Anda di halaman 1dari 42

Pertemuan I

MATA KULIAH AKADEMIK

BATUBARA

Deddy NSP Tanggara

BRAINSTORMING

Pahami dulu
terjadinya

Dimana ?
Karakteristik lokalnya
? (komposisi,
pengotor, asal bahan,
dsb )

Faktor yang mempengaruhi tipe dalam


pembentukan batubara
Kondisi
Lingkungan

Waktu dan
tekanan

COAL
Kondisi
Geologi

Asal bahan /
tumbuhan

Pembentukan dan asal bahan

Kalau pada
batuan
disebut
mineral

Kalau pada
batubara
disebut
Maceral

Klasifikasi

Ada banyak klasifikasi, baik


resmi (ASTM,1981), Maupun
tidak (Batubara muda, hard
coal, coking coal dsb)

Jenis Batubara

Pentingnya mengetahui pembentukan batubara


dalam proses pencucian

Batubara merupakan material yang


heterogen, yang berbeda dari area ke
area, bahkan dari seam ke seam.

Proses penambangan secara umum

Pertemuan II

MATA KULIAH AKADEMIK

BATUBARA

Deddy NSP Tanggara

Batubara Indonesia
Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai
ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang
terletak di bagian barat Paparan Sunda
(termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan),
pada umumnya endapan batubara ekonomis
tersebut
dapat
dikelompokkan
sebagai
batubara berumurEosen atau sekitar Tersier
Bawah dan Miosen atau sekitar Tersier Atas,
menurut Skala waktu geologi.

Batubara Indonesia
Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai
ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang
terletak di bagian barat Paparan Sunda
(termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan),
pada umumnya endapan batubara ekonomis
tersebut
dapat
dikelompokkan
sebagai
batubara berumurEosen atau sekitar Tersier
Bawah dan Miosen atau sekitar Tersier Atas,
menurut Skala waktu geologi.

Batubara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar
khatulistiwa yang mirip dengan kondisi sekarang.
Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas
muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan
kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineralmineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan
membentuk lapisan batubara yang berkadar abu dan sulfur rendah
dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada
batubara Miosen.
Sebaliknya, endapan batubara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar
abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batubara ini terbentuk
pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan
daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur
Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.

Hingga saat ini, 70 % cadangan berada di Sumatera dan 30 % di


Kalimantan.

Sebaran batubara di Indonesia berdasarkan peringkat

Skala Waktu Geologi

Endapan Batubara Eosen


Endapan batubara Eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan berikut: Pasir
dan Asam-asam (Kalimantan Selatan dan Timur), Barito (Kalimantan Selatan dan Tengah
), Kutai Atas (Kalimantan Tengah dan Timur), Melawi dan Ketungau (Kalimantan Barat),
Tarakan (Kalimantan Timur), Ombilin (Sumatera Barat) dan Sumatera Tengah (Riau).

Endapan Batubara Miosen


Batubara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta dan dataran pantai yang
mirip dengan daerah pembentukan gambut saat ini di Sumatera bagian timur. Ciri utama
lainnya adalah kadar abu dan belerang yang rendah. Namun kebanyakan sumberdaya
batubara Miosen ini tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga kurang ekonomis kecuali
jika sangat tebal (PT Adaro) atau lokasi geografisnya menguntungkan. Namun batubara
Miosen di beberapa lokasi juga tergolong kelas yang tinggi seperti pada Cebakan Pinang
dan Prima (PT KPC), endapan batubara di sekitar hilir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur
dan beberapa lokasi di dekat Tanjungenim, Cekungan Sumatera bagian selatan.

Penentuan Jenis Batubara


Untuk menentukan jenis batubara, digunakan klasifikasi American
Society for Testing and Material (ASTM, 1981, op cit Wood et al.,
1983)(Tabel 5.2). Klasifikasi ini dibuat berdasarkan jumlah karbon padat
dan nilai kalori dalam basis dry, mineral matter free (dmmf). Untuk
mengubah basis air dried (adb) menjadi dry, mineral matter free (dmmf)
maka digunakan Parr Formulas (ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983) :
dimana :
FC = % karbon padat (adb)
VM = % zat terbang (adb)
M = % air total (adb)
A = % Abu (adb)
S = % sulfur (adb)
Btu = british termal unit = 1,8185*CV adb

Klasifikasi batubara berdasarkan peringkatnya (ASTM,


1981, op cit Wood et al., 1983)

Contoh Hasil Analisa Kimia Batubara

Hasil Analisa Kimia Batubara (Laboratorium)


AS RECEIVED

AS DETERMINDED BASIS

No Sampel

03 RK 41A

FM
(%)

TM
(%)

M
(%)

VM
(%)

FC
(%)

ASH
(%)

ST
(%)

43.04

50.49

13.08

42.04

36.83

8.05

0.42

FM : Free Moisture / Air bebas FC : Fixed Carbon / Karbon tertambat / padat


TM : Total Moisture / Total kandungan air
ASH : Abu
M : Moisture / Kandungan air ST : Sulphur Total
VM : Volatile Matter / Zat terbang CV : Colorific Value

CV
(Cal/gr)
5190

Contoh Konversi Menggunakan data pada


tabel di atas
Moist, Mm-free Btu=(Btu-50S)/{100-(1.08A+0.55S)}x 100
dimana :
Btu = British thermal unit perpond = 1.8185 x CV Air
dried Based.
1 btu = 251.995 gram kalori
Mm = Mineral matter,
Btu = British thermal unit per pond = 1.8185 x CV Air
dried Based.
A
= % ash
S
= % sulfur.

Moist, Mm-free Btu=(Btu-50S)/{100-(1.08A+0.55S)}x 100


Dimana :
CV
: 5190
S
: 0.42 %
A
: 8,05 %
Maka :
(( 5190 x 1,8185) (50 x 0,42 %))
X
100 ((100- (1.08 x 8.05 %) + (0,55 x 0,42 %))
= 9446
Berdasarkan klasifikasi ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983 Maka
batubara tersebut termasuk Sub-bituminous C

Bentuk-bentuk endapan
batubara

Pemanfaatan Batubara

Gasifikasi Batubara
Keunggulan Batubara (gasifikasi):
1. Cadangan batubara masih banyak
2. Batubara memiliki potensi sebagai sumber energi
alternatif dan bahan baku proses
3. Gasifikasi dapat memanfaatkan batubara peringkat
rendah
4. Gas hasil gasifikasi dapat mensubstitusi minyak bumi
dan gas alam
5. Perapan teknologi gasifikasi dapat menimbulkan
kegiatan lokal/ multiplier effect
6. Gasifikasi dapat diarahkan untuk menunjang produksi
H2 sebagai bahan bakar bersih pada masa depan

Batubara

BRIKET
Proses ganda (pembriketan kokas) dapat diterapkan
untuk pembuatan kokas menggunakan bahan baku
batubara Indonesia yang umumnya termasuk noncoking coal.

Kondisi proses yang optimal pada pembuatan briket


kokas adalah :
Temperatur karbonisasi batubara = 900C
Ukuran butir kokas = -8 mesh
Bahan pengikat = aspal sebanyak 15% berat kokas
Tekanan pembriketan = 200 kg/cm2
Temperatur karbonisasi = 800C

Proses Pembuatan Briket Kokas

Energi

Pemanfaatan lain
F:\KULIAH PERTAMBANGAN\Schwelgern-English

Anda mungkin juga menyukai