Virus polio adalah virus yang paling kecil dibandingkan dengan virus lainnya. Virus polio
termasuk ke dalam famili Picornaviridae (Pico adalah bahasa Yunani yang artinya kecil).
Kekecilan virus ini tidak hanya dari ukuran partikelnya saja, tetapi juga dari ukuran panjang
genomnya. Virus ini memiliki diameter sekitar 30 nm berbentuk ikosahedral sampul
(envelope) dengan genom RNA, single stranded messenger molecule. Single stranded RNA
membentuk hampir 30% bagian virion dan sisanya terdiri atas 4 protein besar (VP1-4) dan
satu protein kecil (Vpg). dan memiliki RNA benang positif (positive strand RNA) sebagai
genomnya dengan panjang sekitar 7.5 kilobasa. tidak mempunyai kapsul, virion polipeptida
tersusun simetri cubical, diameter 27 nm, RNA rantai tunggal, mengandung 42 kapsomer,
terdiri dari 89 galur.
Ekor virus merupakan alat untuk menempel pada inangnya. Ekor virus terdiri atas tubus
bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut. Virus yang menginfeksi sel eukariotik tidak
mempunyai ekor.
2. Fase penggabungan
DNA virus bersatu dengan DNA hospes membentuk profag. Dalam bentuk profag,
sebagian besar gen berada dalam fase tidak aktif, tetapi sedikitnya ada satu gen yang
selalu aktif. Gen aktif berfungsi untuk mengkode protein reseptor yang berfungsi
menjaga agar sebagian gen profag tidak aktif.
3. Fase pembelahan
Bila sel hospes membelah diri, profag ikut membelah sehingga dua sel anakan hospes
juga mengandung profag didalam selnya. Hal ini akan berlangsung terus-menerus
selama sel bakteri yang mengandung profag membelah.
b. Daur Hidup Poliovirus
Poliovirus memasuki tubuh manusia dapat melalui mulut, kemudian masuk secara digesti.
Jika virus dapat bertahan pada kondisi yang bururk di dalam perut manuisa, maka virus dapat
menginfeksi sel pada usus: membrane selaput lender pada usus. Pada membrane mukosa
tersebut virus menginfeksi sel dan bereplikasi.
sistem saraf pusat. Sedangkan cara memasuki sistem saraf adalah virus langsung melewati
saraf lebih baik dan cepat dari pada melewati darah. Jika virus sudah masuk sekali ke dalam
sistem saraf pusat, replikasinya dapat menjadikan kerusakan sel saraf yang menimbulkan
penyakit poliomyelitis.
c. Replikasi Virus Polio
1. Attachment/ Absorpsi:
Kapsid dari poliovirus tersusun oleh susunan ikosahedral dari 60 protomer, masing masing
terdiri dari polipeptida VP1, VP2, VP3, and VP4, yang semuanya berasal dari pembelahan
protomer induk yaitu VP0. Virus menempel pada sel inang penerima, dan mengharuskan
interaksi pengikatan dengahn sel inang penerima.
Tempat spesifik pengikatan on poliovirus involves VP1, VP2 and VP3 yang berinteraksi
dengan sel inang reseptor CD155, yang merupakan immunoglobulin. Penyematan virus
merupakan 'dual tropism'; virus menginfeksi dua jenis sel primate yang mempunyai
perbedaan jelas yaitu: lymphoid dan sel epitel di dalam usus dan sistem saraf.
2. Penetrasi :
RNA masuk ke dalam sitoplasme sel inang melewati membrane sel.
3. Uncoating:
Virus mengalami penyesuaian selama pengikatan untuk menghilangkan VP4 yang nantinya
akan dihancurkan. Bagaimanapun juga , 1 dari 200 virus partikel dapat dengan sukses
mentransport RNA ke dalam sitoplasma dengan cukup cepat dimana itu dapat sintesis dari
makromolekul dari virion yang baru.
4. Menghentikan sintesis makromolekul dari sel inang:
Sintesis protein sel inang dan RNA sintesis dicegah. Bertujuan untuk pembelahan balutan
ikatan yang komplek yang merupakan hal wajib bagi semua mRNA's Eukaryotik selama
proses inisialisasi dan translasi. Proses ini berfungsi untuk membebaskan lebih banyak
ribososm untuk mentranslasi genom virus dan menjamin bahwa sel akan hancur dan mati,
yang tujuan akhirnya menghasilakn kumpulan partikel virus yang baru. Inisisasi ini kira kira
1/2 jam setelah infeksi, dan dalam 2 jam, penurunan drastis pada sitesi makromolekul selular
dapat terjadi.
5. Sintesis komponen virus:
Poliovirus adalah positive- sense single stranded RNA virus, yang artinya RNA mempunyai
polaritas yang sama dengan mRNA. Dengan demikian viral RNA mampu mengkodekan
semua protein yang dibutuhkan selama replikasi dan menulari dirinya sendiri. Pemain utama
dalam replikasi pada virus RNA adalah RNA viral- polymerase RNA yang dependen. 53 kDa
poliovirus polimer, bersama dengan viral yang lain dan protein inang, membawa hasil
replikasi viral ke dalam sitoplasma sel inang. Sintesis ini berjalan kira kira 2.5 sampai 3 hours
setelah infeksi terjadi.
Sintesis
Protein
Protein
Sintesis
Protein
6. Pemasangan:
RNA baru yang disintesis dikemas di dalam kapsid. Partikel viral terangkai melalui
morfogenesis, dan pembelahan proteolitik dari protein kapsid membentuk partikel akhir :
poliprotein P1 terbelah menjadi protomer yang tersusun oleh VP0, 1, dan 3, yang bersama
sama bersatu dan membungkus RNA viral. Perangkaian terjadi 4-6 jam setelah infeksi.
7. Pematangan:
Proses pematangan virus melibatkan pengikatan dari VP0 ke dalamVP2 dan VP4.
8. Pembebasan :
Partikel kemudian dilepaskan dari sel inang melalui proses lisis sel. Proses ini lebih seperti
untuk pemrograman awal yang mengambil alih setelah beberapa waktu setelah proses protein
sintesis dan RNA sintesis pada sel inang berhenti. Partikel virus yang bebas sekarang dapat
menginfeksi sel inang lain. Migrasi ke jaringan saraf akan menghasilkan suatu penyakit
disebut paralytic poliomyelitis. Penghancuran sel akan terjadi kira - kira 6-10 jam setelah
infeksi (Koch, 2005).
Sampai sekarang telah diisolasi 3 strain virus polio yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing),
dan tipe 3 (Leon). Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih tipe tersebut. Epidemi yang luas
biasanya disebabkan oleh tipe 1. Virus ini relatif tahan terhadap hampir semua desinfektan
(etanol, isopropanol, lisol, amonium kuartener, dll). Virus ini tidak memiliki amplop lemak
sehingga tahan terhadap pelarut lemak termasuk eter dan kloroform. Virus ini dapat
diinaktifasi oleh formaldehid, glutaraldehid, asam kuat, sodium hipoklorit, dan klorin. Virus
polio menjadi inaktif dengan pemanasan di atas 42 derajat Celcius. Selain itu, pengeringan
dan ultraviolet juga dapat menghilangkan aktivitas virus polio.
Poliovirus mengandung 2 macam antigen yang dapat dideteksi dengan berebagai macam
reaksi imunologi yaitu Antigen A & H. Untuk poliovirus galur yang dilemahkan (untuk
vaksinasi) maka protein kapsid UP1 dengan satu atau lebih Antigen memegang peranan
penting dalam interaksi dengan Antibodi netralisasi sedang UP2 dan UP3 juga berinteraksi
tetapi kurang kuat dibanding UP1.
Poliovirus relatif tahan terhadap bahan asam(pH 3)dan beberapa enzim proteolitik, hal inilah
yang menyebabkan virus ini dapat disebarkan melalui Saluran pencernaan. Selain itu virus ini
jaga tahan terhadap alkohol 70%, lisol 25 %, eter,deoksikholat dan berbagai macam
detergent. Viru ini sensitif terhadap formaldehid 0.3%, HCl 0,1 N, juga bahan halogen
lainnya. Maka daripada itu bahan formaldehid 0.3% merupakan pilihan untuk desinfeksi juga
bisa dengan pemanasan, pengeringan dan cahaya.
TAKSONOMI VIRUS POLIO
Pengklasifikasian virus yang meliputi banyak hal yaitu mulai dari karakteristik (morfologi,
genom,fisika-kimia,dan sifat fisiologisnya, protein, antigenic, dan sifat biologisnya) hingga
tingkatan ordo, famili, genus, dan spesies
Ordo virus : merupakan pengelompokan famili virus yg memiliki banyak kesamaan
karakteristik. Ordo ditandai dengan akhiran Virales oleh ICTV (International Commitee on
Taxonomy of Virus)
Famili virus: merupakan pengelompokan genus virus yg
memiliki byk kesamaan karakteristik dan dibedakan dr anggota famili lainnya. Famili virus
ditandai dg akhiran Viridae.Contohnya:Picornaviridae
Genus virus: merupakan pengelompokan spesies virus yg memiliki
banyak kesamaan karakteristik. Genus virus ditandai dg tambahan Virus.
Ditandai dengan akhiran Virus (misal: Genus Enterovirus)
Spesies virus: menggambarkan suatu klas polythetic pada virus yg mirip replikasi keturunan
dan menempati bagian relung ekologinya.
Menurut klasifikasi Bergey, virus termasuk ke dalam divisio Protophyta, kelas
Mikrotatobiotes dan ordo Virales (Virus). Pada tahun 1976 ICTV (International Commite on
Taxonomy of Virus) mempublikasikan bahwa virus diklasifikasikan struktur dan komposisi
tubuh, yakni berdasarkan kandungan asam. Pada dasarnya virus dibedakan atas dua golongan
yaitu virus DNA dan virus RNA dan virus polio termasuk dalam golongan virus RNA.
Divisi : Protophyta
Kelas : Mikrotatobiotes
Ordo : Virales
Famili: Picornaviridae
Genus: Enterovirus
Species: Poliovirus
EKOLOGI VIRUS POLIO
Virus masuk melalui saluran cerna. Setelah masuk, virus akan bereplikasi (memperbanyak
diri). Biasanya penularannya melewati feses, misalnya feses yang mengandung virus polio
mencemari sumber air minum warga kemudian air yang dikonsumsi oleh manusia tersebut
membawa virus polio dan sampai ketubuh manusia. Sampai saat ini belum diketahui secara
pasti, tipe sel dan tempat spesifik yang digunakan virus ini untuk bereplikasi pertama kalinya.
Hanya saja, virus ini dapat diisolasi dari jaringan limfe di saluran cerna, sehingga diduga
tempat replikasi pertama virus tersebut adalah di jaringan limfe saluran cerna terutama
bercak Peyer dan tonsil. Meskipun begitu, tidak jelas apakah virus polio memang
bereplikasi di tempat tersebut atau hanya terserap oleh jaringan limfe setelah bereplikasi di
sel epitel saluran cerna. Fase ini berlangsung 3-10 hari, dapat sampai 3 minggu. Virus polio
pada fase ini dapat ditemukan di ludah dan feses, dan berperan dalam proses penularan
(Afies, 2009).
Setelah memperbanyak diri di jaringan limfe saluran cerna, virus polio akan menyebar
melalui darah (viremia) untuk menuju sistem retikuloendotelial lainnya, termasuk diantaranya
nodus limfe, sunsum tulang, hati, dan limpa, dan mungkin ke tempat lainnya seperti jaringan
lemak coklat dan otot (Afies, 2009).
Mekanisme virus polio menginfeksi sistem syaraf pusat masih belum diketahui secara pasti.
Ada 3 hipotesis, yang pertama, virus polio menginfeksi sistem syaraf pusat melalui transport
axon (sel syaraf panjang yang menghantarkan signal syaraf) dengan arah yang berlawanan
(signal syaraf bergerak dari sistem syaraf pusat ke otot, virus bergerak dari otot ke sistem
syaraf pusat). Hipotesis kedua adalah virus menembus sawar darah otak, independen dari
keberadaan reseptor seluler untuk virus polio (CD155). Dan hipotesis ketiga, virus polio
diimpor ke sistem syaraf pusat melalui sel makrofag (mekanisme kuda Trojan). Sampai saat
ini, mayoritas bukti ilmiah mendukung hipotesis yang pertama (Afies, 2009).
Pada beberapa kasus polio di daerah daerah secara epidemiologis menunjukkan bahwa
disamping imunitas masyarakat yang rendah juga disebabkan sanitasi atau sumber air yang di
pakai warga yang berperan cukup besar dalam penyebaran virus polio
Fragmen-fragmen pasangan benang positif dan benang negatif DNA dengan panjang rata-rata
69 basa disintesa, dan kemudian disambung baik dengan menggunakan teknik PCR
(Polymerase Chain Reaction) maupun menggunakan enzim T4 DNA ligase. Fragmen
pasangan DNA yang tersambung kemudian dikloning ke plasmid (sejenis mikroorganisme)
yang bisa berkembangbiak pada bakteri Escherichia coli. Dengan perkembangbiakan plasmid
yang membawa DNA virus polio ini, akan memperbanyak jumlah DNA, yang pada mulanya
hanya ada dalam jumlah yang sangat sedikit (Utama, 2002).
Setelah DNA ini diperbanyak, kemudian ditranskirpsikan menjadi RNA. RNA ini kemudian
dimasukan (transfection) ke dalam sel. Di dalam sel, RNA ini akan berfungsi sebagai RNA
genome sebagaimana halnya RNA dari virus yang alami. Dengan demikian diharapkan virus
akan hidup dan berkembang-biak didalam sel. Seperti yang diharapankan, tim ini berhasil
mengembang-biakan virus polio di dalam sel. Virus ini kemudian dianalisa dan dibandingkan
dengan virus polio Mahoney yang alami (Utama, 2002).
Dari hasil perbandingan, virus yang disintesa memproduksi protein-protein yang sama
dengan virus yang alami. Bentuk dan ukuran kedua virus ini juga mirip. Virus sintesis juga
dinetralisasi oleh antobodi yang spesifik menetralisir virus polio tipe 1, sama halnya dengan
virus alami. Dari hasil percobaan binatang (tikus), lebih jauh lagi, virus polio sintesis juga
mengakibatkan gejala polio dan menyebabkan kematian, walaupun tingkat patogennya lebih
rendah dibandingkan dengan virus alami (Utama, 2002).
Dengan metoda ini, tim peneliti dari State University of New York ini telah berhasil membuat
virus polio dari bahan kimia. Ini adalah pembuktian yang pertama kali dimana virus bisa
dibuat dari bahan kimia (Utama, 2002).
Sebenarnya, metoda yang dipakai oleh tim ini bukanlah metoda yang baru. Metoda ini telah
banyak digunakan untuk mengkloning DNA dari protein-protein. Sama seperti yang
dilakukan tim ini, DNA dari protein disintesa, kemudian disambung dan dikloning. Akan
tetapi, kebanyakan DNA yang dikloning sangat pendek, sehingga mudah untuk menyambung
dan mengkloningnya. Dalam penelitian ini, Prof. Wimmer dan koleganya mampu
mengkloning DNA sepanjang 7.5 kilobasa. Inilah kehebatan dari tim ini sehingga hasilnya
bisa dimuat di jurnal Science (Utama, 2002).
Keberhasilan ini telah membuktikan bahwa manusia mampu membuat virus yang barangkali
akan digunakan sebagai senjata biologi. Biasanya kita mendapatkan virus dengan cara isolasi
dari sampel tertentu dan kemudian mengkulturkannya. Kita juga bisa membuat virus (baru),
namun biasanya menggunakan virus alami sebagai template. Akan tetapi dengan teknologi
ini, walaupun kita tidak memiliki suatu virus sama sekali, kita bisa membuat virus dengan
mencontoh barisan RNA atau DNA virus bersangkutan (Utama, 2002).
Walaupun demikian tentu saja tidak semua orang bisa membuat suatu virus. Hal ini
disebabkan selain teknologi dan skil, pembuatan virus ini juga memerlukan banyak dana baik
untuk sintesa DNA-nya maupun untuk proses selanjutnya (Utama, 2002).
Pertama dalam masalah teknologi dan skil, tentu saja hanya orang-orang yang terbukti
mempunyai pengetahuan dan keahlian tentang virus yang bisa melakukannya. Siapa yang ahli
tentang suatu virus, biasanya dapat dilihat dari hasil publikasi tentang virus. Begitu juga
masalah dana. Untuk sintesa 7.5 kilobasa DNA saja diperlukan dana kira-kira sebesar US
$7,500 (US $ 1 untuk 1 basa). Karena tim ini mengsintesa pasangan ganda DNA, biaya
sintesa DNA diperlukan sebesar US $ 15,000 (Utama,2002).
Selain itu penelitian ini dilakukan berkali-kali untuk sampai kepada keberhasilan. Hal ini
disebabkan karena walaupun secara teori metoda ini bisa digunakan untuk sintesa virus,
keberhasilannya sangat ditentukan oleh banyak faktor. Dalam penelitian ini penulis tidak tahu
berapa lama waktu yang dihabiskan oleh tim ini. Tapi dari pengalaman pembuatan virus
dengan menggunakan virus asli sebagai bahan dasar, dapat diperkirakan setidak-tidaknya
memerlukan waktu sekitar 1 tahun. Lamanya penelitian ini mengakibatkan banyaknya uang
yang dihabiskan untuk pembelian enzim-enzim, kit serta bahan-bahan kimia lain yang
diperlukan untuk penelitian. Namun, setelah metoda dan teknik untuk pembuatan virus
ditemukan, untuk produksi virus selanjutnya tentu saja akan mudah dilakukan.
Oleh karena itu, secara total bisa jadi biaya untuk sintesa virus yang akan digunakan sebagai
senjata biologi akan lebih murah dari pada produksi senjata kimia atau senjata nuklir. Tetapi
juga tidak menutup kemungkinan akan lebih mahal. Hal ini sangat tergantung kepada virus
apa yang akan disintesa (Utama, 2002).
Terlepas dari semua ini, tentu saja kita sangat berharap jangan sampai orang-orang yang
mampu (mampu karena memiliki teknologi, skil dan dana) membuat virus untuk digunakan
sebagai senjata biologi (NTR) karena senjata biologi sangat berbahaya bagi lingkungan
khususnya manusia karena tidak hanya menghancurkan secara fisik tapi mampu
merestrukturisasi anatomi, fisiologi maupun morfologi makhluk hidup khususnya manusia.
Sedangkan dampaknya bagi lingkungan yang terpapar senjata biologis dari virus polio
sintesis baik secara langsung maupun tidak, dalam jangka panjang maupun pendek dapat
merusak lingkungan khususnya lingkungan menjadi tercemar oleh virus dan dapat dijadikan
tempat daur hidup virus tersebut yang nantinya akan sampai berdampak ke hewan maupun
manusia. Dan juga jika virus tadi sudah menetap di inangnya, inang tersebut jika berpindah
ke tempat yang baru, maka akan menularkan kembali virus tersebut lewat lingkungannya.
PENYEBARAN
Pintu masuk (portdentre) dari virus polio ini mulut. Perkembang biakan virus mula-mula
terjadi di oropharing atau intestinum, dan dalam beberapa hari virus dapat muncul di
darah.Penyebaran utamanya melalui kontak dengan manusia.Mulut adalah tempat masuknya
virus, dan perkembangbiakan pertama terjadi di orofaring atau usus. Seminggu setelah
serangan, virus di tenggorokan tinggal sedikit, tetapi virus tetap dikeluarkan dalam tinja
selama beberapa minggu, meskipun terdapat kadar antibody yang tinggi dalam darah. Virus
Polio memasuki aliran darah melalui sistem limfatik.Virus yang berasal dari aliran darah
dapat menyerang susunan syaraf pusat jika tubuh tidak memiliki cukup antibodi.
DAFTAR PUSTAKA
Afies. 2009. Perjalanan Penyakit Polio. http://afie.staff.uns.ac.id/. Diakses tanggal 7 Maret
2009.
Biologi, catatan prestasi guru. 2008.
Virus.http://prestasiherfen.blogspot.com/2008/10/virus.html. Diakses tanggal 8Maret
2009.
Koch. 2005. The Molecular Biology of
Poliovirus.http://www.brown.edu/courses/Bio_160/Project2000/Polio/TableofContent.ht
ml. Diakses tanggal 8 Maret 2009.
Siregar, Amelia. 2008. Biolog Pertanian Jilid II untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan. Jakarta.
Utama, Andi. 2002. Membuat Virus Polio dari Bahan Kimia.
http://www. chem- is-try.org/. Diakses tanggal 7 Maret 2009.
Virus dapat diisolasi dari usap tenggorokan sebelum dan pada waktu
gejala pertama timbul.
Isolasi virus dari cairan serebrospinal sangat diagnostic , tetapi hal itu
jarang dikerjakan.
Rabies
Sifat Fisik :
(1) Pemanasan pada suhu 60o C selama 5 menit akan mematikan
virus
(2) Virus akan mati bila kena sinar ultraviolet
(3) Cepat mati bila berada diluar jaringan hidup
(4) Pada suhu 4o C ( minus 4 C ) virus dapat bertahan hidup
sampai berbulan bulan.
Sifat Kimia :
CAMPAK
Virion campak terdiri atas nukleokapsid berbentuk
heliks yang dikelilingi oleh selubung virus. Virionnya
bulat, pleomorphic (dapatmerubah bentuk / ukuran
sesuai dengan kondisi lingkungan), diameternya 150
nm. Virus campakmempunyai 6 protein struktural, 3 di
antaranya tergabung dengan RNA dan membentuk
nukleokapsidyaitu; Pospoprotein (P), protein ukuran
besar (L) dan nukleoprotein (N). Tiga protein lainnya
tergabungdengan selubung virus yaitu; protein fusi (F),
protein hemaglutinin (H) dan protein matrix (M).
Protein virus disintesis di dalam sitoplasma dan jumlah masingmasing produkgen berkaitan dengan kadar transkrip mRNA dari gen
tersebut. Glikoprotein virusdisintesis dan mengalami glikosilasi di
dalam jalur sekresi.Kompleks protein polymerase virus (protein P dan
L) juga berperan untukreplikasi genom virus. Untuk berhasil
menyintesis cetakan antigenom rantai positifintermedia, kompleks
polymerase harus mengabaikan sinyal terminasi yang tersebar pada
perbatasan gen. seluruh panjang genom progeny dikopi dari cetakan
antigenom.Genom paramiksovirus yang tidak bersegmen meniadakan
kemungkinan penyusunan ulang segmen gen (yaitu,
genetic reassortment
) sehingga penting
bagi perjalanan alamiah virus influenza. Protein permukaan HN dan F
paramiksovirusmenunjukkan variasi genetic yang minimal dalam
jangka waktu yang lama.Mengejutkan bahwa virus tersebut tidak
mengalami
antigenic drift
akibat mutasi yangterjadi saat replikasi, karena RNA polymerase
rentan terhadap terjadinya kesalahan.Satu penjelasan yang mungkin
adalah bahwa hamper semua asam amino di dalamstruktur primer
glikoprotein paramiksovirus dapat terlibat di dalam
peran pembentukan atau fungsional, meninggalkan kesempatan yang
cacar
cara penularan
Jika dilihat dari segi penularannya, penyakit ini tersebar
kosmopolitan terutama menyerang anak-anak, namun dapat
juga menyerang orang dewasa dengan gejala yang lebih berat.
Penularan dapat terjadi secara aerogen. Masa penularan
sekitar 7 hari dari timbulnya gejala pada kulit. Masa inkubasi
sekitar 12-21 hari. Virus cacar ini menular lewat sekresi air
ludah dari penderita serta kerak ruam yang berjatuhan dari
kulit penderita. Penularannya melalui kontak langsung