Anda di halaman 1dari 5

. Bilal Philips, mualaf mampu Islamkan 3.

000 tentara Amerika


http://thesubmission.files.wordpress.com/2010/06/bilal.jpg

Abu Ameenah Bilal Philips bernama asli Dennis Bradley Philips. Dia berdarah Jamaika namun
masa kecilnya dihabiskan di Kanada. Perjalanannya mengenal Islam menarik untuk disimak.

Sebelum menjadi muslim, Philips menganut musik dan cinta sebagai agamanya. Dibesarkan
dalam kultur musik Jamaika kental membuat ia memilih menjadi gitaris. Di kesengsem Jimi
Hendrix dan Bob Marley. Saat berkuliah di Universitas Simon Frasier, Kota Vancouver, Kanada,
dia kerap ngamen di klub dan kafe mempertontonkan kemahirannya bermain musik.
Bermain musik memberikan kesempatan pria kelahiran Jamaika, 6 Januari 1946, ini menjelajah ke
berbagai negara, termasuk Malaysia dan Indonesia pada 1960-an. Di dua negara berpenduduk
mayoritas Islam ini, Philips mulai tertarik mempelajari agama Nabi Muhammad.
Balik ke negaranya pada 1972, lelaki berjanggut ini memutuskan mempelajari Islam secara
intensif. Dia kerap berdiskusi dengan para cendekiawan muslim dan mempelajari buku-buku
agama rahmatan lil alamin ini. Tak perlu waktu cukup banyak, beberapa bulan kemudian Philips
mengucapkan dua kalimat syahadat, tanda sumpah serta pengakuan keesaan Allah dan Rasulullah
sebagai utusanNya.
Setelah menjadi muslim, Philips memutuskan berhenti menjadi musikus dan mempelajari agama
barunya lebih dalam. Dia mengaku tidak nyaman lagi bermusik. "Menjadi artis rentan terhadap
perilaku dilarang Allah seperti obat-obatan, seks bebas, perempuan, dan pergaulan salah. Saya
tidak mau seperti itu lagi," ujarnya.
Dia kembali bersekolah dengan mendaftarkan diri ke jurusan studi Islam di Universitas Islam
Madinah, Arab Saudi. Alasannya, dia ingin belajar Islam dari sumber klasik di kota-kota
bersejarah dan bukan budaya prakteknya. "Beda lingkungan akan berbeda menerjemahkan Islam,"
kata Philips.
Kelar di Universitas Madinah, Philips terus belajar. Kali ini dia mendaftar program master di
Universitas Riyadh. Selain berkuliah, dia juga nyambi menjadi pembawa acara Why Islam di
Channel Two, stasiun televisi milik pemerintah Saudi. Acara seputar wawancara dengan para
muallaf dari berbagai latar
belakang dan ketertarikan mereka mempelajari Islam. Dengan membawa acara itu, Philips
mengaku imannya semakin kuat. Tak cuma menjadi presenter, dia juga menulis buku, antara lain
Poligami dalam Islam dan Prinsip Dasar Iman dalam Islam.

Kelar kuliah S2 pada 1990-an, Philips bekerja di departemen agama markas besar Angkatan Udara

Arab Saudi di Ibu Kota Riyadh. Kala itu Perang Teluk tengah berkecamuk. Irak menginvansi ke
Kuwait karena menolak menghapus utang luar negeri negeri Saddam Hussein itu. Posisi Kuwait
kewalahan dan meminta bantuan ke Amerika Serikat. Negara adidaya itu mengirimkan
pasukannya dan membuat pangkalan di Arab Saudi.
Ketika tentara Amerika bermarkas di Negeri Petro Dollar itu, Philips kebagian memberikan materi
tentang Islam kepada mereka. Ini penting untuk mengajarkan pengetahuan benar Islam bukanlah
agama menyukai kekerasan. Hasilnya, sekitar tiga ribu serdadu Amerika masuk Islam.
Selepas Perang Teluk, Philips dikirim ke Amerika untuk mendampingi para tentara muallaf itu.
Dia mendapat bantuan dari anggota tentara beragama Islam untuk membuat konferensi dan
kegiatan. Usahanya ini membuahkan hasil dan militer Amerika akhirnya membangun musala di
seluruh pangkalan militer mereka.
Kelar proyek itu, Philips hijrah ke Filipina dan mendirikan pusat informasi di Mindanao serta
universitas berbasis Islam di Cotobato City. Pada 1994, Philips mendapat undangan bergabung
dengan lembaga amal Dar Al Ber di Dubai, Uni Emirat Arab. Di sana ia membentuk pusat
informasi Discover Islam di Kota Karama. Proyeknya kali ini mengundang ulama dari pelbagai
negara. Dalam lima tahun, pusat informasi itu telah membuat 15 ribu orang dari seluruh penjuru
dunia mengucapkan dua kalimat syahadat.

2. Daniel Streich, benci masjid namun kini bersujud


http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/daniel-streich-_120907160713-520.jpg
Daniel Streich, anggota Partai Rakyat Swiss (SVP) menjadi sosok terkenal. Bukan saja awalnya
dia sangat menentang keras pembangunan masjid di negaranya, melainkan dirinya secara
mengejutkan berpindah haluan menjadi seorang muslim.

Streich penganut kristen taat. Dia dibesarkan dengan ajaran Kristiani dan semasa kecil pernah
bercita-cita menjadi pastor. Namun ketika remaja niatnya berubah. Ia mulai gemar berpolitik dan
tanpa ragu terjun langsung menjadi anggota partai ternama di Swiss.
SVP bukan partai sembarangan. Di dalamnya terdiri dari cendekia, ilmuwan, pelajar, dan pegiat
bukan dari kalangan muslim. Partai ini menjadi penentang nomor wahid penyebaran Islam di
Swiss dan Streich paling vokal menyerukan penutupan masjid di seantero Negeri Cokelat ini.
Streich mempropagandakan anti-Islam ke seluruh negaranya. Ia menaburkan benih-benih
kemarahan dan cemoohan bagi umat Islam di Swiss. Ia merasa mimbar dan kubah masjid tidak
cocok dengan budaya negara itu. Ia juga menuding Islam agama teroris, pembuat onar, dan
kekerasan.

Dalam usahanya menyingkirkan Islam dari Swiss, lelaki ini malah mempelajari Alquran dan
Islam. Ia berharap dengan memahami ajaran Nabi Muhammad itu, dia mampu meruntuhkan iman
kaum muslim. Yang terjadi, ia malah terpesona dengan agama rahmatan lil alamin ini.
Semakin jauh Streich belajar Islam, semakin tenggelam dia dalam keindahan agama samawi itu.
"Banyak perbedaan saya dapatkan ketika mempelajari Islam. Agama ini memberikan saya
jawaban logis atas pertanyaan hidup penting dan tidak saya temukan di agama saya," katanya.
Presiden Organisasi Konferensi Islam (OKI) Abdul Majid Aldai mengatakan orang Eropa
sebenarnya memiliki keinginan besar mengetahui Islam dan hubungan antara Islam dengan
terorisme, sama halnya dengan Streich.
Dulu, Streich sering meluangkan waktu membaca Alkitab dan pergi ke gereja, tapi sekarang ia
membaca Alquran dan melakukan salat lima waktu setiap hari. Dia keluar dari SVP dan
mengumumkan status muslimnya. Streich bilang telah menemukan kebenaran hidup dalam Islam
yang tidak dapat ia temukan dalam agama sebelumnya.

3. Anne William Kennedy, cendikiawan Inggris jadi muslim di Palestina


http://ddhongkong.org/wp-content/uploads/2012/07/Anne-kennedy.jpg
Anne William Kennedy, perempuan dan cendekiawan asal Inggris, Sabtu lalu mantap memeluk
Islam di Jalur Gaza, Palestina. Dia mengucapkan dua kalimat syahadat didampingi oleh Ketua
Asosiasi Sarjana Palestina Dr. Salim Salama.

Setelah selesai bersyahadat dan diteruskan doa, Anne dan Salim melakukan konferensi pers di
kantor Asosiasi Sarjana Palestina diliput oleh beberapa stasiun televisi. Dia lalu mengganti
namanya menjadi Khadijah Hassan.
Anne yakin memeluk Islam setelah dia bertukar pikiran dan berdialog dengan Yusuf Hassan,
seorang pemuda asal Khan Yunis, Gaza Selatan. Sebelum memutuskan menjadi muslimah,
pemegang gelar sarjana di bidang ekonomi, politik, dan filsafat itu membaca buku-buku tentang
Islam.
Anne mengaku gembira setelah resmi menjadi muslimah dan bangga bisa berada di Jalur Gaza.
Menurut dia kota itu tepat buat ditinggali kaum muslim. Dia masih mengajar agama di sebuah
sekolah di Inggris sampai sekarang.
Dalam konferensi pers, Salim Salama mengucapkan selamat kepada Anne yakin menjadi
muslimah. Di akhir jumpa pers, dia memberikan sebuah mushaf Alquran dengan terjemahan
Inggris kepada muslimah itu.

4. Arnoud van Doorn, anti-Islam kini jadi muslim


http://www.omroepwest.nl/sites/default/files/imagecache/cp_main/erasmus/00/2109226.jpg
Arnoud van Doorn, salah satu anggota partai politik sayap kanan Belanda dari Partai Bagi
Kebebasan, yang dikenal anti-Islam dikabarkan telah masuk Islam. Doorn menjadi muslim setelah
dia melakukan penelitian mengenai agama ajaran Nabi Muhammad itu dan kehidupan kaum
muslim.

"Saya mengerti kenapa semua orang skeptis, terutama mengenai hal-hal yang tak terduga bagi
banyak orang. Ini merupakan keputusan besar yang saya tidak anggap remeh," kata Doorn.
Kabar keputusan Doorn masuk Islam pertama kali muncul saat dia menyebut kata 'awal baru' di
akun Twitter dia bulan lalu. Dia kemudian menulis kalimat syahadat dalam bahasa Arab untuk
memproklamirkan kepercayaan barunya itu. Doorn akhirnya mengumumkan bahwa dia sudah
masuk Islam.
"Orang-orang terdekat saya tahu bahwahampir setahun belakangan inisaya sedang aktif membaca
Alquran, hadist, sunnah, dan buku-buku lainnya tentang Islam," ucap Doorn. "Di samping itu,
saya juga banyak melakukan berbagai percakapan dengan kaum muslim tentang agama."
Dia mengatakan dorongan daripartainya agar mempunyai sikap menentang Islam justru
membuatnya penasaran dan ingin menggali tentang kebenaran agama Islam sendiri.
"Saya mendengar banyak pandangan buruk mengenai Islam. Namun, saya bukanlah tipe orang
yang hanya mengikuti pendapat orang lain tanpa melakukan penelitian terlebih dahulu," ucap dia.
Doorn menjelaskan dia akhirnya mulai melakukan penelitian lebih dalam tentang Islam untuk
menjawab rasa keingintahuannya itu "Kerabat saya, Abu Khoulani, dari dewan perwakilan Kota
Hague telah membawa saya untuk berhubungan dengan anggota Masjid As-Sunnah, yang
akhirnya membuat saya mengenal lebih jauh tentang Islam."
Doorn yang juga merupakan anggota parlemen Belanda dan dewan perwakilan Kota Hague,
memang telah lama dikait-kaitkan dengan sikap anti-Islam lantaran tergabung dengan partai
pimpinan Geert Wilders itu. Wilders memang dikenal sebagai politikus penentang Islam, kaum
muslim, dan Alquran.
Bahkan, Wilders pernah menegaskan perjuangannya menghentikan penyebaran Islam di Eropa
dan dunia merupakan tujuan utama dalam hidupnya. "Perjuangan anti-Islam adalah misi hidup
saya," kata lelaki 49 tahun itu.

Doorn mengatakan dirinya sadar telah berbuat kesalahan dalam kehidupannya seperti halnya
orang lain. Namun, dia menyebut, dari kesalahan-kesalahan itu, dirinya justru telah belajar
banyak."Dengan menjadi Islam, saya merasa telah menemukan jalan saya. Saya menyadari ini
adalah awal baru dan saya masih harus banyak belajar."

5. Taki Takazawa, mantan tukang tato Yakuza jadi imam masjid di Jepang
http://namakuddn.files.wordpress.com/2012/10/abdullah-taki-takazawa.jpg
Nama aslinya Taki Takazawa. Rambutnya gondrong dan tubuhnya dipenuhi tato. Secara
penampilan, dia nampak mirip dengan anggota kelompok mafia Jepang, biasa disebut Yakuza. Dia
memang mantan tukang tato para anggota geng paling ditakuti di Negeri Matahari Terbit itu.
Selama 20 tahun profesi itu digelutinya.

Tapi pandangan negatif pada penampilan fisiknya itu berubah saat dia mengumandangkan Azan.
Takazawa kini menjadi Imam sebuah masjid di Ibu Kota Tokyo. Setelah mengucapkan dua kalimat
Syahadat, Takazawa mencantumkan nama muslim Abdullah, berarti Hamba Allah SWT.
Perkenalannya dengan Islam secara tidak sengaja terjadi di Wilayah Shibuya. Takazawa melihat
seseorang dengan kulit dan janggut putih. Orang itu juga mengenakan baju dan turban warna suci.
"Orang itu memberikan sebuah kertas dan menyuruh saya membaca kalimat tertera bersama dia,"
ujarnya.
Kalimat itu ternyata Syahadat, pengakuan pada ke-esaan Allah SWT dan Muhammad SAW
sebagai utusannya. Meski tak paham secara keseluruhan, Takazawa pernah mendengar sepintas
Allah dan Muhammad. Seperti kebanyakan penduduk Jepang, Takazawa menganut aliran
kepercayaan Shinto.
Pertemuan dengan orang serba putih itu membekas di ingatan Takazawa. Dua tahun setelah
memeluk Islam, dia bertemu lagi dengan sosok inspiratifnya itu. "Ternyata dia pernah menjadi
Imam di Masjid Nabawi, Kota Madinah, Arab Saudi. Saya bersyukur bisa bertemu dengannya,"
katanya.
Imam Masjid Nabawi itu meminta Takazawa untuk menjadi Imam di masjid di wilayah Shinjuku.
Sebelumnya, dia melaksanakan ibadah haji dan menimba ilmu beberapa bulan di Kota Makkah.
Nama Takazawa terkenal lantaran dia menjadi satu diantara lima imam Masjid besar di Jepang,
dari 13 juta populasi manusia di Tokyo.

Sumber : http://kumpulan-berita-unik.blogspot.com/2013/07/5-kisah-mualaf-paling-terkenal-didunia.html?m=1#ixzz3W4pR34tD

Anda mungkin juga menyukai