Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

Etik Reproduksi, Penanganan Dan Pengakhiran


Kehamilan
Dosen Pembimbing : Ns. Tri Lestari Handayani, M.Kep., Sp.Mat

Disusun Oleh :
Kelompok II
PSIK IV C

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN


Etik Reproduksi, Penanganan Dan Pengakhiran Kehamilan
Dosen Pembimbing : Ns. Tri Lestari Handayani, M.Kep., Sp.Mat

Disusun Oleh :
Kelompok III
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Anita Nurjannah
Desi Afiani
Widiyan Hariyadi
Yadi Tri Aditya
Wahyu Tisna Mayangsari
Gustan Ariadi
Didin Hidayat
Firdha Aprilia
Khaerunnisa
Nurziara Rahmah
Muhammad Hamdani
Risa Setyabudi
Mega Agustina
Septian Editiya
Andri Suhartono
Dyah Ayu Noviarini
Octavia Chavidawati
Molyadi Adi Putra

(09060122)
(09060124)
(09060126)
(09060128)
(09060130)
(09060134)
(09060136)
(09060144)
(09060148)
(09060151)
(09060154)
(090601)
(09060160)
(090601)
(090601)
(09060169)
(09060172)
(09060175)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai

tugas mata kuliah Etika Keperawatan yang berjudul Etik Reproduksi,


Penanganan Dan Pengakhiran Kehamilan ini tepat waktu.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh
penulis. Akhirnya, penulis berharap hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua untuk membantu proses pemahaman terhadap mata kuliah Etika
Keperawatan khususnya pengetahuan tentang eika reproduksi di Indonesia.

Malang, 8 Juni 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................................

ii

BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................

iii

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................

iii

1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................

iii

PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Hepar ........................................................................................

2.2 Struktur Anatomi Hepar ............................................................................

2.3 Fungsi Hepar .............................................................................................

2.4 Pemeriksaan Fisik secara Umum ..............................................................

2.5 Teknik Pemeriksaan Palpasi .....................................................................

2.6 Prosedur dan langkah-langkah Palpasi pada Hepar ..................................

PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................

11

3.2 Saran .........................................................................................................

11

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................

12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Obstetri dan ginekologi banyak berhubungan dengan masalah kelahiran, penuaan,
reproduksi dan kematian yang sering mengundang dilema etik, hukum dan moral. Etik,
moral dan hukum bertugas sebagai pengawal bagi kemanusiaan, yaitu untuk tetap
manusiakan manusia, untuk memperadab manusia. Benturan dalam hal etik, hukum dan
moral ini bisa terjadi karena perbedaan pemahaman akan keyakinan bagi masing-masing
individu atau tiap-tiap kelompok berdasar sudut pandang dan kepentingan. Seringkali ada
kesenjangan antara apa yang sesungguhnya dengan apa yang sebaiknya, antara kearifan
dan kebenaran terkait dengan tingkat keyakinan masyarakat yang semakin dinamis
termasuk tentang etika reproduksi (penghentian kehamilan). Aborsi di dunia dan di
Indonesia khususnya tetap menimbulkan banyak persepsi dan bermacam interpretasi, tidak
saja dari sudut pandang kesehatan, tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama.
Pengguguran atau aborsi adalah semua tindakan atau usaha untuk menghentikan kehamilan
dengan alasan apapun.1 Aborsi dibagi menjadi dua, yaitu aborsi spontan dan aborsi buatan.
Aborsi spontan adalah aborsi yg terjadi secara alamiah tanpa adanya upaya dari luar untuk
mengakhiri kehamilan tersebut. Sedangkan aborsi buatan adalah aborsi yg terjadi akibat
adanya upaya-upaya tertentu untuk mengakhiri proses kehamilan.
Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberi dampak pada kesakitan
dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab kematian ibu yg utama adalah
perdarahan, infeksi dan eklampsia.
Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman, 70 ribu
perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh
aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi tidak aman) diantaranya bahkan terjadi
dinegara berkembang.

Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43 kasus/100
kelahiran hidup (sensus 2000). Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi
di Indonesia masih cukup besar (Wijono 2000). Suatu hal yang dapat kita tengarai, kematian
akibat infeksi aborsi ini justru banyak terjadi di negara-negara di mana aborsi dilarang keras
oleh undang-undang.
Dari kenyataan ini kita patut mempertanyakan logika yang menyatakan bahwa bila layanan
aborsi tidak ada maka orang tidak akan melakukan aborsi. Atau sebaliknya tersedianya
layanan aborsi akan mendorong terjadinya penyelewengan moral yang berakibat pada
kehamilan yang tidak diinginkan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat pada makalah ini, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bagaimana Anatomi dan fisiologi kehamilan ?


Bagaimana Penanganan kehamilan ?
Jelaskan tentang pengakhiran kehamilan ?
Bagaimana Pengaturan kehamilan pada ibu hamil ?
Bagaimana contoh kasus atau kejadian kekerasan pada wanita selama masa kehamilan ?
Jelaskan tentang aborsi, bayi tabung, dan bank sperma serta tinjauannya ?

1.3 TUJUAN
- Tujuan umum
Untuk mengetahui etika reproduksi, penanganan dan pengakhiran dalam kehamilan
- Tujuan khusus
1. Bagi Mahasiswa
Memberikan informasi tambahan kepada para mahasiswa tentang etika penanganan
kehamilan dalam proses belajar dan mengajar.

2. Bagi Mayarakat
Memberikan tambahan informasi kepada masyarakat tentang etika dalam kehamilan
dalam menangani wanita hamil baik sebelum melahirkan maupun setelah
melahirkan.
3. Bagi Instansi

Memberikan referensi tambahan kepada instansi agar dalam penanganan kehamilan


dapat dilakukan sesuai standard dan sesuai standar etik kehamilan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kehamilan Berhubungan Dengan Etik (Transeksual)

Pada dewasa ini, keberadaan penderita transeksual tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat Indonesia, yang mana seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan telah
ditemukan metode dalam menyembuhkan penderita transeksual, yaitu melalui operasi
penyesuaian kelamin. Perkembangan teknologi kedokteran tersebut tidak dapat diikuti oleh
perangkat hukum yang memadai, sehingga timbul permasalahan hukum. Hal tersebut,
berdampak terhadap hak-hak keperdataan penderita transeksual itu sendiri, setelah operasi
penyesuaian kelamin tersebut. Sehingga perubahan status jenis kelamin tersebut,
memerlukan Penetapan Pengadilan untuk merubah status jenis kelamin penderita
transkesual tersebut. Selain dari pada itu, operasi penyesuian kelamin yang dilakukan
memberikan dampak terhadap hak-hak keperdataan penderita transeksual tersebut, seperti
status perkawinan, hukuk waris, dan hak-hak serta kewajiban keperdataan penderita
transeksual tersebut. Di dalam penelitian yang dilakukan metode yang digunakan ialah

yuridis normatif. Melihat hal-hal yang telah diungkapkan diatas, bahwa ketidak
memadainya peraturan hukum yang membuat ketidakjelasan regulasi dalam menangani
permasalahan-permasalahan hukum yang timbul.

2.1.1 Hukum Syari Tentang Operasi Ganti Kelamin (Transeksual) menurut Islam
1. Hukum operasi kelamin
Pertama: Masalah seseorang yang lahir dalam kondisi normal dan sempurna
organ kelaminnya yaitu penis (zakar) bagi laki-laki dan vagina (farj) bagi
perempuan yang dilengkapi dengan rahim dan ovarium tidak dibolehkan
dan diharamkan oleh syariat Islam untuk melakukan operasi kelamin.
Adapun hujjah yang digunakan oleh para ulama dalam masalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Firman Allah Subhana Wa Taala dalam surat Al-Hujurt: 13 yang menurut
kitab Tafsir Ath-Thabari mengajarkan prinsip equality (keadilan) bagi
segenap manusia di hadapan Allah dan hukum yang masing-masing
telah ditentukan jenis kelaminnya dan ketentuan Allah ini tidak boleh
diubah dan seseorang harus menjalani hidupnya sesuai kodratnya.
2. Firman Allah Subhana Wa Taala dalam surat An-Nis: 119. Menurut
kitab-kitab
tafsir
seperti Tafsir
Ath-Thabari, Ash-Shawi,
AlKhazin (I/405), Al-Baidhawi (II/117), Zubadu At-Tafsir (hal.123) dan AlQurthubi (III/1963) disebutkan beberapa perbuatan manusia yang
diharamkan karena termasuk mengubah ciptaan Allah sebagaimana
yang dimaksud ayat di atas yaitu seperti mengebiri manusia, homoseksual,
lesbian, menyambung rambut dengan sopak, pangur dan sanggul,
membuat tato, mengerok bulu alis dan takhannuts(seorang pria berpakaian
dan bertingkah laku seperti wanita layaknya waria dan sebaliknya).
3. Hadits Nabi n: Allah mengutuk para tukang tato, yang meminta ditato,
yang menghilangkan alis mata, dan orang-orang yang memotong (pangur)
giginya, yang semuanya itu untuk kecantikan dengan mengubah ciptaan
Allah. (HR. Al-Bukhari).
4. Hadits Nabi n, Allah mengutuk laki-laki yang menyerupai wanita dan
wanita yang menyerupai laki-laki. (HR. Ahmad).
Oleh karena itu kasus ini sebenarnya berakar dari kondisi kesehatan mental
yang penanganannya bukan dengan mengubah ciptaan Allah, melainkan
melalui pendekatan spiritual dan kejiwaan (spiritual and psychological
therapy).
Kedua: Operasi kelamin yang bersifat perbaikan (tashhih) atau penyempurnaan
(takmil) dan bukan penggantian jenis kelamin, menurut para ulama diperbolehkan

secara hukum syari. Jika kelamin seseorang tidak memiliki lubang yang
berfungsi untuk mengeluarkan air seni dan mani baik penis maupun vagina, maka
operasi untuk memperbaiki atau menyempurnakannya dibolehkan bahkan
dianjurkan sehingga menjadi kelamin yang normal karena kelainan seperti ini
merupakan suatu penyakit (aib) yang harus diobati.
Guna menghindari hal ini, operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin boleh
dilakukan berdasarkan prinsip Mashalih Mursalah, karena kaidah fiqih
menyatakan Adh-Dhararu Yuzal (Bahaya harus dihilangkan) yang menurut
Imam Asy-Syathibi menghindari dan menghilangkan bahaya termasuk suatu
kemaslahatan yang dianjurkan syariat Islam.
Ketiga: Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda, yang dilakukan
terhadap orang yang sejak lahir memiliki dua organ/jenis kelamin (penis dan
vagina). Menurut Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya Al-Fiqh Al-Islami wa
Adillatuhu bahwa jika selama ini penentuan hukum waris bagi orang yang
berkelamin ganda (khuntsa) didasarkan atas indikasi atau kecenderungan sifat dan
tingkah lakunya, maka setelah perbaikan kelamin menjadi pria atau wanita, hak
waris dan status hukumnya menjadi lebih tegas. Dan menurutnya perbaikan dan
penyempurnaan alat kelamin bagi khuntsa musykil (pemilik kelamin ganda yang
sulit diidentifikasi) sangat dianjurkan demi kejelasan status hukumnya.
Beberapa Fatwa Ulama Tentang Transeksual
1. Adapun operasi kelamin maka hukumnya haram secara syari apabila hanya
disandarkan pada keinginan pribadi tanpa adanya suatu cacat pada sisi jasmani
atau alat kelaminnya yang membolehkan dilakukannya operasi tersebut. Dan
operasi kelamin yang telah banyak dilakukan dan tidak mengandung unsur
cacat secara medis, tetapi hanya dimaksudkan untuk mempercantik diri dengan
menampakkan suatu bentuk tertentu dari kecantikannya, ataupun mengubah
bentuk yang telah ditetapkan oleh Allah atasnya maka hal ini tidak ada
keraguan lagi tentang keharamannya. Karena di dalamnya ada bentuk
perusakan hukum syari dan unsur penipuan serta membahayakan. (Dr. Yasir
Shalih M. Jamal, Kepala fakultas kedokteran bidang operasi anak RS.
Universitas Al-Malik Abdul Aziz).
2. Dibolehkannya operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin, sesuai dengan
keadaan anatomi bagian dalam kelamin orang yang mempunyai kelainan
kelamin atau kelamin ganda, juga merupakan keputusan Nahdhatul Ulama PW
Jawa Timur pada seminar Tinjauan Syariat Islam tentang Operasi Ganti
Kelamin pada tanggal 26-28 Desember 1989 di Pondok Pesantren Nurul
Jadid, Probolinggo, Jawa Timur.
Sehingga jelaslah, jika operasi kelamin dilakukan hanya karena kurang sreg
dengan kepribadiannya, padahal Allah Subhana Wa Taala telah

mengaruniakannya kelamin yang jelas, maka perbuatan ini diharamkan secara


syari, dan hendaknya pelakunya bertobat kepada Allah.wallhu almu bish
shawb.
2.2 Penanganan Kehamilan
Wanita hamil kerap mengalami permasalahan yang membuat mereka menderita
bahkan hampir putus asa. Berikut ini beberapa beberapa masalah yang biasa dialami wanita
hamil beserta cara meredakannya yang coba kami bahas untuk anda.
1. Morning Sickness
Sering kali para wanita mengeluh tentang gejala-gejala disaat mengandung, yang
salah satunya adalah "Morning Sick". Beberapa para ibu sering kali merasa kesulitan
didalam menghadapi gejala ini pada pagi hari, terlebih bagi para wanita yang memiliki
aktifitas setiap harinya, sudah pasti dengan adanya hal tersebut bisa menghambat segala
kegiatan anda.
Morning Sick bukanlah sebuah penyakit, melainkan adalah gejala alami yang
dialami pada setiap ibu yang sedang mengandung, terlebih pada saat kandungan
memasuki trimester pertama. Gejala yang diakibat dariMorning Sick ini antara lain,
kepala yang merasa sangat pusing, perut yang terasa mual sehingga sering kali
menimbulkan muntah hal ini disebabkan karena perubahanhormon yang terjadi, memang
hal ini tidak bisa dihindarkan pada wanita yang sedang mengandung atau hamil.
Penanganan terhadap tanda morning sickness:
1. Gejala mual
Gejala ini sering kali terjadi pada pagi hari, meskipun ada pula beberapa ibu
yang mengalaminya disaat siang dan malam hari, hal ini disebabkan oleh karna kondisi
perut yang masih kosong. Beberapa diantaranya pun sering kali muntah disaat mencium
aroma sabun, parfum bahkan sikat gigi, dan tak jarang makanan yang awal nya sebagai
makanan favorite kita sekarang berubah menjadi makanan yang sangat kita benci karna
aroma yang dikeluarkan dari makanan tersebut, dalam hal ini anda bisa meng-konsumsi

salah satu obat yang memang direkomendasikan oleh salah satu dokter kandungan yaitu,
obat cedantron yang bisa menjadi beberapa pilihan bagi anda untuk mengatasi mual.
2. Kepala Pusing
Gejala ini memang biasa terjadi disaatMorning Sick, akan tetapi hal tersebut
juga bisa timbul karna faktor flu yang diderita pada ibu hamil, sehingga tak jarang sering
kali pandangan kita berkunang-kunang. Beberapa pencegahan bisa anda lakukan dengan
meminumobatf l u atau obat sakit kepala tentunya dengan dosis yang ringan, hal ini
dilakukan untuk mencegah efek samping terhadapj ani n. Beberapa contoh obat pusing
yang memiliki dosis ringan dan bisa anda konsumsi adalahanal sick, atau jika dokter anda
memiliki rekomendasi lain pada obat tertentu anda bisakonsul

tasi kan lebih lanjut

dengan dokter kandungan anda.


Cobalah untuk membiasakan makan teratur dalam porsi ringan, dan hindari
makanan yang banyak mengandung minyak dan lemak. Selalu sediakan biskuit cracker
disebelah tempat tidur anda, agar anda bisa segera memakannya saat bangun tidur.
Segera hubungi dokter jika morning sickness terus berlanjut lebih dari tiga bulan masa
kehamilan atau menyebabkan berat badan anda turut secara drastis.
3. Kelelahan
Kelelahan merupakan gejala memang sering terjadi pada ibu hamil yaitu pada
trimester pertama atau pada hamil tua (pada bulan bulan akhir kehamilan). Pada
trimester pertama kehamilan, hormon progesterone menyebabkan otot melemas dan
metabolisme menjadi melambat, sehingga energi ibu hamil berkurang, belum lagi mual
dan muntah pada awal kehamilan membuat asupan kalori ibu hamil berkurang, sehingga
ibu merasa lemah dan tak bertenaga.
Pada trimester ketiga kehamilan, ibu hamil menjadi lebih lelah dikarenakan beban
janin yang semakin bertambah berat disertai adanya gangguan tidur karena gerakan bayi
yang berlebihan, sering buang air kecil pada malam hari, dan rasa tidak nyaman lainnya
yang dialami saat malam hari yang menggangu tidur ibu hamil.

Jika rasa lelah dirasakan sangat berat dan terus berlangsungv setelah melewati
bulan ketiga kehamilan terutama pada trimester ketiga kehamilan, mungkin merupakan
suatu tanda adanya anemia (kurang darah).Apabila hal ini terjadi segeralah ke dokter
untuk pemeriksaan dan tindak lebih lanjut.
Penanganan :
-

Istirahat cukup dan perhatikan asupan gizi terutama masa awal kehamilan.
Perhatikan tanda tanda dari tubuhAnda. PastikanAnda tidur siang dan istirahat
yang cukup. - Hindari terbangun dari tidur malam hari. Minumlah cairan yang cukup
selama pagi dan siang hari dan hindari minum terlalu banyak sebelum tidur,
danAnda tidak harus terbangun untuk buang air kecil, sehingga tidurAnda tidak

terganggu.
Tidur lebih awal setiap hari dan usahakan untuk dapat tidur siang.
Seimbangkan waktu istirahat dan olahraga. Olahraga ringan yang dapat dilakukan

seperti
berjalan kaki, berenang yang dapat meningkat semangat dan tingkat energiAnda.
Konsumsilah asupan gizi yang baik dan seimbang, makanlah cukup protein dan zat

besi.
Gunakalah waktu untuk bersantai, hindari stress atau situasi yang penuh tekanan.
Diskusikanlah rasa lelahAnda dengan suami, keluarga dan teman dekat agar

semuanya tahu
akan kondisiAnda dan mereka dapat memberikan perhatian yang ekstra kepadaAnda.
4. Keram Kaki
Kram kaki pada ibu hamil (bumil) merupakan keluhan yang sering diungkapkan
oleh bumil saat kunjungan antenatal care (ANC). Serangan kram ini sering timbul
dimalam hari. Bagi yang pernah mengalami pasti tahu betul gimana rasanya kram
(cramp) dan setelah serangannya, nyeri yang timbul bisa menetap sampai saat bangun
pagi.
Wanita hamil lebih sering mengalami kram, diduga karena kelelahan otot
didaerah kaki yang harsu menahan beban berat tubuh yang bertambah. Hal ini diperberat
lagi oleh aliran darah dari kaki yang tidak lancar akibat terbendung oleh pembesaran
rahim. (Sering juga mengakibatkan pembuluh vena di kaki melebar).Ada pendapat yang
mengatakan kram ini terjadi akibat kekurangan kalsium dan kalium serta kelebihan

Fosfor, untuk itu nggak ada salahnya mengkonsumsi kalsium dan kalium serta
menghindari fosfor (minuman bersoda, snack ringan).
Penanganan :
-

Hindari berdiri ataupun duduk dengan melipat kaki dalam jangka waktu yg lama.
Lakukan peregangan (stretching) betis dan kaki pada saat siang hari dan sebelum
tidur. Putar2 pergelangan kaki dan goyangkan ibu jari kaki pada saat duduk.
Usahakan melakukan OR jalan tiap hari, minimal 10 menit.
Berbaring dengan posisi miring kiri guna memperlancar aliran darah balik.
Istiahat jika kelelahan dan angkat / tinggikan kaki jika mungkin.
Pakai stoking khusus hamil.
Mandi air hangat untuk merelaksasikan otot kaki sebelum tidur.
Banyak minum air putih.
Makan suplemen hamil yang mengandung magnesium

5. Sembelit
Kemungkinan terjadinya sembelit sebenarnya pada trimester pertama atau
ketiga kehamilan, namun dapat terjadi kapan saja selama hamil. Pada kehamilan BAB
cendrung menjadi tidak teratur karena relaksasi otot polos saluran cerna oleh perubahan
hormone kehamilan dan adanya penekanan usus bagian bawah oleh rahim yang
membesar, terutama pada trimester ketiga kehamilan, membuat gerakan usus menjadi
lambat. Hal ini mengakibatkan daya dorong usus terhadap sisa makanan berkurang. Sisa
makanan menumpuk dan terjadilah sembelit. Kurang minum juga menyebabkan kotoran
menjadi keras dan mengakibatkan sembelit. Seperti kembung dan sembelit merupakan
salah satu efek samping dari proses pencernaan yang lama. Pemberian vitamin yang
mengandung zat besi untuk ibu hamil juga dapat mengakibatkan sembelit atau oleh
kebiasaan suka menahan buang air besar. Umumnya sembelit tidak berbahaya tetapi
terkadang dapat merupakan adanya gejala penyakit lain.Apabila ibu hamil mengalami
sembelit berat yang disertai rasa nyeri perut atau buang air besar disertai lendir atau
darah atau lebih dari tiga hari tidak buang air besar, segeralah hubungi dokter untuk
tindak lebih lanjut.
Penanganan :
-

Perbanyaklah memakan sayuran ,buah-buahan atau makanan yang berserat seperti

roti gandum,
sereal buah serta kacang - kacangan.

Makanlah dalam jumlah sedikit tetapi sering untuk menjga agar saluran cerna tetap
aktif. - Olahraga teratur untuk menjaga kekuatan otot dan membuat saluran

pencernaan tetap bergerak dengan baik.


Ibu pun harus mendisplinkan diri agar teratur ke belakang setiap hari.
Satu lagi yang penting, minumlah air putih minimal dua liter setiap hari
Istiahat jika kelelahan dan angkat / tinggikan kaki jika mungkin.
Pakai stoking khusus hamil.
Mandi air hangat untuk merelaksasikan otot kaki sebelum tidur.
Banyak minum air putih.
Makan suplemen hamil yang mengandung magnesium

6. Hemorhoid
Hemorrhoids atau Wasir adalah pembengkakan dan inflamasi (peradangan)
vena di anus dan rektum, yang biasanya terasa nyeri. Munculnya akibat sering
mengedan saat nge-pup atau peningkatan tekanan vena akibat bendungan rahim yang
membesar atau penyebab2 lainnya. Pada kehamilan munculnya tersering pada trimester
ke 3.
Gejalanya berupa perdarahan saat nge-pup, bisa dikit bisa banyak, gatal atau
rasa iritasi disekitar anus, nyeri, pembengkakan sekitar anus, adanya benjolan disekitar
anus.
Pembuluh vena disekitar anus membesar akibat meregang akibat peningkatan
tekana tekanannya, sehingga berbentuk benjolan atau membengkak. Hal2 yang dapat
menyebabkan meningkatnya tekanan vena antara lain: BAB yang keras (ngeden2),
nongkrong di toilet terlalu lama, diarre kronis, konstipasi, Obesitas, kehamilan dan anal
seks. Faktor keturunan juga memegang peranan dan semakin berumur maka
kecendrungan makin tinggi karena semakin lemahnya kekuatan jaringan tubuh.
Pada kehamilan, disamping akibat adanya bendungan vena oleh pembesaran
rahim, faktor konstipasi juga sering menyebabkan dan memperberat wasir. Berita
baiknya wasir akan hilang/membaik setelah bayi lahir. Jika bumil mengalaminya
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi wasir ini:
1 Kasi baking soda (basah atau kering) guna mengurangi rasa gatal

2 Berendam dengan air hangat yang telah diberikan baking soda


3 Hindari duduk terlalu lama
4 Penggunaan Pad khusus (Medicated Pad)

Penanganan :
Untuk meredakannya, jangan mengejan terlalu kuat saat buang air besar. Hindari
sembelit pada pencernaan anda. Setelah buang air besar, basuh dengan air dan bersihkan
hingga bersih. Bilaslah dengan sabun beberapa kali dalam sehari jika perlu.
Pencegahan tentunya lebih baik ketimbang mengobati. Pencegahan terbaik
adalah mencegah konstipasi. Jika terjadi konstipasi hindari mengedan. Berikut ini hal2
yang dapat mencegah konstipasi: makan tinggi serat, banyak minum air.
2.3 Pengakhiran Kehamilan (aborsi/abortus)
Metode yang sering digunakan untuk mengakhiri suatu persalinan secara umum dibagi
menjadi tiga metode, yaitu kelahiran per vaginam normal, kelahiran pervaginam operatif,
dan kelahiran per abdominal (seksio caesar).
A. Persalinan Normal
Suatu persalinan dapat dikatakan normal apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut
1) Persalinan dimulai spontan
2) Berisiko rendah pada awal & selama kehamilan
3) Bayi lahir spontan dgn letak belakang kepala
4) Usia kehamilan 37 42 mg
5) Setelah persalinan ibu dan bayi dalam keadaan baik.

B. Persalinan Per Vaginam Operatif


Suatu persalinan yang dapat dikatakan pervaginam operatif apabila ditandai dengan
indikasi sebagai berikut:
1. Ibu
-Obsterik
Eklampsi/Preeklampsi
Lingkaran Retraksi Patologis
Perdarahan hebat
Oedema jalan lahi
-Non obsterik
Penyakit jantung
Infeksi intrapartum
2. Anak
Bunyi jantung anak jelek
Tali pusat menumbung
Keluarnya mekoneum pada letak kepala
3. Profilaksis
Pada tahap ini ditandai dengan indikasi:
1.Panggul sempit.
2.Partus lama.
C. Kelahiran Per Abdominal (Seksio Caesar).
Pada tahap kelahiran ini ditandai dengan beberapa cirri:
Bayi besar (tidak sesuai ukuran panggul).
Letak bayi melintang (sungsang).
Karena gawat janin. Ciri-cirinya, denyut jantung lemah, kondisi bayi tidak baik karena
kelamaan di dalam, air ketuban habis atau trauma karena proses persalinan yang
lama, sementara pembukaan tak maju-maju.

CPD atau Cephalo Pelvic Disproportion (proporsi panggul dan kepala bayi yang tidak
pas, sehingga persalinan macet).
Terjadi kegawatan pada bayi, misalnya kekurangan oksigen.
Fungsi plasenta yang tidak terlalu bagus karena lewat batas waktu atau ada penyakit
tertentu.
Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus).
Fetal distres (detak jantung janin melambat).
Masalah kesehatan ibu yang mengharuskan operasi caesar.
Herpes genital, ruam kulit yang disebabkan oleh virus yang menyerang alat kelamin.
Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi).
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome.
Ibu yang melahirkan anak pertamanya melalui operasi, persalinan kedua tidak harus
operasi. Dengan sayatan sejajar dengan garis perut dan kondisi kehamilan setelahnya
baik, persalinan berikutnya tak selalu harus melalui operasi. Mungkin saja persalinan
pertama terjadi karena plasenta previa atau terjadi persalinan macet, sementara pada
kehamilan kedua kondisinya baik-baik saja sehingga persalinan normal bisa dilakukan.
Apabila persalinan pertama dan kedua melalui operasi caesar, persalinan ketiga harus
operasi juga dan tidak boleh hamil lagi. Jadi yang memutuskan seseorang melahirkan
melalui operasi caesar atau tidak itu dokter. Sebenarnya, sejak pemeriksaan kehamilan
sudah diketahui bayi bisa lahir normal atau harus operasi.

2.3.1 Pengertian Aborsi

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum berusia 22 minggu yang


mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38
minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur.
Abortus dapat terjadi secara spontan atau secara buatan. Abortus spontan (keguguran,
miscarriage) dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang abnormal.
Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi :

Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan


atau sebab-sebab alami.

Induced abortion atau procured abortion:


disengaja. Termasuk di dalamnya adalah:

Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut


mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan
sesudah pemerkosaan.

Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.

Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.

pengguguran

kandungan

yang

2.3.2 Abortus Buatan


Abortus buatan (pengguguran, aborsi, abortus provocatus) adalah abortus yang
terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan mengakhiri proses kehamilan.
Abortus buatan dapat bersifat legal (abortus provocatus medianalis/therapeuticus)
yang dilakukan berdasarkan indikasi medik. Abortus buatan ilegal (abortus
provocatus criminalis) adalah abortus yang dilakukan berdasarkan indikasi nonmedik.
Abortus ini dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten atau tenaga yang tidak
kompeten. Aborsi yang dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten biasanya dengan
cara-cara seperti memijit-mijit perut bagian bawah, memasukkan benda asing atau
jenis tumbuh-tumbuhan/rumput-rumputan ke dalam leher rahim, dan pemakaian
bahan-bahan kimia yang dimasukkan ke dalam jalan lahir sehingga sering terjadi
perdarahan dan infeksi yang berat, bahkan dapat berakibat fatal. Berlandaskan Lafal
Sumpah Hippokrates, Lafal Sumpah Dokter Indonesia dan International Code of
Medical Ethics maupun KODEKI, setiap dokter wajib menghormati dan melindungi

makhluk hidup insani. Karena itu, aborsi berdasarkan indikasi nonmedik adalah tidak
etis.

2.3.3 Abortus Buatan Legal


Abortus buatan legal dilakukan dengan cara tindakan operatif (paling sering dengan
cara kuretase, aspirasi vakum) atau dengan cara medikal. Dalam Deklarasi Oslo
(1970) dan UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, mengenai abortus buatan legal
terdapat ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

Abortus buatan legal hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik yang
keputusannya disetujui secara tertulis oleh 2 orang dokter yang dipilih berkat
kompetensi profesional mereka dan prosedur operasionalnya dilakukan oleh
seorang dokter yang kompeten diinstalasi yang diakui suatu otoritas yang sah,
dengan syarat tindakan tersebut disetujui oleh ibu hamil bersangkutan, suami, atau
keluarga.

Jika dokter yang melaksanakan tindakan tersebut mnerasa bahwa hati nuraninya
tidak membenarkan ia melakukan pengguguran itu, ia berhak mengundurkan diri
dan menyerahkan pelaksanaan tindakan medik itu kepada teman sejawat lain yang
kompeten.

Yang dimaksud dengan indikasi medis dalam abortus buatan legal adalah suatu
kondisi yang benar-benar menghaniskan diambil tindakan tersebut sebab tanpa
tindakan tersebut dapat membahayakan jiwa ibu atau adanya ancaman gangguan
fisik, mental dan psikososial jika kehamilan dilanjutkan, atau risiko yang sangat
jelas bahwa anak yang akan dilahirkan menderita cacat mental, atau cacat fisik
yang berat.

Hak utama untuk memberikan persetujuan tindakan medik adalah pada ibu hamil
yang bersangkutan, namun pada keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan
persetujuannya dapat diminta pada suaminya/wali yang sah.

Pernyataan Oslo didukung oleh General Assembly dari WMA, namun tidak mengikat
para anggotanya. Ada negara yang melegalkan abortus sebagai salah satu cara
keluarga berencana.

Suatu masalah yang sulit dihadapi adalah kehamilan tidak diinginkan (KTD) seperti
pada kasus kegagalan kontrasepsi, kehamilan di luar nikah, kehamilan karena
perkosaan, tidak adanya akses untuk pelayanan KB, tekanan pasangan, dan faktor
ekonomi. Setiap wanita memiliki hak reproduksi, yaitu hak menentukan jumlah,
penjarakan, dan waktu kelahiran anak. Oleh karena aborsi atas alasan nonmedik
dianggap tindakan melanggar hukum (tindakan kriminal) dan aborsi bukan salah satu
cara KB di Indonesia, banyak wanita dengan KTD mencari pelayanan aborsi pada
tenaga tidak terlatih dan memakan sendiri bermacam-macam obat untuk
menggugurkan kandungannya. Akibatnya, angka kesakitan dan kematian ibu di
Indonesia akibat aborsi tidak aman menjadi tinggi.

2.3.4 Aspek Legal Aborsi Dalam Undang-Undang


Menurut Sumapraja dalam Simposium Masalah Aborsi di Indonesia yang diadakan di
Jakarta 1 April 2000 menyatakan adanya kontradiksi dari isi Undang-Undang Nomor
23 tahun 1992 pasal 15 ayat 1 sebagai berikut:
Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelematkan jiwa ibu hamil dan
janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

Secara rinci KUHP mengancam pelaku-pelaku abortus buatan ilegal sebagai


berikut:
Wanita yang sengaja menggugurkan kandungan atau menyuruh orang lain
melakukannya, hukuman maksimal 4 tahun (KUHP pasal 336).
1. Seseorang yang menggugurkan kandungan tanpa seizinnya, hukuman maksimal
12 tahun dan bila wanita tersebut meninggal, hukuman maksimum 15 tahun
(KUHP pasal 347).
2. Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita dengan seizin wanita tersebut,
hukuman maksimum 5 tahun 6 bulan dan bila wanita tersebut meninggal,
maksimum 7 tahun (KUHP pasal 348).
3. Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan di atas, hukuman
ditambah dengan sepertiganya dan pencabutan hak pekerjaannya (KUHP pasal
349).

4. Barang siapa mempertunjukkan alat/cara menggugurkan kandungan kepada anak


di bawah usia 17 tahun/di bawah umur, hukuman maksimum 9 bulan (KUHP
pasal 383).
5. Barang siapa menganjurkan/merawat/memberi obat kepada seorang wanita
dengan memberi harapan agar gugur kandungannya, hukuman maksimum 4 tahun
(KUHP pasal 299).
Selengkapnya dapat dibaca pada pasal 229, 341, 342, 343, 346, 347, 348, dan 349
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) melarang keras dilakukannya aborsi


dengan alasan apapun sebagaimana diatur dalam pasal 283, 299 serta pasal 346 349. Bahkan pasal 299 intinya mengancam hukuman pidana penjara maksimal
empat tahun kepada seseorang yang memberi harapan kepada seorang perempuan
bahwa kandungannya dapat digugurkan.
Sementara dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa
dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak
disebutkan bentuk dari tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk
melakukan tindakan medis tertentu.
Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan tertentu
untuk menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan) adalah
pengertian yang sangat rancu dan membingungkan masyarakat dan kalangan medis.
Serta dapat diambil kesimpulan bahwa dasar hukum tindakan aborsi yang cacat
hukum dan tidak jelas menjadikan tenaga kesehatan yang memberi pelayanan rentan
di mata hukum.
2.3.5 Aborsi dipandang dari Aspek Kesehatan dan UU Kesehatan
Aborsi biasanya dilakukan atas indikasi yang berkaitan dengan ancaman
keselamatan janin atau adanya gangguan kesehatan yang berat pada ibu, misalnya
TB paru berat, asma, diabetes mellitus, gagal ginjal, hipertensi, dan penyakit hati
kronis.6
Sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu. Hanya saja dalam
bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis.
Akan tetapi kematian ibu disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam

laporan kematian ibu, yang dilaporkan hanya kematian yang diakibatkan perdarahan
dan sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini masih merupakan masalah
kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh
agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi.
Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo tahun
1994 dan Konferensi Wanita di Beijing tahun 1995 menyepakati bahwa akses pada
pelayanan aborsi yang aman merupakan bagian dari hak perempuan.
Penelitian menunjukkan bahwa dilegalkannya aborsi di suatu negara justru berperan
dalam menurunkan angka kejadian aborsi itu sendiri. Held dan Adriaansz
sebagaimana dikutip dari Wijono (2000) mengemukakan hasil analisa tentang
kelompok resiko tinggi terhadap kehamilan yang tidak direncanakan dan aborsi
tidak aman, yakni :
kelompok unmeet need dan kegagalan kontrasepsi (48%)
kelompok remaja
kelompok praktisi seks komersial
kelompok korban perkosaan, incest, dan pelecehan seksual (9%).
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa ternyata kelompok unmeet need
dan gagal KB merupakan kelompok terbesar yang mengalami kehamilan tidak
direncanakan, sehingga konseling kontrasepsi merupakan salah satu syarat mutlak
untuk menurunkan kejadian aborsi, terutama aborsi berulang, selain faktor lainnya.
Aturan KUHP yang keras tersebut telah dilunakkan dengan memberikan peluang
dilakukannya aborsi. Sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 ayat 1 UU Kesehatan
tersebut di atas.
Namun pasal 15 UU Kesehatan juga tidak menjelaskan apa yang dimaksud tindakan
medis tertentu dan kondisi bagaimana yang dikategorikan sebagai keadaan darurat.
Dalam penjelasannya bahkan dikatakan bahwa tindakan media dalam bentuk
pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan
dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan.
Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau
janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu. Lalu apakah
tindakan medis tertentu bisa selalu diartikan sebagai aborsi yang artinya
menggugurkan janin, sementara dalam pasal tersebut aborsi digunakan sebagai
upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin. Jelas disini bahwa UU Kesehatan
telah memberikan pengertian yang membingungkan tentang aborsi.
2.3.6 Aborsi Menurut Hukum Islam

Dr. Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah Dalam


Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau
sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah setelah ditiupkannya ruh, yaitu
setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha)
sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi
dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian memperbolehkan dan sebagiannya
mengharamkannya.
Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain Muhammad Ramli
(w. 1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena belum ada makhluk
yang bernyawa. Ada pula yang memandangnya makruh, dengan alasan karena janin
sedang mengalami pertumbuhan.
Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar (w. 1567
M) dalam kitabnya At Tuhfah dan Al Ghazali dalam kitabnya Ihya` Ulumiddin.
Bahkan Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al Azhar Mesir berpendapat
bahwa sejak bertemunya sel sperma dengan ovum (sel telur) maka aborsi adalah
haram, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami
pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru yang bernyawa yang
bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya. Akan makin
jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah janin bernyawa, dan akan lebih
besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan sampai dibuang atau
dibunuh (Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam,
halaman 81; M. Ali Hasan, 1995, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada MasalahMasalah Kontemporer Hukum Islam, halaman 57; Cholil Uman, 1994, Agama
Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, halaman 91-93; Mahjuddin,
1990, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa
Kini, halaman 77-79).
Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan aborsi
setelah ditiupkannya ruh didasarkan pada kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi
setelah 40 hari masa kehamilan. Abdullah bin Masud berkata bahwa Rasulullah Saw
telah bersabda:
Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40
hari dalam bentuk nuthfah, kemudian dalam bentuk alaqah selama itu pula,
kemudian dalam bentuk mudghah selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh
kepadanya. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi].
Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 40 hari adalah haram, karena berarti
membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori

pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syari


berikut. Firman Allah SWT:
Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami akan
memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu. (Qs. al-Anaam [6]: 151).
Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kami akan
memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu. (Qs. al-Isra` [17]: 31).
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan (alasan) yang benar (menurut syara). (Qs. al-Isra` [17]: 33).
Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah ia
dibunuh. (Qs. at-Takwiir [81]: 8-9)
Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang bernyawa
atau telah berumur 40 hari, sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi itu adalah
suatu tindak kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam.
Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 40 hari, seperti telah diuraikan di atas,
para fuqoha berbeda pendapat dalam masalah ini. Akan tetapi menurut pendapat
Syaikh Abdul Qadim Zallum (1998) dan Dr. Abdurrahman Al Baghdadi (1998),
hukum syara yang lebih rajih (kuat) adalah sebagai berikut. Jika aborsi dilakukan
setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan
pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Dalam hal ini
hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah peniupan ruh ke dalam
janin. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari,
maka hukumnya boleh (jaiz) dan tidak apa-apa. (Abdul Qadim Zallum, 1998,
Beberapa Problem Kontemporer Dalam Pandangan Islam: Kloning, Transplantasi
Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ Tubuh Buatan, Definisi Hidup
dan Mati, halaman 45-56; Dr. Abdurrahman Al Baghdadi, 1998, Emansipasi
Adakah Dalam Islam, halaman 129 ).
Dalil syari yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau
40 malam adalah hadits Nabi Saw berikut:
Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah
mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia
membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang
belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya (kepada Allah), Ya Tuhanku, apakah dia

(akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan? Maka Allah kemudian
memberi keputusan [HR. Muslim dari Ibnu Masud r.a.].
Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw bersabda:
(jika nutfah telah lewat) empat puluh malam
Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan
anggota-anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42 malam. Dengan
demikian, penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang
sudah mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara darahnya
(mashumud dam). Tindakan penganiayaan tersebut merupakan pembunuhan
terhadapnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter,
diharamkan menggugurkan kandungan ibu tersebut bila kandungannya telah berumur
40 hari.
Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah
berbuat dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran
diyat bagi janin yang gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan, atau
sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor onta), sebagaimana telah diterangkan
dalam hadits shahih dalam masalah tersebut. Rasulullah Saw bersabda :
Rasulullah SAW memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan
Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu seorang
budak laki-laki atau perempuan [HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah
r.a.] (Abdul Qadim Zallum, 1998).
Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya
boleh (jaiz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim
belum menjadi janin karena dia masih berada dalam tahapan sebagai nutfah
(gumpalan darah), belum sampai pada fase penciptaan yang menunjukkan ciri-ciri
minimal sebagai manusia.
Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin,
ataupun setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan
bahwa keberadaan janin dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan
janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan
mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah
sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman Allah SWT:

Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia


telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (Qs. al-Maaidah [5]: 32) .
Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan.
Sedangkan Rasulullah Saw telah memerintahkan umatnya untuk berobat. Rasulullah
Saw bersabda:
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan
pula obatnya. Maka berobatlah kalian! [HR. Ahmad].

2.4 Hak atas pelayanan kesehatan dan Hak-hak pasien


Dalam hal Hak Reproduksi, termasuk pula didalamnya hak untuk membuat keputusan
mengenai reproduksi yang bebas dari diskriminasi, paksaan dan kekerasan seperti
dinyatakan dalam dokumen-dokumen hak-hak asasi manusia (Rekomendasi bab 7
Konferensi Kependudukan dan Pembangunan Internasional di Kairo 1994).
Sebuah Lokakarya tentang Kesehatan Perempuan, yang diselenggarakan oleh Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia dan The Ford Foundation, (1997) merumuskan hak-hak
pasien sebagai berikut:
a. Hak memperoleh pelayanan kesehatan yang mendasar, mudah diakses, tepat, terjangkau
b. Hak untuk terbebas dari perlakuan diskriminatif, artinya tidak ada pembedaan perlakuan
berdasarkan jenis kelamin, warna kulit, agama, suku bangsa.
c. Hak memperoleh informasi dan pengetahuan mengenai :
1. Kondisi kesehatan
2. Berbagai pilihan penanganan
3. Perlakuan medis yang diberikan
4. Waktu dan biaya yang diperlukan
5. Resiko, efek samping dan kemungkinan keberhasilan dari tindakan yang dilakukan
6. Hak memilih tempat dan dokter yang menangani
7. Hak untuk dihargai, dijaga privasi dan kerahasiaan
8. Hak untuk ikut berpartisipasi dalam membuat keputusan
9. Hak untuk mengajukan keluhan
10. Pelayanan yang diharapkan dalam aborsi

2.5 Kasus Etika Reproduksi Dalam Contoh Kasus Aborsi

Analisis Kasus
Tuan dan Nyonya H telah menikah selama 10 tahun dan hingga kini belum memiliki
seorang anak. Pemeriksaan medis menunjukkan bahwa Tn. H sub fertile, dimana sperma
yang diproduksi oleh testisnya tidak dapat bergerak dengan baik. Tn.H dan Ny.H memiliki
hubungan pernikahan yang harmonis, tetapi Ny. H tetap bersikeras untuk memiliki anak dari
darah dagingnya sendiri. Mereka telah memutuskan untuk tidak melakukan adopsi, dan
sedang mempertimbangkan untuk memperoleh anak melalui inseminasi buatan dengan
menggunakan sperma donor. Walaupun begitu, mereka tetap khawatir tentang hak anak
mereka nanti untuk memiliki ayah alami (sebagai anak dari Tn. H) atau hak untuk tidak
memberitahukan siapa ayah biologisnya. Mereka memohon pendapat dan kemungkinan
bantuan dari Dr. A untuk merencanakan inseminasi buatan dengan menggunakkan sperma
donor.
Bantuan dan nasehat apa yang seharusnya Dr. A sampaikan kepada pasangan suami isteri
tersebut, terkait dengan pertimbangan aspek medis, etika, hukum dan hak asasi manusia ?
Berkaitan dengan kasus tersebut diatas, maka dapat dianalisis sebagai berikut :
a. Ditinjau dari aspek medis (medical)
Bila ditinjau dari aspek medis, pasangan suami isteri yang dapat melakukan IVP adalah
pasangan yang mengalami masalah infertilitas. Penyebab infertilitas pada pria ada 2
macam yaitu tidak mampu melakukan hubungan seksual secara benar, meskipun
memiliki kualitas dan kuantitas sperma yang baik, atau sebaliknya pria yang mampu
berhubungan seksual dengan baik tetapi semennya berisi spermatozoa yang abnormal.
Dalam kaitannya dengan kasus Tn.H dan Ny. H, maka Dr.A sebaiknya menyarankan agar
pasangan suami-isteri tersebut tidak melakukan inseminasi buatan dengan menggunakan
sperma donor, karena mereka masih dapat melakukan inseminasi buatan dengan
menggunakan sperma Tn. H sendiri, karena kondisi sperma Tn. H masih dalam status
subfertil, dimana terdapat sebagian sperma yang masih baik dari aspek kualitas dan
kuantitas. Selanjutnya dalam kondisi ini,sperma Tn. H dapat diambil melalui teknik
Testicular Sperm Extraction (TESE) yaitu sperma diambil langsung dari testis. Kemudian
dilakukan teknik Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI) yaitu satu sperma Tn.H yang
terbaik disuntikan ke satu sel telur Ny. H, dengan menggunakkan sebuah pipet khusus.
Setelah terjadi pembuahan maka hasil pembuahan (embrio) tersebut akan ditanamkan ke
rahim Ny. H.

b. Dari segi etis (ethical).

Komisi Etik dari berbagai Negara memberi pandangan dan pegangan terhadap hak
reproduksi dan etika dalam rana reproduksi manusia dengan memperhatikan beberapa
asas yaitu :
1. Niat untuk berbuat baik (beneficence)
2. Bukan untuk kejahatan (non maleficence)
3. Menghargai kebebasan individu untuk mengatasi takdir (autonomy)
4. Tidak bertentangan dengan kaidah hukum yang berlaku (Justus).

(F. A Moeloek, Etika dan Hukum Teknik Reproduksi Buatan, Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
Berkaitan dengan kasus diatas, maka saran yang perlu diberikan oleh Dr. A harus
berdasarkan empat butir asas tersebut diatas.

Oleh karena itu saran yang sebaiknya disampaikan oleh Dr. A, kepada keluarga Tn. H
adalah melakukan bayi tabung melalui sperma Tn. H sendiri. Karena hal tersebut tidak
melanggar etika, dan secara biologis anak yang nanti lahir dari hasil bayi tabung
merupakan anak kandung, yang secara phisikologis memiliki hubungan kasih sayang
timbal balik yang sempurna antara anak dan orang tua (ayah). Dari pada anak yang
dilahirkan dari sperma donor akan menimbulkan hubungan kasih sayang semu antara
anak dan Tn. H.

c. Dari aspek Legal/Hukum.


Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992, pasal 16 ayat 1 dan 2 mengamanatkan :
1) Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk
membantu suami istri mendapat keturunan.
2) Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan,
ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal;

b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan


untuk itu;
c. Pada sarana kesehatan tertentu.
3) Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan di luar caraalami
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan denganPeraturan
Pemerintah.
2.6

Bayi Tabung Dari Hukum Perdata Di Indonesia


2.6.1 Pengertian Bayi Tabung
Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
fertilisasi-in-vitro yang memiliki pengertian sebagai berikut : Fertilisasi-in-vitro
adalah pembuahan sel telur oleh sel sperma di dalam tabung petri yang dilakukan
oleh petugas medis. Inseminasi buatan pada manusia sebagai suatu teknologi
reproduksi berupa teknik menempatkan sperma di dalam vagina wanita, pertama
kali berhasil dipraktekkan pada tahun 1970. Awal berkembangnya inseminasi
buatan bermula dari ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma bisa
bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan
nitrogen pada temperatur -321 derajat Fahrenheit.
Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami
istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopii
istrinya mengalami kerusakan yang permanen. Namun kemudian mulai ada
perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan pula pada pasutri yang
memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan
untuk memperoleh keturunan.
Otto Soemarwoto dalam bukunya Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan
Global, dengan tambahan dan keterangan dari Drs. Muhammad Djumhana, S.H.,
menyatakan bahwa bayi tabung pada satu pihak merupakan hikmah. Ia dapat
membantu pasangan suami istri yang subur tetapi karena suatu gangguan pada
organ reproduksi, mereka tidak dapat mempunyai anak. Dalam kasus ini, sel telur
istri dan sperma suami dipertemukan di luar tubuh dan zigot yang terjadi ditanam
dalam kandungan istri. Dalam hal ini kiranya tidak ada pendapat pro dan kontra
terhadap bayi yang lahir karena merupakan keturunan genetik suami dan istri.
Akan tetapi seiring perkembangannya, mulai timbul persoalan dimana semula
program ini dapat diterima oleh semua pihak karena tujuannya yang mulia
menjadi pertentangan. Banyak pihak yang kontra dan pihak yang pro. Pihak yang
pro dengan program ini sebagian besar berasal dari dunia kedokteran dan mereka
yang kontra berasal dari kalangan alim ulama.
2.6.2

Proses Inseminasi Buatan (Bayi Tabung)

Dalam melakukan fertilisasi-in-virto transfer embrio dilakukan dalam tujuh


tingkatan dasar yang dilakukan oleh petugas medis, yaitu :
1. Istri diberi obat pemicu ovulasi yang berfungsi untuk merangsang indung telur
mengeluarkan sel telur yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan
baru dihentikan setelah sel-sel telurnya matang.
2. Pematangan sel-sel telur sipantau setiap hari melalui pemeriksaan darah Istri
dan pemeriksaan ultrasonografi.
3. Pengambilan sel telur dilakukan dengan penusukan jarum (pungsi) melalui
vagina dengan tuntunan ultrasonografi.
4. Setelah dikeluarkan beberapa sel telur, kemudian sel telur tersebut dibuahi
dengan sel sperma suaminya yang telah diproses sebelumnya dan dipilih yang
terbaik.
5. Sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan di dalam tabung petri
kemudian dibiakkan di dalam lemari pengeram. Pemantauan dilakukan 18-20
jam kemudian dan keesokan harinya diharapkan sudah terjadi pembuahan sel.
6. Embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini. Kemudian
diimplantasikan ke dalam rahim istri. Pada periode ini tinggal menunggu
terjadinya kehamilan.
7. Jika dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan tidak terjadi
menstruasi, dilakukan pemeriksaan air kemih untuk kehamilan, dan seminggu
kemudian dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi.
2.6.3

Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan (Bayi


Tabung)
Jika benihnya berasal dari Suami Istri
Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro
transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka anak tersebut
baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai satus sebagai anak sah
(keturunan genetik) dari pasangan tersebut. Akibatnya memiliki hubungan
mewaris dan hubungan keperdataan lainnya.
Jika ketika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya di saat ibunya telah
bercerai dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari perceraian
mempunyai status sebagai anak sah dari pasangan tersebut. Namun jika
dilahirkan setelah masa 300 hari, maka anak itu bukan anak sah bekas suami
ibunya dan tidak memiliki hubungan keperdataan apapun dengan bekas suami
ibunya. Dasar hukum ps. 255 KUHPer.
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami, maka
secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan
pasangan yang mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps.
250 KUHPer. Dalam hal ini Suami dari Istri penghamil dapat menyangkal
anak tersebut sebagai anak sah-nya melalui tes golongan darah atau dengan
jalan tes DNA. (Biasanya dilakukan perjanjian antara kedua pasangan tersebut
dan perjanjian semacam itu dinilai sah secara perdata barat, sesuai dengan ps.
1320 dan 1338 KUHPer.)

Jika salah satu benihnya berasal dari donor


Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-invitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri
akan dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah
terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan
memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan
keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak menyangkalnya dengan
melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum ps. 250 KUHPer.
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka
anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut.
Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.
Jika semua benihnya dari donor
Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada
perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang
terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status anak sah
dari pasangan Suami Istri tersebut karena dilahirkan oleh seorang perempuan
yang terikat dalam perkawinan yang sah.
Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis maka anak tersebut
memiliki status sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat
perkawinan secara sah dan pada hakekatnya anak tersebut bukan pula anaknya
secara biologis kecuali sel telur berasal darinya. Jika sel telur berasal darinya
maka anak tersebut sah secara yuridis dan biologis sebagai anaknya.

Dari tinjauan yuridis menurut hukum perdata barat di Indonesia terhadap


kemungkinan yang terjadi dalam program fertilisasi-in-vitro transfer embrio
ditemukan beberapa kaidah hukum yang sudah tidak relevan dan tidak dapat
meng-cover kebutuhan yang ada serta sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan yang ada khususnya mengenai status sahnya anak yang lahir dan
pemusnahan kelebihan embrio yang diimplantasikan ke dalam rahim ibunya.
Secara khusus, permasalahan mengenai inseminasi buatan dengan bahan
inseminasi berasal dari orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum
ada penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundangundangan yang secara khusus mengatur penerapan teknologi fertilisasi-in-vitro
transfer embrio ini pada manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan
dan hal-hal apakah yang dilarang.
2.6.4 Bayi tabung menurut agama
Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan
menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar (usaha) dalam menggapai karunia Allah
SWT. Demikian halnya di ntara pancamaslahat yang diayomi oleh maqashid asysyariah (tujuan filosofis syariah Islam) adalah hifdz an-nasl (memelihara fungsi
dan kesucian reproduksi) bagi kelangsungan dan kesinambungan generasi umat

manusia. Allah telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi (QS.Al-Insyirah:5-6)


termasuk kesulitan reproduksi manusia dengan adanya kemajuan teknologi
kedokteran dan ilmu biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat manusia
agar mereka bersyukur dengan menggunakannya sesuai kaedah ajaran-Nya.
Teknologi bayi tabung dan inseminasi buatan merupakan hasil terapan sains modern
yang pada prinsipnya bersifat netral sebagai bentuk kemajuan ilmu kedokteran dan
biologi. Inseminasi buatan ialah pembuahan pada hewan atau manusia tanpa
melalui senggama (sexual intercourse). Ada beberapa teknik inseminasi buatan
yang telah dikembangkan dalam dunia kedokteran, antara lain adalah: Pertama;
Fertilazation in Vitro (FIV) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri
kemudian diproses di vitro (tabung), dan setelah terjadi pembuahan, lalu ditransfer
di rahim istri. Kedua; Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT) dengan cara mengambil
sperma suami dan ovum istri, dan setelah dicampur terjadi pembuahan, maka segera
ditanam di saluran telur (tuba palupi) Teknik kedua ini terlihat lebih alamiah, sebab
sperma hanya bisa membuahi ovum di tuba palupi setelah terjadi ejakulasi melalui
hubungan seksual.
Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan Islam termasuk masalah
kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya seara spesifik di dalam AlQuran dan As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Apabila
inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor sperma dan ovum, maka
diharamkan dan hukumnya sama dengan zina. Sebagai akibat hukumnya, anak hasil
inseminasi itu tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang
melahirkannya. Menurut hemat penulis, dalil-dalil syari yang dapat dijadikan
landasan menetapkan hukum haram inseminasi buatan dengan donor ialah:
Pertama; firman Allah SWT dalam surat al-Isra:70 dan At-Tin:4. Kedua ayat
tersebuti menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk
yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk
Tuhan lainnya.
Kedua; hadits Nabi Saw yang mengatakan, tidak halal bagi seseorang yang
beriman kepada Allah dan Hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman
orang lain (istri orang lain). (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan dipandang Shahih oleh
Ibnu Hibban). Berdasarkan hadits tersebut para ulama sepakat mengharamkan
seseorang melakukan hubungan seksual dengan wanita hamil dari istri orang lain.
Hadits ini juga dapat dijadikan dalil untuk mengharamkan inseminasi buatan pada
manusia dengan donor sperma dan/atau ovum, karena kata maa dalam bahasa Arab
bisa berarti air hujan atau air secara umum, seperti dalam Thaha:53. Juga bisa
berarti benda cair atau sperma seperti dalam An-Nur:45 dan Al-Thariq:6.
Dalil lain untuk syarat kehalalan inseminasi buatan bagi manusia harus berasal dari
ssperma dan ovum pasangan yang sah menurut syariah adalah kaidah hukum fiqih
yang mengatakan darul mafsadah muqaddam ala jalbil mashlahah (menghindari

mafsadah atau mudharat) harus didahulukan daripada mencari atau menarik


maslahah/kebaikan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa inseminasi buatan pada manusia dengan donor
sperma dan/atau ovum lebih banyak mendatangkan mudharat daripada maslahah.
Maslahah yang dibawa inseminasi buatan ialah membantu suami-isteri yang
mandul, baik keduanya maupun salah satunya, untuk mendapatkan keturunan atau
yang mengalami gangguan pembuahan normal. Namun mudharat dan mafsadahnya
jauh lebih besar, antara lain berupa:
1. Percampuran nasab, padahal Islam sangat menjada kesucian/kehormatan
kelamin dan kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya dengan
kemahraman dan kewarisan.
2. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
3. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi percampuran
sperma pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah.
4. Kehadiran anak hasil inseminasi bisa menjadi sumber konflik dalam rumah
tanggal.
5. Anak hasil inseminasi lebih banyak unsur negatifnya daripada anak adopsi.
6. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, terutama bagi
bayi tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada pasangan
suami-isteri yang punya benihnya sesuai dengan kontrak, tidak terjalin
hubungan keibuan secara alami. (QS. Luqman:14 dan Al-Ahqaf:14).
Adapun mengenai status anak hasil inseminasi buatan dengan donor sperma
dan/atau ovum menurut hukum Islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan
anak hasil prostitusi atau hubungan perzinaan. Dan kalau kita bandingkan dengan
bunyi pasal 42 UU Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak yang sah adalah anak yang
dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah maka tampaknya
memberi pengertian bahwa anak hasil inseminasi buatan dengan donor itu dapat
dipandang sebagai anak yang sah. Namun, kalau kita perhatikan pasal dan ayat lain
dalam UU Perkawinan ini, terlihat bagaimana peranan agama yang cukup dominan
dalam pengesahan sesuatu yang berkaitan dengan perkawinan. Misalnya pasal 2
ayat 1 (sahnya perkawinan), pasal 8 (f) tentang larangan perkawinan antara dua
orang karena agama melarangnya, dll. lagi pula negara kita tidak mengizinkan
inseminasi buatan dengan donor sperma dan/atau ovum, karena tidak sesuai dengan
konstitusi dan hukum yang berlaku.
Kedua; kaidah hukum fiqih Islam al-ashlu fil asya al-ibahah hatta yadulla dalil
ala tahrimihi (pada dasarnya segala sesuatu itu boleh, sampai ada dalil yang jelas

melarangnya). Karena tidak dijumpai ayat dan hadits yang secara eksplisit melarang
inseminasi buatan pada hewan, maka berarti hukumnya mubah.
2.7 Kasus Inseminasi Buatan di Amerika Serikat
Mary Beth Whitehead sebagai ibu pengganti (surrogate mother) yang berprofesi sebagai
pekerja kehamilan dari pasangan William dan Elizabeth Stern pada akhir tugasnya
memutuskan untuk mempertahankan anak yang dilahirkannya itu. Timbul sengketa diantara
mereka yang kemudian oleh Pengadilan New Jersey, ditetapkan bahwa anak itu diserahkan
dalam perlindungan ayah biologisnya, sementara Mrs. Mary Beth Whitehead (ibu
pengganti) diberi hak untuk mengunjungi anak tersebut.
2.7.1 Negara Lain
Negara yang memberlakukan hukum islam sebagai hukum negaranya, tidak
diperbolehkan dilakukannya inseminasi buatan dengan donor dan dan sewa rahim.
Negara Swiss melarang pula dilakukannya inseminasi buatan dengan donor.
Sedangkan Lybia dalam perubahan hukum pidananya tanggal 7 Desember 1972
melarang semua bentuk inseminasi buatan. Larangan terhadap inseminasi buatan
dengan sperma suami didasarkan pada premis bahwa hal itu sama dengan usaha untuk
mengubah rancangan ciptaan Tuhan.
2.8 Hukum Bank Sperma Menurut Agama
Berdasarkan pengalaman yang kita tahu yang namanya bank adalah mengumpulkan dan di
tabung apabila berupa uang tetapi dalam hal ini berbeda yang di kumpulakan bukan lagi
uang tetapi sperma dari pe-donor sebanyak mungkin, yang perlu dinyatakan untuk
menentukan hukum ini pertama pada tahap pertama yaitu cara pengamabilan atau
mengeluarkan sperma dari dari si pe-donor dengan cara masturbasi (onani).
Persoalan dalam hukum islam adalah bagaimana hukum onani tersebut dalam kaitan dengan
pelaksanaan pengumpulan sperma di bank sperma dan inseminasi buatan.? Secara umum
islam memandang melakukan onani merupakan tergolong perbuatan yang tidak etis.
Mengenai masalah hukum onani fuqaha berbeda pendapat. Ada yang mengharamkan secara
mutlak dan ada yang mengharamkan pada suatu hal-hal tertentu, ada yang mewajibkan juga
pada hal-hal tertentu, dan ada pula yang menghukumi makruh. Sayyid Sabiq mengatakan
bahwa Malikiyah, Syafi`iyah, dan Zaidiyah menghukumi haram. Alasan yang dikemukakan
adalah bahwa Allah SWT memerintah kan menjaga kemaluan dalam segala keadaan kecuali
kepada isteri dan budak yang dimilikinya. Hanabilah berpendapat bahwa onani memang
haram, tetapi kalau karena takut zina, maka hukumnya menjadi wajib, kaidah usul :

Mengambil yang lebih ringan dari suatu kemudharatan adalah wajib


Kalau tidak ada alasan yang senada dengan itu maka onani hukumnya haram. Ibnu hazim
berpendapat bahwa onani hukumnya makruh, tidak berdosa tetapi tidak etis. Diantara yang
memakruhkan onani itu juga Ibnu Umar dan Atha` bertolak belakang dengan pendapat Ibnu
Abbas, hasan dan sebagian besar Tabi`in menghukumi Mubah. Al-Hasan justru mengatakan
bahwa orang-orang islam dahulu melakukan onani pada masa peperangan. Mujahid juga
mengatakan bahwa orang islam dahulu memberikan toleransi kepada para pemudanya
melakukan onani. Hukumnya adalah mubah, baik buat laki-laki maupun perempuan. Ali
Ahmad Al-Jurjawy dalam kitabnya Hikmat Al-Tasyri` Wa Falsafatuhu. Telah menjelaskan
kemadharatan onani mengharamkan perbuatan ini, kecuali kalau karena kuatnya syahwat
dan tidak sampai menimbulkan zina. Agaknya Yusuf Al-Qardhawy juga sependapat dengan
Hanabilah mengenai hal ini, Al-Imam Taqiyuddin Abi Bakar Ibnu Muhammad Al-Husainy
juga mengemukakan kebolehan onani yang dilakukan oleh isteri atau ammahnya karena itu
memang tempat kesenangannya:

Seorang laki-laki dibolehkan mencari kenikmatan melalui tangan isteri atau hamba
sahayanya karena di sanalah (salah satu) dari tempat kesenangannya.
Hukum dan penadapat inseminasi buatan menurut pendapat ulama apabila sperma dari
suami sendiri dan ovum dari istri sendiri kemudian disuntukkan kedalam vagina atau uterus
istri, asal keadaan kondisi suami isteri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara
inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami
isteri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan kaidh hukum fiqh islam :

Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa
(emergency). Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehkan melakukkan hal-hal yang
terlarang.
Untuk dari suami-isteri dan ditanamkan pada orang lain atau lain sebagainya selain hal yang
diatas demi kehati-hatiannya maka ulama dalam kasus ini mengharamkannya. Diantaranya
adalah Lembaga fiqih islam OKI, Majelis Ulama DKI Jakarta, Mahmud Syaltut, Yusuf alQardhawy, al-Ribashy dan zakaria ahmad al-Barry dengan pertimbangan dikhawatirkan
adanya percampuran nasab dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. Hal ini sesuai dengan
keputusan Majelis Ulama Indonesia tentang masalah bayi tabung atau enseminasi buatan.
Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia memutuskan, memfatwakan :

1. Bayi tabung dengan sperma clan ovum dari pasangan suami isteri yang sah hukumnya
mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhiar berdasarkan kaidahkaidah agama.
2. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain (misalnya
dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram beraasarkan kaidah
Sadd az-zariah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya
dengan masalah warisan (khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang
mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zariah, sebab hal ini akan menimbulkan
masala~ yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam
kaitannya dengan hal kewarisan.
4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangna suami isteri yang
sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan
jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd az-zariah, yaitu
untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.

2.7

Pengaturan Kehamilan
Terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak antara 2 (dua) kelahiran dan melahirkan pada
usia dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun dapat membahayakan kehidupan perempuan
dan merupakan penyebab dari sepertiga kematian anak.yang harus diketahui oleh setiap
keluarga dan masyarakat tentang peraturan kelahiran antara lain:

1.

Melahirkan pada usia 20-35 tahun mengurangi terjadinya kematian.

2.

Untuk menjaga kesehatan ibu dan anak sebaiknya jarak antara dua persalinan paling
sedikit 2 tahun.

3.

Hamil lebih dari 4 kali dapat membahayakan kesehatan ibu dan anak.

4.

Pelayanan Keluaga Berencana menyediakan informasi dan cara berkeluarga berencana,


kapan mulai mempunyai anak, berapa jumlah anak yang diinginkan, berapa tahun jarak
usia antara dua anak, serta kapan berhenti melahirkan anak. Tersedia banyak cara
mengikuti Keluarga Berencana yang aman dan sesuai pilihan bagi pasangan suami-istri
untuk mencegah kehamilan.

5.

Keluarga Berencana merupakan tanggung jawab bersama pasangan suami-istri dan


setiap keluarga perlu mengetahui manfaat bagi kesehatan.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tubuhnya
(yang pada umumnya dalam rahim) pada penanganan kehamilan sebaiknya sangat lebih
diperhatikan mengingat pentingnya proses dalam kelahiran untuk menghindari terjadinya
kelelahan,sembelit,hemorrhoid dan kepala pusing serta dalam proses pengakhiran baik
secara persalinan normal, persalinan pervaginam operatif, persalinan Caesar.
Dari uraian tersebut di atas, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
ada dua alasan mengapa seseorang menghentikan kehamilannya : alasan kesehatan atau
medis, yaitu suatu alasan yang didasarkan kepada pertimbangan medis baik yang
disebabkan oleh ibu atau janin. alasan non medis, yang didasarkan pada faktor-faktor di luar
pertimbangan medis namun berisiko tinggi terhadap kelanjutan kehidupan sang ibu.
jika dilihat dari pendekatan demografis, maka lasan yang sering dikemukakan adalah
realitas tingginya kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi aborsi yang tidak aman,
artinya tidak adanya fasilitas atau layanan aborsi tidak dengan sendirinya menghentikan
usaha kaum perempuan untuk menghentikan kehamilannya. Dan ketika layanan aborsi yang
aman dan sehat itu tidak disediakan, mereka akan tetap mengusahakannya sendiri.
Akibatnya tidak sedikit yang kemudian pergi mencari pertolongan kepada mereka yang
bukan ahlinya.
Memang, memutuskan melakukan aborsi adalah suatu pilihan yang benar-benar harus
dipikirkan secara matang. Mengapa? Karena sang ibu harus benar-benar percaya dengan apa
yang menjadi tanggung jawab dan yang terbaik bagi dirinya. Ini seyogyanya bergantung
kepada kebutuhan, sumber daya, tanggung jawab, dan harapan yang dibayangkan oleh kaum
perempuan.
Dari berbagai diskusi baik dengan ibu maupun remaja, diperoleh gambaran bahwa bila
seorang perempuan telah berniat menghentikan kehamilannya, maka umumnya mereka
tidak langsung pergi ke tenaga medis tetapi akan mencoba cara sendiri yang sering
diketahuinya melalui teman-temannya.
Kita akui memang aturan mengenai tindakan aborsi masih sangat kontroversial, bahkan
boleh dibilang cacat hukum.
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia disadari atau tidak banyak dipicu oleh
maraknya kasus aborsi tidak aman. Apabila satu dekade lalu masalah kesehatan masyarakat

di Indonesia didominasi oleh penyakit infeksi, degeneratif, dan HIV/AIDS, maka saat ini
dan ke depan masalah aborsi menjadi teramat krusial untuk segera ditindaklanjuti.
Dalam pengaturan kehamilan harus sesuai standar sebagai berikut:
1. Melahirkan pada usia 20-35 tahun mengurangi terjadinya kematian.
2. Untuk menjaga kesehatan ibu dan anak sebaiknya jarak antara dua persalinan paling
sedikit 2 tahun.
3. Hamil lebih dari 4 kali dapat membahayakan kesehatan ibu dan anak.
4. Pelayanan Keluaga Berencana menyediakan informasi dan cara berkeluarga berencana,
kapan mulai mempunyai anak, berapa jumlah anak yang diinginkan, berapa tahun jarak
usia antara dua anak, serta kapan berhenti melahirkan anak. Tersedia banyak cara
mengikuti Keluarga Berencana yang aman dan sesuai pilihan bagi pasangan suami-istri
untuk mencegah kehamilan.
5. Keluarga Berencana merupakan tanggung jawab bersama pasangan suami-istri dan setiap
keluarga perlu mengetahui manfaat bagi kesehatan.
Agar tidak terjadi kasus yang bisa membahayakan anak dan ibu.
Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun juga
problem sosial yang muncul karena manusia mengekor pada peradaban Barat. Maka
pemecahannya haruslah dilakukan secara komprehensif-fundamental-radikal, yang intinya
adalah dengan mencabut sikap taqlid kepada peradaban Barat dengan menghancurkan
segala nilai dan institusi peradaban Barat yang bertentangan dengan Islam, untuk kemudian
digantikan dengan peradaban Islam yang manusiawi dan adil.
Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika umur
kehamilannya sudah 4 (empat) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin. Untuk janin
yang berumur di bawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat. Jadi ini memang
masalah khilafiyah. Namun menurut pemahaman kami, pendapat yang rajih (kuat) adalah
jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia
kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Sedangkan
pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh
(jaiz) dan tidak apa-apa. Wallahu alam [ Ir. Muhammad Shiddiq Al Jawi ]

3.2 Saran
1. Sudah saatnya Pendidikan Kesehatan Reproduksi termasuk pendidikan seks diberikan
sejak usia dini sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.
2. Upaya legalisasi aborsi semestinya segera diberlakukan, dengan membentuk sarana
layanan aborsi yang dikontrol secara intens oleh sebuah lembaga mungkin dalam bentuk
komisi yang terdiri dari berbagai unsur seperti pemerintah, LSM, tokoh agama, dan tokoh
masyarakat atau sebaliknya dilarang sama sekali melalui law enforcement.
3. Amandemen Undang-Undang Kesehatan khususnya pasal 15 ayat 1 dan 2 sudah menjadi
keniscayaan karena terkesan kontroversial.
4. Dalam upaya menekan angka kematian ibu (AKI) akibat aborsi tidak aman perlu
digencarkan konseling kontrasepsi di setiap sarana kesehatan baik privat maupun
pemerintah.
5. Pentingnya digalakkan upaya diseminasi informasi tentang kesehatan reproduksi
khususnya aborsi melalui seminar, penyuluhan, diskusi, kampanye, dan ceramah keagamaan
baik melalui media cetak maupun elektronik.
Dalam proses kehamilan baik dari sisi medis ataupun masyarakat sebaiknya memperhatikan
masalah etika dalam proses kehamilan agar ketika proses kehamilan berlangsung mulai dari
penanganan kehamilan,pengakhiran kehamilan dan pengaturan kehamilan sesuai standar
etika masing-masing tahapan kehamilan agar tidak terjadi kasus yang membahayakan ibu
dan anak dalam proses kehamilan.
Mengakhiri tulisan ini, penulis berharap mudah-mudahan mendapatkan perhatian dan
renungan untuk selanjutnya disikapi dan ditindaklanjuti oleh pihak-pihak terkait.

DAFTAR PUSTAKA

http://bafrawijaya.wordpress.com/2009/12/31/9/
http://botol-infus.blogspot.com/2010/02/tentang-aborsi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan
http://majalah.baitulmalfkam.com/?p=323

http://pkbi.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=23&Itemid=39
http://requestartikel.com/abortus-dan-undang-undangnya-201012304.html
http://www.mitrainti.org/?q=node/202

Anda mungkin juga menyukai