Pengarang : IMRON SUPRIYADI
Siapa bilang menulis itu sulit? Menulis tidak sesulit yang selama ini kita bayangkan.
Kalau kita kembali ke masa lalu, sejak kelas satu di Sekolah Dasar (SD) kita sudah
belajar menulis. Kemudian sampai dewasa pun kita tetap menulis.
Di bawah ini ada beberapa tips tentang bagaimana kita agar dapat kemudahan dalam
memulai belajar menulis. Paling tidak ada delapan µpenyakit¶ yang selama ini
menyelubungi diri kita, sehingga dengan beberapa alasan ini dari kebanyakan orang
enggan menulis. Tetapi setelah membaca ini, Insya Allah akan muncul kalimat :
Menulis itu mudah!
1. Tidak ada Waktu.
Bila kita mengatakan tidak ada waktu, bukan salah waktu yang terus bergulir. Tetapi
sebenarnya kita yang tidak bisa mengelola waktu menjadi efektif. AS. Laksana,
Sastrawan Indonesia pernah menulis melalui bukunya Creative Writing, bila kita bisa
menyisihkan waktu untuk berjalan-jalan ke Mall, ke taman ria, menonton televise,
menonton show musik dan lainnya, mengapa kita tidak bisa meluangkan waktu untuk
menulis? Dengan demikian, maka µtidak ada waktu¶ menjadi alasan yang tidak
rasional untuk membenarkan kita tidak menulis. Solusinya, kita harus disiplin dengan
waktu, kapan kita harus jalan-jalan, kapan kita menonton televisi, kapan kita
membaca buku, dan kapan anda harus menulis.
2. Tidak ada Fasilitas
Satu lagi, ini alasan yang cenderung mengada-ada. Bila kebetulan di rumah kita tidak
ada mesin huruf (komputer/laptop atau mesin tik), jangan membuat kita enggan
menulis. Jalan keluarnya adalah ; kita bisa memulai dengan corat-coret di dalam buku
tulis. Atau bila kita sudah terbiasa dengan komputer, kita bisa memanfaatkan waktu
satu atau dua jam untuk duduk di rental komputer demi terciptanya kreatifitas dalam
bentuk tulisan? Tetapi saya tidak punya uang untuk bayar rental? Wah, jangan putus
asa. Dari sekian banyak teman, pasti ada teman yang berbaik hati untuk meminjamkan
komputernya. Pinjam dalam arti, kita mendatangi teman. Tunggu sampai teman kita
terlelap, dan setelah itu, kita bisa secara bebas menulis sampai menjelang fajar.
3. Banyak Pekerjaan/Tugas
Tuhan sangat bijak memberi waktu 24 jam. Bila kemudian dalam putaran 24 jam
masih ada pekerjaan atau tugas yang tidak selesai, bukan karena kita banyak
pekerjaan, tetapi karena kita tidak bisa mengatur waktu dengan baik. Intinya mengapa
dengan 24 jam masih ada pekerjaan terbengkalai, karena kita sering tidak
memanfaatkan waktu dengan baik, sehingga pekerjaan prioritas tidak selesai, hanya
lantaran kita terhanyut oleh pekerjaan yang tidak memberi manfaat apapun.
Jalan keluarnya adalah, menyelesaikan tugas prioritas sesuai dengan proporsinya.
Jangan menyelesaikan pekerjaan kantor di rumah, atau sebaliknya. Atau bagi pelajar,
jangan mengerjakan tugas sekolah di luar jam belajar, kecuali pekerjaan rumah. Ini
yang menyebabkan pekerjaan dan tugas kita serng tidak efetif dan tidak proporsional.
Rumah adalah ruang privasi kita untuk melakukan aktifitas selain pekerjaan kantor
dan sekolah, salah satunya kita bisa memulai menulis.
4. Banyak Kegiatan
Kegiatan apapun tidak pernah memaksa kita untuk mengikuti selama 24 jam penuh.
Pasti ada jeda waktu istirahat. Sebab panitia pelaksana juga manusia biasa seperti kita
yang butuh istirahat. Jalan keluarnya adalah; dengan banyaknya kegiatan, kita akan
banyak mendapat bahan--kemudian kita diberi tugas oleh Tuhan agar menyebar
manfaat dari hasil kegiatan kita untuk ditularkan kepada setiap orang melalui tulisan-
tulisan anda. Jadi saat kita mendapat ilmu dan tidak menulis untuk disebarluaskan,
berarti sama halnya kita sedang menutup rahmat-Nya untuk disebarluaskan untuk
banyak orang.
5. Tidak ada Pembimbing
Tidak ada pembimbing. Kalimat ini membuat ruang sempit bagi kita sendiri. Sebab,
tidak adanya pembimbing bermula dari tidak adanya guru secara fisik di samping kita.
Jalan keluarnya adalah, dengan perkembangan dunia teknologi, pembimbing menulis
tidak harus tutorial sebagaimana kita dulu di dalam kelas. Melalui beberapa situs
internet, kita bisa banyak belajar bagaimana menulis, tanpa harus menemui seseorang
untuk membimbing. Jadi ³tidak ada pembimbing´ bukan alasan yang harus membuat
kita enggan menulis. Banyak cara untuk belajar kalau memang kita mau.
6. Tidak tahu Mau Menulis apa
Ini pertanyaan mendasar bagi sebagian penulis pemula. Sebagian diantaranya selalu
bingung mau menulis apa. Tetapi jika kita bersedia memulai menulis, maka rumusnya
sangat mudah; tulislah apa yang kita rasakan, yang kita lihat, yang kita pikirkan.
Dengan kata lain, pada kondisi apa hati dan pikiran kita, maka situasi batin dan
pikiran kita saat itulah yang akan menjadi bahan tulisan kita.
7. Sulit untuk Memulai Menulis
Sulitnya memulai menulis, biasanya disebabkan karena kita ingin langsung sempurna
sebagaimana penulis lain yang sudah terkenal. Ingat : Tidak ada manusia yang lahir
langsung berlari. Semua membutuhkan proses. Buang jauh-jauh keinginan untuk
langsung sempurna dalam memulai tulisan. Tuliskan! apa yang ada dalam pikiran
kita. Jangan terjebak dengan tata bahasa. Intinya, untuk memulai menulis, tulis apa
yang terlintas di benak kita. Atau kita bisa memulai dengan membiasakan menulis
buku harian. Ingat, tidak ada kata µsalah¶ untuk memulai suatu kebaikan. Sebab
bagaimana mungkin kita akan menemukan kesalahan dalam menulis bila kita tidak
memulai untuk menulis?
7. Malas
Ini adalah µpenyakit lima huruf¶ yang selama ini membuat kebanyakan orang enggan
melakukan sesuatu, termasuk menulis. Kemalasan, sampai hari ini belum ada pakar
atau ahli yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Tetapi, untuk mengobati kemalasan
harus dimulai dari diri sendiri. Yang bisa mengobati kemalasan adalah diri kita
sendiri, bukan orang lain. Caranya adalah kita harus disiplin dengan waktu.
Tanjung Enim, 1 Maret 2009
Email ; imronsumsel@gmail.com
April 03, 2009
12345
1 2 3 4 5
=Ê http://uangpanas.com/?id=imronsumsel