Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ancaman terbesar yang harus dihadapi dunia saat ini adalah menguatnya
kapitalisme global dalam wujud sistem ekonomi dan politik neoliberalisme
senantiasa menancapkan pengaruhnya ke seluruh dunia, tak terkecuali negara kita
Indonesia yang pada hakekatnya bertentangan dengan paham demokrasi pancasila
yang dianut oleh bangsa kita.
Sistem ekonomi dan politik neoliberalisme dalam bentuk pasar bebas
secara tidak langsung merupakan wujud kembalinya paham kolonialisme dan
imperialism yang sudah lama mati. Bahkan, spectrum dan dimensi krisis
multidimensi telah secara meluas mempengaruhi dan mengakar pada berbagai
penjuru dan bidang-bidang kehidupan ekonomi, politik, social dan budaya. Dan
pada akhirnya, krisi multidimensional yang terjadi di negara kita telah mengunci
jutaan rakyat dalam kesengsaraan, kekerasan dan perang, wabah penyakit dan
keterbelakangan

pendidikan,

social

dan

budaya,

yang

berujung

pada

meningkatnya pengangguran dan kemiskinan.


Indonesia mengalami krisis yang sudah berjalan cukup lama dan sampai
sekarang penyelesaian masalah-masalah ekonomi, sosial dan politik yang
menjanjikan pemulihan berlanjut atau sustainable juga belum nampak secara jelas.
Krisis perekonomian Indonesia merupakan dampak dari krisis yang melanda Asia
pada tahun 1997-an dan tidak ada satu negara pun yang menginginkan krisis itu
terjadi. Krisis perekonomian Indonesia yang mencapai puncaknya pada tahun
1997-1998 itu, telah melahirkan perdebatan publik, khususnya mengenai pilihan
kebijakan yang akan diambil Pemerintah. Krisis berkepanjangan yang terjadi di
Indonesia telah membawa berbagai dampak buruk bagi kondisi perekonomian
pemerintah Indonesia, diantaranya menguras harta kekayaan dan SDA, segala
mekanisme pasar uang dan pasar modal hanyalah member kesempatan perolehan
rente ekonomi (rent seeking) yang besar bagi para pemilik modal. Dengan
liberalisasi erdagangan maka kita akan membiarkan sebagian besar rakyat
Indonesia harus bersaing dengan pelaku ekonoi di negara-negara maju. Privatisasi

besar-besaran atas BUMN dan perusahaan swasta domestic maka Indonesia mulai
kehilangan kedaulatan atas banyak hal. Ini jelas telah menghianati nilai-nilai
kemerdekaan. Memang sering dibantah oleh pendukung neoliberalisme di
indonesia bahwa kita tetap bisa mengatur mereka sesuai dengan hukum dan
perundang-undangan di negeri ini. Masalahnya, segala peraturan perundangundangan juga telah dan sedang direvisi sesuai dengan pesanan. Paket
peraturan itu sebagian besarnya sudah bersifat universal, mirip di seluruh dunia.
Kemajuan telah terjadi dalam penanganan berbagai masalah yang
berkaitan dengan krisis. Akan tetapi hasil yang dicapai belum mampu
menumbuhkan harapan adanya penyelesaian krisis yang diikuti pemulihan tanpa
adanya ketakutan akan timbulnya masalah baru atau terjadinya krisis baru. Krisis
multidimensi sebagai agenda kelanjutan dari kapitalisme ternyata sampai sekarang
berhasil menghegemoni kondisi perekonomian bangsa Indonesia. Padahal,
terdapat salah satu solusi nyata yang dapat diterapkan dalam mengatasi masalah
krisis multidimensional sebagai akibat dari kebijakan beoliberalisme yakni
penerapan politik ekonomi islam. Dimana, secara ideologis Islam dan Kapitalisme
bertolak belakang. Islam menjadikan akidah Islam berikut syariatnya sebagai
landasan sistem ekonominya. Sebaliknya, dasar sistem ekonomi Kapitalisme
adalah sekularisme, yang menghalangi agama terlibat dalam ekonomi. Akibatnya,
kebijakan ekonomi kapitalis lebih didasarkan pada hawa nafsu manusia yang
rakus.
Konsep dasar ekonomi dalam perspektif Islam adalah keyakinan
mendalam bahwa alam jagat raya dan segala yang ada di dalamnya adalah ciptaan
Allah SWT (Lillahi ma fis samawati wal ardhi), dan manusia sebagai
khalifatullah di muka bumi ini. Sistem ekonomi Islami juga harus dilandasi
keyakinan bahwa Muhammad adalah Nabi dan rasul utusan Allah, penyemprna
akhlak manusia karena ia di dalam dirinya sudah ada uswatun hasanah bagi
seluruh manusia. Keyakinan-keyakinan tersebut membawa konsekuensi pada
pemahaman bahwa setiap upaya dan usaha untuk menata perekonomian harus
sesuai dengan ketetapan-ketetapan Sang Kholiq sebagaimana termaktub di dalam
al-Quran. Dalam tataran praktis, upaya-upaya untuk mengelola perekonomian

harus dilandaskan pada uswah yang telah dicontohkan oleh Rasul sebagaimana
termuat dalam sunnah-nya.
Sistem ekonomi Islam saat ini menjadi bahan perbincangan di seluruh
dunia. Adanya diskusi, seminar, workshop, training, short course (kursus singkat)
tentang ekonomi dan perbankan Syariah menjadi salah satu bukti semakin
populernya ekonomi Islam. Bahkan tak sedikit perguruan tinggi yang membuka
jurusan ekonomi Islam. Bahkan banyak perguruan tinggi yang dikenal dengan
aliran sekuler membuka jurusan atau program studi ekonomi Islam. Fenomena
itu terjadi bukan hanya di Negara-negara muslim atau negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam, namun wacana system ekonomi Islam juga ramai
diperbincangkan di Negara-negara yang penduduk muslimnya tergolong
minoritas, seperti Australia, Belanda, Inggris, dan lain-lain.
Pada kenyataannya, sistem ekonomi Islam telah banyak mengalami
kemajuan yang pesat di negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim,
seperti Malaysia, Iran, Sudan, Pakistan, Arab Saudi dan lain sebagainya,
walaupun dalam penerapannya diakui mengalami beberapa persoalan, baik dari
sudut pandang hukum maupun teknis operasional. Hal ini memang wajar, karena
selama ini sistem ekonomi kapitalis masih mendominasi di berbagai Negara.
Sebagai contoh konkrit saat ini diketahui

Inggris telah mengklaim bahwa

negaranya telah berhasil menerapkan sistem ekonomi Islam. Selain itu Singapura
juga mengklaim negaranya sukses menerapkan system ekonomi Islam, bahkan
telah menjadi pusat keuangan syariah di dunia. Padahal banyak Negara-negara
muslim yang sudah lama menerapkan system ekonomi Islam belum berani
mengklaim dirinya sukses.
Oleh karena itu, maka Ekonomi Islam yang sedang booming saat ini
harus merujuk pada nilai dan norma Islam yang bersifat universal dan global.
Nilai-nilai yang berlaku dimana saja, kapan saja, dan bagi siapa saja karena Islam
sebagai pembawa rahmat bagi seluruh makhluk yang tidak tebang pilih.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan islam terhadap kebijakan ekonomi neo-liberal ?
2. Apa solusi politik ekonomi islam dalam mengatasi krisis keuangan
global ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pandangan islam terhadap kebijakan
ekonomi neo-liberal
2. Untuk mengetahui solusi islam dalam mengatasi krisis keuangan global
D. Manfaat

BAB II
LANDASAN TEORI
Neoliberalisme, Definisi ekonomi islam, masalah ekonomi islam (lambatnya
perkembangan literature ekonomi islam,praktek ekonomi konvensional lebih
dulu dikenal, pengetahuan sejarah pemikiran ekonomi islam kurang,
pendidikan masyarakat yang materialisme)

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pandangan Islam Terhadap Kebijakan Ekonomi Neo-Liberal
1. Persoalan ekonomi distribusi atau produksi
2. Pentingnya peran serta negara
3. Pentingnya subsidi bagi rakyat
4. Liberalisasi keuangan
5. Privatisai BUMN
B. Solusi Islam dalam Mengatasi Krisis Keuangan Global
1. Solusi dari sisi makro-ekonomi
2. Solusi dari sisi mikro-ekonomi

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai