Anda di halaman 1dari 11

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

1. Sigmund Freud
Sigmund Freud adalah dokter muda dari Wina mengemukaakan gagasan bahawa
kesadaran itu hanyalah sebagian kecil saja dari kehidupan mental, sedangkan bagian
terbesarnya adalah justru kesadaran atau alam tak sadaryang diibaratkan sebagai gunung
es yang terapung dimana bagian yang muncul dipermukaan air (alam sadar) yang lebih
kecil daripada bagian yang tenggelam (alam tak sadar). Menurut hukum kelangsungan
,energi bisa berubah dari suatu keadaan atau bentuk kekeadaan yang lainnya tetapi tidak
akan hilang dari sistem komik secara keseluruhan , Freud mengajukan gagasannya bahwa
energi fisik bisa diubah menjadi energi psikis dan sebaliknya adapun yang menjembatani
energi fisik dengan kepribadian adalah (kepribadian yang paling dasar) dengan naluri
naluri.
Freud adalah teoritisi pertama yang memusatkan perhatiannya kepada
perkembangn kepribadian dan menekankan pentingnya peran masa bayi dan awal-anak
dalam membentuk karakter seseorang. Freud yakin bahwa struktur dasar kepribadian
sudah terbentuk pada usia 5 tahun dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5 tahun
sebagian besar hanya merupakn elborasi dari struktur dasar tadi. Anehnya, Freud jarang
sekali meneliti anak secara langsung. Dia mendasari teorinya dari analisis
mengeksplorasi jia pasien antara lain dengan mengembalikan mereka ke pengalaman
masa kanak-kanaknya.
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 3 tahapan yakni tahap infatil
(0 - 5 tahun), tahap laten (5 - 12 than) dan tahap genital (> 12 tahun). Tahap infatil yang
faling menentukan dalam membentuk kepribadin, terbagi menjadi 3 fase, yakni fase oral,
fase anal, dan fase falis. Perkembangan kepribadian ditentukan oleh perkembangan
insting seks, yang terkait dengan perkembangan bilogis, sehingga tahp ini disebut juga
tahap seksual infatil. Perkembangan insting seks berarti perubahan kateksis seks dan
perkembangan bilogis menyiapkan bagian tubuh untuk dipilh menjadi pusat kepuasan
seksul (arogenus) zone). Pemberian nama fase-fase perkembangan infatil sesuai dengan
bagian tubuh daerah erogen yang menjadi kateksis seksual pada fase itu. Pada tahap
laten, impuls seksual mengalami represi, perhatian anak banyak tercurah kepada
pengembangan kognitif dan keterampilan. Aru sesudah itu, secara bilogis terjadi
perkembangan puberts yang membangunkan impuls seksual dari represinya untuk
berkembang mencapai kemasakan. Pada umumnya kemasakan kepribadian dapat dicapi
pada usia 20 tahun.
1. Fase Oral (usia 0 1 tahun)
Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik atau daerah
kepuasan seksual yang dipilih oleh insting seksual. Makan/minum menjadi sumber
kenikmatannya. Kenikmatan atau kepuasan diperoleh dari ransangan terhadap bibirrongga mulut-kerongkongan, tingkah laku menggigit dan menguyah (sesudah gigi
tumbuh), serta menelan dan memuntahkan makanan (kalau makanan tidak
memuaskan). Kenikmatan yang diperoleh dari aktivitas menyuap/menelan (oral

incorforation) dan menggigit (oral agression) dipandang sebagai prototip dari


bermacam sifat pada masa yang akan datang. Kepuasan yang berlebihan pada masa
oral akan membentuk oran incorporation personality pada masa dewasa, yakni orang
menjadi senang/fiksasi mengumpulkan pengetahuan atau mengumpulkan harta benda,
atau gampang ditipu (mudah menelan perkataan orang lain0. Sebaliknya,
ketidakpuasan pada fase oral, sesudah dwasa orang menjadi tidak pernah puas, tamak
(memakan apa saja) dalam mengumpulkan harta. Oral agression personality ditandai
oleh kesenangan berdebat dan sikap sarkatik, bersumber dari sikap protes bayi
(menggigit) terhadap perlakuan ibunya dalam menyusui. Mulut sebagai daerah
erogen, terbawa sampai dewasa dalam bentuk yang lebih bervariasi, mulai dari
menguyah permen karet, menggigit pensil, senang makan, menisap rokok,
menggunjing orang lain, sampai berkata-kata kotor/sarkastik. Tahap ini secara khusus
ditandai oleh berkembangnya perasaan ketergantungan, mendapat perindungan dari
orang lain, khususnya ibu. Perasaan tergantung ini pada tingkat tertentu tetap ada
dalam diri setiap orang, muncul kapan saja ketika orang merasa cemas dan tidak
aman pada masa yang akan datang.
2. Fase Anal (usia 1 3 tahun)
Pada fase ini dubur merupakan daerah pokok ktivitas dinamik, kateksis dan
anti kateksis berpusat pada fungsi eliminer (pembuangankotoran). Mengeluarkan
faces menghilangkan perasaan tekanan yang tidak menyenangkan dari akumulasi sisa
makanan. Sepanjang tahap anal, ltihan defakasi (toilet training) memaksa nak untuk
belajar menunda kepuasan bebas dari tegangan anal. Freud yakin toilet training
adalah bentuk mulaidari belajar memuaskan id dan superego sekaligus, kebutuhan id
dalam bentuk kenikmatan sesudah defakasi dan kebutuhan superego dalam bentuk
hambatan sosial atau tuntutan sosial untuk mengontrol kebutuhan defakasi. Semua
hambatan bentuk kontrol diri (self control) dan penguasaan diri (self mastery).
Berasal dari fase anal, dampak toilet training terhadap kepribadian di masa depan
tergantung kepada sikap dan metode orang tua dalam melatih. Misalnya, jika ibu
terlalu keras, anak akan menahan facesnya dan mengalami sembelit. Ini adalah
prototip tingkahlaku keras kepala dan kikir (anal retentiveness personality).
Sebaliknya ibu yang membiarkan anak tanpa toilet training, akan membuat anak
bebas melampiaskan tegangannya dengan mengelurkan kotoran di tempat dan waktu
yang tidak tepat, yang di masa mendatang muncul sebagai sifat
ketidakteraturan/jorok, deskruktif, semaunya sendiri, atau kekerasa/kekejaman (anal
exspulsiveness personality). Apabila ibu bersifat membimbing dengan kasih sayang
(dan pujian kalau anak defakasi secara teratur), anak mendapat pengertian bahwa
mengeluarkan faces adalah aktivitas yang penting, prototif dari, sifat kreatif dan
produktif.
3. Fase Fhalis (usia 3 5/6 tahun)
Pada fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting. Mastrubasi
menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama terjadi peningkatan gairah

seksual anak kepada orang tuanya yang mengawali berbagai perganian kateksis obyek
yang penting. Perkembangan terpenting pada masa ini adalah timbulnya Oedipus
complex, yang diikuti fenomena castration anxiey (pada laki-laki) dan penis envy
(pada perempuan).
Odipus kompleks adalah kateksis obyek kepada orang tua yang berlawanan jenis serta
permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya dan
menyingkirkan ayahnya; sebaliknya anak perempuan ingin memilki ayahnya dan
menyingkirkan ibunya.
Pada mulanya, anak (laki dan perempuan) sama-sama mencintai ibuny yang
telah memenuhi kebutuhan mereka dan memandang ayah sebagai saingan dalam
merebut kasih sayang ibu. Pada anak laki-laki, persaingan dengan ayah berakibat
anak cemas kalau-kalau ayah memakai kekuasaannya untuk memenangkan
persaingan merebut ibunya. Dia cemas penisnya akan dipotong oleh ayahnya. Gejala
ini disebut cemas dikebiri atau castrationanxiety. Kecemasan inilah yang kemudian
mendorong laki-laki mengidentifikasi iri dengan ayahnya. Identifikasi ini mempunyai
beberpa manfaat :
1. anak secara tidak langsung memperoleh kepuasan impuls seksual kepada ibunya,
seperti kepuasan ayahnya.
2. perasaan erotik kepada ibu 9yang berbahaya) diubah menjadi sikap
menurut/sayang kepada ibu.
3. identifikasi kemudian menjadi sarana tepenting untuk mengembangkan superego
adalah warisan dari oedipus complex.
4. identifikasi menjadi ritual akhir dari odipus kompleks, yang sesudah itu
ditekan(repressed) ke ketidaksadaran.
Pada anak perempuan, rasa sayang kepada ibu segera berubah menjadi kecewa dan
benci sesudah mengetahui kelaminnya berbeda dengan anak laki-laki. Ibuya dianggap
bertanggung jawab tergadap kastrasi kela innya, sehingga anak perempuan itu
mentransfer cintanya kepada ayahnya yang memiliki organ berharga (yang juga ingin
dimilikinya). Tetapi perasaan cinta itu bercampur dengan perasan iri penis (penis
elvy) baik kepada ayah maupun kepada laki-laki secara umum. Tidak seperti pada
laki-laki, odipuskompleks pada wanita tidak direpres, cinta kepada ayah tetap
menetap walaupun mengalami modifikasi karena hambatan realistik pemuasan
seksual itu sendiri. Perbedaan hakekat odipus kompleks pada laki-laki dan wanita ini
(disebut oleh pakar psikoanalisis pengikut freud : electra complex) merupakan dasar
dari perbedaan psikologik di antara pria dan wanita. Electra complex menjadi reda
ketika gadis menyerah tidak lagi mengembangkan seksual kepad ayahnya, dan
mengidentifikasikan diri kembali kepada ibunya. Proses peredaan ini berjalan lebih
lambat dibanding pada anak laki-laki dan juga kurang total atau sempurna. Enerji
untuk mengembangkan superego adalah enerji yang semula dipakai dalam proses
odipus. Penyerahan enerji yang lamban pada wanita membuat superego wanita lebih
lemah/lunak, lebih fleksibel, dibanding superego laki-laki. Perbadinganantara odipus
kompleks laki-laki dan perempuan, diikhtisarkan pada tabel 2.

4. Fase Latent (usia 5/6 12/13 tahun)


Dari usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mngalami periode perbedaan
impuls seksual, disebut periode laten. Menurut Freud, penurunan minat seksual itu
akibat dari tidak adanya daerah erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan
biologis. Jadi fase laten lebih sebagai fenomena biologis, alih-lih bgian dari
perkembangan psikoseksual. Pada fase laten ini anak mengembangkan kemampuan
sublimasi, yakni mengganti kepuasanlibido dengan kepuasan nonseksual, khususnya
bidang intelektual, atletik, keterampilan dan hubungan teman sebaya. Fase laten juga
ditandai dengan percepatan pembentukan super ego; orang tua bekerjasama dengan
anak berusaha merepres impuls seks agar enerji dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya
untuk sublimasi dan pembentukan superego. Anak menadi lebih mudah mmpelajari
sesuatu dibandingkan dengan masa sebelum da sesudahnya (masa pubertas).
Anak Laki-laki

Anak Laki-laki

Identifikasi/mencintai ibu

Identifikasi/mencintai ibu

Benci ayah yang menjadi saingan

Fenis envy

Cemas dikebiri

Benci ibu cinta kepada ayah

Identiikasi kepada ayah

Identiikasi kepada ibu

Oedipus berhenti seketika

Oedipus kompleks berhenti secara


teratur

Superego berkembang kuat


Superego berkembang lemah
Ikhtisar Oedips Compleks pada anak-anak laki-laki dan perempuan
5. Fase Genikal (usia 12/13 dewasa)
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri remaja.
Sistem endoktrin memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tandatanda seksual sekunder (suara, rambut, buah dada, dll) dan pertumbuhan tandasesual
primer. Impuls pregenital bangun kembali dan membawa aktivitas dinamis yang
harus diadaptasi, untuk mencapai perkembangan kepribadian yang stabl. Pada fase
falis, kateksis genital mempunyai sifat narkistik; individu mempunyai kepuasan dari
perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diingkan hanya karena
memberikan bentuk-bentuk tambahan dari kenikmatan jasmaniah. Pada fase genital,
impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek di luar, seperti; berpartisipasi dalam

kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga.
Terjadi perubahan dari anak yang narkistik menjadi dewasa yang berorientasi sosial,
realistik dan altruistik.
Fase genital berlanjut sampai orang tutup usia, dimana puncak
perkembangan seksual dicapai ketika orang dewasa mengalami kemasakan
kepibadian. Ini ditandai dengan kemasaka tanggung jawab seksual sekaligus
tanggung jawab sosial, mengalami kepuasan melalui hubungan cinta heteroseksual
tanpa diikuti dengan perasaan berdosa atau perasaan bersalah. Pemasan impuls libido
melalui hubungan seksual memungkinkan kontrol fisiologis terhadap impuls genital
itu; sehinggaakan membebaskan begitu banyak enerji psikis yang semula dipakai
untuk mengontrol libido, merepres perasaan berdosa, dan dipakai dalam konflik
antara id-ego-superego dalam menagani libido itu. Enerji itulah yang kemudian
dipakai untuk aktif menangani masalah-masalah kehidupan dewasa; belajar bekerja,
menunda kepuasan, menjadi lebih bertanggung jawab. Penyaluran kebutuhan insting
ke obyek di luar yang altruistik itu telah menjadi cukup stabil, dalam bentuk
kebiasaan-kebiasaan melakukan pemindahan-pemindahan,sublimasi-sublimasi dan
identifikasi-identifikasi. Berikut beberapa gambaran tingkah laku dewasa yang
masak, ditinjau dari dinamika kepribadian Freud :
1. Menunda kepuasan : dilakukan karena obyek pemuas yang belum tersedia, tetapi
lebih sebagai upaya memperoleh tingkat kepuasan yang lebih besar pada masa
yang akan datang.
2. Tanggung jawab : kontrol tingkah laku dilakukan oleh superego berlangsung
efektif, tidak lagi harus mendapat bantuan kontrol dari lingkungan.
3. Pemindahan/sulimasi : mengganti kepuasan seksual menjadi kepuasan dalam
bidang seni, budaya dan keindahan.
4. Identifikasi memiliki tujuan-tujuan kelompok, terlibat dalam organisasi sosial,
politi dan kehidupan sosial yang harmonis.
2. Jean Piaget
Perkembangan kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolg
Swiss yang hidup tahun 1896 1980. Teorinya memberkan banyak konsep utama dalam
lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh tehadap perkembangan konsep
kecerdasan, yang bagi Piaget berarti, kemampuan untuk secara lebih cepat
merefresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang
berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata -sekema tentang bagaimana seseorang merefresi lingkungannya dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam mempresentasikan informasi
secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstrktivisme, yang berarti tidak seperti,
teori Nativisme (yang menggambarkn perkembangan kognitif sebagai pemunculan
pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun
kemampuan konitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap
lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piagetmemperoleh Erasmus Prize. Piaget

membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode
utama yang berorelasi dengan dan semakin canggih seiring penambahan usia :
1. Periode Sensorimotor (usia 0 2 tahun)
2. Periode Praoperasional (usia 2 7 tahun)
3. Periode Operasional Konkrit (usia 8 11 tahun)
4. Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
1. Periode Sensorimotor (usia 0 2 tahun)
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan
untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks
bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode.
Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan
pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan
berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat
bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai
sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan
dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan
sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek
sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari
sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai
delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru
untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan
awal kkreativitas.
2. Tahapan praoperasional (usia 2 7 tahun)
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan
mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua
tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran
(Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental
terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan
secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan
merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih
bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak
dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua
benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat
walau warnanya berbeda-beda.

Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor


dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak
mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan
benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih
menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka
cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan
bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami
bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan,
kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki
pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak
hidup pun memiliki perasaan.
3. Tahapan Operasional Konkrit (usia 8 11 tahun)
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara
usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika
yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutankemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau
ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasikemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian
benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan
bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam
rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme
(anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decenteringanak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu
permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi
menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil
yang tinggi.
Reversibilityanak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah,
kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan
bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasimemahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah
tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda
tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama
banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda,
air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrismekemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut
pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di
dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu
ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi
konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam
kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh
Ujang.
4. Tahapan Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif
dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat

pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah
diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat
memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu
hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya.
Dilihat dari faktor biologis,. tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai
perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.
Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini,
sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap
menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya
selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang
mundur.
Universal (tidak terkait budaya)
Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri
seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis

Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari


tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir,
bukan hanya perbedaan kuantitatif

Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan


berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori
pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga
menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam
memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema
mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut.
Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru
didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang
sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis
binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung
kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna
kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan
perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan
jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang
sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung

memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke


dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung
kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu
pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau
penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema
yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru
sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya
tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi
binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah
dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses
penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan
equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan
pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan
seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di
atas.Secara singkat tahapan perkembangan menurut Piaget dapat digambarkan
sebagai berikut :
Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
PERIODE
1. Sensorimotor

2.
Praoperasional

3..Operasi
Konkret

4..Operasi
Formal

Rousseau

USIA
DESKRIPSI PERKEMBANGAN
0-2 tahun Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik
dengan orang atau objek (benda). Skema-skemanya
baru berbentuk refleks-refleks sederhana, seperti :
menggenggam atau mengisap
2-6 tahun Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk
merepresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif.
Simbol-simbol itu seperti : kata-kata dan bilangan yang
dapat menggantikan objek, peristiwa dan kegiatan
(tingkah laku yang nampak)
6-11 tahun Anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental
atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat
menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini
memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah
secara logis.
11 tahun Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Di
sampai sini anak (remaja) sudah dapat berhubungan dengan
dewasa peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak hanya
dengan objek-objek konkret. Remaja sudah dapat
berpikir abstrak dan memecahkan masalah melalui
pengujian semua alternatif yang ada.

Jean Jaccques Rousseau (1712-1778) filosof Perancis abad ke 18 berpandangan


bahwa anak berbeda secara kualitatif dengan orang dewasa. Rousseau menolak
pandangan bahwa bayi adalah makhluk pasif yang perkembangannya ditentukan oleh
pengalaman, dan menolak anggapan bahwa anak merupakan orang dewasa yang tidak
lengkap dan memperoleh pengetahuan melalui cara berpikir orang dewasa. Sebaliknya
Rousseau beranggapan bahwa sejak lahir anak adalah makhluk aktif dan skua
bereksplorasi. Oleh karena itu anak harus dibiarkan untuk memperoleh pengetahuan
dengan
caranya
sendiri
melalui
interaksinya
dengan
lingkungan.
Rousseau dalam bukunya Emile ou Leducation (1762), menolak, pandangan bahwa anak
memiliki sifat bawaan yang buruk (innate bad), dia menegaskan bahwa All thinhs are
good as they come out of the hand of their creator, but everything degenates in the hand
of man artinga segala-galanya adalah baik sebagaimana ke luar dari tangan sang
pencipta, segala-galanya memburuk dalam tangan manusia. Pandangan ini dikenal
dengan Noble Savage, ungkapan ini mengandung arti bahwa anak ketika lahir sudah
membahwa segi-segi moral (hal-hal yang baik dan buruk, benar dan salah yang dapat
berkembang secara alami dengan baik), jika kemudia terdapat penyimpangan dan
keburukan, hal itu dikarenakan pengaruh lingkungan dan pendidikan.
Tahap I : 0 2 tahun usia asuhan
Tahap II : 2-12 tahun masa pendidikan jasamani dan panca indera
Tahap III : 12-15 tahun pendidikan akal
Tahap IV : 15-20 tahun pendidikan watak dan agama
.
3. Krestmer
Kretschmer membagi perkembangan anak menjadi 4 (empat) fase, yaitu:
1. Fullungsperiode I
Yaitu pada umur 0;0 3;0. Pada masa ini dalam keadaan pendek, gemuk, bersikap
terbuka, mudah bergaul dan mudah didekati.
2. Strecungsperiode I
Yaitu pada umur 3;0 7;0. Kondisi badan anak nampak langsing, sikap anak
cenderung tertutup, sukar bergaul dan sulit didekati
3. Fullungsperiode II
Yaitu pada umur 7;0 13;0. Kondisi fisik anak kembali menggemuk

4. Strecungsperiode II
Yaitu pada umur 13;0 20;0. Pada saat ini kondisi fisik anak kembali langsing.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol .2004. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press
E.Kowara.1986. Teori Teori Kepribadian. Bandung : PT .Erosco
Syamsu Yusuf IN dan Juntika Nuriichsan .2007. Teori Kepribadian . Bandung .UPI .
Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai