Anda di halaman 1dari 12

Al-Uqubah (Hukuman/Sanksi)

dalam Hukum Pidana Islam

Oleh:
1.
2.
3.

4.

Kelompok 4

CHALISA DEWI LESTARI


KHALIDA Z. LUBIS
PEGY SABRINA
YOVITA ADISTYA

III/D-1

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas curahan
rahmat dan karunia-Nya, sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Adapun makalah ini bertujuan untuk memenuhi tagihan tugas pada
semester dua. Makalah ini berisi tentang AL-UQUBAH (HUKUMAN/SANKSI)
DALAM HPI yang akan dibahas pada tiap-tiap halamannya.
Sehingga, dengan makalah ini pembaca diharapkan dapat lebih
memahami Materi Penyertaan Tindak Pidana dalam pandangan Hukum
Pidana.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak KHAIRUL AZMI, S.
Ag., M.A selaku dosen mata kuliah Hukum Pidana Islam dan kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan dimasa mendatang.

Medan,

Oktober

2015

DAFTAR ISI
2

KATA PENGANTAR..............................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................4
C. Tujuan Penulisan......................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................6
A. Definisi Dan Tujuan Hukuman..................................................6
B. Syarat-syarat Hukuman...........................................................8
C. Perbandingan Antara Hukuman dalam Pidana Islam & Hukum Pidana
Positif
( KUHP)....................................................................................9
D. Gabungan Hukuman................................................................9
E. Pelaksanaan Hukuman..........................................................10
F. Gugurnya Hukuman...............................................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................12
A. Kesimpulan............................................................................12
B. Saran.....................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada masa kini berbagai kejahatan marak terjadi dimanapun dan
kapanpun. Jika menilik dari sebab terjadinya kejahatan tersebut, akan
timbul berbagai alasan yang melatarbelakangi terjadinya kejahatan itu.
3

Akan tetapi kita harus menyadari bahwa salah satu yang menyebabkan
seseorang berpotensi melakukan kejahatan adalah tidak adanya efek jera
yang

masyarakat

dapatkan

dari

hukuman

yang

telah

dijatuhkan.

Penjatuhan pidana yang dianggap terlalu ringan itulah yang menjadi


factor penyebab orang-orang menjadi tidak takut melakukan kejahatan.
Disaat inilah, masyarakat butuh suatu sistem penanggulangan kejahatan
yang benar-benar melindungi dan memberi rasa aman.1

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari hukuman beserta tujuannya ?
2. Apa saja syarat-syarat hukuman berdasarkan HPI ?
3. Bagaimana perbandingan antara hukuman pidana dalam
islam & hukuman pidana positif (KUHP) ?
4. Apa yang termasuk gabungan hukuman dalam HPI?
5. Bagaimana pelaksanaan hukuman dalam HPI ?
6. Apa penyebab dari gugurnya hukuman dalam HPI?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari hukuman beserta tujuannya
2. Untuk mengetahui syarat-syarat hukuman berdasarkan HPI
3. Untuk mengetahui perbandingan antara hukuman pidana
dalam islam &
hukuman pidana positif (KUHP)
4. Untuk mengetahui tentang gabungan hukuman dalam HPI
5. Untuk mengetahui pelaksanaan hukuman dalam HPI
6. Untuk mengetahui penyebab gugurnya hukuman dalam HPI

1 Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Gema Insani Press,
2003), hlm. 9
4

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI DAN TUJUAN HUKUMAN
1. Definisi Hukuman

Secara

etimologi

hukuman

berarti

siksaan

atau

pembalasan

kejahatan ( kesalahan dosa). Dalam bahasa arab hukuman disebut


dengan iqab
mempunyai

(singular)
pengertian

dan
yang

uqubah (plural)
sama.

yang pada

Sedangkan

secara

dasarnya

terminologi

hukuman merupakan balasan yang setimpal atas perbuatan pelaku


kejahatan

yang

mengakibatkan

orang

lain

menjadi

korban

akibat

perbuatannya.2

2. Tujuan Hukuman

Esensi dari pemberian hukuman bagi pelaku suatu jarimah

menurut Islam:
1) Pencegahan serta balasan (ar-radu waz zahru)3

2 Rahmat hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), (Bandung: Pustaka Setia,
2010), hlm. 59
3 Ibid, hlm. 63
5

Pengertian pencegahan adalah menahan orang yang berbuat jarimah


agar ia tidak mengulangi perbuatan jarimahnya. Di samping mencegah
pelaku, pencegahan juga mengandung arti mencegah orang lain selain
pelaku agar ia tidak ikut-ikutan melakukan jarimah, sebab ia bisa
mengetahui bahwa hukuman yang dikenakan kepada pelaku juga akan
dikenakan terhadap orang lain yang juga melakukan perbuatan yang
sama.
2) Perbaikan dan Pengajaran ( al-ishlah wat-tahdzib)
Tujuan yang kedua dari penjatuhan hukuman adalah mendidik pelaku
jarimah agar ia menjadi orang yang baik dan menyadari kesalahannya. Di
sini terlihat bagaimana perhatian syariat Islam terhadap diri pelaku.
Dengan adanya hukuman ini, diharapkan akan timbul dalam diri pelaku
suatu kesadaran bahwa ia menjauhi jarimah bukan karena takut akan
hukuman, melainkan karena kesadaran diri dan kebenciannya terhadap
jarimah serta dengan harapan mendapat ridha dari Allah SWT.4
3) Kemaslahatan Masyarakat
Dalam kaitan ini pentingnya hukuman bagi pelaku jarimah sebagai
upaya menyelamatkan masyarakat dari perbuatannya. Pelaku sendiri
sebenarnya bagian dari masyarakat, tetapi demi kebaikan masyarakat
yang banyak maka kepentingan perseorangan dapat dikorbankan. Dengan
demikian hukuman itu merupakan obat untuk menyembuhkan penyakit
yang

diderita

pelaku

kejahatan

agar

masyarakat

terhindar

dari

penyebarannya.
Dari kesemua tujuan diatas, tujuan pokok dari hukuman adalah
menyadarkan saemua anggota masyarakat untuk berbuat baik dan
4 Oemiey , Macam-macam hukuman dalam hukum pidana islam, diakses dari https://oemiy.wordpress.com/
2010/12/30/macam-macam-hukuman-dalam-hukum-pidana-islam/ , pada tanggal 30 september, pukul 13:23
WIB

menjauhi semua perbuatan jelek, mengetahui kewajiban dirinya, dan


menghargai hak orang lain sehingga apa yang diperbuatnya dikemudian
hari berdasarkan kesadaran tadi, tidak selalu dikaitkan dengan ancman
hukuman. Dlam ungkapan lain perbuatan haknya semata-mata karena
kesadaran hukumnya yang mengikat bukan karena takut hukum5

B. SYARAT-SYARAT HUKUMAN
1. Hukuman Harus ada Dasarnya dari Syara
Hukum

dianggap

mempunyai

dasar

(syariyah)

apabila

ia

didasarkan kepada sumber-sumber syara seperti: Al-Quran, As-Sunnah,


Ijma,

atau

undang-undang

yang

ditetapkan

oleh

lembaga

yang

berwenang (ulil amri) seperti dalam hukuman tazir (Hukuman yang


bersifat pendidikan)6. Dalam hal hukuman ditetapkan oleh ulil amri maka
disyaratkan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan-ketentuan syara.
Apabila bertentangan maka ketentuan hukuman tersebut menjadi batal.
Perbuatan dianggap salah jika ditentukan oleh nas. Prinsip ini yang dalam
bahasa hukum disebut dengan istilah asas legalitas.
Dengan adanya persyaratan tersebut maka seorang hakim tidak
boleh menjatuhkan hukuman atas dasar pemikirannya sendiri walaupun ia
berkeyakinan bahwa hukuman tersebut lebih baik dan lebih utama
daripada hukuman yang telah ditentukan oleh syara.7
2. Hukuman Harus Bersifat Pribadi (Perorangan)
Ini mengandung arti bahwa hukuman harus dijatuhkan kepada
orang yang melakukan tindak pidana dan tidak mengenai orang lain yang
5 Rahmat Hakim. Op. cit., hlm. 66
6 Abdul Muqtadir Al-haq, Hukuman dalam Hukum Pidana Islam, diakses dari
http;//pembelajaranhukumindonesia.blogspot.com/2011/10/hukuman-dalamhukum-pidana-islam.html, pada tanggal 6 oktober 2015, pukul 17:09 WIB
7 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam: Fiqh Jinayah,
(Jakarta: sinar grafika, 2006), hlm. 141
7

tidak bersalah. Syarat ini merupakan salah satu dasar dan prinsip yang
ditegakkan oleh syariat Islam.8
3. Hukuman Harus Bersifat Universal Dan Berlaku Umum
Ini berarti hukuman harus berlaku untuk semua orang tanpa
adanya diskriminasi, baik pangkat, jabatan, status, atau kedudukannya.

C. PERBANDINGAN ANTARA HUKUMAN PIDANA DALAM ISLAM &


HUKUMAN PIDANA POSITIF ( KUHP)
Kesamaan HPI dan hukum positif dalam menetapkan tindak pidana
dan hukumannya yaitu dari segi tujuannya. Kedua sistem hukum tersebut
sama-sama bertujuan memelihara kepentingan dan ketentraman
masyarakat serta menjamin kelangsungan hidupnya. Meski demikian ada
perbedaan yang jauh antara keduanya:
Hukum islam sangat memperhatikan pembentukan akhlak dan
budi pekerti yang luhur karena akhlak yang luhur merupakan
sendi atau tiang untuk menegakkan masyarakat. Oleh karenanya
setiap perbuatan yang bertentangan dengan akhlak selalu dicela
dan diancam dengan hukuman. Sebaliknya hukum positif,
perbuatan yang walaupun bertentangan dengan akhlak tidak
dianggap sebagai tindak pidana, kecuali apabila perbuatan
tersebut membawa kerugian langsung bagi perseorangan atau
ketentraman masyarakat.9
Contohnya: perbuatan zina. Dalam HPI walaupun perbuatan zina
dilakukan dengan keadaan suka sama suka maka itu tetap
dipandang sebagai tindak pidana. Sedangkan dalam hukum
positif perbuatan tersebut tidak dikenai hukuman karena tidak
ada unsur pemaksaan didalamnya.

Hukuman dalam hukum pidana islam bersumber dari allah dan


semua ketentuannya tidak dapat dirubah, sedangkan hukum
pidana positif dibuat oleh manusia dan masih bisa direvisi sesuai
perkembangan zaman.

8 Oemiey. Loc. Cit.


9 Imazizah, Fikih Jinayat/HPI dan Perbandingannya dengan Hukum Pidana
Positif, diakses dari http://iimazizah.wordpress.com/2012/12/02/fikih-jinayathpidan-perbandingannya-dengan-hukum-pidan-positif.html, pada tanggal 6 oktober
2015, pukul 15:40 WIB
8

D. GABUNGAN HUKUMAN DALAM HPI


Dalam hukum islam, gabungan hukuman disebut dengan istilah
taadudul uqubat (berbilangnya hukuman) dan al-ijtimaul uqubah
(terkumpulnya beberapa hukuman). Gabungan jarimah terjadi manakala
seseorang melakukan beberapa jarimah sebelum ditetapkan hukuman
finalnya dari masing-masing jarimahnya.10 Hal ini ketika kejahatan
pertama belum mendapatkan sanksi atau hukuman sebagai hasil putusan
akhir yang diberikan pada sipelaku kejahatan, kemudian dia melakukan
pelanggaran yang kedua, ketiga dan seterusnya. Maka ketika si pelaku
tertangkap maka ia terkena tuduhan-tuduhan sesuai dengan yang
dilanggarnya dengan masing-masing sanksi yang diancamkan terhadap
kejahatan yang telah dilakukannya.
Pertimbangan fuqaha tentang eksistensi gabungan hukuman yang
berdasarkan atas dua teori:
1. Teori saling memasuki atau melengkapi
Dalam teori ini, pelaku jarimah dikenakan suatu hukuman walaupun
melakukan tindak kejahatan ganda, karena perbuatan yang satu dengan
yang lainnya saling melengkapi. Teori ini ada dua pertimbangan
Bila pelaku hanya melakukan tindakan kejahatan sejenis sebelum
diputuskan oleh hakim, maka hukumannya dapat dijatuhkan satu
macam saja., jika satu hukuman dianggap cukup. Tetapi apabila
pelaku belum jera dan mengulangi lagi perbuatnnya maka ia
dapat dikenakan hukuman lagi.
Bila jarimah yang dilakukan oleh seorang secara berulang-ulang
dan terdiri dari bermacam-macam jarimah maka pelakupun bisa
dikenakan satu hukuman dengan syarat bahwa penjatuhan
hukuman itu melindungi kepentingan bersama dan untuk
mewujudkan tujuan yang sama.
2. Teori penyerapan
Yang dimaksud dengan teori ini adalah penjatuhan hukuman
dengan menghilangkan hukuman yang lain karena telah diserap
oleh hukuman yang lebih berat. Teori ini merupakan pendapat abu
hanifah, imam malik, dan imam ahmad. Sedangkan imam syafii
menolak , beliau berpendapat bahwa semua hukuman harus
dijatuhkan
satu
persatu.
Adapun
pelaksanaannya
ialah
mendahulukan hukuman bagi jarimah yang dilakukan tanpa
sengaja kemudian jarimah yang bersifat disengaja.

10 Rofiq Nasihudin, Gabungan Melakukan Tindak Pidana Menurut Hukum


Islam, diakses dari http://nasihudin.com/gabungan-melakukan-tindak-pidanamenurut-hukum-islam/29.html, pada tanggal 6 oktober, pukul 15:49 WIB
9

E. PELAKSANAAN HUKUMAN DALAM HPI


Pelaksanaan hukuman dalam Hukum Pidana Islam terdiri dari
berbagai cara, yaitu:
a) Hukuman badan, yaitu dijatuhkan atas badan, seperti hukkuman
mati, dera, penjara, dan sebagianya.
b) Hukuman jiwa, yaitu dikenakan atas jiwa seseorang, bukan
badannya, seperti ancaman, peringatan, dan teguran.
c) Hukuman harta, yaitu yang dikenakan terhadap harta seseorang,
seperti diyat, denda, dan perampasan harta.

F. GUGURNYA HUKUMAN DALAM HPI


Hal-hal yang menyebabkan batalnya uqubah:
1. Pelaku meninggal dunia, kecuali untuk hukuman yang berupa denda
,diyat, dan perampasan harta .
2. Hilangnya anggota badan yang harus di kenakan hukuman, maka
hukumnya berpindah pada diyat dalam kasus jarimah qishash,
3. Tobat dalam kasus hirabah, meskipun Ulil Amri dapat menjatuhkan
hukuman tazir bila kemaslahatan umum menghendakinya.
4. Perdamaian dalam kasus jarimah qishash dan diyat dalam .dalam
hal inipun Ulil Amri dapat menjatuhkan hukuman tazir bila
kemaslahatan umum menghendakinya.
5. Pemaafan dalam kasus qishash dan diyat yang serta dalam kasus
qishash dan diyat serta dalam kasus jarimah tazir berkaitan dengan
hak adami.
6. Diwarisinya qishash, dalam hal inipun Ulil Amri dapat menjatuhkan
hukuman tazir, seperti ayah membunuh anaknya.
7. Kadaluwrasa.menurut imam Malik, Syafii, dan Ahmad didalam
hudud tidak ada kadarluwasa.
8. Hapusnya hukuman bertalian dengan keadaan diri pelaku,
sedangkan kebolehan suatu perbuatan bertlian dengan perbuatan
itu sendiri.
Sebab yang ada pada diri pelaku tersebut yang menyebabkan hapusnya
hukuman antara lain:
10

a. Paksaan
b. Belum baligh
c. Mabuk
d. Gila dan halangan-halangan lain.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hukuman adalah bentuk balasan bagi seseorang yang atas perbuatannya
melanggar ketentuan syara yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya untuk
kemaslahatan manusia, sekaligus juga untuk melindungi kepentingan
individu. Adapun syarat pelaksanaan hukuman antara lain:

11

1. Hukuman Harus ada Dasarnya dari Syara.


2. Hukuman Harus Bersifat Pribadi (Perorangan).
3. Hukuman Harus Bersifat Universal Dan Berlaku Umum.

B. SARAN
1. Menurut kami, masyarakat Indonesia yang mayoritasnya muslim harus
memahami lebih mendalam mengenai apa itu esensi hukuman dalam
ajaran Islam.
2. Sebaiknya pemerintah mulai mengintegrasikan hukum-hukum pidana
Islam ke dalam hukum nasional Indonesia untuk memperkecil tingkat
kriminalitas di Indonesia, melihat bahwa hukuman dalam Islam adalah
sekumpulan aturan hukum yang berasal dari Tuhan.

12

Anda mungkin juga menyukai