meningkatkan kapasitas kilang minyak yang dikelolanya. Tujuannya, output atau produk
yang dihasilkan dari kilang minyak tersebut lebih berkualitas.
Di sisi lain menurut pengamat energi Sofyano Zakaria menilai upaya tersebut hanya
akal-akalnya pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Mengingat harga pertalite nantinya
akan lebih mahal dari premium dan di bawah pertamax.
Sofyan melihat upaya pemerintah melengserkan premium secara bertahap dan
menggantikannya dengan pertalite justru akan membebankan masyarakat, khususnya mereka
yang berpenghasilan pas-pasan.
"Dengan harga beli lebih mahal di atas harga premium, bisa dimaknai sebagai
kebijakan yang kembali memberatkan beban keuangan rakyat karena memang tidak ada
pilihan lain," sebutnya. Menurutnya, mengganti premium dengan pertalite adalah kebijakan
yang sangat tidak fair dan tidak pro rakyat, karena rakyat sudah membeli premium dengan
harga yang sudah tidak ada muatan subsidi dari pemerintah.
Analisis isu:
Isu muculnya pertalite yang merupakan bahan bakar komersial dan hadir untuk
memberikan pilihan bagi masyarakat untuk memilih BBM berkualitas. Oleh karena itu, harga
BBM RON 90-91 ini akan fluktuatif mengikuti harga pasar seperti Pertamax. Hal inilah yang
kemudian menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat luas, karena merasa kalau harga
jual Premium sudah cukup mahal, meskipun masih di subsidi pemerintah.
Harus diakui bahwa pertalite merupakan bagian dari inovasi untuk mengantisipasi
semakin menipisnya cadangan minyak. Strategi untuk menghapuskan Premium memang
harus ditempuh oleh PT Pertamina untuk menjalankan rekomendasi dari Tim Reformasi Tata
Kelola Migas. Namun untuk menjadikan semua BBM di Indonesia menjadi RON 92 rasanya
cukup mustahil. Untuk itu diambil langkah alternatif yaitu dengan mengeluarkan varian baru
pertalite.
Disini konsumen sendiri mempunyai peran penting terhadap munculnya bahan bakar
jenis baru ini. Konsumen diharapkan dapat memilih secara bijak apakah lebih memilih
premium ataupun pertalite jika nantinya petralite tidak akan menggantikan premium.
Konsumen diharapkan cermat dalam memilih jenis bahan bakar yang akan digunakan, apakah
konsumen ingin menggunakan premium yang harganya lebih ekonomis, maupun pertalite
yang umumnya lebih bagus karena kadar oktan yang lebih tinggi dibandingkan premium,
tentu saja dengan harga yang lebih mahal daripada premium. Bila melihat prospek kedepan,
tentu premium lambat laun akan menghilang dari peredaran sehingga memaksa pengguna
kendaraan untuk membeli pertalite. Dan diharapkan juga konsumen dapat mengurangi
penggunaan premium, dikarenakan pertalite dapat merawat mesin kendaraan lebih baik, dan
petralite lebih ramah terhadap lingkungan jika dibandingkan dengan premium.