kondisi serta kebutuhan sekolah. Dokumen RPS bersifat transparansi dan
akuntabilitas. Dimana dokumen RPS dalam prinsip transparasi dilakukan setelah

mendapatkan persetujuan dari kepala sekolah. Dokumen RPS SDN Caringin ini dimiliki
oleh kepala sekolah dan tenaga kependidikan. Sedangkan untuk dokumen RPS dalam
prinsip akuntabilitas dilakukan untuk mengelola sumber dana (anggaran) yang dapat
dipertanggung jawabkan dalam penggunaannnya.
Program sekolah SDN Caringin ini dievaluasi minimal 2 kali dalam setahun dengan
melibatkan semua pemangku kepentingan di tingkat sekolah dan dilaporkan ke tingkat
yang lebih tinggi yaitu pengawas dan Dinas Pendidikan Kota Bandung.
Perlu diketahui bahwa dokumen RPS SDN Caringin tidak dilampirkan karena softfile
dari pihak sekolah mengalami kerusakan dan belum diperbaiki selama tim KKN berada
di sekolah.
d. Kurikulum
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SDN Caringin ini disusun dengan
mengacu kepada panduan dari BSNP dan peraturan menteri pendidikan khususnya
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. KTSP ini mencakup tujuan sekolah,
struktur dan muatan kurikulum, kalender akademik, kriteria ketuntasan minimal (KKM),
dan dilengkapi dengan silabus semua mata pelajaran. Dokumen KTSP ini dapat diakses
dengan mudah, sehingga guru di SDN Caringin dapat mengetahui isi dokumen KTSP
tersebut. Setiap guru juga memiliki silabus untuk mata pelajaran yang berada dibawah
tanggung jawabnya masing-masing.
e. Siswa
Administrasi siswa SDN Caringin seperti buku induk dan buku penilaian tertata
dengan tertib dan terdokumentasikan dengan baik. Data dan informasi siswa selalu
dimutakhirkan. Program sekolah pun mencakup kegiatan dalam rangka mengoptimalkan
potensi anak seperti peningkatan budaya baca, bakat dan minat. Perlu diketahui juga
bahwa saat ini pihak sekolah sedang membuat program dalam rangka meningkatkan
budaya baca bagi siswa-siswi SDN Caringin. Selain itu, kultur sekolah yang
dikembangkan sangat kondusif baik dalam mendukung prestasi baik akademik maupun
kepribadian. SDN Caringin ini memiliki kultur keagamaan yang baik seperti membaca
Asmaul Husna sebelum memulai pembelajaran. Bahkan SDN Caringin ini banyak
memenangkan piala yang berhubungan dengan lomba keagamaan Islam.
f. Ketenagaan
Dalam peningkatan profesional dan pembinaan karier guru dan tenaga kependidikan
SDN Caringin sudah termasuk dalam program sekolah. Setiap staf diberikan kesempatan
yang sama untuk mengembangkan kompetensinya baik melalui program pelatihan seperti

workshop maupun KKG. Sistem penghargaan dan hukuman terhadap guru dan tenaga
kependidikan telah diterapkan dan ditindaklanjuti oleh kepala sekolah. Dimana kepala
sekolah memberikan peringatan kepada guru atau tenaga kependidikan yang
melaksanakan tugasnya tidak sesuai dengan aturan.
Setiap guru dan tenaga kependidikan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
anggota dari teamwork sekolah. Dimana guru memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar, sedangkan tenaga kependidikan memiliki tanggung jawab atas
administrasi baik administrasi sekolah maupun siswa.
Pertemuan guru dan tenaga kependidikan dilaksanakan secara periodik. Pertemuan ini
biasanya dilakukan saat rapat dan pelaksanaan KKG. Setiap staf diberi kesempatan untuk
mengajukan kebutuhan dan program dalam rangka melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di kelas minimal sekali dalam setahun. Contohnya seperti penambahan buku
untuk mata pelajaran tertentu. Selain itu, pihak sekolah mengundang pengawas dan
tenaga profesional dari luar sebagai narasumber yang menjadi salah satu program
pembinaan staf di SDN Caringin ini.
g. Sarana Prasarana
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang
menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal
42 dengan tegas menyebutkan bahwa:
1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi parabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai,
serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan.
2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas,
ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang
kantin, instalansi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat
bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di SDN Caringin yaitu:
1) Kondisi sarana terdiri dari:
a) Parabot. Di tiap ruang kelas terdapat beberapa parabot diantaranya sapu, pengki,
tempat sampah, lemari dan jam dinding. Namun, tidak semua kelas terdapat jam

dinding dan tempat sampah. Jam dinding hanya terdapat di 3 kelas, sedangkan
tempat sampah hanya ada 5 yang disimpan di luar ruang kelas.
b) Peralatan pendidikan. Di tiap ruang kelas terdapat 20 meja dan 40 kursi serta 1
meja dan 1 kursi guru yang terdapat di depan kelas. Peralatan pendidikan yang
ada di ruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar yaitu papan tulis, spidol, kapur
tulis, dan penghapus papan tulis. Selain itu peralatan untuk olahraga terdapat di
ruang penyimpanan yang terletak di depan ruang perpustakaan. Peralatan olahraga
yang ada meliputi 5 matras, 4 raket, 2 gawang, 2 ring basket, 6 bola basket, 5 bola
futsal, 4 bola voli, 10 tongkat kasti, 10 tongkat egrang, 1 meja pingpong, 1 net
pingpong, 2 raket tenis meja, 1 bola pingpong, 2 set net voli, dan 2 set net
bulutangkis. Namun, terdapat 1 ring basket yang rusak.
c) Media pendidikan. Media pendidikan berguna untuk membantu proses kegiatan
belajar dan mengajar. Biasanya media pendidikan ini berupa alat peraga. Media
pendidikan ini berhubungan dengan mata pelajaran yang ada di sekolah sebagai
berikut:
- Bahasa Inggris meliputi KIT papan alas siswa, keping huruf alfabet, CD
-

interaksi, buku petunjuk, keeping huruf, lembar klasikal, dan papan klasikal.
Matematika meliputi papan peraga dan lantai permainan.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) meliputi KIT bentang alam untuk kelas 3, 4 , 5,
globe model fisikal yang berdiameter 30 cm, peta tiga dimensi bentang alam,

dan model peraga fase bulan.


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) meliputi KIT IPBA (Ilmu Pengetahuan Bumi

dan Alam) berjumlah 3 dan 1 set IPA Aktif berjumlah 4.


Selain itu, di tiap ruang kelas terdapat gambar-gambar pahlawan, presiden dan
wakil presiden, serta garuda. Gambar-gambar tersebut dipajang guna untuk
meningkatkan wawasan siswa.
d) Buku dan sumber belajar lainnya. Adapun jenis buku yang ada di perpustakaan
sebagai berikut:
Tabel. Jenis Buku di SDN Caringin Tahun 2015
No
.
1.
2.
3.
4.

Jenis Buku

Jumlah Judul Buku

Jumlah Buku

Fiksi Indonesia
Fiksi Sunda
Non Fiksi Sunda
Pendidikan Karakter

106
98
17
47

276
357
19
119

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Agama Islam
Bahasa Indonesia
Referensi
Sejarah
Umum
Cerita Tokoh
Kewarganegaraan
Keterampilan
Seni
Jumlah

91
13
60
23
94
27
19
19
19
633

284
75
171
99
318
72
27
48
53
1.918

Sumber: Data olah Tim KKN di Perpustakaan SDN Caringin Tahun 2015.

e) Bahan habis pakai. Bahan habis pakai yang sering digunakan sekolah berupa tinta
spidol, tinta printer, dan kapur tulis.
f) Perlengkapan lain. Perlengkapan lain yang dimiliki yaitu bendera kebangsaaan
Indonesia.

2) Kondisi prasarana terdiri dari:


a) Lahan. SDN Caringin ini memiliki lahan seluas 200 tumbak atau 2.820 m 2.
Hampir semua lahan digunakan untuk bangunan sekolah dan lapangan. Adapun
lahan kosong seluas 50 m2 yang terletak dibelakang gedung sekolah.
b) Ruang kelas. Di SDN Caringin memiliki 10 ruang kelas. Dari 10 ruang kelas
diantaranya telah berlantai keramik.
c) Ruang pimpinan satuan pendidikan. Ruang kepala sekolah telah ada secara
khusus. Ruang kepala sekolah terletak di belakang ruang tata usaha. Jika ada
tamu, maka penyambutan tamu dilakukan di ruang kepala sekolah. Di ruang
kepala sekolah terdapat 1 meja, 3 kursi, 1 lemari, 1 speaker, dan 1 kamar mandi.
d) Ruang pendidik. Terdapat 1 ruangan yang dijadikan ruang guru. Ruang guru
terletak disebelah kanan ruang tata usaha. Ruangan tersebut telah berlantai
keramik. Di ruang guru terdapat fasilitas untuk kebutuhan guru diantaranya
terdapat 10 kursi, 2 meja besar, 1 lemari besar, 3 sofa, 1 dispenser, kipas angin,
dan 2 rak buku perpustakaan serta media-media pembelajaran. Selain itu, terdapat
1 kamar mandi di dalamnya.
e) Ruang tata usaha. Ruang tata usaha ini terletak disebelah kiri ruang guru dan di
depan ruang kepala sekolah. Ruangan tersebut telah berlantai keramik. Di ruang
tata usaha terdapat 6 meja, 5 kursi, 3 sofa, 2 unit amplifier, 2 lemari, dan 1 unit

komputer beserta printer. Selain itu, papan rencana kerja sekolah (RKS) terpajang
di ruangan ini.
f) Ruang perpustakaan. Ruang perpustakaan ini terletak disebelah kanan kamar
mandi untuk siswa. Ruangan tersebut telah berlantai keramik. Di ruang
perpustakaan terdapat 2 meja untuk staf perpustakaan, 5 meja kecil untuk siswa
membaca, 7 kursi, 10 lemari besar, dan di dalamnya terdapat gudang untuk
penyimpanan buku dan alat peraga.
g) Tempat berolahraga. Tempat untuk siswa berolahraga yaitu di lapangan sekolah.
Sedangkan untuk peralatan olahraga sendiri terdapat di ruang penyimpanan. Perlu
diketahui pula, SDN Caringin ini hanya memiliki 1 lapangan sekolah.
h) Tempat beribadah. SDN Caringin ini memiliki 1 tempat beribadah yaitu mushola.
Mushola terletak di sebelah lapangan sekolah. Mushola tersebut telah berlantai
keramik. Di mushola terdapat 3 pasang mukena dan 5 sajadah.
i) Tempat berkreasi. Tempat berkreasi ini berupa ruang kesenian yang hanya
terdapat 1 ruang. Ruang kesenian terletak di belakang gedung sekolah, dan
disebelah kiri lahan kosong. Ruangan tersebut telah berlantai keramik. Di ruang
kesenian terdapat angklung dan 1 set alat gamelan: goong, bonang, saron,
kendang, dan lain-lain.
j) Lapangan sekolah. Di lapangan sekolah terdapat satu tiang bendera yang terletak
ditengah ujung lapangan. Lapangan ini selalu digunakan untuk upacara hari senin
atau hari besar lainnya.
k) Ruang/tempat lain. Ruang/tempat lain yang terdapat di SDN Caringin ini yaitu
kamar mandi siswa dan kantin. Kantin hanya ada 1 ruang dan terletak di sebelah
mushola. Jam istirahat siswa biasanya bermain di kantin atau lapangan. Jika siswa
merasa lapar, siswa akan pulang kerumahnya kerena siswa bertempat tinggal di
sekitar sekolah. Kamar mandi untuk siswa terdapat 8 ruang. Kamar mandi terletak
ditengah-tengah antara ruang guru dan ruang perpustakaan. Kamar mandi tersebut
telah berlantai keramik.
Adapun sarana dan prasarana yang belum ada di SDN Caringin yaitu:
1) Ruang laboratorium seperti laboratorium IPA dan komputer.
2) Tempat bermain. Tempat bermain untuk siswa secara khusus tidak ada, sehingga
siswa sering bermain di lapangan, kantin, dan ruang kelas.
3) Ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS).
4) Aula.

Pengadaan sarana dan prasarana sekolah berdasarkan kebutuhan riil sekolah.


Pengadaan sarana dan prasarana diadakan sesuai dengan anggaran dan RKS. Tidak semua
sarana dan prasarana dapat diadakan karena mengingat kondisi terbatasnya ruang di
sekolah.
Sarana dan prasarana sekolah juga belum dilakukan secara optimal untuk mendukung
proses belajar mengajar. Terlihat guru lebih memilih menggunakan buku sebagai sumber
belajar dibandingkan media atau alat peraga yang ada.
Kebersihan lingkungan sekolah, tampak sangat terjaga. Ini tampak dari keseluruhan
lingkungan dalam keadaan bersih. Semua siswa-siswi sudah dilatih untuk membuang
sampah pada tempatnya, tempat sampah sudah ada di setiap kelas juga alat kebersihan
lainnya seperti sapu. Selain itu lapangan ini juga digunakan untuk berolahraga dan tempat
bermain siswa saat jam istirahat. Namun, kebersihan lingkungan hanya terlihat bersih di
depan gedung sekolah saja. Di belakang sekolah ini ada lahan kosong yang terdapat
banyak sampah. Lahan kosong ini dijadikan tempat untuk pembakaran sampah. Selama
ini tidak ada jasa pembuangan sampah yang sanggup untuk mengangkut sampah dari
sekolah ini. Meskipun pihak sekolah memberikan upah yang sesuai, namun tetap saja
tidak ada yang sanggup untuk mengangkut sampah dari sekolah ini. Pihak sekolah telah
melaporkan pada Dinas Kebersihan, namun tidak mendapat tanggapan.
2. Aspek Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM)
Aspek PAKEM di sekolah berupa kultur belajar yang dikelola oleh guru. Aspek PAKEM
ini terdiri dari:
a. Pembelajaran
Setiap kegiatan pembelajaran telah direncanakan dengan baik di SDN Caringin ini.
Setiap guru mengetahui isi silabus, membuat RPP, membuat soal, dan menganalisis
kegiatan kelas. Setiap kelas guru telah menerapkan pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa guna untuk membantu dalam proses kegiatan belajar. Semua guru
memperhatikan kebutuhan dan karakteristik siswa secara individu baik kelebihan maupun
kekurangan siswa. Guru disana juga memfasilitasi siswa untuk belajar dengan
menerapkan pembelajaran berbasis kompetensi guna untuk meningkatkan pengetahuan
dan wawasan siswa. Selain itu, guru juga menerapkan multi-metode dan multi strategi
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan dan keberhasilan

proses pembelajaran. Proses pembelajaran siswa pun dievaluasi dan didokumentasikan


dengan baik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Aktif
Setiap siswa SDN Caringin ini secara aktif terlibat dalam kegiatan kelas. Siswa
cenderung selalu bertanya, menjawab, berdiskusi dan mengusulkan dengan cara yang
baik. Terutama siswa kelas 1, 2, dan 3 yang memiliki rasa ingin tahunya tinggi. Selain itu,
terjalin komunikasi dua arah baik guru-siswa maupun siswa-siswa terlihat hampir semua
kegiatan kelas.
c. Kreatif
Guru SDN Caringin ini menggunakan alat peraga dan media di sekitar secara kreatif.
Contohnya saat mata pelajaran Seni Budaya Keterampilan (SBK). Guru kelas 1
cenderung menggunakan kertas origami untuk membuat kerajinan. Sudut baca dan
pajangan hasil karya anak sudah menjadi bagian dari keseharian sekolah. Namun, tidak
semua guru menggunakan alat peraga. Alat peraga di sekolah ini banyak sekali, tetapi
penggunaannya kurang optimal.
Guru selalu berusaha untuk menciptakan strategi dan inovasi baru dalam
melaksanakan tugasnya. Namun, masih terdapat guru yang menggunakan strategi lama
seperti strategi tahun lalu yang digunakan kembali pada tahun sekarang. Guru pun
memanfaatkan segala sesuatu di sekitar sebagai sumber informasi dan sumber belajar.
d. Efektif
Alat peraga dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru SDN Caringin ini
sesuai dengan materi yang dipelajari. Contohnya guru kelas 5 menggunakan media peta
Indonesia dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Guna untuk menambah
pengetahuan dan wawasan siswa terhadap Negara Indonesia. Guru dapat mengelola
waktu dengan efektif dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan jadwal kegiatan
belajar mengajar. Guru juga menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual pada
materi yang sesuai.
e. Menyenangkan
Guru SDN Caringin dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar selalu
menciptakan suasana yang kondusif sehingga kegiatan belajar mengajar berlangsung
dengan menyenangkan. Tugas yang diberikan kepada siswa pun sesuai dengan potensi
kapasitas siswa karena sebelumnya guru selalu memperhatikan kebutuhan dan
karakteristik siswa secara individu.

Sistem penghargaan dan hukuman terhadap siswa diterapkan baik di tingkat kelas dan
sekolah. Biasanya penghargaan itu berupa sebuah pujian, sedangkan hukuman berupa
peringatan bahkan mendapatkan nilai jelek. Setiap siwa memiliki kesempatan untuk
menunjukkan kreativitas mereka. Kreativitas siswa dapat dilihat dari sikap dalam
memahami materi yang diberikan.
Perasaan hari yang melelahkan di sekolah tidak terlihat pada sikap siswa. Dalam
proses kegiatan belajar mengajar guru cenderung menggunakan multi-metode yaitu
belajar sambil bermain. Guru juga menerapkan evaluasi yang bersifat komprehensif
(menyeluruh) termasuk mempertimbangkan proses dan hasil kegiatan belajar mengajar.
Selain itu, penataan lingkungan kelas/sekolah yang menarik dan menyenangkan minat
siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari kerjasama antara guru dan siswa dalam mendekorasi
kelas masing-masing.
3. Aspek Peran Serta Masyarakat (PSM)
Aspek PSM di sekolah berupa kultur lingkungan yang dipimpin oleh komite sekolah.
Menurut Kepmendiknas No. 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
menyebutkan bahwa Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peranserta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan etisiensi pengelolaan
pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah
maupun jalur pendidikan luar sekolah.
SDN Caringin telah membentuk komite sekolah sesuai dengan Kepmendiknas No.
044/U/2002. Namun, komite sekolah di SDN Caringin ini sudah tidak berjalan sejak tahun
2009. Saat ini pemimpin komite sekolah masih ada, tetapi tidak melaksanakan peran dan
fungsinya. Kepala sekolah pun berencana untuk meminta pertanggung jawaban pemimpin
komite sekolah itu. Jika masih tidak ada pertanggung jawaban, maka komite sekolah akan
diganti dengan terpaksa.
Sejak tahun 2009 pemimpin komite sekolah tidak terlibat dalam penyusunan RPS. RPS
disusun oleh kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan. Meskipun tidak ada pemimpin
komite sekolah, masyarakat sekitar tetap menunjukkan kepedulian akan pentingnya
pendidikan dengan memberikan dukungan dan kontribusi kepada sekolah. Hal ini terlihat
saat kontribusi orang tua siswa dalam pengadaan lomba 17 Agustus untuk memperingati hari
kemerdekaan Negara Indonesia ini.

Program sekolah juga memuat optimalisasi potensi masyarakat seperti memberikan


kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuatu dari masyarakat sekitar mengingat lokasi
sekolah dekat dengan pemukiman.
Pihak sekolah juga kurang membangun mitra kerja dengan lembaga/organisasi sekitar
seperti puskesmas, dokter, polisi, dan pemerintah daerah setempat sebagai bagian dari
program sekolah. Sekolah hanya dijadikan tempat untuk belajar siswa yang dibimbing oleh
guru saja. Namun, pada kenyataannya keberadaan sekolah menjadi bagian dari masyarakat
sekitar bukan sebagai lembaga asing.

Anda mungkin juga menyukai