Ny Dina 25 tahun & Tn Sahid 27 tahun berasal dari suku Melayu memiliki seorang anak
bernama Nina usia 5 tahun yang didiagnosis oleh dokter spesialis anak menderita thalassemia
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah tepi dan analisis hemoglobin
dan setiap 20 hari sekali harus menjalani transfusi darah. Atas anjuran bagian Obgyn (obstetri
dan ginekologi) RSMH mereka datang ke Klinik Genetika FK Unsri untuk konsultasi karena
ingin mempunyai anak lagi yang diharapkan tidak menderita thalassemia.
Di Klinik Genetika, dilakukan pengambilan darah vena Ny Dina & Tn Sahid serta darah vena
Nina. Hasil pemeriksaan mikroskopik dan DNA didapatkan:
1. Ny Dina
- Morfologi RBC
-
Analisis DNA
2. Tn Sahid
- Morfologi RBC
-
Analisis DNA
3. Nina
- Morfologi RBC
-
Analisis DNA
delesi TTCT.
I. KLARIFIKASI ISTILAH
Anamnesis : pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan
amino.
Hipokrom: penurunan abnormal kandungan hemoglobin pada eritrosit
yang ditandai dengan pewarnaan yang kurang.
sumsum tulang.
Sferosit : eritrosit kecil dan bulat tanpa pucat tengah di hemoglobin,
II.IDENTIFIKASI MASALAH
1. Ny Dina 25 tahun & Tn Sahid 27 tahun berasal dari suku Melayu memiliki
seorang anak bernama Nina usia 5 tahun yang didiagnosis oleh dokter
spesialis anak menderita thalassemia berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan darah tepi dan analisis hemoglobin dan setiap 20 hari sekali
harus menjalani transfusi darah.
2. Mereka berkonsultasi karena ingin mempunyai anak lagi dan diharapkan tidak
terkena thalassemia.
3. Hasil pemeriksaan mikroskopik & DNA dari pengambilan darah vena:
a. Ny Dina
Morfologi RBC : hipokrom mikrositik, anisopoikilositosis,
cukup sering ditemukan Sel Target, tear drops, dan
Analisis DNA
sferosit.
: Heterozigot HbE yaitu mutasi Gen Globin
Beta Kodon 26 dari GAG (glutamat) menjadi AAG
(lisin).
b. Tn Sahid
Morfologi RBC
Analisis DNA
27 bp gen AE1.
c. Nina
Morfologi RBC
Analisis DNA
Main Problem
III.
:3
ANALISIS MASALAH
1. a. Apakah ada hubungan antara suku dan penyakit thalassemia yang diderita Nina?
Ada, data hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita thalassemia terkait dengan
suku atau daerah tertentu, hal ini mungkin dapat timbul sebagai bentuk resistensi
terhadap penyakit malaria. Thalassemia banyak ditemukan pada daerah endemic
malaria. Hal tersebut juga didasarkan pada jenis thalasemia apa yang diderita, yaitu:
3
proses sintesis molekul hemoglobin rantai beta. Penyakit ini diturunkan melalui gen
yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak pada kromosom 11. Pada manusia
kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur
pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen
globin beta yang mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia-beta.
Seorang pembawa sifat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih mempunyai 1
belah gen dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan baik). Seorang pembawa
sifat thalassemia jarang memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi
pada kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia (Homosigot/Mayor). Kedua
belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing
membawa sifat thalassemia.
c. Apa saja jenis-jenis thalassemia?
Secara molekuler, thalassemia dapat dibedakan menjadi thalassemia alfa dan beta,
sedangkan secara klinis dapat dibedakan menjadi thalassemia mayor dan minor
Thalassemia dapat kita klasifikasikan berdasarkan jenis rantai globin apa yang
terganggu.
Berdasarkan dasar klasifikasi tersebut, maka terdapat beberapa jenis thalassemia,
yaitu thalassemia alfa, beta, dan delta.
1. Thalassemia alfa
Pada thalassemia alfa, terjadi penurunan sintesis dari rantai alfa globulin. Dan
kelainan ini berkaitan dengan delesi pada kromosom 16. Akibat dari kurangnya
sintesis rantai alfa,maka akan banyak terdapat rantai beta dan gamma yang tidak
berpasangan dengan rantai alfa. Maka dapat terbentuk tetramer dari rantai beta yang
disebut HbH dan tetramer dari rantai gamma yang disebut Hb Barts. Thalassemia
alfa sendiri memiliki beberapa jenis.
Delesi pada empat rantai alfa (Alpha Thalassemia Mayor)
Dikenal juga sebagai hydrops fetalis. Biasanya terdapat banyak Hb Barts.
Gejalanya dapat berupa ikterus, pembesaran hepar dan spleen, dan janin yang
sangat anemis. Biasanya, bayi yang mengalami kelainan ini akan mati beberapa
jam setelah kelahirannya atau dapat juga janin mati dalam kandungan pada
minggu ke 36-40. Bila dilakukan pemeriksaan seperti dengan elektroforesis
didapatkan kadar Hb adalah 80-90% Hb Barts, tidak ada HbA maupun HbF
Delesi pada tiga rantai alfa (HbH disease)
5
Dikenal juga sebagai HbH disease biasa disertai dengan anemia hipokromik
mikrositer. Dengan banyak terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami
presipitasi dalam eritrosit sehingga dengan mudah eritrosit dapat dihancurkan.
2. Thalassemia beta
Disebabkan karena penurunan sintesis rantai beta. Dapat dibagi berdasarkan
tingkat keparahannya, yaitu thalassemia mayor, intermedia, dan karier. Pada
kasus thalassemia mayor Hb sama sekali tidak diproduksi. Akibatnya, penderita
akan mengalami anemia berat. Jika tidak diobati, bentuk tulang wajah berubah
dan warna kulit menjadi hitam. Selama hidupnya penderita akan tergantung
pada transfusi darah. Ini dapat berakibat fatal, karena efek sampingan transfusi
darah terus menerus yang berupa kelebihan zat besi (Fe).
di
dalam
sumsum
tulang
dimulai
pada
tahun
pertama
misalnya beta-thalasemia mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka
di kulit (ulkus, borok), batu empedu dan pembesaran limpa. Sumsum tulang yang
terlalu aktif bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang
kepala dan wajah. Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah. Anakanak yang menderita thalasemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa
pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal. Karena penyerapan
zat besi meningkat dan seringnya menjalani transfusi, maka kelebihan zat besi bisa
terkumpul dan mengendap dalam otot jantung, yang pada akhirnya bisa
menyebabkan gagal jantung. Gejala thalasemia dapat dilihat pada banak usia 3
bulan hingga 18 bulan. Bila tidak dirawat dengan baik, anak-anak penderita
thalasemia mayor ini hidup hingga 8 tahun saja. Satu-satunya perawatan dengan
tranfusi darah seumur hidup. Jika tidak diberikan tranfusi darah, penderita akan
lemas, lalu meninggal.
e. Bagaimana pemeriksaan fisik & pemeriksaan darah terhadap penderita thalassemia?
Pemeriksaan fisik
Pucat
Bentuk muka mongoloid (facies Cooley)
Dapat ditemukan ikterus
Gangguan pertumbuhan
Splenomegali dan hepatomegali yang menyebabkan perut membesar
Pemeriksaan penunjang
1) Darah tepi :
a. Hb rendah dapat sampai 2-3 g%
b. Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target,
anisositosis berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi,
basophilic stippling, benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target.
c. Retikulosit meningkat
2) Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :
a. Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis
asidofil
b. Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.
3) Pemeriksaan khusus :
a. Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
b. Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.
c. Pemeriksaanpedigr ee: kedua orangtua pasien thalassemia mayor
merupakan trait (carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb
total).
4) Pemeriksaan lain :
7
disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah pada munculnya alel baru dan
menjadi dasar bagi kalangan pendukung evolusi mengenai munculnya variasivariasi baru pada spesies. Mutasi titik pada genetik merupakan perubahan pada
basa N dari DNA atau RNA. Mutasi titik relatif sering terjadi namun efeknya
dapat dikurangi oleh mekanisme pemulihan gen. Mutasi titik dapat berakibat
berubahnya urutan asam amino pada protein, dan dapat mengakibatkan
berkurangnya, berubahnya atau hilangnya fungsi enzim. Teknologi saat ini
menggunakan mutasi titik sebagai marker (disebut SNP) untuk mengkaji
perubahan yang terjadi pada gen dan dikaitkan dengan perubahan fenotipe yang
terjadi.
i. Bagaimana cara isolasi DNA?
Isolasi DNA merupakan langkah mempelajari DNA. Salah satu prinsisp isolasi
DNA yaitu dengan sentrifugasi. Sentrifugasi merupakan teknik untuk memisahkan
campuran berdasarkan berat molekul komponennya.
Isolasi DNA dengan teknik sentrifugasi akan mengendapkan DNA. Molekul yang
mempunyai berat molekul besar akan berada di bagian bawah tabung dan molekul
ringan akan berada pada bagian atas tabung (Mader 193). Hasil sentrifugasi akan
menunjukkan dua macam fraksi yang terpisah, yaitu supernatan pada bagian atas
dan pelet pada bagian bawah (Campbell 2002).
Alat dan Bahan
1. Darah segar
2. Antikoagulan EDTA
3. Cell lysis solution
4. RBC Lysis Solution
5. Protein precipitation solution
6. RNASe A
7. Isopropanol
8. Tabung ependorf
9. Sentrifuge
10. Mikropipet
11. Waterbath
12. Vertex
Prosedur
1. Menyiapkan darah segar yang telah diberikan antikoagulan EDTA.
2. Menyiapkan tabung ependorf
3. Memasukkan RBC lysis solution sebanyak 900 mikro liter ke dalam tabung
ependorf
10
besi ini akan mengganggu fungsi organ tubuh tersebut dan bahkan dapat
menyebabkan kematian akibat kegagalan fungsi jantung atau hati.
Pemberian obat kelasi besi atau pengikat zat besi (nama dagangnya
Desferal) secara teratur dan terus menerus akan mengatasi masalah kelebihan zat
besi. Obat kelasi besi (Desferal) yang saat ini tersedia di pasaran diberikan melalui
jarum kecil ke bawah kulit (subkutan) dan obatnya dipompakan secara perlahanlahan oleh alat yang disebut syringe driver. Pemakaian alat ini diperlukan karena
kerja obat ini hanya efektif bila diberikan secara perlahan-lahan selama kurang
lebih 10 jam per hari. Idealnya obat ini diberikan lima hari dalam seminggu seumur
hidup.
2. a. Apakah peranan dari konseling genetik?
Konseling genetik dapat menjadi salah satu pencegahan meningkatnya penderita
thalasemia.
b. Bagaimana pedigree kasus ini dan bagaimana kemungkinan anak yang akan lahir
normal?
Bila hanya salah satu dari orang tua yang membawa sifat thalassemia, maka
50% kemungkinan anak yang dilahirkan akan menjadi pembawa thalassemia dan
50% kemungkinan anak yang dilahirkan normal. Tidak seorang pun yang akan
terlahir menderita thalassemia mayor.
Bila kedua orang tuanya pembawa thalassemia, maka pada setiap pembuahan
akan terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama, si anak mendapatkan
gen globin abnormal dari ayah dan ibunya sehingga anak menderita thalassemia
mayor (25%). Kemungkinan kedua, si anak mendapatkan gen globin yang
abnormal dari ayah atu ibunya, maka si anak hanya akan menjadi pembawa
thalassemia (50%). Kemungkinan terakhir, anak akan terlahir normal (25%).
11
ibu
dinyatakan
pembawa
maka
pemeriksaan
dilanjutkan ke tahap kedua yaitu suami diperiksa darah tepi lengkap dan
analisishemoglobin. Bila suami juga membawa sifat thalassemia maka suamiisteri ini diperiksa DNAnya untuk menentukan jenis kelainann pada gen globin
beta.
Selanjutnya diambil jaringan janin (villi choriales atau jaringan ari-ari) pada
saat janin berumur 10-12 minggu untuk diperiksa DNAnya. Bila janin ternyata
hanya mebawa satu belah gen globin beta yang mengalami kelainan (gen
thalassemia beta) atau sama sekali tidak membawa gen thalassemia beta maka
kehamilan dapat diteruskan dengan aman. Tetapi bila janin ternyata membawa
kedua belah gen thalassemia yang artinya janin akan menderita thalassemia beta
maka penghentian kehamilan dapat menjadi pilihan.
Karena thalassemia mudah diidentifikasi pada keadaan heterozigot, wanita
hamil dari kelompok ras yang sesuai harus dilakukan screening. Diagnosis prenatal
dapat dilakukan antara 9 hingga 13 minggu pertama kehamilan dengan melakukan
CVS (chorionic villus sampling) atau amniosentesis.
CVS (chorionic villus sampling)
Chorionic Villus Sampling (CVS) merupakan cara terakurat untuk mendeteksi
ketidaknormalan kromosom, yang salah satunya mengakibatkan down syndrome.
Dengan cara ini, ketidaknormalan dapat dideteksi sejak kehamilan dini sang ibu,
yaitu antara minggu ke-10 dan minggu ke-14.
Ada dua metode yang bisa digunakan dalam melakukan CVS, yaitu
transabdominal (melalui perut) dan transcervical (melalui rahim/vagina). Cara
mana yang dipilih, tergantung pada seberapa amannya kehamilan Anda.
Transabdominal. Jika Anda menggunakan cara ini, maka sebuah jarum akan
ditusukkan ke dalam perut ke arah rahim untuk mengambil sedikit jaringan
dari chorionic villi (jaringan yang menyelimuti bayi pada minggu-minggu
12
CVS memang mampu memberikan hasil yang akurat dan cepat ketimbang alat
tes lain, misalnya amniocentesis. Namun CVS juga memberikan risiko keguguran
lebih tinggi. Dua dari empat ibu hamil yang mencoba tes ini, mengalami risikonya.
Biasanya, hal yang sering terjadi akibat CVS adalah perdarahan vagina.
Penelitian pada ibu hamil juga menunjukkan kemungkinan peningkatan risiko tidak
lengkapnya anggota tubuh yang terbentuk. Selain itu CVS juga dapat menyebabkan
penurunan produksi cairan amniotik.
Namun, kembali lagi, semua ini tergantung pada seberapa ahlinya dokter yang
menangani CVS dan berapa usia kehamilannya. Jika CVS dilakukan pada
kandungan usia di bawah 10 minggu, maka kemungkinan terjadinya risiko akan
semakin besar.
Oleh sebab itu, memutuskan untuk melakukan tes ini saat hamil merupakan hal
yang sangat personal. Anda mungkin memilih untuk melakukan CVS jika Anda
memiliki alasan yang sangat kuat untuk memastikan bahwa mungkin saja bayi
Anda bermasalah dan Anda ingin mengetahuinya secepat mungkin.
Beberapa perempuan yang pernah mencoba melakukan tes CVS biasanya
disebabkan karena mereka pernah melahirkan anak dengan cacat lahir, atau mereka
memiliki riwayat penyakit genetis pada keluarga mereka. Dengan metode ini, ibu
hamil bisa mengetahui secepat mungkin apakah bayi mereka terkena penyakit
genetis tersebut atau tidak.
Amniocentesis
Amniocentesis adalah tes untuk mengetahui kelainan genetik pada bayi dengan
memeriksa cairan ketuban atau cairan amnion. Di dalam cairan amnion terdapat sel
fetal (kebanyakan kulit janin) yang dapat dilakukan analisis kromosom, analisis
biokimia dan biologi. Amniocentesis selalu dilakukan di bawah panduan ultrasound
untuk menentukan posisi bayi. Tes ini bisa menentukan cacat kromosom, kelainan
bawaan, jenis kelamin, tingkat kematangan paru janin, infeksi cairan amnion, serta
kemungkinan bayi mewarisi gangguan seperti hemofilia.
Amniocentesis biasanya dilakukan pada minggu ke-16 kehamilan dengan risiko
keguguran kurang dari satu persen. Namun hasilnya bisa diketahui setelah dua
minggu. Durasi yang cukup lama ini berfungsi meyakinkan apakah anak mempunyai
gangguan kromosom, seperti Down syndrome.
Pemeriksaan ini diutamakan untuk wanita hamil yang berisiko tinggi, yaitu :
1. Wanita yang mempunyai riwayat keluarga dengan kelainan genetik.
13
homozigot untuk SAO bersifat letal (Jarolim et al. 1991, Liu et al. 1994, Allen et
al. 1999).
Tn Sahid
Dilihat dari morfologi RBC Tn Sahid, yaitu anisopoikilositosis, sel target, tear
drops, dan ovalocytocytosis. Dan analisis DNA : Heterozigot muatasi gen globin
beta kodon 41-42 beupa delesi TTCT dan heterozigot SAO berupa delesi 27 bp gen
AE-1. Tn Sahid menderita thalassemia beta intermedia, karena morfologi RBC
T.B.I mirip dengan thallasemia mayor.
Pada penderita thalasemia ciri-ciri dari morfologi sel darah merahnya akan
berwarna pucat dan lebih kecil dari yang normal, kemudian akan ditemukan sel
target dan adanya ovalocytosis. Sedangkan pada hasil lab Tn Sahid ditemukan
ketiga-tiganya, jadi Tn Sahid juga terkena thalasemia.
Nina
Adanya hipokrom mikrositik menandakan bahwa Nina mengalami defisiensi pd Hb
(anemia) dan kadar MCV dan MCH dibawah normal (defisiensi zat besi)
Anisopoikilositosis menunjukkan adanya gejala anemia. Cukup sering ditemukan
sel target menandakan adanya kelainan/gangguan pada susunan rantai polipeptida
Stomatocytes : eritrosit abnormal dengan daerah bercelah atau seperti mulut,
menggantikan lingkaran pucat yang normal, biasanya akibat edema.
Analisis DNA menunjukkan adanya kondisi kelainan pada Hb karena terjadinya
mutasi pada gen globin beta kodon 26 dan delesi TTCT pada gen globin beta kodon
41-42.
Intinya hasil analisis DNA ini adalah penguat dari pemeriksaan morfologi RBC
yang menunjukkan Nina memiliki anemia.
Ny Dina
Adanya hipokrom mikrositik menandakan bahwa Ny Dina mengalami defisiensi
pada Hb (anemia) dan kadar MCV & MCH dibawah normal (defisiensi zat besi).
Anisopoikilositosis menunjukkan adanya gejala anemia. Sel target menandakan
adanya gangguan pada susunan rantai polipeptida. Tear drops menunjukkan
adanya tanda-tanda menderita thalassemia. Sferosit menunjukkan adanya kelainan
pada bentuk membran sel darah merah.
Analisis DNA menunjukkan bahwa Ny Dina menderita penyakit heterozigot HbE.
Jadi intinya hasil analisis DNA ini adalah penguat dari pemeriksaan morfologi
RBC yang menunjukkan bahwa Ny Dina juga memiliki anemia.
15
tahun.
III.Suportif
Transfusi darah :
16
Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini
akanmemberikan supresi sumsum tualang yang adekuat, menurunkan tingkat
akumulasibesi,dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan
penderita.Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk
setiapkenaikan Hb 1 g/dl.
IV.Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya dll)
Tumbuh kembang, kardiologi, Gizi, endokrinologi, radiologi, Gigi
IV.
HIPOTESIS
Nina menderita thalassemia Nina menderita thalassemia mayor karena
compound thalassemia yang diwariskan oleh orangtuanya.
Tn Sahid dan Ny Dina memiliki kemungkinan anak lahir normal sebesar 25%.
V.
KERANGKA KONSEP
Melahirkan Nina
Konsultasi
Thalassemia Mayor
Isolasi DNA
Analisis RBC & DNA
17
VI.
LEARNING ISSUES
Pokok Bahasan
What I Know
Definisi
Thalasemia
Definisi
Konseling
What
Know
to Prove
Klasifikasi
Patofisiologi
Penatalaksanaan
Peranan
dan
Genetik
manfaat
Interpretasi
Hb E, SAO, Mutasi
morfologi
RBC
Gen
Macam
Will
Learn
Journal
Text Book
Pakar
Internet
morfologi
RBC
Mekanisme
Definisi
molekuler
Mekanisme
dan
interpretasi mutasi
terjadinya mutasi
genetik
Rekombinasi gen Definisi
Patofisiologi
pada fertilisasi
pedigree
Cara
Alternatif
genetik prenatal
dan
dan
manfaat
Definisi
Cara
Alternatif
dan
manfaat
Teknologi
isolasi
DNA
VII.
SINTESIS
1. THALASSEMIA
a. Pengertian
18
b. Etiologi
Perubahan genetik yang mengurangi atau mencegah sintesis dari satu atau lebih
rantai globin dari tetramer hemoglobin. Ketidakseimbangan dari produksi rantai
globin menyebabkan tidak efektifnya proses eritropoesis, menurunnya produksi
hemoglobin, serta terjadinya hemolisis.
19
c. Jenis-jenis
Berdasarkan rantai asam amino yang gagal terbentuk, thalassemia dibagi menjadi
thalassemia alpha (hilang rantai alpha) dan thalassemia beta (hilang rantai beta).
Sementara itu, hilangnya rantai asam amino bisa secara tunggal (thalassemia
minor/trait/heterozigot) maupun ganda (thalassemia mayor/homozigot).
Thalassemia alpha disebabkan karena adanya mutasi dari salah satu atau seluruh
globin rantai alpha yang ada. Thalassemia alpha dibagi menjadi :
Silent Carrier State (gangguan pada 1 rantai globin alpha). Pada keadaan ini
mungkin tidak timbul gejala sama sekali pada penderita, atau hanya terjadi
sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat (hipokrom).
d. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir dengan thalasemia beta mayor tidak anemis. Gejala awal pucat
mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama kehidupan
dan pada kasus yang berat terjadi beberapa minggu pada setelah lahir. Bila
penyakit ini tidak ditangani dengan baik, tumbuh kembang masa kehidupan anak
akan terhambat. Anak tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak tubuh dan
dapat disertai demam berulang akibat infeksi. Anemia berat dan lama biasanya
menyebabkan pembesaran jantung.
Terdapat hepatosplenomegali. Ikterus ringan mungkin ada. Terjadi perubahan
pada tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka mongoloid akibat
system eritropoesis yang hiperaktif. Adanya penipisan korteks tulang panjang,
tangan dan kaki dapat menimbulkan fraktur patologis. Penyimpangan
pertumbuhan akibat anemia dan kekurangan gizi menyebabkan perawakan
pendek. Kadang-kadang ditemukan epistaksis, pigmentasi kulit, koreng pada
tungkai, dan batu empedu. Pasien menjadi peka terhadap infeksi terutama bila
limpanya telah diangkat sebelum usia 5 tahun dan mudah mengalami septisemia
yang dapat mengakibatkan kematian. Dapat timbul pensitopenia akibat
hipersplenisme.
Secara umum, tanda dan gejala yang dapat dilihat antara lain:
Ditandai dengan eritrosit yang mikrositik, MCV-nya dibawah normal dan MCH
dibawah normal.
Wajah pucat
Thalassemia Beta mengenai orang asli dari Mediterania atau ancestry (Yunani, Italia,
Ketimuran Pertengahan) dan orang dari Asia dan Afrika Pendaratan.
Alfa thalassemia kebanyakan mengenai orang tenggara Asia, Orang India, Cina, atau
orang Philipina.
e. Patofisiologi
Hemoglobin paska kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alpa dan beta
polipeptide. Dalam beta thalasemia ada penurunan sebagian atau keseluruhan
dalam proses sintesis molekul hemoglobin rantai beta. Konsekuensinya adanya
peningkatan compensatori dalam proses pensintesisan rantai alpa dan produksi
rantai gamma tetap aktif, dan menyebabkan ketidaksempurnaan formasi
hemoglobin. Polipeptid yang tidak seimbang ini sangat tidak stabil, mudah
terpisah dan merusak sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia yang
parah. Untuk menanggulangi proses hemolitik, sel darah merah dibentuk dalam
jumlah yang banyak, atau setidaknya bone marrow ditekan dengan terapi
transfusi. Kelebihan fe dari penambahan RBCs dalam transfusi serta kerusakan
22
yang cepat dari sel defectif, disimpan dalam berbagai organ (hemosiderosis).
Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang
terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan
berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu
komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang
mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia-beta. Seorang pembawa
sifat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen
dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan baik). Seorang pembawa sifat
thalassemia jarang memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada
kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia (Homosigot/Mayor). Kedua
belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing
membawa sifat thalassemia.
Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah gen globin beta dari
ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua orang tuanya masing-masing
pembawa sifat thalassemia maka pada setiap pembuahan akan terdapat beberapa
kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak mendapatkan gen globin beta yang
berubah (gen thalassemia) dari bapak dan ibunya maka anak akan menderita
thalassemia. Sedangkan bila anak hanya mendapat sebelah gen thalassemia dari
ibu atau ayah maka anak hanya membawa penyakit ini. Kemungkinan lain adalah
anak mendapatkan gen globin beta normal dari kedua orang tuanya.
f. Proses terjadinya thalassemia
Darah terdiri dari banyak sel darah yang bersikulasi di dalam cairan jernih
berwarna kekuningan yang disebut plasma. Setiap sel darah merah mengandung
hemoglobin, yakni protein kaya zat besi yang berfungsi memberi warna merah
pada darah dan amat penting sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh bagian tubuh. Bila hemoglobin berkurang atau tidak ada, maka pasokan
oksigen yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi dalam tubuh takkan
terpenuhi. Akibatnya, fungsi tubuh terganggu dan aktivitas tidak dapat berjalan
secara normal.
Hemoglobin terdiri dari zat besi (heme) dan protein yang disebut globin.
Terdapat dua jenis globin penyusun hemoglobin, yakni alfa dan beta.
Pembentukan kedua jenis globin tersebut dikendalikan oleh gen globin alfa dan
beta yang masing-masing secara normal terdapat sepasang di dalam kromosom.
23
Pemeriksaan khusus :
Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.
Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia
mayor
25
i. Pencegahan
Penyakit thalasemia bisa menyebar ke segala aspek. Ke liver, hati,
jantung, dan organ tubuh lainnya. Perlu banyak biaya untuk menanganinya. Jadi,
yang paling penting adalah pencegahan. Kalau pemerintah melaksanakan
pencegahan, biaya yang harus dikeluarkan akan sangat berkurang. Contohnya di
Yunani, Italia, Siprus, dan Turki. Dengan mencegah kelahiran anak thalasemia
mayor, uang yang dihemat luar biasa besarnya.
Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia harus punya program pencegahan. Di
Siprus, mereka berupaya menurunkan angka kelahiran anak-anak dengan
thalasemia mayor hampir 90 persen. Pemerintah pun bisa melakukan screening
atau pemeriksaan darah seperti saat mengambil SIM. Dengan begitu, masingmasing bisa mengetahui apakah kita pembawa sifat thalasemia atau bukan.
Dengan mengetahui kondisi kita, orang-orang pembawa sifat thalasemia bisa
menghindari pernikahan dengan sesama pembawa sifat untuk menghindari
kelahirkan anak-anak dengan thalasemia mayor.
Tentu kita tidak bisa melarang pernikahan sesama pembawa sifat, silakan
saja menikah. Di Siprus, yang beragama Ortodox Yunani, saat mereka akan
menikah, gereja selalu menanyakan: apakah kamu sudah diperiksa thalasemia?
26
Jika belum, mereka harus memeriksakan diri terlebih dahulu, tutur Prof
Iskandar.
Jika keduanya ternyata pembawa sifat, tetap diperbolehkan menikah. Akan tetapi,
saat si istri hamil, pada kehamilan 10 minggu dia harus memeriksakan diri ke
pusat thalasemia untuk diperiksa apakah si janin thalasemia mayor atau tidak.
Pasangan sesama pembawa sifat kemungkinan melahirkan anak yang
menderita thalasemia mayor sebanyak 25 persen, anak yang normal 25 persen,
dan anak-anak yang menjadi pembawa sifat 50 persen. Di Siprus, jika ternyata si
janin menderita thalasemia mayor, pusat thalasemia akan memberikan
pemahaman risiko seperti apa yang harus ditanggung orangtua, termasuk soal
tingginya biaya yang diperlukan, mengingat seumur hidup anak itu memerlukan
transfusi darah. Bagi orangtua yang tidak siap memiliki anak thalasemia mayor,
ada pilihan menghentikan kehamilan. Pencegahan seperti itulah yang dilakukan
negara-negara tersebut.
j. Pengobatan
I. Medikamentosa
Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar
feritin serum sudah mencapai 1000 g/l atau saturasi transferin lebih 50%,
atau sekitar 10-20 kali transfusi darah.
Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa
infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap
II. Bedah
Splenektomi, dengan indikasi:
limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan
peningkatantekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya rupture
27
III.Suportif
Transfusi darah :
Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini
akanmemberikan supresi sumsum tualang yang adekuat, menurunkan tingkat
akumulasibesi,dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan
penderita.Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk
setiapkenaikan Hb 1 g/dl.
IV.Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya dll)
Tumbuh kembang, kardiologi, Gizi, endokrinologi, radiologi, Gigi
Manajemen dari pasien dengan thalassemia bergantung dengan tingkat keparahan
anemia yang diderita. Penatalaksanaan suportif seperti transfusi darah jangka
panjang beserta chelating agent, suplementasi asam folat, vitamin C dan vitamin
E, serta splenekomi dilakukan untuk mengurangi gejala yang timbul pada
thalassemia. Sementara penatalaksanaan kuratif diharapkan akan memberikan
tingkat kesembuhan yang optimal dengan efek samping yang minimal. Terapi
hydroxyurea telah terbukti dalam banyak penelitian dapat mengurangi
ketergantungan pasien terhadap transfusi darah berkala, bahkan hingga tidak
memerlukan transfusi berkala sama sekali. Transplantasi stem cell merupakan
penggantian dari sistem hemopoetik secara keseluruhan melalui transfer sel-sel
pluripoten yang ada pada sumsum tulang. Transplantasi dibagi dalam dua jenis,
allogenic dan autologous, tergantung dengan donor stem cell. Jenis sumber stem
cell dapat diperoleh dari aspirasi sumsum tulang, darah perifer, juga dari darah
tali pusat. Terapi gen yang masih dalam proses penelitian diharapkan akan
menjadi pilihan terapi yang memiliki efek samping paling rendah dan memiliki
efek kesembuhan yang total pada thalassemia. Transfer gen pada -thalassemia
memerlukan transfer gen ke dalam stem cells haematopoietic menggunakan
vektor integrasi yang secara langsung meregulasi ekspresi dari globin pada
level terapetik.
k. Pedigree
Inheritance Pattern for Alpha Thalassemia
28
Bila hanya salah satu dari orang tua yang membawa sifat thalassemia, maka
50% kemungkinan anak yang dilahirkan akan menjadi pembawa thalassemia dan
29
50% kemungkinan anak yang dilahirkan normal. Tidak seorang pun yang akan
terlahir menderita thalassemia mayor.
Bila kedua orang tuanya pembawa thalassemia, maka pada setiap pembuahan
akan terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama, si anak mendapatkan
gen globin abnormal dari ayah dan ibunya sehingga anak menderita thalassemia
mayor (25%). Kemungkinan kedua, si anak mendapatkan gen globin yang
abnormal dari ayah atu ibunya, maka si anak hanya akan menjadi pembawa
thalassemia (50%). Kemungkinan terakhir, anak akan terlahir normal (25%).
2. KONSELING GENETIK
Tindakan-tindakan yang dapat disarankan dalam konseling genetik
Konseling genetik merupakan proses komunikasi yang berhubungan dengan
kejadian atau risiko kejadian kelainan genetik pada keluarga. Dengan adanya
konseling genetik, maka keluarga memperoleh manfaat terkait masalah genetik,
khususnya dalam mencegah munculnya kelainan-kelainan genetik pada keluarga.
Manfaat ini dapat diperoleh dengan melaksanakan tindakan-tindakan yang dianjurkan
oleh konselor, termasuk di dalamnya tindakan untuk melakukan uji terkait
pencegahan kelainan genetik.
Tindakan-tindakan yang disarankan dapat disarankan oleh konselor dapat meliputi tes
sebagai berikut:
Diagnosis prenatal
Diagnosis prenatal merupakan tindakan untuk melihat kondisi kesehatan fetus yang
belum dilahirkan. Metode yang digunakan meliputi ultrasonografi, amniocentesis,
maternal serum, dan chorionic virus sampling.
Carrier testing
Carrier testing merupakan tes untuk mengetahui apakah seseorang menyimpan gen
yang membawa kelainan genetik. Metode yang digunakan untuk melaksanakan tes
tersebut adalah uji darah sederhana untuk melihat kadar enzim terkait kelainan
genetik tertentu, atau dengan mengecek DNA, apakah mengandung kelainan
tertentu.
Preimplantasi diagnosis
Preimplantasi diagnosis merupakan uji yang melibatkan pembuahan in vitro untuk
mengetahui kadar kelainan genetik embrio preimplantasi. Biasanya seorang wanita
yang akan melakukan uji akan diberi obat tertentu untuk merangsang produksi sel
30
telur berlebihan. Sel telur akan diambil dan diletakkan di cawan untuk dibuahi oleh
sperma donor. Setelah pembuahan maka sel embrio yang terbentuk akan dianalisa
terkait dengan kelainan genetik.
Newborn screening
Newnborn screening merupakan pemeriksaan bayi pada masa kelahiran baru.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan genetik, endokrinologi, metabolik, dan
hematologi. Diharapkan dari pemeriksaan ini dapat ditentukan prognosis ke
depannya, sehingga perawatan (treatment) yang berkenaan dapat diupayakan.
Predictive testing
Predictive testing merupakan tes yang digunakan untuk menguji apabila seseorang
menderita kelainan genetik dengan melihat riwayat genetik keluarga sebelumnya.
Tes ini dilakukan setelah kelahiran, dan biasa juga disebut sebagai presymptomatic
testing.
Apabila hasil diagnosis menunjukkan adanya kelainan genetik maka konselor dapat
terjadi pembuahan dan diharapkan anak yang dilahirkan dapat hidup sehat dengan
risiko terpapar kelainan genetika yang minim.
Keputusan untuk tidak mempunyai anak lagi
Keputusan untuk tidak mempunyai anak lagi merupakan solusi yang dapat diambil
untuk orangtua yang telah memiliki anak sebelumnya namun menderita kelainan
genetik, sehingga dengan demikian kehadiran anak berikutnya yang diprediksi
bakal menderita kelainan genetik dapat dihindari.
Tindakan operasi
Tindakan operasi dapat diterapkan untuk kelainan genetik tertentu seperti spina
bifida atau congenital diaphragmatic hernia (suatu kondisi di mana terdapat lubang
pada diafragma sehingga membuat paru menjadi tidak berkembang). Pilihan ini
dapat dilakukan pada masa sebelum kelahiran. Namun kebanyakan penyakit genetik
tidak dapat diobati dengan tindakan operasi.
Menterminasi kehamilan
Terminasi kehamilan/ aborsi merupakan solusi yang paling memberatkan bagi
orangtua, terlebih bagi orangtua muda yang belum mempunyai anak sebelumnya.
Konselor harus mempu menjelaskan dengan baik dan mudah mudah dimengerti
oleh orangtua mengenai indikasi dan kontraindikasi medis pelaksanaan aborsi.
Konselor juga harus memahami aspek etis yang menyertainya serta melakukan
pendekatan holistik. Dengan demikian orangtua tersebut dapat berpikir jernih dalam
mengambil keputusan yang terbaik.
Membiarkan anak lahir
Orangtua juga dapat ditawarkan pilihan untuk meneruskan kehamilannya, dengan
risiko bahwa anak yang dilahirkan menderita kelainan genetik dan umurnya hanya
sebentar. Pilihan ini memungkinkan orangtua untuk melihat anaknya sebelum
meninggal walaupun hanya sesaat.
Namun pilihan apapun yang disarankan oleh konselor harus didiskusikan dulu dengan
pasien, dalam artian bahwa pasien diberikan kebebasan untuk berpikir jernih dan
memilih keputusan apa yang harus diambil. Konselor wajib memberikan semua
informasi, termasuk baik-buruk mengenai tindakan yang dapat diambil tanpa ada
kesan menutup-nutupi.
3. INTERPRETASI MORFOLOGI RBC DAN ANALISIS DNA
Morfologi sel darah merah (RBC) yang normal adalah bikonkaf, tidak ada inti,
diameter 8 mikro, tebal 2 mikro ,dan bagian paling tipis 1 mikro ,bikonkaf karena :
32
yang
mungkin
terjadi
antara
lain
adalah anemia
sel
dilihat.
Gen yang mengalami mutasi umumnya bersifat lethal, sehingga jumlah
Jenis Mutasi
Berdasarkan jenis materi genetiknya, mutasi dibedakan atas:
1. Mutasi Kromosom atau mutasi besar atau gross mutation atau aberasi
2. Mutasi gen atau mutasi kecil atau point mutation
Tempat terjadinya mutasi
Berdasarkan tempat terjadinya mutasi, dibedakan atas:
1. Mutasi pada sel Somatik
Mutasi yang terjadi pada sel somatik bersifat tidak diwariskan secara genetik
kepada keturunannya. Berdasarkan waktunya, mutasi ini dibedakan atas:
a. Mutasi somatik pada embrio atau janin.
Mutasi ini biasanya menyebabkan bayi yang dilahirkan mengalami cacat bawaan.
Berikut salah satu bentuk bayi yang mengalami mutasi somatik pada waktu
embrio atau janin. Selain anomali pada penampilan fisik, dapat juga terjadi
kelainan pada anatomi, fisiologi maupun psikis dari mutan tersebut.
b. Mutasi somatik saat dewasa
Mutasi somatik yang terjadi setelah individu menginjak dewasa, biasanya
cenderung menyebabkan kanker.
2. Mutasi pada sel gametik (sel kelamin)
Mutasi yang terjadi pada sel gamet (kelamin) bersifat diwariskan pada
keturunannya.
Mutasi
gametik
disebut
juga
mutasi
germinal.
Bila mutasi tersebut menghasilkan sifat dominan, maka ekspresi anomalinya akan
langsung terlihat pada keturunannya. Bila resesif, maka ekspresinya akan
tersembunyi.
Berdasarkan jenis kromosom yang mengalami mutasi, maka mutasi pada sel
gametik atau sel kelamin ini dibedakan atas:
a. Mutasi autosomal
Mutasi sel kelamin yang terjadi pada kromosom autosom. Mutasi jenis ini
menghasilkan mutasi yang dominan dan mutasi yang resesif.
b. Mutasi tertaut kelamin
Mutasi sel kelamin yang terjadi pada kromosom seks (kromosom kelamin),
berupa tertautnya beberapa gen dalam kromosom kelamin
Berdasarkan tingkatannya, mutasi dibedakan menjadi mutasi titik dan mutasi kromosom.
I. Mutasi Gen (Mutasi Titik)
Adalah mutasi yang terjadi karena adanya perubahan susunan molekul gen atau perubahan
pada struktur DNA. Mutasi dapat terjadi melalui proses replikasi atau sintesis protein. Mutasi
gen disebut juga mutasi titik, karena dampak perubahan / anomali tidak terlihat langsung
pada fenotipnya.
35
hilangnya
satu
atau
beberapa
basa
nitrogen
dalam
DNA.
36
Berikut
merupakan
contoh
peristiwa
insersi
pada
sepotong
DNA:
b. Delesi
Adalah berkurangnya satu atau lebih pasangan pasa nitrogen dalam suatu potongan
DNA.
Berikut merupakan contoh peristiwa delesi pada sepotong DNA:
Berdasarkan hasil penelitian, mutasi kromosom lebih sering terjadi di bandingkan mutasi gen.
Mutasi kromosom atau aberasi kromosom adalah mutasi yang menyebabkan terjadinya
perubahan pada jumlah dan struktur kromosom.
1.) Perubahan Jumlah Kromosom
Jumlah kromosom dapat bertambah atau berkurang. Ada dua jenis perubahan jumlah
kromosom, yaitu aneuploid dan euploid
a.) Aneuploid
Aneuploid adalah penambahan atau pengurangan satu atau beberapa kromosom pada
ploid ( genom ) sehingga kandungan kromosom di dalam nucleus bukan merupaka
kelipatan dari jumlah kromosom haploidnya. Kasus aneuploid yang paling banyak
dijumpai adalah penambahan atau pengurangan satu kromosom.
(1). Penambahan satu kromosom ( 2n + 1 ), disebut
Trisomi. Berarti, di dalam nucleus terdapat satu nomor kromosom dengan tiga
homolog, sedangkan nomor yang lain tetap mengandung dua kromosom.
(2). Pengurangan satu kromosom ( 2n- 1 ), disebut
Monosomi.Berarti, ada satu kromosom tanpa pasangan homolog
b.) Euploid
Euploid adalah perubahan jumlah kromosom pada tingkat ploidi atau genom. Muatan
memiliki lebih dari dua perangkat kromosom yang lengkap. Jumlah kromosom
makhluk hidup euploid merupakan kelipatan dari jumlah kromosom pada satu genom.
Misalnya, n adalah jumlah karomosom haploid, euploidnya mungkin berjumlah
kromosom n ( monoploid ), 2n ( diploid ), 3n ( triploid ), dan 4n ( tetraploid ).
Peristiwa alami poliploid pada hewan sangat jarang terjadi. Slah satu hewan yang
mengalami poliploid adalah lebah.Perbedaan pada tingkat ploid yang ditemukan pada
lebah madu menunjukkan bahwa jantan adalah monoploid, sedangkan betina diploid.
Jika makhluk diploid dianggap sebagai makhluk normal ( liar ), maka makhluk
euploid lain merupakan hasil mutasi diploid. Pengurangan kromosom dari diploid
akan menghasilkan poliploid.
2.) Perubahan Struktur Kromosom
Kerusakan pada sebuah kromosom dapat menimbulkan ketidakteraturan susunan gen.
Perubahan struktur kromosom terdiri ats delesi, duplikasi, inverasi, dan trnslokasi
a.) Delesi
Delesi adalah mutasi yang disebabkan oleh hilangnya dua atau lebih nukleotida yang
berdampingan. Rangkaian nukleotida yang hilang dapat mencapai ribuan, bahkan
ratusan basa. Delesi dapat menyebabkan perubahan gen atau hilangnya satu atau
beberapa gen dari kromosom akibat besarnya ukuran rangkaian nukleotida yang
hilang.
38
Kebalikan dari proses delesi adalah penyisipan gen, yaitu penambahan serangkaian
basa ke dalam kromiosom. Delesi dan penyisipan gen dapat terjadi akibat
penyimpangan dalam proses rekombinasi atau akibat faktor luar yang merusak DNA,
misalnya radiasi. Kedua proses tersebut dapat berlangsung di bagian ujung kromosom
atau di bagian tengah.
b.) Duplikasi
Duplikasi adalah mutasi yang terjadi akibat penambahan ruas kromosom atau gen
dengan ruas yang telah ada sebelumnya. Duplikasi menyebabkan pengulangan ruasruas DNA dengan runtunan basa yang sama sehingga kromosom muatan menjadi
lebih panjang dibandingkan kromosom liar.
c.) Inversi
Inversi adalah penataan kembali struktur kromosom melalui pemutaran arah suatu
ruas kromosom. Inversi menyebabkan kromosom muatan memiliki ruas yang
runtunan basanya merupakan kebalikan dari runtunan basa kromosom liar.
d.) Translokasi
Translokasi adalah mutasi yang terjadi akibat perpindahan ruas DNa ke tempat yang
baru. Perpindahan terasebut dapat twerjadi pada satu kromosom atau antarkromosom
yang berbeda ( nonhomolog ). Translokasi yang terjadi di antara dua kromosom dapat
terjadi secara resiprok atau penggabungan dua kromosom
Mutasi Berdasarkan Faktor Penyebab
Berdasarkan factor penyebabnya, mutasi dibedakan atas mutasi spontan dan mutasi akibat
rangsangan dari luar
a.
Mutasi Spontan
Mutasi spontan terjadi karena kesalahan acak dalam proses replikasi atau saat
pembelahan sel. Frekuensi mut6asi spontan sangat kecil, yaitu 10 -9 10
-7
. Beberapa
b.
morfologi ( bentuk, ukuran, atau warna ). Misalnya, warna mata putih Droshopila
Mutasi letal, yaitu mutasi pada alel yang telah dikenal dan menyebabkan kematian
muatan. Misalnya, kematian muatan yang memiliki alel-alel yang berhubungan dengan
3) Delesi cincin; ialah delesi yang kehilangan segmen kromosom sehingga berbentuk
lingkaran seperti cincin.
4) Delesi loop; ialah delesi cincin yang membentuk lengkungan pada kromosom lainnya. Hal
ini terjadi pada waktu meiosis, sehingga memungkinkan adanya kromosom lain
(homolognya) yang tetap normal.
Ultrasonography
Prosedur non-invasif ini tidak berbahaya baik untuk ibu maupun bayi yang
gambaran dari pola yang dibuat oleh jaringan dan organ, termasuk bayi di rongga
amnion. Perkembangan embiro dapat diamati sejak minggu ke-6 kehamilan.
Pengukuran oragn internal utama dan ekstremitas menentukan apakah ada
kelainan yang dapat disempurnakan dalam 16-20 minggu kehamilan.
Walaupun uji dengan ultrasonografi sangat berguna untuk menentukan posisi dan
ukuran fetus, posisi dan ukuran plasenta, banyaknya cairan amnion, dan
menampakan anatomi bayi, ada kekurangan dalam prosedur ini. Kelainan yang
halus mungkin tidak akan terdeteksi sampai akhir kehamilan atau bahkan tidak
terdeteksi sama sekali. Contohnya adalah sindrom down (trisomi 21) di mana
ketidaknormalan morfologi tidak begitu nampak, halus, seperti penebalan pada
kuduk.
Amniosentesis
Ini merupakan prosedur invasif di mana jarum melewati perut ibu bagian
bawah ke dalam rongga ketuban dalam rahim. Cairan ketuban yang cukup akan
dicapai mulai sekitar 14 minggu kehamilan. Untuk diagnosis pralahir, kebanyakan
amniocenteses dilakukan antara 14 dan 20 minggu kehamilan. Pemeriksaan USG
selalu berproses dari amniosentesis untuk menentukan usia kehamilan, posisi janin
dan plasenta, dan menentukan apakah cairan ketuban cukup. Dalam cairan ketuba,
sel janin (kebanyakan berasal dari kulit janin) yang dapat tumbuh dalam kultur
digunakan untuk analisis kromosom, analisis biokimia, dan analisis biologi
molekuler.
Pada trimester ketiga kehamilan, cairan ketuban dapat dianalisis untuk
penentuan kematangan paru janin. Hal ini penting ketika janin berada di bawah
35-36 minggu kehamilan, karena paru-paru mungkin tidak cukup matang untuk
mempertahankan kehidupan. Hal ini karena paru-paru tidak cukup menghasilkan
surfaktan. Setelah lahir, bayi akan berkembang sindrom gangguan pernapasan dari
penyakit membran hialin. Cairan ketuban dapat dianalisis oleh fluoresensi
polarisasi (fpol), untuk lesitin: sphingomyelin (LS) ransum, dan / atau untuk
phosphatidyl glycerol (PG).
Risiko dengan amniosentesis jarang terjadi, namun termasuk kehilangan janin
dan sensitization Rh maternal . Peningkatan risiko kematian janin amniosentesis
adalah sekitar 0,5% di atas apa yang biasanya diharapkan. Rh ibu negatif dapat
diobati dengan Rhogam. Kontaminasi cairan dari amniosentesis oleh sel-sel ibu
42
sangat tidak mungkin. Jika terdapat Oligohidramnios, maka cairan ketuban tidak
dapat diperoleh.
3
Janin yang sedang berkembang memiliki dua protein darah utama - albumin
dan alfa-fetoprotein (AFP). Karena orang dewasa biasanya hanya memiliki
albumin dalam darah, tes MSAFP dapat dimanfaatkan untuk menentukan tingkat
AFP dari janin. Biasanya, hanya sejumlah kecil AFP memperoleh akses ke air
ketuban dan plasenta untuk melintasi darah ibu. Namun, bila ada cacat tabung
saraf pada janin, dari kegagalan bagian dari saraf embryologic tabung untuk
menutup, maka AFP akan melarikan diri ke dalam cairan ketuban. Cacat tabung
saraf termasuk anencephaly (kegagalan penutupan pada akhir tengkorak tabung
saraf) dan spina bifida (kegagalan penutupan pada ujung caudal tabung saraf).
Insiden gangguan-gangguan tersebut sekitar 1-2 kelahiran per 1000 di Amerika
Serikat. Juga, jika ada omphalocele atau gastroschisis (keduanya cacat pada
dinding perut janin), AFP dari janin akan berakhir di darah ibu dalam jumlah yang
lebih tinggi.
Agar tes MSAFP memiliki utilitas terbaik, di usia kehamilan harus diketahui
dengan pasti. Hal ini karena jumlah MSAFP meningkat sesuai usia kehamilan.
Juga, ras ibu dan kehadiran gestational diabetes penting untuk diketahui, karena
MSAFP dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor ini. MSAFP biasanya dilaporkan
sebagai multiples of mean (MoM). Semakin besar MoM, semakin besar
kemungkinan cacat hadir. Para MSAFP memiliki sensitivitas terbesar antara 16
dan 18 minggu kehamilan, tetapi masih dapat berguna antara 15 dan 22 minggu
kehamilan. Namun, tes ini tidak spesifik 100% karena terkadang ada berbagai
faktor yang menyebabkan MSAFP meningkat terutama saat terjadi kesalahan
penghitungan uisa kehamilan.
MSAFP juga dapat berguna dalam penyaringan untuk sindrom Down dan
trisomies lainnya. The MSAFP cenderung lebih rendah ketika sindrom Down atau
kelainan kromosom lain hadir.
6
44
kehamilan ketika terancam aborsi atau kehamilan ektopik dicurigai, karena jumlah
beta-HCG akan lebih rendah dari yang diharapkan.
Kemudian pada kehamilan, di tengah sampai akhir trimester kedua, beta-HCG
dapat digunakan bersama dengan MSAFP untuk skrining kelainan kromosom, dan
sindrom Down pada khususnya. Sebuah beta-HCG tinggi dibarengi dengan
penurunan MSAFP menunjukkan sindrom Down.
Tingkat HCG yang tinggi mengindikasikan adanya penyakit Tropoblastic
(kehamilan molar). Tidak adanya bayi saat di USG ddisertai HCG yang tinggi
mengindikasikan mola hidatidosa. Kadar HCG juga bisa digunakan untuk follow
up perawatan pada kehamilan molar untuk memastikan tidak adanya penyakit
trophoblastik seperti kariokarsinoma.
7
plasenta berfungsi dengan benar, dan keadaan ibu. Substrat untuk estriol dimulai
sebagai dehydroepiandrosterone (DHEA) yang dibuat oleh kelenjar adrenal janin.
Ini dimetabolisme lebih lanjut di dalam plasenta menjadi estriol. The estriol
masuk ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh ginjal dalam air seni ibu atau oleh hati
ibu di dalam empedu. Pengukuran tingkat estriol serial pada trimester ketiga akan
memberikan indikasi umum kesejahteraan janin. Jika tingkat estriol turun, maka
janin terancam dan emergency mungkin diperlukan. Estriol cenderung lebih
rendah bila sindrom Down hadir dan juga adanya adrenal hypoplasia dengan
anencephaly.
8
Inhibin-A
Inhibin disekresi oleh plasenta dan korpus luteum. Inhibin-A dapat diukur
6. ISOLASI DNA
Isolasi DNA merupakan langkah mempelajari DNA. Salah satu prinsisp isolais
DNA yaitu dengan sentrifugasi. Sentrifugasi merupakan teknik untuk memisahkan
campuran berdasarkan berat molekul komponennya. Molekul yang mempunyai berat
molekul besar akan berada di bagian bawah tabung dan molekul ringan akan berada
pada bagian atas tabung (Mader 193). Hasil sentrifugasi akan menunjukkan dua
macam fraksi yang terpisah, yaitu supernatan pada bagian atas dan pelet pada bagian
bawah (Campbell 2002).
Isolasi DNA dengan teknik sentrifugasi akan mengendapkan DNA. Supaya
hasil isolasi berupa DNA murni yang tidak tercampur dengan molekul-molekul lain
maka dalam proses isolasinya dicampurkan berbagai macam larutan. Larutan A
berfungsi sebagai resuspensi yaitu penggabunagn kembali pelet yang telah terbentuk
dengan larutan yang dicampurkan. Selain itu larutan A juga berfungsi sebagai buffer
dan pengkelat. Pemilihan buffer tersebut dilihat dari kemampuan buffer
menghasilhkan arus listrik. Larutan B yang terdiri atas SDS dan NaOH berfungsi
sebagai larutan pelisis. NaOH sendiri dapat mendenaturasi protein. Sedangkan larutan
C befrungsi untuk merenarutasikan kembali. Etanol 70% yang digunakan dalam
proses isolasi berfungsi untuk mengeluarkan endapan garam karena Na+ bermuatan
positif dan DNA bermuatan negatif. Larutan ddH2O yang ditambahkan berfungsi agar
endapan DNA yang dihasilkan didapat dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Larutan
46
ependorf
Menambahkan darah segar sebanyak 300 mikro liter ke dalam tabung ependorf
Melakukan proses Inverting
Menginkubasi larutan tersebut selama 10 menit
Melakukan proses sentrifugasi selama 30 detik dengan kecepatan 14.000 rpm
47
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
Burke W. Genetic testing. N Engl J Med 2002 Dec 5; 23: 1867-75.
Cohen, Alan R, et al., 2004. Hematology: Thalassemia. New York: American Society of
Hematology.
Dorland, W.A.Newman.2002.Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C dan John E Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Hadisuparto, Yuwono. 2007. Eritrosit dan Hemoglobin. Disajikan dalam kuliah Patologi
Klinik Semester IV tahun akademik 2006/2007 FK UNS.
Hardjasasmita, Pantjita. 2006. Ikhtisar Biokimia Dasar B. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hoffbrand, A.V., et al. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Mercer University School of Medicine. Prenatal Diagnosis. Diunduh dari
http://library.med.utah.edu/WebPath/TUTORIAL/PRENATAL/PRENATAL.html.
Diakses 23 javascript:void(0)Februari 2010.
Sacher, Ronald A; Richard A.M. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi IV.Jakarta: Pusat
Penerbit Departemen IPD FKUI.
48
Sutedjo, A.Y. 2007. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Yogyakarta: Amara Books.
Suyono, Slamet. 2001. Kapita Selekta Biologi Molekuler. Jakarta: Widya Medika.
Tim Penyusun. 2007. Buku Pedoman Mahasiswa: Blok IV Hematologi. Surakarta: Unit
Pengembangan Pendidikan FK UNS.
Widmann, Frances K. 1995. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 9.
Terj. : Gandasoebroto, et al. Jakarta: EGC
http://www.nlm.nih.gov
http://www.emedicine.com
http://www.ncbi.nlm.net.
49