Anda di halaman 1dari 3

PENGGUNAAN PERTALITE SEBAGAI PENGGANTI PREMIUM

Selama beberapa hari terakhir ini, media-media diramaikan dengan pemberitaan


mengenai rencana PT. Pertamina (Persero) yang ingin mengeluarkan produk baru, Pertalite.
Bahan bakar berjenis bensin ini, memiliki kadar oktan atau RON 90-91, yang digadanggadang nantinya akan menggantikan Premium yang memiliki RON 88. Kabarnya, Pertalite
akan dilepas ke pasaran dengan harga berkisar Rp.8.000 Rp.8.300/liter dan baru akan dijual
di SPBU di kota-kota besar di Tanah Air. Rencana kehadiran Pertalite, sebagai varian baru
bahan bakar minyak (BBM) dengan kandungan oktan atau RON 90-91, ternyata mendapat
sorotan yang cukup luas di publik. Memang benar kalau BBM jenis baru ini kualitasnya
masih lebih baik daripada Premium yang memiliki RON 88, tapi masih tetap berada di bawah
Pertamax yang memiliki RON 92. Namun, hal itu akhirnya berimbas pada harga jualnya di
pasaran, yang lebih tinggi dibandingkan dengan BBM bersubsidi (Premium).
Wakil Presiden Jusuf Kalla angkat bicara terkait rencana penggantian Bahan Bakar
Minyak (BBM) jenis Premium mulai bulan depan (bulan Mei). Menurut Wakil Presiden Jusuf
Kalla, penghapusan Premium yang kemudian dialihkan ke Pertalite merupakan salah satu
cara untuk memperbaiki kualitas bahan bakar. Menurut Wapres, karena kualitasnya lebih baik
dari Premium maka otomatis harganya juga lebih tinggi. Wapres mengatakan, bahan bakar
Pertalite merupakan produk baru dengan kualitas oktan di atas bahan bakar minyak Premium.
Pertalite tidak akan diberikan subsidi namun harga yang dipatok akan berada di bawah harga
BBM Pertamax. Kisaran harga pertalite dengan RON 90 dikisaran Rp8.000-Rp8.300 per liter
di bawah Pertamax yang saat ini berkisar Rp8.600 per liter.
Dengan adanya wacana mengenai penghapusan Premium yang dijelaskan Wapres
Jusuf Kalla, Vice President Fuel Marketing Pertamina, Muhammad Iskandar berujar
sebaliknya. Dia kembali menjelaskan bahwa Pertalite hadir bukan menggantikan Premium
seperti yang sempat ramai diberitakan beberapa hari terakhir. Pertamina masih akan
memproduksi BBM RON 88 atau Premium di kilang minyak Cilacap. Terlepas dari
pernyataan tersebur, beliau berpendapat, Indonesia sudah waktunya meninggalkan BBM
dengan kadar oktan rendah. Dengan oktan di atas RON 90, secara emisi akan lebih ramah
lingkungan. Dia juga mengklaim, dengan menggunakan Pertalite atau BBM yang kadar
oktannya lebih tinggi dari Premium, mesin kendaraan menjadi lebih bagus, penggunaan bahar
bakar lebih efisien. Sejalan dengan lahirnya BBM jenis baru, Pertamina berjanji

meningkatkan kapasitas kilang minyak yang dikelolanya. Tujuannya, output atau produk
yang dihasilkan dari kilang minyak tersebut lebih berkualitas.
Di sisi lain menurut pengamat energi Sofyano Zakaria menilai upaya tersebut hanya
akal-akalnya pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Mengingat harga pertalite nantinya
akan lebih mahal dari premium dan di bawah pertamax.
Sofyan melihat upaya pemerintah melengserkan premium secara bertahap dan
menggantikannya dengan pertalite justru akan membebankan masyarakat, khususnya mereka
yang berpenghasilan pas-pasan.
"Dengan harga beli lebih mahal di atas harga premium, bisa dimaknai sebagai
kebijakan yang kembali memberatkan beban keuangan rakyat karena memang tidak ada
pilihan lain," sebutnya. Menurutnya, mengganti premium dengan pertalite adalah kebijakan
yang sangat tidak fair dan tidak pro rakyat, karena rakyat sudah membeli premium dengan
harga yang sudah tidak ada muatan subsidi dari pemerintah.

Analisis isu:
Isu muculnya pertalite yang merupakan bahan bakar komersial dan hadir untuk
memberikan pilihan bagi masyarakat untuk memilih BBM berkualitas. Oleh karena itu, harga
BBM RON 90-91 ini akan fluktuatif mengikuti harga pasar seperti Pertamax. Hal inilah yang
kemudian menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat luas, karena merasa kalau harga
jual Premium sudah cukup mahal, meskipun masih di subsidi pemerintah.
Harus diakui bahwa pertalite merupakan bagian dari inovasi untuk mengantisipasi
semakin menipisnya cadangan minyak. Strategi untuk menghapuskan Premium memang
harus ditempuh oleh PT Pertamina untuk menjalankan rekomendasi dari Tim Reformasi Tata
Kelola Migas. Namun untuk menjadikan semua BBM di Indonesia menjadi RON 92 rasanya
cukup mustahil. Untuk itu diambil langkah alternatif yaitu dengan mengeluarkan varian baru
pertalite.

Disini konsumen sendiri mempunyai peran penting terhadap munculnya bahan bakar
jenis baru ini. Konsumen diharapkan dapat memilih secara bijak apakah lebih memilih
premium ataupun pertalite jika nantinya petralite tidak akan menggantikan premium.
Konsumen diharapkan cermat dalam memilih jenis bahan bakar yang akan digunakan, apakah
konsumen ingin menggunakan premium yang harganya lebih ekonomis, maupun pertalite
yang umumnya lebih bagus karena kadar oktan yang lebih tinggi dibandingkan premium,
tentu saja dengan harga yang lebih mahal daripada premium. Bila melihat prospek kedepan,
tentu premium lambat laun akan menghilang dari peredaran sehingga memaksa pengguna
kendaraan untuk membeli pertalite. Dan diharapkan juga konsumen dapat mengurangi
penggunaan premium, dikarenakan pertalite dapat merawat mesin kendaraan lebih baik, dan
petralite lebih ramah terhadap lingkungan jika dibandingkan dengan premium.

Anda mungkin juga menyukai