Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencaharian
penduduknya bercocok tanam atau bertani, selain itu Indonesia juga merupakan negara
yang kaya akan sumber daya alam salah satunya yaitu kaya akan hasil-hasil hutan.
Pemanfaatan hasil hutan banyak digunakan oleh industri kayu untuk menghasilkan
produk yang bisa dimanfaatkan oleh semua orang. Semakin meningkatnya perkembangan
zaman, menyebabkan semakin meningkatnya industri-industri yang bisa mengolah kayu
hutan menjadi kayu konstruksi, kayu gergajian dan lain-lainnya, hal ini juga
meningkatkan bahan buangan yang berasal dari pemanfaatan kayu hutan berupa limbah
serbuk gergaji.
Usaha untuk memanfaatkan limbah serbuk gergaji belum dimanfaatkan semaksimal
mungkin, biasanya digunakan untuk bahan bakar, untuk bahan pembuat humus bahkan
sebagian besar limbah serbuk gergaji hanya ditimbun atau dibuang.
Sebenarnya serbuk gergaji ini masih bisa diolah menjadi bahan-bahan yang lebih
berguna dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena serbuk gergaji memiliki
kandungan selulosa. Selulosa merupakan senyawa-senyawa berbentuk benang fiber.
Terdapat pada komponen terbesar dalam dinding sel pohon, jerami, rumput dan tanaman
lain pada tumbuh-tumbuhan tingkat rendah sekalipun seperti : alga, jamur dan lain-lain.
Dilihat dari kandungan selulosa yang terdapat dalam serbuk gergaji maka
memungkinkan untuk diteliti lebih lanjut sebagai salah satu bahan baku alternatif dalam
pembuatan asam oksalat.
Peranan asam oksalat dalam industri sangat penting, diantaranya digunakan sebagai :
pembersih pada radiator mobil selain itu, asam oksalat banyak digunakan dalam industri
sebagai rayon, bahan peledak, pemurnian gliserol, pembuatan zat warna dan

asam

oksalat juga dapat digunakan sebagai pembersih peralatan dari besi dan peralatan
laboratorium.
Melihat manfaat asam oksalat yang sangat banyak dan memiliki prospek yang baik di
masa yang akan datang, maka penulis mencoba menggunakan bahan yang kurang
bermanfaat untuk membuat asam oksalat dari serbuk gergaji kayu.
B. Tujuan Penelitian
1

Penelitian ini bertujuan untuk membuat asam oksalat dari serbuk gergaji kayu jati
dengan proses peleburan alkali. Adapun variabel yang dipelajari adalah volume NaOH (ml),
suhu peleburan (oC) dan kecepatan pengadukkan (rpm).
C. Tinjauan Pustaka
1. Serbuk Gergaji Kayu
Kayu adalah bahan yang diperoleh dari hasil pemotongan pohon pohon dihutan.
Jumlah produksi yang memanfaatkan kayu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan di
setiap jenis kayunya seperti terlihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Produksi Kayu Hutan Menurut Jenisnya di Indonesia Tahun 2007-2011 (Ribu
m3).
Tahun
Kayu
Kayu
Kayu Lapis Papan
Finir
Kayu Chip
Bulat
Gergajian
Ply Wood
Blok (Veneer) Chip Wood
(Timber)
(Sawn
Timber)
2007
32 197
587
3 453
204
299
1 103
2008
32 001
532
3 354
427
287
2009
34 321
710
3 005
687
1 013
2010
42 115
885
3 325
122
737
1 271
2011
47 429
935
3 303
816
1 788
Sumber : Anonim, (2012)
Kayu juga memiliki sifat kimia yang digunakan untuk mengetahui ketahanan
kayu dan pengolahan kayu, sehingga mendapat hasil maksimal. Kandungan kimia kayu
adalah selulosa 60%, lignin 28% dan zat lain (termasuk zat gula) 12%. Dinding sel
tersusun sebagian besar oleh selulosa (C6H10O5). Lignin adalah suatu campuran zat-zat
organik yang terdiri dari zat karbon (C), zat air (H2) dan oksigen (O2) (Setyawan, 2006).
Sifat fisis lignin lainnya adalah tidak dapat larut dalam air dan asam. Lignin larut
dalam larutan alkali. (Othmer, 1981)
Suhu, tekanan dan konsentrasi larutan pemasak selama proses merupakan faktorfaktor yang akan mempengaruhi kecepatan reaksi pelarutan lignin, selulosa dan
hemiselulosa. Selulosa tidak akan rusak saat proses pelarutan lignin jika konsentrasi
larutan pemasak yang digunakan rendah dan suhu yang digunakan sesuai. Pemakaian
suhu di atas 180C menyebabkan degradasi selulosa lebih tinggi, dimana pada suhu ini
2

lignin telah habis terlarut dan sisa bahan pemasak akan mendegradasi selulosa (Oktaveni,
2009).
Lignin merupakan bahan yang tidak diinginkan dalam pembuatan asam oksalat
karena menyebabkan masalah selama proses pembuatan. Adapun metode pemisahan
lignin dengan cara penguapan, pengendapan, dan penyaringan (Nopianto, 2009).
Komponen kimia di dalam kayu mempunyai arti yang penting, karena
menentukan kegunaan jenis kayu dengan mengetahuinya kita dapat membedakan jenis
kayu. Komponen kayu dapat dilihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.2 Komponen-komponen kayu
Komponen
Kayu Keras (%)
Sellulosa
15
Pentosan
18
Lignin
23
Resin, gum, minyak
2
Abu
1

Kayu Lunak (%)


58
7
26
8
1
Sumber : Setyawan, 2006

Semakin meningkatnya jumlah produksi kayu, maka hal ini juga meningkatkan
bahan buangan yang berasal dari pemanfaatan kayu hutan berupa limbah serbuk gergaji
terlihat pada tabel 1.3.
Tabel 1.3 Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah
Tahun Produksi
Produksi
Serbuk
Sebetan
Potongan
3
Kayu
Limbah
Gergajian
25% (m )
Ujung
3
3
Gergajian 50% (m ) 15% (m )
10% (m3)
3
(m )
2002
632.495
311.747,5 46.762,13 77.936,88 31.714,75
2003
762.604
381.302
57.195,30 95.325,50 38.130,20
2004
432.967
216.483
32.427,53 54.120,88 21.648,35
2005
1.417.614
735.807 110.371,05 183.951,7 73.580,70
5
2006
679.247
339.623,5 50.943,53 84.905,88 33.962,35
Sumber : Khairat, dkk 2009
Serbuk gergaji merupakan potongan-potongan kecil dan serpihan kayu yang
dihasilkan dari penggergajian kayu. Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki hasil hutan yang sangat beragam, salah satunya kayu jati. Kayu jati memiliki
nama botani Tectona grandits L.f. Kayu jati memiliki berbagai jenis nama daerah yaitu
3

delek, dodolan, jate, jatih, jatos, kiati, kulidawa, dan lain-lain. Kayu ini merupakan salah
satu kayu terbaik didunia. Serbuk gergaji kayu memiliki sifat yang sama dengan kayu,
hanya bentuknya yang berbeda. Kayu jati memiliki serat yang halus dengan warna kayu
mula-mula sawo kelabu, kemudian berwarna sawo matang apabila lama terkena cahaya
matahari dan udara (Setyawan, 2006).
Kayu jati merupakan jenis kayu yang paling banyak dipakai untuk berbagai
keperluan, karena sifat-sifat kayu jati yang baik. Sifat-sifat kayu jati secara lengkap dapat
dilihat pada tabel 1.4. Pada industri pengolahan kayu, jati diolah menjadi kayu
gergajian, plywood, blackbord, particleboar, mebel air dan sebagainya (Irawati, dkk,
2009).
Tabel 1.4 Sifat-sifat kayu jati
No
Sifat
1 Kadar selulosa
2 Kadar lignin
3 Kadar hemiselulosa
4 Kadar abu
5 Kadar dalam air dingin
6 Kelarutan dalam air panas
7 Kelarutan dalam NaOH 1 %

Satuan
%
%
%
%
%
%
%

Nilai
43, 62
29, 04
34, 6125
1,365
1,2
11,1
19,8
Sumber : Irawati, dkk, 2009

2. Selulosa
Selulosa merupakan polimer karbohidrat terdiri dari unit anhidroglukosa dan
memiliki rumus empiris C6H10O5. Selulosa adalah elemen struktur kepala dan konstituen
utama dari dinding pohon dan tumbuhan tinggi lainnya. Selulosa juga ditemukan dalam
bentuk yang lebih rendah dari tanaman hidup seperti lumut, alga dan jamur. Secara kimia,
selulosa merupakan senyawa polisakarida dengan bobot molekulnya tinggi, yang tersusun
atas gugus anhydrous glukosa (Wirajati, 1998)
Rumus molekul sellulosa adalah C6H1106 (C6H10O5)n C6H11O5 atau digambar
struktur molekul selulosa adalah sebagai berikut :

Gambar 1.1 Struktur Molekul Selulosa


(Kirk & Othmer, 1982)
3. Asam Oksalat
Asam oksalat ( H2C2O4 ) adalah bentuk yang paling sederhana dari asam organik.
Struktur kristalnya higroskopis dan berwarna putih. Tetapi secara komersial sebagai
produknya lebih umum dijumpai dalam bentuk dihidratnya (H2C2O4.2H2O) dengan titik
leleh 101,5 C, berupa kristal prisma monoklin tak berwarna yang terdiri dari 71,42 %
asam oksalat anhydrous dan 28,58% air. Dikemas dari ukuran mulai serbuk halus sampai
granular granular kasar. Berat molekul 126 gr/mol berbentuk kristal jarum, berwarna
putih, tidak berbau, berat jenis 1,635, panas pelarutan dalam air -35,5 kj/mol, indek bias
1,475(Kirk & Othmer, 1952 ).
Tabel 1.5 Spesifikasi Asam Oksalat :
Properti
Kristal Kasar
( COOH )2.2H2O, %
99,4
Kelembaban, %
0,50
Sulfat, %
Sedikit
Pengotor
Sedikit
Abu (dikalsinasi pada 900C), %
0,10

Kristal Halus
99,8
0,10
Sedikit
Sedikit
0,1
( Kirk & Othmer, 1952 ).

Kegunaan asam oksalat sebagai pembersih kerak pada radiator mobil, untuk
membersihkan noda noda pada pakaian, dalam laboratoriun banyak digunakan sebagai
reagensis untuk analisa volumetrik (Kirk & Othmer, 195).

4. Tahap Proses Pembuatan Asam Oksalat


5

a) Tahap Peleburan
Pada tahap peleburan menggunakan NaOH, mula-mula lignin dan hemiselulosa larut,
selanjutnya selulosa akan terhidrolisa. Selulosa yang telah terhidrolisis dan membentuk
glukosa kemudian akan bereaksi dengan NaOH dan menghasilkan natrium glukosid.
Selanjutnya, akan mengalami oksidasi dan perombakan sehingga terbentuk menjadi
garam-garam oksalat, asetat dan formiat. Pada tahap ini, kebutuhan oksigen diperoleh
dari air dan udara yang masuk ke dalam cairan di reaktor. (Haryono, 1992)
Reaksinya sebagai berikut :
(C6H10O6)n + 4nNaOH

n(COONa)2 + n(CH3COONa) + nHCOONa + 5nH2O + n


CO2
(Narimo,2012)

b) Tahap Pengendapan
Filtrat yang diperoleh dari hasil peleburan kemudian ditambahkan dengan bahan
pengendap yaitu CaCl2. Pada tahap ini bertujuan untuk mengendapkan natrium oksalat
untuk mendapatkan endapan garam Kalsium Oksalat.
Reaksinya sebagai berikut :
Na2C2O4
+
CaCl2
CaC2O4
+
2 NaCl
Endapan yang diperoleh diambil dengan penyaringan.(Kirk & Othmer,1952)
c) Tahap Pengasaman
Endapan yang terjadi diasamkan dengan asam sulfat encer. Reaksi berlangsung
spontan membentuk endapan kalsium sulfat dan larutan asam oksalat. Tetapi karena
kalsium oksalat adalah garam yang sukar larut, maka reaksi antara kalsium oksalat
dengan asam sulfat berlangsung bolak-balik.
Reaksinya sebagai berikut :
CaC2O4
+
H2SO4
H2C2O4+
CaSO4
Endapan garam kalsium sulfat dipisahkan dengan penyaringan. Penyaringan dilakukan
dalam keadaan panas dengan maksud untuk menghindari kemungkinan mengkristalnya
asam oksalat yang terbentuk.(Kirk &Othmer, 1952)
d) Tahap Pengkristalan
Filtrat yang mengandung asam oksalat selanjutnya dipekatkan dengan jalan
pemanasan dan dilanjutkan dengan proses pendinginan supaya terbentuk kristal asam
oksalat. Kristal asam oksalat yang didapat dipisahkan dengan penyaringan. (Agra dkk,
1970)
D. Landasan Teori

Pada pembuatan asam oksalat, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses


peleburan adalah sebagai berikut :
1. Waktu Peleburan
Makin lama waktu peleburan hasil yang diperoleh makin banyak karena akan
memperbesar kesempatan zat-zat pereaksi bersentuhan dan akibatnya hasil asam oksalat
relatif banyak. Akan tetapi bila waktu terlalu lama maka hasil asam oksalat akan turun.
(Narimo,2012)
Pada penelitian-penelitian sebelumnya pembuatan asam oksalat, Endang,2005,
menggunakan bahan baku sekam padi didapat waktu optimumnya 75 menit,
Ruslinda,2008, menggunakan bahan baku sabut pinang didapat waktu optimumnya 45
menit, Desy & Yunita,2014, menggunakan bahan baku serbuk gergaji kayu jati didapat
waktu optimum 90 menit.
2. Suhu Peleburan
Semakin tinggi suhu peleburan kecepatan reaksinya juga akan berjalan lebih cepat,
selain itu akan mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Tetapi dalam pengaturannya suhu
juga perlu diperhatikan jika suhu peluburan sangat tinggi akan mengakibatkan peruraian
hasil sehingga asam oksalat yang dihasilkan akan menurun.
Pada penelitian-penelitian sebelumnya pembuatan asam oksalat, Haryono,1992,
mengunakan bahan baku kulit ubi kayu diperoleh suhu optimum 230 oC, Harso.P &
Suharyoso,2001, menggunakan bahan baku ampas tahu diperoleh suhu optimum 98 oC,
Angraeni,2011, menggunakan bahan baku ampas tebu diperoleh suhu optimumnya
180oC, Kintaro,2011, menggunakan bahan baku kulit pisang diperoleh suhu optimum
75oC.
3. Konsentrasi dan Volume Larutan NaOH
Larutan pelebur yang dapat digunakan yaitu larutan NaOH atau KOH. Dalam
beberapa hal, konsentrasi larutan alkali ini berpengaruh terhadap hasil. Pada konsentrasi
larutan alkali terlalu rendah, maka kecepatan reaksinya menjadi lambat sehingga dalam
waktu tertentu hasilnya sedikit. Disamping itu jika larutan peleburnya terlalu encer maka
reaksi akan berlangsung dalam waktu yang lama, karena air yang diuapkan banyak. Pada
konsentrasi basa tinggi, maka kecepatan reaksinya juga semakin besar. Jika konsentrasi
basa terlalu pekat, maka air yang ada dalam larutan sedikit sehingga pembasahan butir

bahan dan perataan panas sempurna. Konsentrasi larutan NaOH yang paling baik adalah
38% - 50% NaOH.(Agra dkk, 1970)
Volume NaOH yang semakin banyak akan memperluas gerakan molekul-molekul
yang ada sehingga hasil yang diharapkan akan semakin banyak. Tetapi volume NaOH
yang semakin banyak akan mengurangi hasil yang diinginkan,karena asam oksalat yang
ada akan terurai lebih lanjut menjadi CO2 dan H2O. (Narimo, 2012)
Pada penelitian-penelitian sebelumnya pembuatan asam oksalat, Endang,2005,
menggunakan sekam padi dengan volume NaOH 250 ml didapat konsentrasi optimum
44,1907%, Uli & Simbolon, 2009, menggunakan kertas bekas (HVS) dengan volume
NaOH 200 ml diperoleh konsentrasi optimum 45%, Narimo,2012, menggunakan kertas
koran bekas dengan volume 200 ml didapat konsentrasi optimum yaitu 40%, Desy &
Yunita,2014, menggunakan serbuk gergaji kayu jati dengan volume 200 ml di dapat
konsentrasi 9,9 N.
4. Pengadukan
Pengadukan memungkinkan bahan leburan mengalami kontak lebih sering antara
partikel-partikelnya. Jika kecepatan pengadukan semakin besar sampai batas tertentu,
maka kecepatan reaksi menjadi besar. Disamping itu juga berpengaruh terhadap perataan
suhu pemanasan, sehingga reaksi peleburan akan berjalan sempurna dan diperoleh hasil
yang baik, tidak terjadi pengarangan.(Nyoman & Dheky, 2010)
Pada penelitian-penelitian sebelumnya pembuatan asam oksalat,

Endang,2005,

menggunakan bahan baku sekam padi dengan kecepetan pengaduk 225 rpm, Uli &
Simbolon, 2009, menggunakan kertas bekas (HVS) dengan kecepatan pengaduk 150 rpm,
Nyoman & Dheky, 2010, menggunakan bahan baku eceng gondok dengan kecepatan
pegaduk 240 rpm.
5. Konsentrasi dan Volume CaCl2
Pada penelitian-penelitian sebelumnya pembuatan asam oksalat, Uli & Simbolon,
2009, dari kertas HVS digunakan larutan induk 25 ml dan ditambahkan 25 ml CaCl 2 0,1
N, Nyoman & Dheky, 2010, dari eceng gondok digunakan larutan induk 10 ml dan
ditambahkan CaCl2 jenuh sampai terjadi endapan.
6. Konsentrasi dan Volume H2SO4
Pada penelitian-penelitian sebelumnya pembuatan asam oksalat, Uli & Simbolon,
2009, dari kertas HVS digunakan H2SO4 sebanyak 125 ml dengan konsentrasi 2N,
8

Nyoman & Dheky,2010, dari eceng gondok digunakan H2SO4 sebanyak 125 ml dengan
konsentrasi 2N.
E. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Serbuk gergaji kayu yang dipakai dalam penelitian ini, kayu jati dengan ukuran lolos
30 Mesh.
2. Konsentrasi NaOH yang digunakan 9,9 N
3. Waktu reaksi yang digunakan 60 menit.
F. Hipotesa
1. Semakin banyak volume NaOH, maka asam oksalat yang dihasilkan akan semakin
banyak. Tetapi volume NaOH yang semakin banyak akan mengurangi hasil yang
diinginkan.
2. Jika suhu reaksi semakin tinggi, maka kecepatan reaksi semakin besar. Tetapi
kenaikan suhu ini harus mengingat titik didih larutan pelebur.
3. Jika kecepatan pengadukan semakin besar sampai batas tertentu, maka kecepatan
reaksi menjadi besar. Tetapi jika kecepatan pengadukkan kecil maka kecepatan reaksi
akan menjadi lebih kecil.

Anda mungkin juga menyukai