Refarat
Div. Hematoonkologi
Hari / Tanggal :
Pembimbing
Supervisor
Pendahuluan
Limfoma Hodgkin (LH) merupakan keganasan dengan pembesaran
progresif dari kelenjer limfe.1 Dinegara berkembang seperti di Indonesia, usia
puncak terjadi pada sebelum remaja. 2 Prevalensi pada wanita mengalami
penurunan pada tiga decade terakhir.3 Limfoma hodgkin merupakan salah
satu kanker yang terjadi pada anak-anak yang estimasi angka kehidupan 5
tahun melebihi 98%, tetapi angka ini menurun jika terapi yang dilakukan
terlambat.4 Gambaran klinis yang terbanyak adalah limfadenopati sekitar
90%, mediastinal adenopati 75% dengan gejala berupa batuk persisten,
sindrom vena cava superior (pembesaran pembuluh vena, hoarseness,
sesak nafas, disfagia) dan diikuti dengan gejala lainnya seperti keringat
malam, demam, penurunan berat badan.1
Diagnosa dari LH adalah dengan biopsi, dimana ditemukannya sel
Reed-Sternberg yaitu sel limfoid yang besar dengan banyak nukleus yang
mengelilingi nuklei sehingga memberikan gambaran seperti halo. 1 Limfoma
hodgkin merupakan keganasan yang unik dimana sel kanker merupakan
bagian minoritas dari populasi sel, sehingga biopsi yang tidak adekuat bisa
menyebabkan kegagalan dalam pengambilan spesimen. 5
Menurut WHO LH terbagi 2 klasifikasi yaitu classical hodgkins
lymphoma ( nodular sclerosis, mixed cellularity, lymphocyte rich, dan
lymphocyte depleted) dan nodular lymphocyte-predominant hodgkins
lymphoma. Dan yang terbanyak adalah classical hodgkins lymphoma.3,5
Pengobatan LH berkembang dari tahun ke tahun seiring dengan
perkembangan teknologi. Hal ini berguna untuk mengurangi efek jangka
panjang dari terapi yang diberikan. Terapi dari LH terdiri dari kemoterapi dan
radioterapi, dimana pengobatan ini memiliki resiko komplikasi jangka panjang
berupa berkembangnya keganasan sekunder dan penyakit non malignant
lainnya.6,7
Refarat ini bertujuan untuk membahas efek terapi dari penyakit limfoma
Hodgkin.
Secara umum kemoterapi dan low-dose involved radiation therapy (LD-IFRT)
dianggap sebagai pengobatan standar pada limfoma Hodgkin. Childrens
Oncology Group and European membagi 2 regimen pengobatan yaitu
standar risk dan intermediate atau high risk.4
Kemoterapi
Terapi yang digunakan pada classical HL adalah OEPA ( vincristin, etoposide,
prednisone, doksorubisin) untuk resiko rendah dan OEPA dengan COPDac
(cyclophosphamide, vincristine, prednisone, dacarbazine ) untuk intermediate
dan resiko tinggi.4
Regimen standar untuk pasien stantar risk :4
-
cyclophosphamide
OEPA ( GPOH 2002) : vincristine, etoposide, doksorubisin, prednisone
atau
cyclophosphamide,
vincristine,
prednisone,
dacarbazine
Di RSHAM kemoterapi yang biasa digunakan adalah OEPA (vincristine,
etoposide, doksorubisin, prednisone).
Vinkristin
Vinkristin adalah vinca alkaloid yang banyak digunakan sebagai obat
antikanker untuk mengobati berbagai macam kanker. Vinkristin terdiri dari
dua multi-cincin: vindoline dan catherantine dan berinteraksi dengan -tubulin
di daerah yang berdekatan dengan situs GTP-binding dikenal sebagai
domain vinca. Hal ini mencegah pembentukan poros mikrotubulus untuk
menonaktifkan mekanisme sel untuk menyelaraskan dan menggerakkan
kromosom.8
Mekanisme
dari
vinkristin
adalah
menghambat
formasi
dari
memediasi DNA repair, dan generasi dari radikal bebas dan merusak
membrane sel, DNA dan protein.10
Doksorubisin teroksidasi menjadi semiquinone yang merupakan metabolit
yang tidak stabil, dimana doksorubisin diuba kembali dalam proses
melepaskan oksigen reaktif. Oksigen reaktif dapat menyebabkan peroksidasi
lipid dan kerusakan membran, kerusakan DNA, stres oksidatif, dan memicu
jalur apoptosis dari kematian sel. Kemungkinan lain, doksorubisin memasuki
inti sel dan meracuni topoisomerase-II sehingga menyebabkan kerusakan
DNA dan kematian sel.10
Waktu paruh dari doksorubisin 24-36jam. Doksorubisin di ekskresikan
di feces 10-20% setelah 24jam dan 50% setelah 150 jam. Efek dari
doksorubisin adalah terhadap sistem imun, berkurangnya sel imun sehingga
pasien mudah terserang infeksi dari mikroba. Phlebosklerosis terjadi apabila
pemberian doksorubisin melalui vena perifer. Efek yang paling banyak terjadi
adalah kardiotoksik dengan berbagai macam mekanisme. Doksorubisin
menyebabkan terjadinya perubahan struktural dari kardiomiosit di jantung,
sehingga terjadi pembesaran.11 Pada anak-anak resiko gagal jantung dan
penyakit pericardial meningkat pada dosis kumulatif diatas 250mg/m 2.4
Cyclophosphamide (CPA)
Cyclophosphamide merupakan inactive drug. Dengan bantuan sistem
oksidasi citokrom P450 di hati, CPA diubah menjadi phosporamid mustard
dan acrolein yang merupakan senyawa aktif. Phosphoramide mustard
memiliki kemampuan untuk mengenal alkil radikal ke dalam untaian DNA
dengan ikut camput replikasi DNA dengan membentuk crosslinkage DNA.
Crosslinked DNA sel kanker tidak dapat menyelesaikan pembelahan sel
normal.
menyebabkan kematian.12
Efek dari cyclophosphamide12
-
Alopesia
Hiperpigmentasi pada kulit
Pemberian CPA sebaiknya diberikan pada pagi hari dan minimal
diberikan cairan 2-3 liter/hari untuk mengurangi risiko toksik pada kandung
kemih.
Etoposide
Etoposide merupakan kemoterapi yang memiliki spectrum antitumor yang
luas.
Etoposide
dan
teniposide,
epipodophyllotoxins,
menstabilkan
dilihat
pada
pasien.
Pemberian
kemoterapi
MOPP
menjadi
predileksi pada limfoma Hodgkin. Pneumonia (37-57%), bakterimia ( 2533%), infeksi kulit (5-19%) dan meningitis (3-13%) merupakan penyakit
yang sering terjadi. Infeksi timbul karena disfungsi dari sistem imun. 19
3. Disfungsi tiroid
Hipotiroid merupakan komplikasi yang sering terjadi setelah radioterapi.
Studi yang dilakukan oleh Hancock, resiko terjadinya hipotiroid setelah
radiasi adalah 47% pada usia 26 tahun. Penyakit lainnya penyakit Grave,
tiroiditis, tirotoksikosis, nodul tiroid, keganasan tiroid.
Resiko ini
mempertahankan
fertilitasnya.
Dosis
kumulatif
pemberian
azospermia,
dan
pada
dosis
2Gy
atau
lebih
dapat
leukemia
berhubungan
dengan
pemberian
alkylating
syndrome.6,19
Pergantian
obat
dari
MOPP
Agent
Anthracycline
Radioterapi
Paru
Bleomycin
Radioterapi
Radioterapi
Tiroid
Gonad
(F)
Alkylating agent
Efek
Cardiomiopati
Pericarditis
Penyakit arteri koroner
Penyakit valvular
Fibrosis paru
Hipotiroid, nodul tiroid,
kanker, hipertiroid
Pubertas terlambat
Ovarian failure
Germ cell failure
Infertilitas
Monitoring
EKG
Echocardiografi
10
Gonad
(M)
Tulang
SMN
Alkylating agent
Kortikosteroid
Alkylating agent
Topoisomerase
II inhibitor
Anthracycline
radioterapi