Case KPD Kikik
Case KPD Kikik
PENDAHULUAN
Cairan amnion mempunyai peranan penting dalam menunjang proses
kehamilan dan persalinan. Di sepanjang kehamilan normal, kompartemen dari
cairan amnion menyediakan ruang bagi janin untuk tumbuh bergerak dan
berkembang. Tanpa cairan amnion rahim akan mengerut dan menekan janin, pada
kasuskasus dimana tejadi kebocoran cairan amnion pada awal trimester pertama
janin dapat mengalami kelainan struktur termasuk distorsi muka, reduksi tungkai
dan cacat dinding perut akibat kompresi rahim1-4
Menjelang pertengahan kehamilan cairan amnion menjadi semakin
penting untuk perkembangan dan pertumbuhan janin, antara lain perkembangan
paru-parunya, bila tidak ada cairan amnion yang memadai selama pertengahan
kehamilan janin akan sering disertai hipoplasia paru dan berlanjut pada kematian.
Selain itu cairan ini juga mempunyai peran protektif pada janin. Cairan ini
mengandung agen-agen anti bakteria dan bekerja menghambat pertumbuhan
bakteri yang memiliki potensi patogen. 1,2,3,5,6
Selama proses persalinan dan kelahiran cairan amnion terus bertindak
sebagai medium protektif pada janin untuk memantu dilatasi servik. Selain itu
cairan amnion juga berperan sebagai sarana komunikasi antara janin dan ibu.
Kematangan dan kesiapan janin untuk lahir dapat diketahui dari hormon urin janin
yang diekskresikan ke dalam cairan amnion.
Cairan amnion juga dapat digunakan sebagai alat diagnostik untuk melihat
adanya kelainan-kelainan pada proses pertumbuhan dan perkembangan janin
dengan melakukan kultur sel atau melakukan spektrometer. Jadi Cairan amnion
memegang peranan yang cukup penting dalam proses kehamilan dan persalinan.
1,2
Persalinan prematur adalah masalah utama dalam bidang obstetrik saat ini,
yang bertanggung jawab kepada 70 persen
dikonsentrasikan pada 1 2 persen infan yang lahir dengan usia kehamilan kurang
dari 32 minggu dan berat badannya kurang dari 1500 gram. Diperkirakan 20
persen kelahiran prematur merupakan hasil dari keputusan dokter untuk
melakukan persalinan atas dasar indikasi ibu atau janin dan sisanya mengikuti
onset persalinan spontan atau ketuban pecah dini. Angka persalinan prematur
tidak berkurang dalam beberapa dekade terakhir, tetapi angka harapan hidup infan
yang lahir prematur meningkat, sehingga 80% infan yang beratnya 5001000
gram selamat saat ini. namun persentase yang selamat dengan
kecacatan
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 IDENTIFIKASI
Nama
: Ny. DA
Umur
: 18 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Status
: Menikah
MRS
No. RM
: 916928
2.2
ANAMNESIS
2.2.1
KeluhanUtama
Hamil cukup bulan dengan keluar air-air
2.2.2
: 1 x lamanya 1 tahun.
Riwayat Reproduksi
Riwayat obstetri
: 1. Hamil ini
Abortus
Tahun
N /Partus
o.
1. Hamil
Sekarang
ini
Riwayat sosial ekonomi
Ditolong
Oleh
Keadaaan Anak
Lahir
Nifas Lain-lain
Mati
Hidup
: Sedang
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 82 kali/menit
Frekuensi pernafasan
: 18 kali/menit
Suhu
: 36,5 oC
Berat badan
: 60 kg
Tinggi badan
: 160 cm
: -/-
Sklera ikterik
: -/-
Gizi
: sedang
Jantung
Paru-paru
: bising nafas
vesikuler
: sulit dinilai
Edema pretibia
: (-/-)
Varises
: (-/-)
Refleks fisiologis
: (+/+)
Refleks patologis
: (-/-)
(+) normal,
EFW 2780 g
HC 328 mm
AC 331 mm
FL 69 mm
-Plasenta di corpus posterior
-Ketuban cukup AFI 8,1
Kesan: Hamil 37 minggu, janin tunggal hidup presentasi kepala
Laboratorium (12-10-15: 19.48)
No
Pemeriksaan
Hasil
HEMATOLOGI
1. Hb
11,9
2. Eritrosit (RBC)
4,00
3
Leukosit
11,6.103
4
Trombosit
401.103
5
Hematokrit
35
5
Hitung jenis leukosit
Basofil
0
Nilai Normal
Interpretasi
11.7-15.5 g/dL
4.20 11.0 106
4.5-11.0 103/mm3
150-450 103/L
43-49 %
Normal
Rendah
Tinggi
Normal
Rendah
0-1
Normal
Eosinofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
Urinalisis
1
Warna
1
1
78
15
6
1-6
50 - 70
20 - 40
2-8
Kuning
kuning
muda
Agak
Jernih
Abnormal
keruh
1,020
7.0
Negatif
Negatif
Positif +
Positif +
Negatif
1
Negatif
Negatif
1,003-1,030
5-9
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0.1-1.8
Negatif
Negatif
Normal
Normal
Normal
Normal
Abnormal
Abnormal
Normal
Normal
Normal
Normal
Positif +
Negatif
Abnormal
- Leukosit
3-5
0-5
Normal
- Eritrosit
0-1
0-1
Normal
Kejernihan
2
3
4
5
6
6
7
8
9
10
Berat Jenis
pH
Protein
Glukosa
Keton
Darah
Bilirubin
Urobilinogen
Nitrit
Leukosit
11
Esterase
Sedimen Urin:
- Epitel
Normal
Abnormal
Abnormal
Normal
- Silinder
Negatif
Negatif
Normal
- Kristal
Negatif
Negatif
Normal
- Bakteri
Positif +
Negatif
Abnormal
+
- Mukus
Positis +
Negatif
Abnormal
- Jamur
Negatif
Negatif
Normal
DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0 hamil 37 minggu inpartu kala I fase laten dengan KPD 4 jam, janin
tunggal hidup presentasi kepala.
PROGNOSIS
Ibu
: Dubia ad bonam
RENCANA
Partus Pervaginam
FOLLOW UP
Catatan
Tanggal
12-10-2015
S:
(14.30 WIB)
O:
Status Presens
Sensorium: compos mentis
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 18x/menit
T: 36,7oC
Status Obstetri
PL: FUT 4 jbpx (29 cm), memanjang, puka, penurunan kepala
4/5, his 2x/10/25, DJJ 145 x/m, TBJ 2635
VT: portio lunak, medial, eff 100 %, pembukaan 2 cm, kepala,
ketuban (-), jernih, bau (-),
A:
P:
Rencana
13-10-2015
S:
partus pervaginam
Mau melahirkan dengan keluar air-air
(03.30 WIB)
O:
Status Presens
Sensorium: compos mentis
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 20x/menit
T: 36,5oC
Status Obstetri
PL: FUT 4 jbpx (29 cm), memanjang, puka, penurunan kepala
4/5, his 2x/10/35, DJJ 150 x/m, TBJ 2635
VT: portio lunak, medial, eff 100 %, pembukaan 3 cm, kepala,
ketuban (-), jenrih, bau (-).
A:
P:
LAPORAN PERSALINAN
Masuk kamar bersalin, tanggal 13 Oktober 2015. Pukul 13.35 WIB
Pukul 13.35 WIB operasi dimulai.
Penderita dalam posisi terlentang dalam keadaan anastesi spinal. Dilakukan
tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya. Lapangan
operasi dipersempit dengan doek steril. Dilakukan insisi mediana 2 jari diatas
simfisis. Kemudian insisi diperdalam secara tajam dan tumpul sampai menembus
peritoneum. Diputuskan untuk melakukan SSTP dengan cara:
Membuka plica vesikouterina, lalu vesica urinaria dilindungi dengan hak
besar.
Insisi SBR semiulnar + 5 cm secara tajam kemudian diperlebar ke lateral
secara tumpul, ketuban cukup, jernih, bau (-).
Pukul 13.40 WIB lahir neonatus hidup perempuan BB 2500 g, PB 45 cm, AS 8/9
FTAGA. Ke dalam cairan infus dimasukkan oksitosin 20 IU, plasenta dilahirkan
dengan tarikan ringan pada tali pusat.
Pukul 13.45 WIB plasenta lahir lengkap, BP 480 g, PTP 47 cm, diameter 20x21
cm.
SBR dijahit satu lapis secara jelujur dengan Vicryl no. 1
Perdarahan dirawat sebagaimana mestinya
Dilakukan retroperitonealisasi
Dilakukan pencucian kavum abdomen dengan NaCl 0,9%.
Setelah cavum abdomen diyakini bersih dan tidak ada perdarahan, dilanjutkan
penutup abdomen lapis demi lapis dengan cara sebagai berikut:
Peritoneum dijahit secara jelujur dengan Plain cat gut no 2.0
Otot dijahit jelujur dengan Plain cat gut no 2.0
Fascia dijahit secara jelujur feston dengan Vicryl no.1.0
Subkutis dijahit secara satu-satu dengan Plain cat gut no 2.0
Kutis dijahit secara jelujur subkutikuler dengan Vicryl 3.0
Luka operasi ditutup dengan sofratulle dan opsite
Pukul 14.35 WIB Operasi selesai.
Cairan masuk
RL
Darah
Total
Diagnosis pra bedah :
:
: 600 CC
: Cc
: 600 cc
G1P0A0 hamil 37
Cairan Keluar
:
Urine
: 300 Cc
Darah
: 200 Cc
Total
: 500 cc
minggu inpartu kala I fase laten
Tindakan
Tanggal
14-10-2015
S:
(06.00 WIB)
O:
Status Presens
Sensorium: compos mentis
TD: 120/70 mmHg
Nadi: 82x/menit
RR: 29x/menit
T: 36,7oC
A:
P:
10
Mobilisasi
Diet biasa
Cek lab post op
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g
Inj. Asam Traneksamat 3 x 500 mg
Inj. Tramadol 3 x 1 amp
15-10-2015
S:
(06.00 WIB)
O:
Status Presens
Sensorium: compos mentis
TD: 110/80 mmHg
Nadi: 88x/menit
RR: 20x/menit
T: 36,5oC
Status Obstetri
PL: TFUT 2 jrbpst, kontraksi baik, perdarahan aktif (-), lokia
rubra (+), vulva/vagina tenang, tampak luka operasi tertutup
obsite.
A:
P:
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Interpretas
i
HEMATOLOGI
1. Hb
2. Eritrosit (RBC)
3
Leukosit
4
Trombosit
11,0
3,77
13,8.103
336.103
11.7-15.5 g/dL
4.20 11.0 106
4.5-11.0 103/mm3
150-450 103/L
11
Rendah
Rendah
Tinggi
Normal
Hematokrit
Hitungjenisleukosit
Basofil
Eosinofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
33
43 - 49 %
Rendah
0
0
81
12
7
0-1
1-6
50 - 70
20 - 40
2-8
Normal
Normal
Abnormal
Abnormal
Normal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Ketuban pecah dini atau Premature Rupture Of Membranes (PROM)
adalah pecahnya selaput ketuban yang terjadi sebelum terjadinya persalinan. KPD
terjadi sekitar 2,7% - 17% kehamilan dan pada kebanyakan kasus terjadi secara
spontan. KPD merupakan masalah obstetrik, dan 30% terjadi pada kehamilan
preterm.2
Terjadinya ketuban pecah dini memerlukan penanganan yang serius karena
bila telah lewat dari 6-8 jam (golden periode) akan menimbulkan infeksi yang
dapat berakibat buruk terhadap ibu dan janin.
STRUKTUR SELAPUT KETUBAN
Selaput ketuban tersusun dari lima lapisan yang terpisah, rata-rata tebal
0,08 0,12 mm (Gambar 1).3 Tidak mengandung pembuluh darah dan syaraf.
Kebutuhan nutrisi dipenuhi melalui cairan ketuban. Lapisan paling dalam,
terdekat dengan janin adalah epitel ketuban. Sel-sel epitel ketuban mensekresi
kolagen tipe III dan IV serta glikoprotein nonkolagen (laminin, nidogen dan
fibronektin) yang membentuk membran basalis yaitu lapisan berikutnya dari
ketuban.3,4
Lapisan jaringan ikat padat disekitar membran basalis membentuk rangka
fibrosa utama selaput ketuban. Jaringan kolagen dari lapisan jaringan ikat padat
disekresi oleh sel-sel mesenkim dalam lapisan fibroblas. 5 Kolageninterstitial (tipe
12
I dan III) ,mendominasi dan membentuk kumparan paralel dan menjaga integritas
mekanik dari selaput ketuban.6 Kolagen tipe V dan VI membentuk hubungan
dengan vilamentosa antara kolagen interstitial dengan epitel membran basalis. 6
Tidak ada hubungan interposisi antara substansi amorf dasar dengan fibrin-fibrin
kolagen dalam jaringan ikat selaput ketubab pada saat kehamilan aterm, sehingga
selaput ketuban menahan regangan secara menyeluruh dalam stadium akhir
kehamilan normal.
Lapisan fibroblas merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri dari sel-sel
mesenkim dan makrofag dalam matriks ekstraseluler6. Kolagen pada lapisan ini
membentuk hubungan yang longgar dengan pulau-pulau glikoprotein nonkolagen.
Lapisan intermediate (zona spongiosa) berada diantara selaput ketuban dan
korion. Kandungan proteoglikan dan glikoproteinnya yang banyak menyebabkan
lapisan ini seperti busa pada preparat histologis dan mengandung jaringan non
fibrin pada sebagian besar kolagen tipe III. Lapisan intermediate menyerap stress
fisik dengan cara menempatkan selaput ketuban cenderung ke arah sisi korion
yang berhubungan dengan desidua ibu.
Gambar 1. Schematic representation of the structure of the fetal membranes at term. The
extracellular-matrix composition of each layer is shown. Dikutip dari Bilic, 20053
13
14
15
melalui
menyebabkan
yang dapat
Faktor infeksi
Faktor infeksi dapat berupa infeksi traktus urinarius dan genital, termasuk
Penyakit Menular Seksual (PMS). Mikroorganisme pada mukus servik secara
ascenden berkembang mencapai uterus menimbulkan reaksi inflamasi pada
plasenta, selaput ketuban, dan desidua maternal. Reaksi inflamasi ini
mengeluarkan sitokin seperti IL-1 dan IL-6 dari sel endothelial dan tumor
necrosing factor dari makrofag. Hal ini menstimulasi produksi prostaglandin
16
yang
akan
menyebabkan
pematangan
servik
dan
kontraksi
uterus.
3.
4.
5.
6.
Faktor keturunan
7.
Faktor merokok13
8.
DIAGNOSIS
Diagnosis ada tidaknya air ketuban pada KPD dapat ditegakkan melalui
beberapa cara antara lain:
1.
Anamnesis
Pada umumnya pasien datang dengan keluhan keluarnya cairan dari
kemaluan. Cairan dapat keluar mendadak dan banyak atau perlahan dan
sedikit. Juga perlu ditannyakan adakah kontraksi uterus, perdarahan
pervaginam, baru saja intercourse (berhubungan intim/coitus), atau adakah
17
Inspekulo
Pemeriksaan inspekulo secara steril merupakan langkah pemeriksaan pertama
terhadap kecurigaan KPD. Adanya genangan cairan di forniks posterior
(adanya air ketuban keluar dari OUE) mendukung diagnosis ini.
Pengambilan cairan ketuban dari forniks posterior
a. Cairan ketuban bersifat alkalis sehingga, bila cairan yang diambil dengan
menggunakan kapas lidi atau pipet ditempelkan pada kertas lakmus akan
terjadi perubahan warna merah menjadi biru.
b. Untuk menentukan ada tidaknya cairan ketuban dapat digunakan test
arboriasasi atau kristalisasi. Cara pembuatan preparat pada test ini adalah
sebagai berikut. Dengan pipet diambil cairan dan dibuat preparat apus dan
dikeringkan diudara, preparat apus kemudian diamati dengan mikroskop
akan tampak gambaran daun pakis
c. Ada tidaknya verniks kaseosa dapat diketahui melalui pemeriksaan sitologi
yaitu:
- Pewarnaan Papanicolaou
- Pewarnaan Piasianole
- Zat warna Nile Blue Sulfate1
3.
Nitrazin test
Metode diagnostik menggunakan kertas nitrazin (lakmus) dan
pemeriksaan gambaran daun pakis memiliki sensitifitas mendekati 90%.
Untuk memastikan cairan tersebut merupakan cairan ketuban dilakukan tes
dengan nitrasin. Cairan ketuban akan mengubah kertas nitrasin menjadi biru
karena pH cairan ketuban diatas 6,0-6,5. Sedangkan pH normal vagina adalah
antara 4,5-6,0. Pemeriksaan dengan kertas nitrasin dapat bersifat positif palsu
dengan adanya kontaminasi darah, semen, dan vaginitis.
4.
Fern test
18
Ultrasonografi
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan yang digunakan terutama
untuk melihat banyak tidaknya air ketuban. 13Pada kasus dimana penderita
diduga memiliki riwayat PROM, tetapi pemeriksaan fisik gagal memastikan
diagnosis, pemeriksaan USG dapat membantu.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan ketuban pecah dini dapat dibedakan atas penatalaksanaan
secara konservatif dan aktif.
1. Konservatif
Bila tidak didapatkan komplikasi dan usia gestasi 28-37 minggu, diberikan
obat-obatan:
- Tokolitik
- Kortikosteroid untuk pematangan paru
- Vitamin C dosis tinggi
- Antibiotik13
Komplikasi :
a.
b.
c.
Apabila setelah pengobatan diberikan air ketuban tidak lagi keluar, maka
penderita boleh pulang dengan nasihat :
a. Tidak boleh bersetubuh
b. Vagina tidak boleh diirigasi
c. Tidak memakai celana dalam, pembalut wanita atau semua yang
memudahkan terjadinya infeksi.
19
2.
Penatalaksanaan aktif
Indikasi penatalaksanaan aktif bila :
a.
Didapatkan komplikasi
b.
c.
d.
Terjadinya komplikasi
Inpartu
b. Dilakukan terminasi
Pervaginam bila :
Janin mati13
Perabdominam bila :
Letak lintang
20
BAB IV
ANALISIS KASUS
+ 4 jam SMRS, os mengeluh keluar air-air, jernih, bau (-), banyaknya 3
kali ganti pembalut. Os mengeluh perut mulas yang menjalar ke pinggang makin
lama main kuat (+). R/ keluar darah dan lendir (+), lalu os ke Bidan dan dirujuk ke
RSMH. R/ keputihan (-), R/ postcoital (-), R/ Trauma (-), R/ diurut urut (-), R/
minum jamu atau obat-obatan (-), R/demam (-). Os mengaku hamil cukup bulan
dan gerakan anak masih diraskan.
Pada pemeriksan status presen, tidak ditemukan adanya kelainan. Pada
pemeriksaan luar, tinggi fundus 4 jdpx atau 29 cm, penurunan kepala 2/5, his 1x/
10/25 , DJJ 142 x/m, dengan TBJ 2700. Pemeriksaan dalam inspekulo, portio
livide, OUE terbuka, fluor (-), fluxus (+), tes lakmus (+) merah menjadi biru, dan
E/L/P (-). Pada pemeriksaan vaginal toucher, portio lunak, medial, eff 100%,
pembukaan 2 cm, ketuban (-). Pemeriksaan penunjang berupa USG menunjukkan
gambaran yang normal dengan kesan hamil 37 minggu, janin tunggal hidup
presentasi kepala.
Dari anamnesis, pasien mengeluh keluar air-air dari kemaluan yang
banyaknya 3 kali ganti pembalut. Dari keluhan pasien ini dapat dicurigai telah
terjadi pecahnya ketuban sebelum waktunya. Hal ini juga didukung dengan
kondisi pasien saat keluarnya air-air yang saat itu kemungkinan pasien dalam kala
1 fase laten (pembukaan 2). Ini sesuai dengan definisi atau batasan dari ketuban
pecah sebelum waktunya yaitu suatu keadaan pecahnya selaput ketuban baik
dalam kehamilan maupun dalam persalinan sebelum pembukaan 3 cm (sebelum
fase aktif, masih dalam fase laten). Selain itu, dugaan telah terjadinya
21
KPD/KPSW diperkuat dengan hasil pemeriksaan tes lakmus yang positif (+)
dengan berubahnya kertas laksus dari warna merah menjadi biru.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketuban pecah dini (KPD)
adalah suatu keadaan pecahnya selaput ketuban baik dalam kehamilan maupun
persalinan sebelum pembukaan 3 cm (sebelum fase aktif, masih dalam fase laten).
Sesuai dengan definisi tersebut, batasan yang paling jelas untuk menjelaskan
terjadinya KPD ialah KPD terjadi pada fase laten atau saat pembukaan dibawah 3
cm. Pada pasien ini KPD terjadi saat pembukaan 2 cm, jadi KPD pada pasien ini
telah di tegakkan.
Penyebab terjadinya KPD sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
tetapi berbagai penulis menyebutkan beberapa faktor predisposisi, antara lain
faktor selaput ketuban, faktor infeksi, faktor perubahan tekanan intrauterine yang
mendadak, faktor yang berhubungan dengan kebidanan dan ginekologi seperti
multigravida, memiliki riwayat KPD pada persalinan yang lalu, hamil ganda,
hidramnion, perdarahan antepartum, malposisi, disproporsi kepala-panggul, umur
lebih 35 tahun, trauma vagina. Selanjutnya faktor sosioekonomi yang rendah,
faktor antagonismus golongan darah A, B, O, faktor merokok, faktor keturunan.
Pada pasien ini terdapat riwayat coitus dengan suami 8 jam sebelum ketuba pecah.
Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi dari pecahnya ketuban pada pasien
karena kemungkinan saat koitus, selaput ketuban mengalami peregangan dan
ereksi penis sedang dalam kondisi yang kuat, maka hal ini dapat mengakibatkan
selaput ketuban menjadi mudah untuk trauma/sobek.
Pasien ini di tatalaksana dengan aktif, mengingat usia gestasi sudah masuk
37 minggu dan ada tanda-tanda inpartu. Tatalaksana akif pada pasien ini berupa
pemberian antibiotik dan dilakukan determinasi. Pemberian antibiotik bila,
terdapat adanya komplikasi, inpartu, ketuban pecah < 12 jam dan adanya rencana
terminasi dengan induksi atau akselerasi, seksio sesaria. Pada pasien ini diberikan
antibiotik berupa ampicilin 4 x 1g IV. Selain itu juga diberikan IVFD RL dan drip
oksitosi 5 IU. Pasien ini juga direncanakan partus pervaginam. Hal penting lain
yang perlu diperhatikan adalah observasi dari tanda vital ibu, kontraksi uterus
(His), dan denyut jantung janin (DJJ)
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Syamsuddin, A, Komar, H. Panduan Partograf. Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya; Palembang. 2001.
2. Elva J A, Hasibuan S. 2006. Ketuban Pecah Dini Pada Persalinan Preterm. Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RS Dr. Sardjito
Jogjakarta: Jogjakarta. Available at www.obgin-ugm.com/dokumen/KPDPP.pdf,
diakses 13 Oktober 2015.
3. Bilic Grozdana, Sealing and Healing of Fetal Membranes. Dissertation PhD
Department of Obstetrics, University Hospital of Zurich, Switzerland 2005:7-18
4. Mercer BM, Arheart KL. Antimicrobial theraphy in expectant management of
preterm premature ruptur of membranes. Lancet 1995;346:1271-9
5. Casey ML, MacDonald PC. Interstitial collagen synthesis and processing in human
amnion. Biol Reprod 1996;55:1253-60
6. Lavery JP, Miller CE, Kningt RD. The effect of labor on reologic response of
chorioamniotic membranes. Obstet Gynecol 1982;60:87-92. Abstract
7. Malak TM, Bell SC. Structuaral characteristic of term human fetal membranes. Br J
Obstet Gyanaecol 1994;101:375-86. Abstract
8. Savitz DA, Blackmore CA, Thorp JM. Epidemiologic characteristicof preterm
delivery. Am J Obstet Gynecol 1991;164:467-71. Abstract
9. American College of Obstetricans and Gynecologist. Premature rupture of
membranes. Clinical management guidelianes for obstetrician-gynecologist. ACOG
practice bulletin no. 1. Int J Gynaecol Obstet 1998;63:75-84. Abstract.
10. Moegni E, Ocviyanti D, Wibowo N. 2006. Ketuban Pecah Dini Dan
Infeksi Intrapartum. Catatan Kuliah Obstetri dan Ginekologi FK UI: Jakarta.
Available at www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklmenu.html, diakses, 16
Oktober 2015.
11. Odunsi K, Rinaudo P. 2006. Premature Rupture of the Fetal Membranes. Vol.2. No
4. Yale-New Haven Hospital: England. Available at www.hygeia.org/poems17.htm,
diakses 13 Oktober 2015.
12. Bryant-Greenwood G, Millar L K. 2000. Human Fetal Membranes: Their Preterm
Premature Rupture. University of Hawaii, Honolulu: Hawaii. Available at
www.biolreprod.org/cgi/content/full/63/6/1575/b, diakses 13 Oktober 2015.
13. Standar Pelayanan Profesi Obgin. Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi RSMH
Palembang; Palembang. 2000.
14. Goldenberg RL, Levinson W. Early Rupture of membrane : induce or wait.
Journal Watch Women's Health. 2003. 136 Oktober 2015.
23
24