Sexual, Mood and Anxiety Disorder
Sexual, Mood and Anxiety Disorder
1701368724
LA64
Fase Perangsangan
Perangsangan terjadi sebagai hasil dari pacuan yang dapat berbentuk fisik atau
psikis. Kadang fase perangsangan ini berlangsung singkat, segera masuk ke fase
plateau. pada saat yang lain terjadi lambat dan berlangsung bertahap memerlukan
waktu yang lebih lama.Pemacu dapat ber asal dari rangsangan erotik maupun non
erotik, seperti pandangan, suara, bau, lamunan, pikiran, dan mimpi.Kenikmatan
seksual subjektif dan tanda-tanda fisiologis keterangsangan seksual.
Fase Plateau
Pada fase ini, bangkitan seksual mencapai derajat tertinggi yaitu sebelum
mencapai ambang batas yang diperlukan untuk terjadinya orgasme (periode singkat
sebelum orgasme).
Fase Orgasme
Orgasme adalah perasaan kepuasan seks yang bersifat fisik dan psikologik
dalam aktivitas seks sebagai akibat pelepasan memuncaknya ketegangan seksual
(sexual tension) setelah terjadi fase rangsangan yang memuncak pada fase plateau.
Pada laki-laki, perasaan akan mengalami ejakulasi yang tak terhindarkan yang
diikuti dengan ejakulasi; pada perempuan, kontraksi di dinding sepertiga bagian
bawah vagina.
Fase Resolusi
Pada fase ini perubahan anatomik dan faal alat kelamin dan luar alat kelamin
yang telah terjadi akan kembali ke keadaan asal. Menurunnya keterangsangan pascaorgasme (terutama pada laki-laki). Sehingga adanya hambatan atau gangguan pada
salah satu siklus respon seksual diatas dapat menyebabkan terjadinya disfungsi
seksual.
Disfungsi seksual itu sendiri merupakan kondisi di mana fungsi seksual dalam tubuh
seseorang sudah mulai melemah. Kondisi itu dapat terjadi ketika kita masih muda,
maupun pada usia lanjut karena kondisi fisik dan mental yang semakin berkurang.
Kondisi disfungsi seksual dapat terjadi pada pria maupun wanita. Pada pria dapat
berupa hiposeksualitas (hasrat seks yang berkurang), impotensia (kemampuan ereksi
berkurang atau tidak mampu sama sekali), ejakulasi dini, dan anorgosmia (tidak dapat
orgasme). Sedangkan pada wanita, disfungsi seksual dapat berupa hiposeksualitas
(hasrat seks berkurang), frigiditas (dingin terhadap seks atau tidak bergairah sama
sekali), fobio seksualis (takut dan muak pada hubungan seksual), vaginismus,
disparuenia (nyeri saat berhubungan), dan anorgasmia (tidak dapat organsme).
Disfungsi seksual disebabkan oleh berbagai gangguan dan penyakit, baik fisik
maupun mental. Penyakit fisik yang menyebabkan disfungsi seksual adalah diabetes
mellitus (kencing manis), anemia, kurang gizi, penyakit kelamin, penyakit otak dan
sumsum tulang, akibat operasi prostat pada pria, tumor atau kanker rahim pada
wanita, menurunnya hormon (pada pria maupun wanita), akibat pembedahan indung
telur, penggunaan narkoba, obat penenang, alkohol, dan rokok. Sedangkan penyakit
mental yang menyebabkan disfungsi seksual adalah psikosis, schizoprenia, neurosis
cemas, histerik, obsesif-kompulsif, depresif, fobia, gangguan kepribadian atau psikoseksual, serta retardasi mental dan gangguan intelegensia.
3. Praphilia :
- Paraphilia berasal dari bahasa Yunani, para berarti "di samping" dan philia berarti
"cinta". Definisi mengenai paraphilia menjelaskan sebagai kondisi yang ditandai
dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang berulang dan intensif, yang melibatkan
objek, aktivitas atau situasi yang tidak biasa dan menimbulkan keadaan distress (stres
yang berbahaya) yang meyakinkan secara klinis atau kerusakan dalam masyarakat,
pekerjaan atau area fungsi-fungsi lainnya.
karenanya.
Contoh dari Paraphilia:
Seorang kakek-kakek yang berumur, tega melakukan hubungan seksual dengan anak