Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Orchidectomy
Pendahuluan
Orchidectomy merupakan prosedur pengangkatan testis baik salah satu
maupun kedua belah testis. Prosedur ini telah lama dikenal, meski sekarang
hanya dilakukan berdasar indikasi medis
KELAINAN YANG MEMERLUKAN TINDAKAN ORCHIDECTOMY
Keganasan Testis
Malignancy pada testis merupakan kasus yang jarang dimana insiden dari
penyakit ini 9 kasus per 100.000 pria dalam satu tahun (United States). 90-95%
tumor testis primer merupakan germ cell tumor (seminoma dan non seminoma).
Kanker testis merupakan neoplasma yang paling dapat disembuhkan
dibandingkan kanker lainnya. Mortalitas pasien menjadi turun akibat peningkatan
pada tehnik diagnosis yang efektif, peningkatan pada tumor marker, kemoterapi
yang efektif serta modifikasi dari tehnik operasi
Etiologi dari tumor testis tidak diketahui, tetapi cryptochidism
mempunyai peranan yang kuat dalam terbentuknya tumor testis. Resiko relatif
terjadinya keganansan pada testis lebih tinggi pada intra-abdominal testis
dibandingkan dengan inguinal testis. Selain dari crytochidism, pemberian
estrogen pada saat hamil meningkatkan resiko tumor testis pada fetus. Keganasan
testis sedikit lebih sering terjadi pada testis kanan dibandingkan dengan testis
kiri, ini sejalan dengan banyaknya cryptochidism pada testis kanan dibandinkan
testis kiri
Staging Tumor Testis
Definition of TNM
Primary Tumor (T)
pTX Primary tumor cannot be assessed (if no radical
orchiectomy has been performed, TX is used)
pT0 No evidence of primary tumor (e.g., histologic scar in
testis)
N1
N2
N3
Pathologic
pN0 No evidence of tumor in lymph nodes
pN1 Lymph node mass, 2 cm or less in greatest dimension and
6 nodes positive, none >2 cm in greatest dimension
pN2 Lymph node mass, more than 2 cm but not more than 5 cm
in greatest dimension; more than 5 nodes positive, none >5
cm; evidence of extranodal extension of tumor
pN3 Lymph node mass more than 5 cm in greatest dimension
Distant Metastases (M)
hCG (mIU/mL)
AFP (ng/mL)
S0
S1
<1.5 N
<5,000
<1,000
S2
1.510 N
5,00050,000
1,00010,000
S3
>10 N
>50,000
>10,000
Data from Vogelzang NJ, Scardino PT, Shipley WU, Coffey DS (eds): Genitourinary Oncology. Philadelphia, Lippincott, Williams & Wilkins, 1999
2.1.3. Penemuan klinis
Keluhan pasien tersering keganasan testis adalah adanya pembesaran
testis tanpa disertai nyeri, ini yang menyebabkan adanya keterlambatan dalam
diagnosis. Sekitar 10% pasien datang dengan keluhan yang berhubungan dengaan
gejala metastases seperti nyeri tulang belakang, sesak, mual, muntah, nyeri tulang
dan pembengkakan pada ekstrimitas bawah.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembesaran testis yang difuse,
massa padat dan tidak nyeri saat di palpasi. Pada
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
situ)
Seminoma
Spermatocytic seminoma
Embryonal carcinoma
Yolk sac tumor
Polyembrioma
Trophoblastic tumors :
Choriocarcinoma,
Placental
site
trophoblastic tumors
h. Teratoma.
i. Mixed forms.
Sex Cord/Gonadal Stromal Tumors
a. Pure forms : Leydig's cell tumors, Sertoli's cell tumors.
b. Granulosa cell tumors
c. Tumors of Thecoma or Fibroma Group
d. Incomplete differentiated sex cord/gonadal stromal tumors
e. Mixed forms
Tumors Containing Both Germ cell and Sex Cord/Gonadal
Stromal Elements
a. Gonadoblastoma
b. Mixed germ cell sex cord/gonadal stromal tumors, unclassified
Miscellaneous Tumors
a. Carcinoid Tumors
b. Tumors of Ovarian Epithelial Cells
Lymphoid and Hematopoietic Tumors
a. Lymphoma
b. Plasmacytoma
c. Leukemia
Tumors of Collecting Ducts and Rete
a. Adenoma
b. Carcinoma
Tumor of the Tunica, Epydidimis, Spermatic Cord, Supporting Structure
and Appendices
a. Adenomatoid Tumor
b. Mesothelioma : Benign and Malignant
c. Adenoma
d. Carcinoma
e. Melanotic neurodectal
f. Desmoplastic Small Round Cell Tumor
9. Soft Tissue Tumors
10. Unclassified Tumors
11. Secondary Tumors
12. Tumor-like Lesions
a. Nodules of immature tubules
b. Testicular Lesions of Androgenital Syndrome
c. Testicular Lesions of Androgen-insensitivity Syndrome
d. Nodular Precocious Maturation
e. Specific or Non Specific Orchitis
f. Granulomatous Orchitis
g. Malakoplakia
h. Adrenal Cortical Rest
i. Fibromatous Peritonitis
j. Funiculitis
k. Residue of Meconium Peritonitis
l. Sperm Granuloma
m. Vasitis Nodosa
n. Sclerosing Lipogranuloma
o. Gonadal Splenic Fusion
p. Mesonephric Remnants
q. Endometriosis
r. Epidermal Cyst
s. Cystic Dysplasia
t. Mesolithial Cyst
u. other
Sertoli's sel tumor
Paling sering pada pasien <usia 40 tahun. Bervariasi dalam ukuran dari 1
sampai 20 cm.Metastasis untuk kedua kelenjar getah bening retroperitoneal dan
usus dapat terjadi Orchidectomy radikal inguinalis adalah tindakan utama dan
dapat menyembuhkan 80% sampai 90% dari pasien.
Campuran Germ Cell dan Tumor stroma
Gonadoblastoma (kurang dari 0,5% dari tumor testis). Berhubunganan dengan
gonad dysgenetic: baik streak gonad atau testis. 80% dari pasien perempuan
biasanya dengan amenore primer dan kadang-kadang dengan massa perut bagian
bawah.. Pengobatan orchiectomy inguinalis radikal dan orchiectomy kontralateral
Tumor
Tanda-tanda dan gejala adalah massa testis dengan atau tanpa rasa sakit dan
kadang dengan ginekomastia.Bisa terjadi pada semua kelompok umur. Sekitar
sepertiga
dari
pasien
memiliki
ginekomastia.
Radikal orchiectomy adalah prosedur awal pilihan dan, tentu saja, kuratif dalam
90% kasus yang jinak. Pada sebagian kecil pasien ditemukan metastasis, pada
limfe retroperitoneal.
Trauma testis
Testis relatif terlindungi oleh skrotum, refleks kremaster dan tunika albugenia.
Adanya trauma tumpul dapat menimbulkan ruptur dari tunika labugenia,
kontusio, hematoma dan torsio testis. 75% trauma testis terjadi karena trauma
tumpul
Pasien bias mengeluh adanya nyeri skrotal dan mual. Dapat juga terlihat
hematom.
Pemeriksaan USG dapat membantu melihat adanya inhomogenitas parenkim
testis dan disrupsi tunika albugenia.
Tujuan eksplorasi bedah adaah untuk penyelamatan testis, pencegahan infeksi,
pengendalian perdarahan, dan pemulihan berkurang. Insisi skrotum lebih baik
dalam banyak kasus. 15% trauma testis membutuhkan tindakan orchidectomy
Mesothelioma
mesothelioma Paratesticular lebih sering terjadi pada orang tua tetapi mungkin
ditemui dalam setiap kelompok usia, termasuk anak-anak. Biasanya, tumor
terlihat sebagai massa, perusahaan skrotum tanpa rasa sakit dan terjadi hidrokel.
Cystadenoma
Cystadenoma epididimis sesuai dengan hiperplasia epitel jinak. Sherrick
menggambarkan kasus pertama pada tahun 1956, dan sekitar 20 kasus telah
menjadi subyek laporan berikutnya. Sekitar sepertiga dari kasus bilateral dan
dapat dilihat sebagai bagian dari penyakit von Hippel-Lindau. Tumor terjadi
paling sering pada dewasa muda dan menghasilkan baik ketidaknyamanan lokal
minimal atau tanpa gejala.
Pada beberapa kasus, terutama pada usia lanjut, pasien sering dilakukan
orchidectomy
Kriptorkismus
Grasso dan rekan (1991) menilai kesuburan 91 pasien dengan kriptorkismus
unilateral yang menjalani orchiopexy postpubertal dan menemukan bahwa 83,5%
dari pasien azoospermic atau oligospermic, dengan atau tanpa asthenospermia.
Studi
lain
menyimpulkan
bahwa
pada
laki-laki
postpubertal
dengan
mencakup
diabetes
mellitus,
trauma
lokal,
paraphimosis,
ekstravasasi periurethral atau urine, infeksi perirectal atau perianal, dan operasi
seperti
sunat
atau
herniorrhaphy.
Kelainan pada skrotum yang diindikasikan untuk tindakan ini adalah trauma pada
testis yang memerlukan sebagian atau seluruh jaringan yang tidak vital, testicular
nekrosis akibat dari torsio testis, dan epididimo-orchitis berat yang tidak sembuh
dengan antibiotik.
Simpel orchidectomy dapat dilakukan dalam anastesi lokal, regional maupun
anestesi umum.
Simple orchidectomy dibagi berdasarkan pendekatan yang digunakan
1.
Scrotal approach
2.
Supra-pubic approach
3.
Subcapsular orchidectomy
4.
Sub-epididymal orchidectomy
1. Scrotal approach
Sebelum tindakan dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pencukuran daerah pubis
dan
skrotal.kemudian
daerah
operasi
dilakukan
prosedur
dan
dijahit.
2. Supra pubic approach
Tindakan ini dilakukan bila akan memasang protese testis dan atau menghindari
insisi pada skrotal.
Urutan tindakannya adalah :
1.
10
3.
Kemudian
testis
dikeluarkan
dengan
cara
scrotum
didorong kea rah cranial dan dilakukan traksi pada spermatic cord.
Vas deferens dan spermatic cord dipisahkan
4.
Fascia scarpa kemudian dijahit dan kulit dijahit.
3. Sub-capsular orchidectomy
Pendekatan ini dilakukan bila pasien menginginkan secara kosmetik masih terasa
adanya testis setelah orchidectomy tanpa penggunaan dari prosthesis.
Tindakannya adalah :
1.
Operasi dilakukan dari scrotum bagian anterior, setelah
testis dikeluarkan, tunica albuginea dilakukan insisi
2.
Isi parenkim dikeluarkan, perlekatan dibebaskan dan
dilakukan kauterisasi pada dasar dari dinding testis untuk
menghancurkan sisa-sisa parenkim
3.
Tunica albuginea direapproksimasi dengan vicryl 3-0,
kemudian luka operasi ditutup
4. Sub-epididymal orchidectomy
tindakan ini dilakukan bila diinginkan hasil yang lebih baik secara kosmetik.
Tindakannnya adalah :
1.
Operasi dilakukan dari scrotum bagian anterior, setelah
testis dikeluarkan dilakukan vasectomy
2.
Testis di diseksi dari epididimis diikuti ligasi dari
pembuluh darah kecil yang memperdarahi testis
3.
Spermatic cord dan epididimis dikembalikan ke scrotum
dan luka operasi ditutup.
Komplikasi dari simple orchidectomy
-Infeksi
Infeksi yang terjadi dapat ditanggulangi dengan insisi dan drainage abses,
kemudian diteruskan degan perawatn luka yang baik.
-Hematoma.
Adanya hematom dapat mejadi suatu masalah. Hematom tersebut tetap tidak
dapat menjadi suatu tamponade, karena sifat skrotum yang dapat berdistensi.
Pemasangn drain dapat berguna untuk mengalirkan rembesan darah yang terjadi.
Pemasangan drain tidak efektif bila perdarahan terjadi antara kulit dan tunika
dartos
11
Inguinal Orchidectomy
Pada saat pasien telah terdiagnosis tumor testis maka, inguinal orchidectomy
dengan ligasi tinggi merupakan langkah awal dari terapi. Inguinal orchidectomy
dilakukan karena :
1.
Penyebaran KGB
Penyebaran tumor testis, kecuali choriocarcinoma, adalah melalui kelenjar
spermatic
melalui
internal
ring
kemudian
masuk
kedalam
Scrotal violation
Terdapat
perubahan
drainase
kelenjar
limfe
setelah
dilakukan
orchidectomy dengan dengan pendekatan inguinal dan scrotal yang dapat terjadi
bila adanya kontaminasi ke dinding scrotum. Scrotal violation ini lebih sering
terjadi pada pendekatan yang tidak optimal pada penanganan tumor testis seperti
scrotal orchidectomy, trans-scrotal biopsy dan juga fine needle aspiration biopsy
Pasien dengan scrotal orchidectomy mempunyai factor resiko 4 kali lebih
tinggi untuk terjadinya local recurrence dibandingkan dengan inguinal
orchidectomy
Urutan tindakan pada inguinal orchidectomy, yaitu :
-Pasien dalam posisi supine
-Dilakukan insisi oblique sepanjang 5-7 cm pada region inguinal mengikuti garis
Langerhans sekitar 2 cm diatas tuberkulum pubicum (insisi dapat diperluas
sampai scrotum bagian atas agak mudah mengeluarkan tumor yang besar)
-Fascia Campers dan Scarpa di insisi sampai level aponeurosis external obligue
yang kemudian di insisi sampai ke level internal ring
-Identifikasi nervus ilioinguinal kemudian dibebaskan dari spermatic cord dan di
preservasi
-Spermatic cord kemudian di pisahkan dari jaringan sekitarnya kemudian di klem
dengan menggunakan non-crushing klem pada level internal ring
12
-Testis kemudian dikeluarkan, kemudian double klem pada spermatic cord pada
level internal ring, dilakukan transeksi pada spermatic cord, kemudian bersama
dengan testis dikeluarkan
-Punctum dari spermatic cord dijahit dan diikat dengan meninggalkan satu atau 2
benang yang panjang untuk kepentingan identifikasi punctum bila akan dilakukan
diseksi KGB retroperitoneal
-External oblique apneurosis diahit, Scarpa fascia kemudian diahit begitu juga
dengan kulit.
Komplikasi inguinal orchidectomy
Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan intra-scrotum post-operasi,
retroperitoneal hematoma
Daftar Pustaka
1. Wein AJ,Kavoussi LR,Novick AC,Partin AW,Peters AC.editors.
Campbells Urology. 9th ed. Philadelphia: Saunders elsevier. 2007.
2. Sam DG, Glenn JF.editors. Glenns Urologic Surgery. 5th ed.
Lippincott Williams & Wilkins publishers. 1998
13
14