Disusun Oleh :
Kelompok II
PSIK IV C
Disusun Oleh :
Kelompok III
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Anita Nurjannah
Desi Afiani
Widiyan Hariyadi
Yadi Tri Aditya
Wahyu Tisna Mayangsari
Gustan Ariadi
Didin Hidayat
Firdha Aprilia
Khaerunnisa
Nurziara Rahmah
Muhammad Hamdani
Risa Setyabudi
Mega Agustina
Septian Editiya
Andri Suhartono
Dyah Ayu Noviarini
Octavia Chavidawati
Molyadi Adi Putra
(09060122)
(09060124)
(09060126)
(09060128)
(09060130)
(09060134)
(09060136)
(09060144)
(09060148)
(09060151)
(09060154)
(090601)
(09060160)
(090601)
(090601)
(09060169)
(09060172)
(09060175)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................
iii
iii
iii
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Hepar ........................................................................................
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................
11
11
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Obstetri dan ginekologi banyak berhubungan dengan masalah kelahiran, penuaan,
reproduksi dan kematian yang sering mengundang dilema etik, hukum dan moral. Etik,
moral dan hukum bertugas sebagai pengawal bagi kemanusiaan, yaitu untuk tetap
manusiakan manusia, untuk memperadab manusia. Benturan dalam hal etik, hukum dan
moral ini bisa terjadi karena perbedaan pemahaman akan keyakinan bagi masing-masing
individu atau tiap-tiap kelompok berdasar sudut pandang dan kepentingan. Seringkali ada
kesenjangan antara apa yang sesungguhnya dengan apa yang sebaiknya, antara kearifan
dan kebenaran terkait dengan tingkat keyakinan masyarakat yang semakin dinamis
termasuk tentang etika reproduksi (penghentian kehamilan). Aborsi di dunia dan di
Indonesia khususnya tetap menimbulkan banyak persepsi dan bermacam interpretasi, tidak
saja dari sudut pandang kesehatan, tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama.
Pengguguran atau aborsi adalah semua tindakan atau usaha untuk menghentikan kehamilan
dengan alasan apapun.1 Aborsi dibagi menjadi dua, yaitu aborsi spontan dan aborsi buatan.
Aborsi spontan adalah aborsi yg terjadi secara alamiah tanpa adanya upaya dari luar untuk
mengakhiri kehamilan tersebut. Sedangkan aborsi buatan adalah aborsi yg terjadi akibat
adanya upaya-upaya tertentu untuk mengakhiri proses kehamilan.
Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberi dampak pada kesakitan
dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab kematian ibu yg utama adalah
perdarahan, infeksi dan eklampsia.
Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman, 70 ribu
perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh
aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi tidak aman) diantaranya bahkan terjadi
dinegara berkembang.
Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43 kasus/100
kelahiran hidup (sensus 2000). Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi
di Indonesia masih cukup besar (Wijono 2000). Suatu hal yang dapat kita tengarai, kematian
akibat infeksi aborsi ini justru banyak terjadi di negara-negara di mana aborsi dilarang keras
oleh undang-undang.
Dari kenyataan ini kita patut mempertanyakan logika yang menyatakan bahwa bila layanan
aborsi tidak ada maka orang tidak akan melakukan aborsi. Atau sebaliknya tersedianya
layanan aborsi akan mendorong terjadinya penyelewengan moral yang berakibat pada
kehamilan yang tidak diinginkan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat pada makalah ini, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.3 TUJUAN
- Tujuan umum
Untuk mengetahui etika reproduksi, penanganan dan pengakhiran dalam kehamilan
- Tujuan khusus
1. Bagi Mahasiswa
Memberikan informasi tambahan kepada para mahasiswa tentang etika penanganan
kehamilan dalam proses belajar dan mengajar.
2. Bagi Mayarakat
Memberikan tambahan informasi kepada masyarakat tentang etika dalam kehamilan
dalam menangani wanita hamil baik sebelum melahirkan maupun setelah
melahirkan.
3. Bagi Instansi
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dewasa ini, keberadaan penderita transeksual tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat Indonesia, yang mana seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan telah
ditemukan metode dalam menyembuhkan penderita transeksual, yaitu melalui operasi
penyesuaian kelamin. Perkembangan teknologi kedokteran tersebut tidak dapat diikuti oleh
perangkat hukum yang memadai, sehingga timbul permasalahan hukum. Hal tersebut,
berdampak terhadap hak-hak keperdataan penderita transeksual itu sendiri, setelah operasi
penyesuaian kelamin tersebut. Sehingga perubahan status jenis kelamin tersebut,
memerlukan Penetapan Pengadilan untuk merubah status jenis kelamin penderita
transkesual tersebut. Selain dari pada itu, operasi penyesuian kelamin yang dilakukan
memberikan dampak terhadap hak-hak keperdataan penderita transeksual tersebut, seperti
status perkawinan, hukuk waris, dan hak-hak serta kewajiban keperdataan penderita
transeksual tersebut. Di dalam penelitian yang dilakukan metode yang digunakan ialah
yuridis normatif. Melihat hal-hal yang telah diungkapkan diatas, bahwa ketidak
memadainya peraturan hukum yang membuat ketidakjelasan regulasi dalam menangani
permasalahan-permasalahan hukum yang timbul.
2.1.1 Hukum Syari Tentang Operasi Ganti Kelamin (Transeksual) menurut Islam
1. Hukum operasi kelamin
Pertama: Masalah seseorang yang lahir dalam kondisi normal dan sempurna
organ kelaminnya yaitu penis (zakar) bagi laki-laki dan vagina (farj) bagi
perempuan yang dilengkapi dengan rahim dan ovarium tidak dibolehkan
dan diharamkan oleh syariat Islam untuk melakukan operasi kelamin.
Adapun hujjah yang digunakan oleh para ulama dalam masalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Firman Allah Subhana Wa Taala dalam surat Al-Hujurt: 13 yang menurut
kitab Tafsir Ath-Thabari mengajarkan prinsip equality (keadilan) bagi
segenap manusia di hadapan Allah dan hukum yang masing-masing
telah ditentukan jenis kelaminnya dan ketentuan Allah ini tidak boleh
diubah dan seseorang harus menjalani hidupnya sesuai kodratnya.
2. Firman Allah Subhana Wa Taala dalam surat An-Nis: 119. Menurut
kitab-kitab
tafsir
seperti Tafsir
Ath-Thabari, Ash-Shawi,
AlKhazin (I/405), Al-Baidhawi (II/117), Zubadu At-Tafsir (hal.123) dan AlQurthubi (III/1963) disebutkan beberapa perbuatan manusia yang
diharamkan karena termasuk mengubah ciptaan Allah sebagaimana
yang dimaksud ayat di atas yaitu seperti mengebiri manusia, homoseksual,
lesbian, menyambung rambut dengan sopak, pangur dan sanggul,
membuat tato, mengerok bulu alis dan takhannuts(seorang pria berpakaian
dan bertingkah laku seperti wanita layaknya waria dan sebaliknya).
3. Hadits Nabi n: Allah mengutuk para tukang tato, yang meminta ditato,
yang menghilangkan alis mata, dan orang-orang yang memotong (pangur)
giginya, yang semuanya itu untuk kecantikan dengan mengubah ciptaan
Allah. (HR. Al-Bukhari).
4. Hadits Nabi n, Allah mengutuk laki-laki yang menyerupai wanita dan
wanita yang menyerupai laki-laki. (HR. Ahmad).
Oleh karena itu kasus ini sebenarnya berakar dari kondisi kesehatan mental
yang penanganannya bukan dengan mengubah ciptaan Allah, melainkan
melalui pendekatan spiritual dan kejiwaan (spiritual and psychological
therapy).
Kedua: Operasi kelamin yang bersifat perbaikan (tashhih) atau penyempurnaan
(takmil) dan bukan penggantian jenis kelamin, menurut para ulama diperbolehkan
secara hukum syari. Jika kelamin seseorang tidak memiliki lubang yang
berfungsi untuk mengeluarkan air seni dan mani baik penis maupun vagina, maka
operasi untuk memperbaiki atau menyempurnakannya dibolehkan bahkan
dianjurkan sehingga menjadi kelamin yang normal karena kelainan seperti ini
merupakan suatu penyakit (aib) yang harus diobati.
Guna menghindari hal ini, operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin boleh
dilakukan berdasarkan prinsip Mashalih Mursalah, karena kaidah fiqih
menyatakan Adh-Dhararu Yuzal (Bahaya harus dihilangkan) yang menurut
Imam Asy-Syathibi menghindari dan menghilangkan bahaya termasuk suatu
kemaslahatan yang dianjurkan syariat Islam.
Ketiga: Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda, yang dilakukan
terhadap orang yang sejak lahir memiliki dua organ/jenis kelamin (penis dan
vagina). Menurut Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya Al-Fiqh Al-Islami wa
Adillatuhu bahwa jika selama ini penentuan hukum waris bagi orang yang
berkelamin ganda (khuntsa) didasarkan atas indikasi atau kecenderungan sifat dan
tingkah lakunya, maka setelah perbaikan kelamin menjadi pria atau wanita, hak
waris dan status hukumnya menjadi lebih tegas. Dan menurutnya perbaikan dan
penyempurnaan alat kelamin bagi khuntsa musykil (pemilik kelamin ganda yang
sulit diidentifikasi) sangat dianjurkan demi kejelasan status hukumnya.
Beberapa Fatwa Ulama Tentang Transeksual
1. Adapun operasi kelamin maka hukumnya haram secara syari apabila hanya
disandarkan pada keinginan pribadi tanpa adanya suatu cacat pada sisi jasmani
atau alat kelaminnya yang membolehkan dilakukannya operasi tersebut. Dan
operasi kelamin yang telah banyak dilakukan dan tidak mengandung unsur
cacat secara medis, tetapi hanya dimaksudkan untuk mempercantik diri dengan
menampakkan suatu bentuk tertentu dari kecantikannya, ataupun mengubah
bentuk yang telah ditetapkan oleh Allah atasnya maka hal ini tidak ada
keraguan lagi tentang keharamannya. Karena di dalamnya ada bentuk
perusakan hukum syari dan unsur penipuan serta membahayakan. (Dr. Yasir
Shalih M. Jamal, Kepala fakultas kedokteran bidang operasi anak RS.
Universitas Al-Malik Abdul Aziz).
2. Dibolehkannya operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin, sesuai dengan
keadaan anatomi bagian dalam kelamin orang yang mempunyai kelainan
kelamin atau kelamin ganda, juga merupakan keputusan Nahdhatul Ulama PW
Jawa Timur pada seminar Tinjauan Syariat Islam tentang Operasi Ganti
Kelamin pada tanggal 26-28 Desember 1989 di Pondok Pesantren Nurul
Jadid, Probolinggo, Jawa Timur.
Sehingga jelaslah, jika operasi kelamin dilakukan hanya karena kurang sreg
dengan kepribadiannya, padahal Allah Subhana Wa Taala telah
salah satu obat yang memang direkomendasikan oleh salah satu dokter kandungan yaitu,
obat cedantron yang bisa menjadi beberapa pilihan bagi anda untuk mengatasi mual.
2. Kepala Pusing
Gejala ini memang biasa terjadi disaatMorning Sick, akan tetapi hal tersebut
juga bisa timbul karna faktor flu yang diderita pada ibu hamil, sehingga tak jarang sering
kali pandangan kita berkunang-kunang. Beberapa pencegahan bisa anda lakukan dengan
meminumobatf l u atau obat sakit kepala tentunya dengan dosis yang ringan, hal ini
dilakukan untuk mencegah efek samping terhadapj ani n. Beberapa contoh obat pusing
yang memiliki dosis ringan dan bisa anda konsumsi adalahanal sick, atau jika dokter anda
memiliki rekomendasi lain pada obat tertentu anda bisakonsul
Jika rasa lelah dirasakan sangat berat dan terus berlangsungv setelah melewati
bulan ketiga kehamilan terutama pada trimester ketiga kehamilan, mungkin merupakan
suatu tanda adanya anemia (kurang darah).Apabila hal ini terjadi segeralah ke dokter
untuk pemeriksaan dan tindak lebih lanjut.
Penanganan :
-
Istirahat cukup dan perhatikan asupan gizi terutama masa awal kehamilan.
Perhatikan tanda tanda dari tubuhAnda. PastikanAnda tidur siang dan istirahat
yang cukup. - Hindari terbangun dari tidur malam hari. Minumlah cairan yang cukup
selama pagi dan siang hari dan hindari minum terlalu banyak sebelum tidur,
danAnda tidak harus terbangun untuk buang air kecil, sehingga tidurAnda tidak
terganggu.
Tidur lebih awal setiap hari dan usahakan untuk dapat tidur siang.
Seimbangkan waktu istirahat dan olahraga. Olahraga ringan yang dapat dilakukan
seperti
berjalan kaki, berenang yang dapat meningkat semangat dan tingkat energiAnda.
Konsumsilah asupan gizi yang baik dan seimbang, makanlah cukup protein dan zat
besi.
Gunakalah waktu untuk bersantai, hindari stress atau situasi yang penuh tekanan.
Diskusikanlah rasa lelahAnda dengan suami, keluarga dan teman dekat agar
semuanya tahu
akan kondisiAnda dan mereka dapat memberikan perhatian yang ekstra kepadaAnda.
4. Keram Kaki
Kram kaki pada ibu hamil (bumil) merupakan keluhan yang sering diungkapkan
oleh bumil saat kunjungan antenatal care (ANC). Serangan kram ini sering timbul
dimalam hari. Bagi yang pernah mengalami pasti tahu betul gimana rasanya kram
(cramp) dan setelah serangannya, nyeri yang timbul bisa menetap sampai saat bangun
pagi.
Wanita hamil lebih sering mengalami kram, diduga karena kelelahan otot
didaerah kaki yang harsu menahan beban berat tubuh yang bertambah. Hal ini diperberat
lagi oleh aliran darah dari kaki yang tidak lancar akibat terbendung oleh pembesaran
rahim. (Sering juga mengakibatkan pembuluh vena di kaki melebar).Ada pendapat yang
mengatakan kram ini terjadi akibat kekurangan kalsium dan kalium serta kelebihan
Fosfor, untuk itu nggak ada salahnya mengkonsumsi kalsium dan kalium serta
menghindari fosfor (minuman bersoda, snack ringan).
Penanganan :
-
Hindari berdiri ataupun duduk dengan melipat kaki dalam jangka waktu yg lama.
Lakukan peregangan (stretching) betis dan kaki pada saat siang hari dan sebelum
tidur. Putar2 pergelangan kaki dan goyangkan ibu jari kaki pada saat duduk.
Usahakan melakukan OR jalan tiap hari, minimal 10 menit.
Berbaring dengan posisi miring kiri guna memperlancar aliran darah balik.
Istiahat jika kelelahan dan angkat / tinggikan kaki jika mungkin.
Pakai stoking khusus hamil.
Mandi air hangat untuk merelaksasikan otot kaki sebelum tidur.
Banyak minum air putih.
Makan suplemen hamil yang mengandung magnesium
5. Sembelit
Kemungkinan terjadinya sembelit sebenarnya pada trimester pertama atau
ketiga kehamilan, namun dapat terjadi kapan saja selama hamil. Pada kehamilan BAB
cendrung menjadi tidak teratur karena relaksasi otot polos saluran cerna oleh perubahan
hormone kehamilan dan adanya penekanan usus bagian bawah oleh rahim yang
membesar, terutama pada trimester ketiga kehamilan, membuat gerakan usus menjadi
lambat. Hal ini mengakibatkan daya dorong usus terhadap sisa makanan berkurang. Sisa
makanan menumpuk dan terjadilah sembelit. Kurang minum juga menyebabkan kotoran
menjadi keras dan mengakibatkan sembelit. Seperti kembung dan sembelit merupakan
salah satu efek samping dari proses pencernaan yang lama. Pemberian vitamin yang
mengandung zat besi untuk ibu hamil juga dapat mengakibatkan sembelit atau oleh
kebiasaan suka menahan buang air besar. Umumnya sembelit tidak berbahaya tetapi
terkadang dapat merupakan adanya gejala penyakit lain.Apabila ibu hamil mengalami
sembelit berat yang disertai rasa nyeri perut atau buang air besar disertai lendir atau
darah atau lebih dari tiga hari tidak buang air besar, segeralah hubungi dokter untuk
tindak lebih lanjut.
Penanganan :
-
roti gandum,
sereal buah serta kacang - kacangan.
Makanlah dalam jumlah sedikit tetapi sering untuk menjga agar saluran cerna tetap
aktif. - Olahraga teratur untuk menjaga kekuatan otot dan membuat saluran
6. Hemorhoid
Hemorrhoids atau Wasir adalah pembengkakan dan inflamasi (peradangan)
vena di anus dan rektum, yang biasanya terasa nyeri. Munculnya akibat sering
mengedan saat nge-pup atau peningkatan tekanan vena akibat bendungan rahim yang
membesar atau penyebab2 lainnya. Pada kehamilan munculnya tersering pada trimester
ke 3.
Gejalanya berupa perdarahan saat nge-pup, bisa dikit bisa banyak, gatal atau
rasa iritasi disekitar anus, nyeri, pembengkakan sekitar anus, adanya benjolan disekitar
anus.
Pembuluh vena disekitar anus membesar akibat meregang akibat peningkatan
tekana tekanannya, sehingga berbentuk benjolan atau membengkak. Hal2 yang dapat
menyebabkan meningkatnya tekanan vena antara lain: BAB yang keras (ngeden2),
nongkrong di toilet terlalu lama, diarre kronis, konstipasi, Obesitas, kehamilan dan anal
seks. Faktor keturunan juga memegang peranan dan semakin berumur maka
kecendrungan makin tinggi karena semakin lemahnya kekuatan jaringan tubuh.
Pada kehamilan, disamping akibat adanya bendungan vena oleh pembesaran
rahim, faktor konstipasi juga sering menyebabkan dan memperberat wasir. Berita
baiknya wasir akan hilang/membaik setelah bayi lahir. Jika bumil mengalaminya
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi wasir ini:
1 Kasi baking soda (basah atau kering) guna mengurangi rasa gatal
Penanganan :
Untuk meredakannya, jangan mengejan terlalu kuat saat buang air besar. Hindari
sembelit pada pencernaan anda. Setelah buang air besar, basuh dengan air dan bersihkan
hingga bersih. Bilaslah dengan sabun beberapa kali dalam sehari jika perlu.
Pencegahan tentunya lebih baik ketimbang mengobati. Pencegahan terbaik
adalah mencegah konstipasi. Jika terjadi konstipasi hindari mengedan. Berikut ini hal2
yang dapat mencegah konstipasi: makan tinggi serat, banyak minum air.
2.3 Pengakhiran Kehamilan (aborsi/abortus)
Metode yang sering digunakan untuk mengakhiri suatu persalinan secara umum dibagi
menjadi tiga metode, yaitu kelahiran per vaginam normal, kelahiran pervaginam operatif,
dan kelahiran per abdominal (seksio caesar).
A. Persalinan Normal
Suatu persalinan dapat dikatakan normal apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut
1) Persalinan dimulai spontan
2) Berisiko rendah pada awal & selama kehamilan
3) Bayi lahir spontan dgn letak belakang kepala
4) Usia kehamilan 37 42 mg
5) Setelah persalinan ibu dan bayi dalam keadaan baik.
CPD atau Cephalo Pelvic Disproportion (proporsi panggul dan kepala bayi yang tidak
pas, sehingga persalinan macet).
Terjadi kegawatan pada bayi, misalnya kekurangan oksigen.
Fungsi plasenta yang tidak terlalu bagus karena lewat batas waktu atau ada penyakit
tertentu.
Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus).
Fetal distres (detak jantung janin melambat).
Masalah kesehatan ibu yang mengharuskan operasi caesar.
Herpes genital, ruam kulit yang disebabkan oleh virus yang menyerang alat kelamin.
Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi).
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome.
Ibu yang melahirkan anak pertamanya melalui operasi, persalinan kedua tidak harus
operasi. Dengan sayatan sejajar dengan garis perut dan kondisi kehamilan setelahnya
baik, persalinan berikutnya tak selalu harus melalui operasi. Mungkin saja persalinan
pertama terjadi karena plasenta previa atau terjadi persalinan macet, sementara pada
kehamilan kedua kondisinya baik-baik saja sehingga persalinan normal bisa dilakukan.
Apabila persalinan pertama dan kedua melalui operasi caesar, persalinan ketiga harus
operasi juga dan tidak boleh hamil lagi. Jadi yang memutuskan seseorang melahirkan
melalui operasi caesar atau tidak itu dokter. Sebenarnya, sejak pemeriksaan kehamilan
sudah diketahui bayi bisa lahir normal atau harus operasi.
pengguguran
kandungan
yang
makhluk hidup insani. Karena itu, aborsi berdasarkan indikasi nonmedik adalah tidak
etis.
Abortus buatan legal hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik yang
keputusannya disetujui secara tertulis oleh 2 orang dokter yang dipilih berkat
kompetensi profesional mereka dan prosedur operasionalnya dilakukan oleh
seorang dokter yang kompeten diinstalasi yang diakui suatu otoritas yang sah,
dengan syarat tindakan tersebut disetujui oleh ibu hamil bersangkutan, suami, atau
keluarga.
Jika dokter yang melaksanakan tindakan tersebut mnerasa bahwa hati nuraninya
tidak membenarkan ia melakukan pengguguran itu, ia berhak mengundurkan diri
dan menyerahkan pelaksanaan tindakan medik itu kepada teman sejawat lain yang
kompeten.
Yang dimaksud dengan indikasi medis dalam abortus buatan legal adalah suatu
kondisi yang benar-benar menghaniskan diambil tindakan tersebut sebab tanpa
tindakan tersebut dapat membahayakan jiwa ibu atau adanya ancaman gangguan
fisik, mental dan psikososial jika kehamilan dilanjutkan, atau risiko yang sangat
jelas bahwa anak yang akan dilahirkan menderita cacat mental, atau cacat fisik
yang berat.
Hak utama untuk memberikan persetujuan tindakan medik adalah pada ibu hamil
yang bersangkutan, namun pada keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan
persetujuannya dapat diminta pada suaminya/wali yang sah.
Pernyataan Oslo didukung oleh General Assembly dari WMA, namun tidak mengikat
para anggotanya. Ada negara yang melegalkan abortus sebagai salah satu cara
keluarga berencana.
Suatu masalah yang sulit dihadapi adalah kehamilan tidak diinginkan (KTD) seperti
pada kasus kegagalan kontrasepsi, kehamilan di luar nikah, kehamilan karena
perkosaan, tidak adanya akses untuk pelayanan KB, tekanan pasangan, dan faktor
ekonomi. Setiap wanita memiliki hak reproduksi, yaitu hak menentukan jumlah,
penjarakan, dan waktu kelahiran anak. Oleh karena aborsi atas alasan nonmedik
dianggap tindakan melanggar hukum (tindakan kriminal) dan aborsi bukan salah satu
cara KB di Indonesia, banyak wanita dengan KTD mencari pelayanan aborsi pada
tenaga tidak terlatih dan memakan sendiri bermacam-macam obat untuk
menggugurkan kandungannya. Akibatnya, angka kesakitan dan kematian ibu di
Indonesia akibat aborsi tidak aman menjadi tinggi.
laporan kematian ibu, yang dilaporkan hanya kematian yang diakibatkan perdarahan
dan sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini masih merupakan masalah
kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh
agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi.
Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo tahun
1994 dan Konferensi Wanita di Beijing tahun 1995 menyepakati bahwa akses pada
pelayanan aborsi yang aman merupakan bagian dari hak perempuan.
Penelitian menunjukkan bahwa dilegalkannya aborsi di suatu negara justru berperan
dalam menurunkan angka kejadian aborsi itu sendiri. Held dan Adriaansz
sebagaimana dikutip dari Wijono (2000) mengemukakan hasil analisa tentang
kelompok resiko tinggi terhadap kehamilan yang tidak direncanakan dan aborsi
tidak aman, yakni :
kelompok unmeet need dan kegagalan kontrasepsi (48%)
kelompok remaja
kelompok praktisi seks komersial
kelompok korban perkosaan, incest, dan pelecehan seksual (9%).
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa ternyata kelompok unmeet need
dan gagal KB merupakan kelompok terbesar yang mengalami kehamilan tidak
direncanakan, sehingga konseling kontrasepsi merupakan salah satu syarat mutlak
untuk menurunkan kejadian aborsi, terutama aborsi berulang, selain faktor lainnya.
Aturan KUHP yang keras tersebut telah dilunakkan dengan memberikan peluang
dilakukannya aborsi. Sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 ayat 1 UU Kesehatan
tersebut di atas.
Namun pasal 15 UU Kesehatan juga tidak menjelaskan apa yang dimaksud tindakan
medis tertentu dan kondisi bagaimana yang dikategorikan sebagai keadaan darurat.
Dalam penjelasannya bahkan dikatakan bahwa tindakan media dalam bentuk
pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan
dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan.
Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau
janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu. Lalu apakah
tindakan medis tertentu bisa selalu diartikan sebagai aborsi yang artinya
menggugurkan janin, sementara dalam pasal tersebut aborsi digunakan sebagai
upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin. Jelas disini bahwa UU Kesehatan
telah memberikan pengertian yang membingungkan tentang aborsi.
2.3.6 Aborsi Menurut Hukum Islam
(akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan? Maka Allah kemudian
memberi keputusan [HR. Muslim dari Ibnu Masud r.a.].
Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw bersabda:
(jika nutfah telah lewat) empat puluh malam
Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan
anggota-anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42 malam. Dengan
demikian, penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang
sudah mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara darahnya
(mashumud dam). Tindakan penganiayaan tersebut merupakan pembunuhan
terhadapnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter,
diharamkan menggugurkan kandungan ibu tersebut bila kandungannya telah berumur
40 hari.
Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah
berbuat dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran
diyat bagi janin yang gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan, atau
sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor onta), sebagaimana telah diterangkan
dalam hadits shahih dalam masalah tersebut. Rasulullah Saw bersabda :
Rasulullah SAW memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan
Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu seorang
budak laki-laki atau perempuan [HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah
r.a.] (Abdul Qadim Zallum, 1998).
Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya
boleh (jaiz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim
belum menjadi janin karena dia masih berada dalam tahapan sebagai nutfah
(gumpalan darah), belum sampai pada fase penciptaan yang menunjukkan ciri-ciri
minimal sebagai manusia.
Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin,
ataupun setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan
bahwa keberadaan janin dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan
janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan
mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah
sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman Allah SWT:
Analisis Kasus
Tuan dan Nyonya H telah menikah selama 10 tahun dan hingga kini belum memiliki
seorang anak. Pemeriksaan medis menunjukkan bahwa Tn. H sub fertile, dimana sperma
yang diproduksi oleh testisnya tidak dapat bergerak dengan baik. Tn.H dan Ny.H memiliki
hubungan pernikahan yang harmonis, tetapi Ny. H tetap bersikeras untuk memiliki anak dari
darah dagingnya sendiri. Mereka telah memutuskan untuk tidak melakukan adopsi, dan
sedang mempertimbangkan untuk memperoleh anak melalui inseminasi buatan dengan
menggunakan sperma donor. Walaupun begitu, mereka tetap khawatir tentang hak anak
mereka nanti untuk memiliki ayah alami (sebagai anak dari Tn. H) atau hak untuk tidak
memberitahukan siapa ayah biologisnya. Mereka memohon pendapat dan kemungkinan
bantuan dari Dr. A untuk merencanakan inseminasi buatan dengan menggunakkan sperma
donor.
Bantuan dan nasehat apa yang seharusnya Dr. A sampaikan kepada pasangan suami isteri
tersebut, terkait dengan pertimbangan aspek medis, etika, hukum dan hak asasi manusia ?
Berkaitan dengan kasus tersebut diatas, maka dapat dianalisis sebagai berikut :
a. Ditinjau dari aspek medis (medical)
Bila ditinjau dari aspek medis, pasangan suami isteri yang dapat melakukan IVP adalah
pasangan yang mengalami masalah infertilitas. Penyebab infertilitas pada pria ada 2
macam yaitu tidak mampu melakukan hubungan seksual secara benar, meskipun
memiliki kualitas dan kuantitas sperma yang baik, atau sebaliknya pria yang mampu
berhubungan seksual dengan baik tetapi semennya berisi spermatozoa yang abnormal.
Dalam kaitannya dengan kasus Tn.H dan Ny. H, maka Dr.A sebaiknya menyarankan agar
pasangan suami-isteri tersebut tidak melakukan inseminasi buatan dengan menggunakan
sperma donor, karena mereka masih dapat melakukan inseminasi buatan dengan
menggunakan sperma Tn. H sendiri, karena kondisi sperma Tn. H masih dalam status
subfertil, dimana terdapat sebagian sperma yang masih baik dari aspek kualitas dan
kuantitas. Selanjutnya dalam kondisi ini,sperma Tn. H dapat diambil melalui teknik
Testicular Sperm Extraction (TESE) yaitu sperma diambil langsung dari testis. Kemudian
dilakukan teknik Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI) yaitu satu sperma Tn.H yang
terbaik disuntikan ke satu sel telur Ny. H, dengan menggunakkan sebuah pipet khusus.
Setelah terjadi pembuahan maka hasil pembuahan (embrio) tersebut akan ditanamkan ke
rahim Ny. H.
Komisi Etik dari berbagai Negara memberi pandangan dan pegangan terhadap hak
reproduksi dan etika dalam rana reproduksi manusia dengan memperhatikan beberapa
asas yaitu :
1. Niat untuk berbuat baik (beneficence)
2. Bukan untuk kejahatan (non maleficence)
3. Menghargai kebebasan individu untuk mengatasi takdir (autonomy)
4. Tidak bertentangan dengan kaidah hukum yang berlaku (Justus).
(F. A Moeloek, Etika dan Hukum Teknik Reproduksi Buatan, Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
Berkaitan dengan kasus diatas, maka saran yang perlu diberikan oleh Dr. A harus
berdasarkan empat butir asas tersebut diatas.
Oleh karena itu saran yang sebaiknya disampaikan oleh Dr. A, kepada keluarga Tn. H
adalah melakukan bayi tabung melalui sperma Tn. H sendiri. Karena hal tersebut tidak
melanggar etika, dan secara biologis anak yang nanti lahir dari hasil bayi tabung
merupakan anak kandung, yang secara phisikologis memiliki hubungan kasih sayang
timbal balik yang sempurna antara anak dan orang tua (ayah). Dari pada anak yang
dilahirkan dari sperma donor akan menimbulkan hubungan kasih sayang semu antara
anak dan Tn. H.
melarangnya). Karena tidak dijumpai ayat dan hadits yang secara eksplisit melarang
inseminasi buatan pada hewan, maka berarti hukumnya mubah.
2.7 Kasus Inseminasi Buatan di Amerika Serikat
Mary Beth Whitehead sebagai ibu pengganti (surrogate mother) yang berprofesi sebagai
pekerja kehamilan dari pasangan William dan Elizabeth Stern pada akhir tugasnya
memutuskan untuk mempertahankan anak yang dilahirkannya itu. Timbul sengketa diantara
mereka yang kemudian oleh Pengadilan New Jersey, ditetapkan bahwa anak itu diserahkan
dalam perlindungan ayah biologisnya, sementara Mrs. Mary Beth Whitehead (ibu
pengganti) diberi hak untuk mengunjungi anak tersebut.
2.7.1 Negara Lain
Negara yang memberlakukan hukum islam sebagai hukum negaranya, tidak
diperbolehkan dilakukannya inseminasi buatan dengan donor dan dan sewa rahim.
Negara Swiss melarang pula dilakukannya inseminasi buatan dengan donor.
Sedangkan Lybia dalam perubahan hukum pidananya tanggal 7 Desember 1972
melarang semua bentuk inseminasi buatan. Larangan terhadap inseminasi buatan
dengan sperma suami didasarkan pada premis bahwa hal itu sama dengan usaha untuk
mengubah rancangan ciptaan Tuhan.
2.8 Hukum Bank Sperma Menurut Agama
Berdasarkan pengalaman yang kita tahu yang namanya bank adalah mengumpulkan dan di
tabung apabila berupa uang tetapi dalam hal ini berbeda yang di kumpulakan bukan lagi
uang tetapi sperma dari pe-donor sebanyak mungkin, yang perlu dinyatakan untuk
menentukan hukum ini pertama pada tahap pertama yaitu cara pengamabilan atau
mengeluarkan sperma dari dari si pe-donor dengan cara masturbasi (onani).
Persoalan dalam hukum islam adalah bagaimana hukum onani tersebut dalam kaitan dengan
pelaksanaan pengumpulan sperma di bank sperma dan inseminasi buatan.? Secara umum
islam memandang melakukan onani merupakan tergolong perbuatan yang tidak etis.
Mengenai masalah hukum onani fuqaha berbeda pendapat. Ada yang mengharamkan secara
mutlak dan ada yang mengharamkan pada suatu hal-hal tertentu, ada yang mewajibkan juga
pada hal-hal tertentu, dan ada pula yang menghukumi makruh. Sayyid Sabiq mengatakan
bahwa Malikiyah, Syafi`iyah, dan Zaidiyah menghukumi haram. Alasan yang dikemukakan
adalah bahwa Allah SWT memerintah kan menjaga kemaluan dalam segala keadaan kecuali
kepada isteri dan budak yang dimilikinya. Hanabilah berpendapat bahwa onani memang
haram, tetapi kalau karena takut zina, maka hukumnya menjadi wajib, kaidah usul :
Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa
(emergency). Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehkan melakukkan hal-hal yang
terlarang.
Untuk dari suami-isteri dan ditanamkan pada orang lain atau lain sebagainya selain hal yang
diatas demi kehati-hatiannya maka ulama dalam kasus ini mengharamkannya. Diantaranya
adalah Lembaga fiqih islam OKI, Majelis Ulama DKI Jakarta, Mahmud Syaltut, Yusuf alQardhawy, al-Ribashy dan zakaria ahmad al-Barry dengan pertimbangan dikhawatirkan
adanya percampuran nasab dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. Hal ini sesuai dengan
keputusan Majelis Ulama Indonesia tentang masalah bayi tabung atau enseminasi buatan.
Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia memutuskan, memfatwakan :
1. Bayi tabung dengan sperma clan ovum dari pasangan suami isteri yang sah hukumnya
mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhiar berdasarkan kaidahkaidah agama.
2. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain (misalnya
dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram beraasarkan kaidah
Sadd az-zariah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya
dengan masalah warisan (khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang
mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zariah, sebab hal ini akan menimbulkan
masala~ yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam
kaitannya dengan hal kewarisan.
4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangna suami isteri yang
sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan
jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd az-zariah, yaitu
untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.
2.7
Pengaturan Kehamilan
Terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak antara 2 (dua) kelahiran dan melahirkan pada
usia dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun dapat membahayakan kehidupan perempuan
dan merupakan penyebab dari sepertiga kematian anak.yang harus diketahui oleh setiap
keluarga dan masyarakat tentang peraturan kelahiran antara lain:
1.
2.
Untuk menjaga kesehatan ibu dan anak sebaiknya jarak antara dua persalinan paling
sedikit 2 tahun.
3.
Hamil lebih dari 4 kali dapat membahayakan kesehatan ibu dan anak.
4.
5.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tubuhnya
(yang pada umumnya dalam rahim) pada penanganan kehamilan sebaiknya sangat lebih
diperhatikan mengingat pentingnya proses dalam kelahiran untuk menghindari terjadinya
kelelahan,sembelit,hemorrhoid dan kepala pusing serta dalam proses pengakhiran baik
secara persalinan normal, persalinan pervaginam operatif, persalinan Caesar.
Dari uraian tersebut di atas, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
ada dua alasan mengapa seseorang menghentikan kehamilannya : alasan kesehatan atau
medis, yaitu suatu alasan yang didasarkan kepada pertimbangan medis baik yang
disebabkan oleh ibu atau janin. alasan non medis, yang didasarkan pada faktor-faktor di luar
pertimbangan medis namun berisiko tinggi terhadap kelanjutan kehidupan sang ibu.
jika dilihat dari pendekatan demografis, maka lasan yang sering dikemukakan adalah
realitas tingginya kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi aborsi yang tidak aman,
artinya tidak adanya fasilitas atau layanan aborsi tidak dengan sendirinya menghentikan
usaha kaum perempuan untuk menghentikan kehamilannya. Dan ketika layanan aborsi yang
aman dan sehat itu tidak disediakan, mereka akan tetap mengusahakannya sendiri.
Akibatnya tidak sedikit yang kemudian pergi mencari pertolongan kepada mereka yang
bukan ahlinya.
Memang, memutuskan melakukan aborsi adalah suatu pilihan yang benar-benar harus
dipikirkan secara matang. Mengapa? Karena sang ibu harus benar-benar percaya dengan apa
yang menjadi tanggung jawab dan yang terbaik bagi dirinya. Ini seyogyanya bergantung
kepada kebutuhan, sumber daya, tanggung jawab, dan harapan yang dibayangkan oleh kaum
perempuan.
Dari berbagai diskusi baik dengan ibu maupun remaja, diperoleh gambaran bahwa bila
seorang perempuan telah berniat menghentikan kehamilannya, maka umumnya mereka
tidak langsung pergi ke tenaga medis tetapi akan mencoba cara sendiri yang sering
diketahuinya melalui teman-temannya.
Kita akui memang aturan mengenai tindakan aborsi masih sangat kontroversial, bahkan
boleh dibilang cacat hukum.
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia disadari atau tidak banyak dipicu oleh
maraknya kasus aborsi tidak aman. Apabila satu dekade lalu masalah kesehatan masyarakat
di Indonesia didominasi oleh penyakit infeksi, degeneratif, dan HIV/AIDS, maka saat ini
dan ke depan masalah aborsi menjadi teramat krusial untuk segera ditindaklanjuti.
Dalam pengaturan kehamilan harus sesuai standar sebagai berikut:
1. Melahirkan pada usia 20-35 tahun mengurangi terjadinya kematian.
2. Untuk menjaga kesehatan ibu dan anak sebaiknya jarak antara dua persalinan paling
sedikit 2 tahun.
3. Hamil lebih dari 4 kali dapat membahayakan kesehatan ibu dan anak.
4. Pelayanan Keluaga Berencana menyediakan informasi dan cara berkeluarga berencana,
kapan mulai mempunyai anak, berapa jumlah anak yang diinginkan, berapa tahun jarak
usia antara dua anak, serta kapan berhenti melahirkan anak. Tersedia banyak cara
mengikuti Keluarga Berencana yang aman dan sesuai pilihan bagi pasangan suami-istri
untuk mencegah kehamilan.
5. Keluarga Berencana merupakan tanggung jawab bersama pasangan suami-istri dan setiap
keluarga perlu mengetahui manfaat bagi kesehatan.
Agar tidak terjadi kasus yang bisa membahayakan anak dan ibu.
Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun juga
problem sosial yang muncul karena manusia mengekor pada peradaban Barat. Maka
pemecahannya haruslah dilakukan secara komprehensif-fundamental-radikal, yang intinya
adalah dengan mencabut sikap taqlid kepada peradaban Barat dengan menghancurkan
segala nilai dan institusi peradaban Barat yang bertentangan dengan Islam, untuk kemudian
digantikan dengan peradaban Islam yang manusiawi dan adil.
Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika umur
kehamilannya sudah 4 (empat) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin. Untuk janin
yang berumur di bawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat. Jadi ini memang
masalah khilafiyah. Namun menurut pemahaman kami, pendapat yang rajih (kuat) adalah
jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia
kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Sedangkan
pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh
(jaiz) dan tidak apa-apa. Wallahu alam [ Ir. Muhammad Shiddiq Al Jawi ]
3.2 Saran
1. Sudah saatnya Pendidikan Kesehatan Reproduksi termasuk pendidikan seks diberikan
sejak usia dini sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.
2. Upaya legalisasi aborsi semestinya segera diberlakukan, dengan membentuk sarana
layanan aborsi yang dikontrol secara intens oleh sebuah lembaga mungkin dalam bentuk
komisi yang terdiri dari berbagai unsur seperti pemerintah, LSM, tokoh agama, dan tokoh
masyarakat atau sebaliknya dilarang sama sekali melalui law enforcement.
3. Amandemen Undang-Undang Kesehatan khususnya pasal 15 ayat 1 dan 2 sudah menjadi
keniscayaan karena terkesan kontroversial.
4. Dalam upaya menekan angka kematian ibu (AKI) akibat aborsi tidak aman perlu
digencarkan konseling kontrasepsi di setiap sarana kesehatan baik privat maupun
pemerintah.
5. Pentingnya digalakkan upaya diseminasi informasi tentang kesehatan reproduksi
khususnya aborsi melalui seminar, penyuluhan, diskusi, kampanye, dan ceramah keagamaan
baik melalui media cetak maupun elektronik.
Dalam proses kehamilan baik dari sisi medis ataupun masyarakat sebaiknya memperhatikan
masalah etika dalam proses kehamilan agar ketika proses kehamilan berlangsung mulai dari
penanganan kehamilan,pengakhiran kehamilan dan pengaturan kehamilan sesuai standar
etika masing-masing tahapan kehamilan agar tidak terjadi kasus yang membahayakan ibu
dan anak dalam proses kehamilan.
Mengakhiri tulisan ini, penulis berharap mudah-mudahan mendapatkan perhatian dan
renungan untuk selanjutnya disikapi dan ditindaklanjuti oleh pihak-pihak terkait.
DAFTAR PUSTAKA
http://bafrawijaya.wordpress.com/2009/12/31/9/
http://botol-infus.blogspot.com/2010/02/tentang-aborsi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan
http://majalah.baitulmalfkam.com/?p=323
http://pkbi.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=23&Itemid=39
http://requestartikel.com/abortus-dan-undang-undangnya-201012304.html
http://www.mitrainti.org/?q=node/202