Anda di halaman 1dari 3

Berbagai perubahan paradigma pemerintahan dalam era reformasi telah mengakhiri

warisan sistem administrasi pada masa lalu yang dibangun berdasarkan pada model
birokrasi monocratique. Namun model alternatif yang sering disebut dengan model postweberian itu hingga saat ini masih mencari bentuk. Keadaan ini sedikit banyak
menciptakan berbagai kerancuan mengenai arah perubahan dan pembangunan sistem
administrasi negara di era reformasi. Ketidakjelasan arah dan fokus dalam membangun
sistem administrasi negara Indonesia di era reformasi ini akan menjadi penghambat besar
dalam menciptakan sistem administrasi negara yang tangguh berhadapan dengan tuntutan
perbaikan kinerja pemerintah maupun tantangan persaingan global di tingkat
internasional.
Setiap perubahan selalu ditandai dengan ketidakpastian. Beberapa masalah yang muncul
dalam perubahan tersebut terutama adalah masalah korupsi, ancaman integrasi nasional,
dan buruknya pelayanan publik.
Reformasi telah berjalan selama lebih dari satu dasawarsa, namun nampaknya reformasi
belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Menurut riset yang dilakukan oleh World
Bank antara tahun 1996 hingga 2007 tentang mutu penyelenggaraan pemerintahan
(governance), reformasi di Indonesia menunjukkan hasil yang belum menggembirakan.
tingkat partisipasi dan akuntabiltas pemerintah Voice & Accountability,
Political Stability and Lack of Violence,
Efektifitas pemerintahan (Government Effectiveness),
kualitas regulasi (Regulatory Quality),
Penegakan hukum (Rule of Law),
Pengendalian terhadap korupsi (Control of corruption)

Dari keenam indikator tersebut hanya tingkat partisipasi dan akuntabilitas pemerintah
yang menunjukkan perbaikan signifikan. Untuk indikator yang lain, tata penyelenggaraan
pemerintahan menunjukkan hasil dibawah kondisi tahun 1996. Ini artinya bahwa kinerja
pemerintah pada era reformasi adalah masih ada di bawah masa orde baru yang sering
menjadi sasaran kritik oleh para pendukung reformasi.

Dalam hubungan dengan masyarakat, reformasi menyisakan masalah dimana


masyarakat belum merasakan adanya manfaat yang jelas terutama dalam
pelayanan publik. Berbagai penelitian yang dilakukan oleh perguruan tinggi dan
lembaga lembaga riset menunjukkan bahwa pemerintah masih belum secara
sungguh sungguh berupaya melakukan perbaikan dalam pelayanan. Penelitian
UGM (2003) melihat bahwa masalah utama dari buruknya pelayanan publik
adalah disebabkan masih rendahnya profesionalisme pegawai.
Seorang pegawai seharusnya harus profesional dan bertanggung jawab atas
pekerjaannya demi memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, karena
dengan bersikap profesional masyarakat akan percaya dengan pemerintahan
yang adil, selalu mementingkan kepentingan masyarakat dan menjunjung tinggi
kebenaran, sehingga masyarakat merasa mempunyai pemerintahan yang bersih
dan tidak korupsi.
harapan

masyarakat

sangat

penting,

jadi

pemerintah

harus

selalu

mendengarkan pendapat-pendapat masyrakat demi pemerintahan yang bersih


dan adil. Jadi walaupun pelayanan publik yang baik tidak dipercaya lagi oleh
masyarakat, tetapi pemerintah harus selalu meningkatkan pelayanan publik yang
profesional dan selalu memberikan respon yang positif untuk masyrakat.
Sehingga pelayanan yang tadi dispeleken atau dicemohkan oleh masyarakat,
dengan adanya usaha peningkatan pelayanan,sedikit demi sedikit rasa
kepercayaan masyarakat mulai ada.
Jadi berikan masyarakat pelayanan publik yang profesional sehingga
terwujudnya pemerintahan yang bersih dan anti korupsi

Anda mungkin juga menyukai