Anda di halaman 1dari 51

Manajemen Keuangan

o
l
e
h

Evidoni. K, SE, Ak, MM, MSi


Reg Neg Akuntan D-18383

Disampaikan Pada Diklat Pim IV.

Mengatur Keuangan :

Manajemen Keuangan

Mulai dari perencanaan, pengendalian, per tanggung jawaban, pengambilan keputusan


dan kebijakan.

Merupakan siklus kegiatan


Dari manajemen keuangan

Manajemen Keuangan Pemerintah Daerah


RKA SKPD

DPA - SKPD

Mencakup :

Dasar Pelaksanaan Anggaran Memuat :

Renc Pendapatan
Renc Belanja
Renc Pembiayaan

Pendapatan
Belanja
Pembiayaan

Program/ Kegiatan

Priode Thn Anggaran 1/1 s/d 31/12

Mekanisme Penyusunan APBD


RPJP

RPJMD

5 tahun
Visi, Misi
program Ka. Daerah

Renstra SKPD
Visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program
dan kegiatan pembangunan (tupoksi)
Renja SKPD (berdasarkan evaluasi penca paian pelaksanaan program dan kegiatan tahun-tahun sebelumnya)

RKPD
(perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan)

RKUA

RAPBD

KUAPBD

RPFAS
- Menentukan skala prioritas urusan wajib dan urusan pilihaan
-Menentukan urutan program dalam masing-masing urusan
- Menyusun plafon anggaran sementaran unt masing-masing program
Prestasi kerja
RKA SKPD

Pendanaan
Keluaran/ hasil

Capaian kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga dan


standar pelayanan minimal

Disusun SKPD disampaikan pada PPKD


Dibahas oleh Tim Anggaran

RPDAPBD & Dok pendu kung (nota keu dan RAPBD

DPRD
DPA-SKPD
(pelaksanaan APBD)

Siklus Manajemen Keuangan Pemerintah Daerah

Penguasa/ Penggu na Anggaran

BUD
(PPKD SKPD)

PPK - SKPD

Bend Pengeluaran

PPTK

Pelaksanaan APBD :
Azas umum :
Semua penerimaan/ pengeluaran daerah untuk urusan pemerintah hrs
dikelola dalam APBD

SKPD :
A. Penerimaan :
- Wajib melaksanakan pemungutan/ penerimaan
- Hasil penerimaan tidak dapat digunakan secara langsung
- Wajib setor ke RK KUD

B. Pengeluaran :
- Jumlah belanja dianggarkan dlm APBD merupakan batas tertingi
- Pengeluaran belanja mempunyai prinsip hemat, tidak mewah, efektif dan efisien

C. Pembiayaan :
- SILPA thn lalu merupakan penerimaan pembiayaan
- SILPA dpt digunakan unt menutupi defisit anggaran
- SILPA
mendanai Belanja langsung atas kegiatan lanjutan
mendanai kewajiban lainnya s/d TA belum selesai
Didasari :
- Pengesahan kembali DPA-SKPD menjadi DPAL-SKPD (PPKD)
- Ka.SKPD hrs menyampaikan Lap.akhir realisasi keg fisik, non
fisik dan keuangan kepada PPKD pertengahan bln Desember
Syarat :
- Sisa DPA-SKPD yg belum diterbitkan SPD atau diterbitkan SP2D
- Sisa SPD yg belum diterbitkan SP2D
- SP2D yg belum diuangkan

D. Dana Cadangan :
- Dibukukan dlm RK tersendiri an Cad Pemda yg dikelola BUD
- Tidak dapat digunakan unk membiayai kegiatan lain diluar yg telah
ditetapkan dlm Perda
- Untuk melaksanakan program/ kegiatan, dana cad terlebih dahulu dipin dah bukukan ke RK Kas Umum Daerah sebesar pagu yg akan digunakan

Ketentuan Lain :
Dana Cadangan yg belum digunakan sesuia unt peruntukan
Dapat digunakan

dlm fortofolio (hasil tetap resiko rendah)


- Deposito, setifikat bank Indonesia

(SBI):
- Surat Perbendaharaan Negara (SPN)

Proses Pencairan &


Pembayaran LS
PEJABAT PENGGUNA
ANGGARAN/KUASA

SPM
PPK-SKPD

SP2D
BANK

BENDAHARA
PENGELUARAN
(SPP-LS)

Uang
FIHAK III

PPTK

(menyiapkan dokumen)

KUASA
BUD

Tagihan & Laporan


Kegiatan

Proses Pencairan & Pembayaran


UP
PEJABAT PENGGUNA
ANGGARAN/KUASA

SPM-UP/GU/TU

KUASA
BUD

PPK-SKPD

SP2D

SPP-UP/GU/TU
BENDAHARA
PENGELUARAN

UANG

BANK

PertanggungJawaban :

Ditinjau :
1. PP 105, Thn 2000, Ps 38,
Kepala Daerah menyusun Laporan pertanggungjawaban keuangan
daerah terdiri dari :
- Laporan perhitungan APBD
- Nota perhitungan APBD

2. Undang undang Republik Indonesia No.17, Tahun 2003


(Keuangan Negara)
- Ps. 10, Ayat 2e,
Dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat Pengelola
keuangan Daerah mempunyai tugas menyusun laporan keuang
an yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

- Ps. 31,
Ayat 1,
Gubernur/ Bupati/ Walikota menyampaikan rancangan Perda ten
tang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD be
rupa Lap Keuangan yang telah diperiksa oleh BPK, selambat lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir

Ayat 2,
Laporan keuangan dimaksud setidak tidaknya meliputi Laporan
Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan, yg dilampiri dgn Laporan Ku Persh Daerah

- Ps 32,
Ayat 1,
Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/
APBD sebagaimana dimaksud Pasal 30 dan Pasal 31 disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan

Ayat 2,
Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) disusun oleh suatu komite standar yang independen dan
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu
mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan

3. SAP Standar Akuntansi Pemerintahan


[PP RI No. 24 Th. 2005]
a. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
- Pengguna laporan keuangan
- Peranan laporan keuangan
- Komponen laporan keuangan
- Dasar hukum pelaporan keuangan (UU Dasar RI yg mengatur
keuangan negara, UU dibidang keuangan negara, UU tentang
APBN, Peraturan perundang undangan yg mengatur perim bangan keuangan pusat dan daerah, Perundang undangan
pelaksanaan APBN/ APBD)

b. Pernyataan No. 01 Penyajian Laporan Keuangan


- Laporan Realisasi Anggaran
- Neraca
- Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13, Tahun 2006, (Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah)
- Paragraf 5, Laporan Keuangan pada SKPD, Ps 265
Ayat 1,
SKPD menyusun dan melaporkan pertanggungjawaban pelaksana
an APBD secara periodik yang meliputi :
- Laporan realisasi anggaran SKPD
- Neraca SKPD dan catatan atas laporan keuangan SKPD

Ayat 2,
Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun dan disajikan sesuai dengan
peraturan pemerintah yang mengatur standar akuntansi pemerin
tahan.

- Bagian Kedua, Laporan Tahunan, Ps 294


Ayat 1,
PPK-SKPD menyiapkan laporan keuangan SKPD tahun anggaran berkenaan dan disampaikan kepada Ka. SKPD untuk ditetapkan se bagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran SKPD

Ayat 2,
Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampai
kan kepada PPKD sebagai dasar penyusunan laporan keuangan
pemerintah daerah

- Ps 295
Ayat 3,
Laporan keuangan SKPD terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca dan catatan atas laporan keuangan.

- Ps 296
Ayat 1,
PPKD menyusun laporan keuangan pemerintah daerah dengan cara
menggabungkan laporan laporan keuangan SKPD, paling lambat 3
(tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.

Ayat 2,
Laporan keuangan pemerintah daerah sebagai mana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan kepada Ka Daerah melalui Sekda selaku koor
dinator pengelolaan keuangan daerah dalam rangka pertanggungja
waban pelaksanaan APBD

Ayat 3,
Laporan keuangan sebagai mana dimaksud terdiri dari : Laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Ayat 4,
Laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan peraturan pe merintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Ayat 5,
Laporan keuangan pemerintah daerah dilapiri dengan laporan ikti sar realisasi kinerja dan laporan keuangan BUMD/ perusahaan daerah.

Laporan Keuangan Daerah :


Merupakan Laporan Pelaksanaan Pertanggungjawaban APBD
selama priode tahun anggaran

Peranan Laporan Keuangan Daerah :


- Menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keu
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas
pelaporan selama satu periode pelaporan.
- Melaporkan hasil yg dicapai dalam pelaksanaan kegiatan se
cara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan
dlm kepentingan akuntabilitas, manajemen, transparansi, ke

Tujuan Pelaporan Keuangan Daerah :


- Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berja lan untuk membiayai seluruh pengeluaran.
- Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber
daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan.
- Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil hasil yang telah
dicapai
- Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
- Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dgn sumber sumber penerimaan jangka pendek, jangka panjang, termasuk dari pungutan pajak dan pinjaman
- Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah ada kenaikan atau penurunan.

PERANAN LAPORAN
KEUANGAN
Menyediakan imformasi yang relevan atas
posisi keuangan dari seluruh transaksi
selama satu priode
Melaporkan upaya yang telah dilakukan
serta hasil yang dicapai

HUBUNGAN LAPORAN KEUANGAN


DENGAN PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN

Masyarakat

Kewajiban,hak,
penelitian

Para wakil rakyat, lembaga pengawas, lembaga pemeriksa

Value dan hasil

Investor, kriditor

Hasil

jaminan

Pemerintah

Pertumbuhan
Dan pembelajaran

KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN


Pendapatan, Belanja
Transfer
Laporan Realisasi Anggaran

Surplus / Devisit
Pembiayaan

Asset
Kewajiban

Neraca

Operasi

Ekuitas
Penerimaan

Investasi
Pembiayaan

Laporan Arus Kas

Operasi
Pengeluaran

Investasi
Pembiayaan

Catatan Atas Laporan Keuangan

Laporan Realisasi Anggaran

Penjelasan Naratif

Neraca

Catatan Atas Laporan Keuangan

Struktur APBD

Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah


Untuk tahun yang berakhir sampai dengan
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0
(000.000)

No

Uraian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
23.
24.
25.
26.
27.
28

Anggaran 20x1

PENDAPATAN
PENDAPATAN HASIL DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
30.000
Pendapatan Retribusi Daerah
40.000
Pendapatan Hasil Pengelolaan kekayaan Daerah yang Dipisahkan 25.000
Lain-lain PAD yang sah
20.000
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6)
115.000
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
20.000
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
10.000
Dana Alokasi Umum
10.000
Dana Alokasi Khusus
20.000
Jumlah Pendapatan Transfer Dana
Perimbangan (12 s/d 14)
60.000
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT
LAINNYA
Dana Otonomi Khusus
20.000
Dana Penyesuaian
10.000
Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya
(18 s/d 19)
30.000
Total Pendapatan Transfer (15+20)
90.000
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Pendapatan Hibah
25.000
Pendapatan Dana Darurat
20.000
Pendapatan Lainnya
45.000
Jumlah Pendapatan Lain2 yang Sah (2426)
JUMLAH PENDAPATAN (7 + 21 + 27 )
250.000

Realisasi 20x1

(%)

Realisasi 20x0

25.000
45.000
25.000
20.000
115.000

16,7
80
25
110
35,3

30.000
25.000
20.000
10.000
85.000

15.000
15.000
15.000
25.000

50
50
25
25

10.000
10.000
20.000
20.000

70.000

16,7

60.000

20.000
15.000

33,4
50

15.000
10.000

35.000
105.000

40
23,5

25.000
85.000

30.000
25.000
55.000

20
25
22,3

25.000
20.000
45.000

345.000

25,4

275.000

29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.

BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Jumlah Belanja Operasional (31 s/d 36)
BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya.
Belanja Aset Lainnya
Jumlah Belanja Modal (40 s/d 45)
BELANJA TAK TERDUGA
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja Tak Terduga (49 s/d 50)
Jumlah Belanja (37 + 46 + 50)
TRANSFER
TRANSFER/BAGI HASIL PENDAPATAN KE KABUPATEN / KOTA
Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten / Kota
Bagi Hasil Retribusi Ke Kabupaten / Kota
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten / Kota
Jumlah Transfer bagi hasil Pendapatan
ke Kab./Kota (55 s/d 57)
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (51 + 58)
SURPLUS / DEFISIT ( 28 59)

70.000
60.000
20.000
25.000
5.000
5.000
185.000

75.000
65.000
25.000
40.000
5.000
5.000
215.000

7,1
7,1
25
33,4
25
8

70.000
70.000
20.000
30.000
5.000
4.000
199.000

4.500
7.000
1.000
2.000
2.000
2.000
5.500

2.000
1.000
2.000
2.000
1.000
1.000
9.000

100
100
100
100
63,6

1.000
500
1.000
1.000
1.000
1.000
5.500

1.000
1.000
191.500

1.000
1.000
225.500

100
100
9,5

500
500
205.500

1.000
1.000
1.500

2.000
1.500
2.000

100
50
100

1.000
1.000
1.000

3.500
19.500
55.000

5.500
230.500
114.500

83,4
10,6
72,2

3.000
208.500
66.500

62.
63. PERBIAYAAN
64.
65. PENERIMAAN PEMBIAYAAN
66.
Penggunaan SILPA
67.
Pencairan Dana Cadangan
68.
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan.
69.
Pinjaman Dalam Negeri Pemerintah Pusat
70.
Pinjaman Dalam Negeri Pemerintah Daerah Lainnya.
71.
Pinjaman Dalam Negeri Lembaga Keuangan Bank
72.
Pinjaman Dalam Negeri Lembaga Keuangan Bukan Bank
73.
Pinjaman Dalam Negeri Obligasi
74.
Pinjaman Dalam Negeri Lainnya
75.
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara
76.
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan daerah
77.
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah lainnya
78.
Jumlah Penerimaan (66 s/d 77)
79.
80. PENGELUARAN PEMBIAYAAN
81.
Pembentukan Dana Cadangan
82.
Penyertaan Modal Pemerintah daerah
83.
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Pemerintah Pusat
84.
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
Lembaga Keuangan Bank Pemerintah lainnya
85.
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Lembaga Keuangan Bank
86.
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
Lembaga keuangan bukan Bank
87.
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Obligasi
88.
Pemberian Pokok Pinjaman dalam negri lainnya
89.
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan negara
90.
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
91.
Pemberian pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
92.
Jumlah Pengeluaran (81 s/d 91)
93.
PEMBIAYAAN NETO (78 92)
94.
95. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (61 + 93)

Sumber : SAP PPRI No. 24 th. 2005

3.000
2.000
1.000
2.000
1.000
1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
19.000

1.000
1.000
1.000
2.000
1.000
1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
16.000

50
100
100
100
100
100
100
100
39,15

2.000
1.000
500
1.000
500
500
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
11.500

1.000
1.000
5.000

1.000
1.000
500

100
100
100

500
500
1.000

1.000
1.000

1.000
2.000

100
100

500
1.000

2.000
1.000
2.000
2.000
1.000
1.000
11.500
4.800

1.000
2.000
1.000
1.000
1.000
1.000
12.000
4.000

100
100
100
100
100
100
71,4
11,1

500
1.000
500
500
500
500
7.000
4.500

199.000

115.500

62,67

71.000

Struktur Keuangan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.

NERACA
Pemerintah Propinsi / Kabupaten / Kota
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0

Uraian
ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Penerimaan
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Pusat
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Lainnya
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi
Piutang Lainnya
Persediaan
Jumlah Aset Lancar (3 s/d 17)
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen
Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Investasi dalam Surat Utang Negara
Investasi dalam Proyek Pembangunan
Investasi Nonpermanen Lainnya
Jumlah Investasi Nonpermanen (21 s/d 26)
Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Investasi Permanen Lainnya
Jumlah Investasi Permanen (29 s/d 30)
Jumlah Investasi Jangka Panjang (27 + 31)

20x1

20x0

2.000
3.000
1.000
5.000
1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
1.000
2.000
3.000
1.000
28.000

1.000
2.000
1.000
4.000
6.000
4.000
1.000
2.000
1.000
1.000
1.000
1.000
4.000
2.000
1.000
32.000

1.000
3.000
2.000
3.000
1.000
2.000
12.000

2.000
1.000
1.000
2.000
1.000
1.000
8.000

4.000
1.000
5.000
17.000

3.000
2.000
5.000
13.000

000.000

33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.

ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap (31 s/d 40)
DANA CADANGAN
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan (43)
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tuntutan Perbendaharaan
Tuntutan Ganti Rugi
Kemitraan dengan Fihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-lain
Jumlah Aset Lainnya (46 s/d 51)
JUMLAH ASET (18 +32+41+44+52)
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Fihak Ketiga ( PFK )
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang dalam Negeri Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Dalam Negeri Pemerintah Daerah Lainnya
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri Lembaga Keuangan Bank
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri Lembaga Keuangan bukan Bank
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri Obligasi
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (56 s/d 64)
KEWAJIAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri Pemerintah Pusat
Utang Dalam Negeri Pemerintahan Daerah Lainnya
Utang Dalam Negeri Lembaga Keuangan Bank
Utang Dalam Negeri Lembaga Keuangan bukan Bank
Utang Dalam Negeri Obligasi
Utang Jangka Panjang Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (67 s/d 72)
JUMLAH KEWAJIBAN (65 +73)

4.000
1.000
3.000
1.000
2.000
1.000
1.000
11.000

4.000
1.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
11.000

2.000
2.000

3.000
3.000

1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
1.000
8.000
66.000

2.000
1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
9.000
68.000

1.000
2.000
3.000
2.000
1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
15.000

2.000
1.000
3.000
2.000
1.000
2.000
2.000
3.000
1.000
17.000

2.000
3.000
1.000
2.000
1.000
2.000
11.000
16.000

1.000
2.000
2.000
1.000
2.000
1.000
9.000
26.000

75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.

EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)
Pendapatan yang Ditangguhkan
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan
Dana yang Harus Disediakan untuk
Pembayaran Utang jangka Pendek
Jumlah Ekuitas Dana Lancar (77 s/d 81)
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
Jumlah Ekuitas Dana Investasi (84 s/d 87)
EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Jumlah Ekuitas Dana Cadangan (90)
JUMLAH EKUITAS DANA (82 + 88 + 91)
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (74 + 92)

Sumber : SAP PPRI No. 24 th. 2005

4.000
2.000
1.000
2.000
1.000
2.000
12.000

3.000
1.000
2.000
1.000
2.000
3.000
12.000

4.000
3.000
2.000
4.000
13.000

2.000
1.000
2.000
3.000
8.000

15.000
15.000
40.000
66.000

22.000
22.000
42.000
68.000

Format Laporan Keuangan Sektor Publik


NERACA
Pemerintah Propinsi / Kabupaten / Kota
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.

Uraian
ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Penerimaan
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Pusat
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Lainnya
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi
Piutang Lainnya
Persediaan
Jumlah Aset Lancar (3 s/d 17)
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen
Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Investasi dalam Surat Utang Negara
Investasi dalam Proyek Pembangunan
Investasi Nonpermanen Lainnya
Jumlah Investasi Nonpermanen (21 s/d 26)
Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Investasi Permanen Lainnya
Jumlah Investasi Permanen (29 s/d 30)
Jumlah Investasi Jangka Panjang (27 + 31)

20x1

20x0

2.000
3.000
1.000
5.000
1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
1.000
2.000
3.000
1.000
28.000

1.000
2.000
1.000
4.000
6.000
4.000
1.000
2.000
1.000
1.000
1.000
1.000
4.000
2.000
1.000
32.000

1.000
3.000
2.000
3.000
1.000
2.000
12.000

2.000
1.000
1.000
2.000
1.000
1.000
8.000

4.000
1.000
5.000
17.000

3.000
2.000
5.000
13.000

000.000

33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.

ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap (31 s/d 40)
DANA CADANGAN
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan (43)
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tuntutan Perbendaharaan
Tuntutan Ganti Rugi
Kemitraan dengan Fihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-lain
Jumlah Aset Lainnya (46 s/d 51)
JUMLAH ASET (18 +32+41+44+52)
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Fihak Ketiga ( PFK )
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang dalam Negeri Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Dalam Negeri Pemerintah Daerah Lainnya
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri Lembaga Keuangan Bank
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri Lembaga Keuangan bukan Bank
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri Obligasi
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (56 s/d 64)
KEWAJIAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri Pemerintah Pusat
Utang Dalam Negeri Pemerintahan Daerah Lainnya
Utang Dalam Negeri Lembaga Keuangan Bank
Utang Dalam Negeri Lembaga Keuangan bukan Bank
Utang Dalam Negeri Obligasi
Utang Jangka Panjang Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (67 s/d 72)
JUMLAH KEWAJIBAN (65 +73)

4.000
1.000
3.000
1.000
2.000
1.000
1.000
11.000

4.000
1.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
11.000

2.000
2.000

3.000
3.000

1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
1.000
8.000
66.000

2.000
1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
9.000
68.000

1.000
2.000
3.000
2.000
1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
15.000

2.000
1.000
3.000
2.000
1.000
2.000
2.000
3.000
1.000
17.000

2.000
3.000
1.000
2.000
1.000
2.000
11.000
16.000

1.000
2.000
2.000
1.000
2.000
1.000
9.000
26.000

75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.

EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)
Pendapatan yang Ditangguhkan
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan
Dana yang Harus Disediakan untuk
Pembayaran Utang jangka Pendek
Jumlah Ekuitas Dana Lancar (77 s/d 81)
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
Jumlah Ekuitas Dana Investasi (84 s/d 87)
EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Jumlah Ekuitas Dana Cadangan (90)
JUMLAH EKUITAS DANA (82 + 88 + 91)
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (74 + 92)

Sumber : SAP PPRI No. 24 th. 2005

4.000
2.000
1.000
2.000
1.000
2.000
12.000

3.000
1.000
2.000
1.000
2.000
3.000
12.000

4.000
3.000
2.000
4.000
13.000

2.000
1.000
2.000
3.000
8.000

15.000
15.000
40.000
66.000

22.000
22.000
42.000
68.000

LAPORAN ARUS KAS


PEMERINTAH PROVINSI Per 31 Desember 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37
38.

Uraian
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus Masuk Kas
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah Arus Masuk Kas ( 3 s/d 15)
Arus Keluar Kas
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Belanja Tak Terduga
Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten / Kota
Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten / Kota
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota
Jumlah Arus Keluar Kas ( 18 s/d 27)
Arus Kas Bersih Dari Aktivitas Operasi ( 16 28)
Arus Kas Dari Aktifitas Investasi Aset Non Keuangan
Arus Masuk Kas
Pendapatan Penjualan atas Tanah
Pendapatan Penjualan Atas peralatan dan Mesin
Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan
PendapatanPenjualan atas Jalan,Irigasi,dan Jaringan
Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya
Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya
Jumlah Arus Masuk Kas (32 s/d 37)

000.000

20X1

20X0

3.000
1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
2.000
2.000
1.000
3.000
2.000
23.000

2.000
5.000
2.000
1.000
2.000
1.500
1.000
1.000
1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
22.000

1.000
500
500
1.000
500
2.000
1.000
3.000
1.000
10.500
12.500

1.000
200
500
1.000
500
2.000
1.000
3.000
2.000
11.500
10.500

2.000
1.000
2.500
1.000
2.000
1.000
9.000

1.500
1.000
2.000
1.000
2.000
1.000
8.500

39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.

Arus Keluar Kas


Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Jumlah Arus Keluar Kas (40 s/d 45)
Arus Kas Bersih dari Aktifitas Investasi Aset Non Keuangan (38 + 45)
Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan
Arus Masuk Kas
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Pinjaman Dalam NegeriPemerintah Pusat
Pinjaman Dalam NegeriPemerintah Daerah Lainnya
Pinjaman Dalam Negeri Lembaga Keuangan Bank
Pinjaman Dalam Negeri Lembaga Keuangan bukan Bank
Pinjaman Dalam Negeri Obligasi
Pinjaman Dalam Negeri Lainnya
Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan aerah
Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Arus Masuk Kas (50 s/d 60)
Arus Keluar Kas
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Pemerintah daerah
Pembayaraan Pokok Pinjaman Dalam Negeri Pemerintah Pusat
Pembayaraan Pokok Pinjaman dalam Negeri Pemerintah Daerah Lainnya
Pembayaraan Pokok Pinjaman dalam Negeri Lembaga Keuangan bank
Pembayaraan Pokok Pinjaman dalam Negeri Lembaga Keuangan Bukan Bank
Pembayaraan Pokok Pinjaman dalam Negeri Obligasi
Pembayaraan Pokok Pinjaman dalam Negeri Lainnya
Pemberian Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
Pemberian Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
Pemberian Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Arus Keluar Kas (63 s/d 73)
Arus Kas Bersih Dari Aktivitas Pembiayaan (61 74)

1.000
500
500
1.000
1.000
500
4.500
13.500

1.000
500
500
1.000
1.000
500
5.500
14.000

1.000
2.000
1.000
2.000
3.000
1.000
2.000
3.000
2.000
1.000
2.000
20.000

1.000
2.000
1.000
2.000
3.000
1.000
2.000
3.000
2.000
1.000
2.000
20.000

500
200
800
600
300
200
100
300
100
200
150
3.450
16.550

1.000
200
400
600
200
300
200
200
100
150
150
3.500
16.500

76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.

Arus Kas Dari Aktivitas Non Anggaran


Arus Masuk Kas
Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga ( PPK)
Jumlah Arus Masuk Kas (78 s/d 78)
Arus Keluar Kas
Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga (PPK)
Jumlah Arus Keluar Kas (81 s/d 81)
Arus Kas Bersih Dari Aktivitas Non Anggaran (79 82 )
Kenaikan / Penurunan Kas ( 29 + 47 + 75 + 83)
Saldo Awal Kas di BUD
Saldo Akhir Kas di BUD (84 + 85 )
Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan
Saldo Akhir Kas (86 + 87 + 88)

1.000
1.000

2.000
2.000

800
800
200
42.750
1.000
43.750
2.000
1.000
46.700

1.500
1.500
1.850
41.000
500
40.500
2.000
1.000
70.500

ANALISA LAPORAN KEUANGAN


EMPAT PERSPEKTIP
Dasar Hukum
(Undang-Undang Otonomi Daerah No 22Tahun 1999, PP 105
tahun 2000 undang-undang No17 tentang keuangan negara
tahun 2004 undang-undang RI No.15 tentang pemeriksaan
dan tanggung jawab keuangan negara tahun 2004

Target yang Dicapai

Visi
dan
Misi

Pengorbanan yang
bersifat ekonomi dalam
mencapai target dalam
bentuk finansial

Pembelajaran dan pertumbuhan

PRODUKTIVITAS
Merupakan kemampuan dalam melakukan
suatu yang memberikan suatu nilai secara
oftimal

KINERJA
Merupakan hasil yang dicapai dari suatu
yang direncanakan dari suatu target atau
tujuan

HUBUNGAN ANTARA PRODUKTIVITAS


DENGAN KINERJA

Produktivitas

Proses

Kinerja

Tingkat Perbandingan
>
Produktivitas

<
=
Apakah efektif / efisien

Kinerja

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS
DAN KINERJA

Analisis Keuangan

Analisis Laporan Keuangan

Rasio Keuangan

Analisis Likuiditas

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Analisis Aktivitas

Rasio Efektivitas dan Efisiensi

Analisis Profitabilitas

Rasio Aktivitas

Analisis Struktur Modal

Ratio Keuangan

Rumusan

Pengukuran

Rasio lancar

Aktiva lancar
Kewajiban lancar

Mengukur kemampuan
untuk membayar hutang
Jangka pendek.

Rasio cepat

Kas + Investasi Jk Pendek


Kewajiban lancar

Mengukur kemampuan
untuk membayar hutang
Jangka pendek. Dalam Waktu dekat.

a. Analisis Likuiditas

b. Analisis Aktivitas
Perputaran
piutang usaha

Penjualan kredit bersih


Mengukur posisi piutang
Piutang usaha rata-rata dan taksiran jangka waktu
penagihan piutang.

Jumlah penjualan
harian dalam Piutang

Piutang usaha rata-rata Mengukur posisi piutang


Penjualan kredit harian
dan taksiran jangka waktu
rata-rata
penagihan piutang

Perputaran Persedian

Harga pokok penjualan


Persediaan rata-rata

Mengukur kelayakan
jumlah persediaan dalam
Waktu yang diperlukan
Untuk menjualnya

Jumlah penjualan
dalam persediaan

Persediaan rata-rata
Harga pokok penjualan
harian rata-rata

Mengukur kelayakan
jumlah persediaan dalam
Waktu yang diperlukan
Untuk menjualnya

Perputaran total aktiva

Penjualan bersih
Total aktiva rata-rata

Mengukur keefektifan
penggunaan aktiva

c. Analisis Profitabilitas
Marjin laba kotor
atas penjualan

Laba bersih
Penjualan bersih

Mengukur persentase
laba dari setiap nilai
penjualan (dolar/rupiah).

Marjin laba kotor


atas penjualan

Laba kotor
Penjualan bersih

Mengukur persentase
laba kotot dari setiap nilai penjualan
(dolar/rupiah).

Tingkat pengembalian total aktiva

Laba bersih
Total aktiva rata-rata

Mengukur produktivitas keseluruhan

Tingkat pengembalian atas ekuitas


pemegang saham

Laba bersih
Ekuitas pemegang
Saham

Mengukur tingkat pengembalian atas ekuitas


pemegang saham rata-rata

Tingkat pengembalian atas


pemegang saham biasa

Laba bersih-dividen
preferen yang harus dibayar
Rata-rata jumlah lembar rata2
saham biasa yangberedar

Mengukur tingkat pengembalian atas ekuitas


pemegang saham biasa

Laba per saham

Laba bersih-dividen
preferen yang harus dibayar
Rata-rata jumlah lembar
saham biasa yang beredar

Mengukur laba bersih perlembar saham


biasa

Dividen per saham

Dividen saham biasa


Rata-rata jumlah lembar saham
biasa yang beredar

Mengukur dividen per saham biasa

Hasil saham biasa

Dividen persaham biasa


Nilai pasar per saham biasa

Mengukur tingkat hasil kas untuk para


pemegang saham

Rasio harga laba

Harga pasar per lembar


saham biasa
Laba per lembar saham biasa

Mengukur daya tarik saham sebagai suatu


investasi

d. Analisis Struktur Modal


Rasio ekuitas terhadap
untuk membiayai

hutang

Ekuitas pemegang saham

Total Kewajiban

Mengukur penggunaan hutang


operasi.

Kelipatan bunga terhadap laba

Laba sebelum pajak dan beban bunga Mengukur kemampuan


beban bunga
untuk memenuhi pembayaran bunga

Nilai buku per saham

Ekuitas pemegang saham biasa


Jumlah lembar saham biasa yang
beredar

Mengukur ekuitas per saham biasa

e. lain-lain Ratio:
1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio Kemadirian

Pendapatan Asli Daerah


= ----------------------------------------------------------------------------------Bantuan Pemerintahan Pusat / prosinsi dan Pinjaman

2. Rasio Efektivitas d an Efisiensi Pendapatan Asli Daerah


Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Rasio Efektivitas = ---------------------------------------------------------------------------------------Target Penerimaan PAD yang Ditetapkan Berdasarkan Potensi Riil Daerah
Rasio Efisiensi

Biaya yang dikeluarkan Untuk memungut PAD


= ----------------------------------------------------------Realisasi penerimaan pendapatan asli daerah

3. Rasio Aktivitas
a. Rasio Keserasian
Rasio Belanja Rutin Terhada APBD

Total Belanja Rutin


= ----------------------------Total APBD

Total Belanja Pembangunan


Rasio Belanja Pembangunan Terhada APBD = ------------------------------------Total APBD
b. Debt Service Coverage Ratio (DSCR)
(PAD + BD + DAU ) - BW
DSCR = -------------------------------------------------------------------Total (Pokok Angsuran + Bunga + Biaya pinjaman

No

Tingkat
20x1

1. Likuiditas
a. Ratio Kas :

b. Ratio Cepat :

(000.000)

Perbandingan
(%)

20x0

Kesimpulan
(%)

28.000
32.000
Pada tahun 20x1 kemampuan Pemda/
-------- = 186,7 -------- = 188,23 Kota untuk menutupi kewajiban lancar
15.000
17.000
masih ada sisa sebesar 86,7 % dan
untuk tahun 20x0 = 88,23 % ini
menunjukan bahwa kemampuan pada th.
20x0 aktiva lancarnya naik dibandingkan
th. 20x1 namun ada kenaikan kewajiban lancar
7.000
5.000
-------- = 46,76 ------- = 29,41
15.000
17.000

Menunjukan bahwa kemampuan asset moneter dalam


menetupi kewajiban lancarnya untuk tahun 20x1
= 46,7 % dan tahun 20x0 = 29, 4 %

2. Propitabilitas
a. Tingkat Surolus
114.500
66.500
Pendapatan
: -------- = 45,8 ---------=24,18
Terhadap Pendap. 250.000
275.000

dari perbandingan tahun 20x1 dan 20x0 kenaikan


Surplus pendapatan dapat dikatakan berarti hal ini
kenaikan surplus pendapatan merupakan pengaruh
dari belanja (pengeluaran)

b. tingkat pengemb- 114.500


66.500
alian aktiva terhp.: -------- = 173,5 ---------=97,8
surplus pendapat. 66.000
68.000

menunjukan tingkat pengmbalian aktiva antara 20x1


dan 20x0 adalah 173, 5 %, 97,8 %

c. Tingkat pengem 114.500


66.500
Hasil yang dicapai dengan tingkat ekuitas antara 20x1
balian atas ekuit -------- = 286,25 ---------=166,25 ,20x0 adalah 286,25 % dan 166,25 %
dari surplus
40.000
40.000
pendapatan

3. Struktur Modal
a. Perbandingan 40.000
42.000
ekuitas terhad: -------- = 153,8 ---------=161,5
utang
26.000
26.000

Penggunaan utang untuk membiayai operasi antara


tahun 20x1, 20x0 hanya sebesar 53,8 % dan 61,5 %

b. Kelipatan bunga 895.000


46.500
terhadap surpl.: -------- = 3580 ---------=332,5
pendapatan
25.000
20.000
diluar bunga

kemampuan untuk menutupi bunga antara tahun 20x1


,20x0 = 3580 % dan 332,5 %

Sekian
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai