CSS Duh Uretra
CSS Duh Uretra
1301-1213-0504
1301-1213-2510
1301-1213-2501
Preceptor :
PENDAHULUAN
Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genito-genital
saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital, sehingga kelainan yang
timbul akibat penyakit kelamin ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi
dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital(1,2).
Meskipun demikian tidak berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan
kelamin, tetapi beberapa ada yang dapat juga ditularkan melalui kontak langsung
dengan alat-alat, handuk, thermometer, dan sebagainya. Selain itu penyakit kelamin
ini juga dapat menularkan kepada bayi dalam kandungan(1).
Pada waktu dahulu penyakit kelamin dikenal sebagai Venereal Diseases (V.D)
dan yang termasuk dalam venereal diseases ini, yaitu sifilis, gonore, ulkus mole,
limfogranuloma venereum, dan granuloma inguinale(1).
Ternyata pada akhir-akhir ini ditemukan berbagai penyakit lain yang juga
dapat timbul akibat hubungan seksual dan penemuan ini antara lain disebabkan oleh :
1.
2.
3.
Penemuan penyakit yang ada akibatnya pada anak dan ibu, juga bahkan
dapat menimbulkan kemandulan(1).
Oleh karena itu istilah V.D makin lama makin ditinggalkan dan diperkenalkan istilah
Sexually Transmitted Diseases (S.T.D.) yang berarti penyakit-penyakit yang dapat
ditularkan melalui hubungan kelamin, dan yang termasuk penyakit ini adalah kelima
penyakit V.D tersebut ditambah berbagai penyakit lain yang tidak termasuk V.D.
Istilah S.T.D. ini telah diIndonesiakan menjadi P.M.S. (Penyakit menular Seksual),
ada pula yang menyebutnya P.H.S. (Penyakit Hubungan Seksual). Sehubungan P.M.S.
ini sebagian besar disebabkan oleh infeksi, maka kemudian istilah S.T.D. telah diganti
menjadi S.T.I. (Sexually Transmitted Infection)(1).
Infeksi menular seksual (IMS) saat ini merupakan masalah kesehatan terutama
di negara berkembang. Insidens kasus IMS diyakini tinggi pada banyak negara serta
kegagalan dalam mendiagnosis dan memberikan pengobatan pada stadium dini dapat
menimbulkan komplikasi serius/berat dan berbagai gejala sisa lainnya(2).
EPIDEMIOLOGI
Selama dekade terakhir ini insidens IMS cukup cepat meningkat di berbagai
negeri di dunia. Banyak laporan mengenai penyakit ini, tetapi angka-angka yang
dilaporkan tidak menggambarkan angka yang sesungguhnya. Hal tersebut disebabkan
antara lain oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
ETIOLOGI
Kuman patogen penyebab utama duh tubuh urethra adalah Neisseria
gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis. Neisseria gonorrhoeae dapat menyebabkan
uretritis, epididimitis, servisitis, proktitis, faringitis, konjungtivitis, Barthonilitis.
Chlamydia trachomatis dapat menyebabkan uretritis, epididimitis, servisitis, proktitis,
salpingitis, limfogranuloma venereum. Penyebab paling utama duh tubuh uretra
adalah uretritis. Uretritis sendiri adalah suatu peradangan dari uretra yang ditandai
oleh keluarnya duh tubuh uretra (urethral discharge), disuria, atau rasa gatal pada
bagian ujung dari uretra. Hal ini merupakan respon dari uretra terhadap peradangan
oleh berbagai penyebab, berikut adalah beberapa penyebab uretritis dengan
manifestasi duh tubuh uretra(1,2,3). Secara umum uretritis dapat dikategorikan menjadi
dua yaitu uretritis gonore dan uretritis non gonore.
Uretritis Gonore
Gonore mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae. Gonore disebabkan oleh gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada
tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut dimasukkan
dalam kelompok Neisseria, sebagai Neisseria gonorrhoeae. Selain spesies itu,
terdapat 3 spesies lain, yaitu N.meningitidis, dan 2 lainnya yang bersifat komensal
N.catarrhalis serta N.pharyngitis sicca. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali
dengan tes fermentasi(4).
Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya berkisar antara 2-5
hari, kadang-kadang lebih lama. Pada wanita masa tunas sulit untuk ditentukan karena
pada umumnya asimtomatik(4).
Tempat masuk kuman pada pria di uretra menimbulkan uretritis. Yang paling
sering adalah uretritis anterior akuta dan dapat menjalar ke proksimal, dan
mengakibatkan komplikasi lokal, asendens serta diseminata. Keluhan subjektif berupa
rasa gatal, panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum,
kemudian disusul disuria, polalkisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang
kadang-kadang disertai darah, dapat pula disertai nyeri pada waktu ereksi. Pada
pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum kemerahan, edema, dan ektropion.
Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen. Pada beberapa kasus dapat terjadi
pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral(4,5).
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dari pria. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita.
Pada wanita, penyakit akut maupun kronik, gejala subjektif jarang ditemukan dan
hampir tidak pernah didapat kelainan objektif. Pada umumnya wanita datang berobat
kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada waktu
pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana(4).
gonokokus sebagai penyebabnya. Dulu dikenal sebagai Infeksi genital non spesifik
(IGNS) karena penyebab yang nonspesifik. Istilah ini mulai digunakan di Inggris
sejak tahun 1972, yang meliputi berbagai keadaan, yaitu uretritis nonspesifik, proktitis
nonspesifik pada pria homoseksual, dan infeksi nonspesifik pada wanita(4).
Uretritis non spesifik (UNS) ialah peradangan uretra yang penyebabnya
dengan pemeriksaan laboratorium tidak dapat dipastikan atau diketahui. Uretriris non
gonore (UNG) ialah peradangan uretra yang bukan disebabkan oleh kuman Neisseria
gonorrhoeae.Kedua istilah ini sering dianggap sama, tetapi bila semua UNS adalah
non-gonore, tidak semua UNG adalah nonspesifik(4).
Uretritis non gonore pada wanita umumnya menunjukkan infeksi pada serviks,
meskipun penyakit menular seksual nonspesifik pada wanita dapat menyerang uretra
maupun vagina. Istilah UNS dan UNG lebih sering digunakan untuk pasien pria.
Organisme penyebabnya ialah :
-
Non Chlamydial:
a.Ureplasma urelyticum
b. Trichomonas vaginalis
c. Virus herpes simplex
d. Mycoplasma genitalium(4)
-
Chlamydia trachomatis
Merupakan penyebab UNG yang tersering. Kuman ini ditemukan di
uretra dari 25% sampai 60% kasus pria dengan UNG, 4%-35% pria dengan
gonore, dan pada 0-7% pada pria dengan uretritis asimtomatis(4).
Pembiakan
Kelainan yang nampak pada UNG umumnya tidak sehebat pada uretritis
gonore(4).
-
TRIKOMONIASIS
Trikomoniasis merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan
oleh Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual
dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah pada wanita maupun
pria, namun pada pria peranannya sebagai penyebab penyakit masih
diragukan. T.vaginalis merupakan satu-satunya spesies Trichomonas yang
bersifat patogen pada manusia dan dapat dijumpai pada traktus urogenital.
T.vaginalis cepat mati bila mengering, terkena sinar matahari dan terpapar air
selama 35-40 menit. Pada keadaan higiene yang kurang memadai dapat terjadi
penularan melalui handuk atau pakaian yang terkontaminasi(4,5).
Seperti pada wanita spektrum klinik trikomoniasis pada pria sangat
luas mulai dari tanpa gejala sampai pada uretritis yang hebat dengan
komplikasi prostatitis. Masa inkubasi biasanya tidak melebihi 10 hari.
Gambaran klinis dapat dibagi menjadi :
1. Pembawa kuman asimtomatik
Meskipun T.vaginalis dapat ditemukan pada uretra, urin dan cairan
prostat pria kontak seksual wanita dengan trikomoniasis, namun hanya 1050% penderita yang menunjukkan adanya keluhan dan gejala infeksi.
2. Simtomatik
Gambaran klinis akut
Gambaran klinis akut merupakan keadaan yang jarang terjadi.
Harkness (1950) Frisher dan Morton (1969) mengemukakan bahwa
uretritis, prostatitis dan epididimitis dapat merupakan manifestasi
trikomoniasis pada pria, akan tetapi peranannya masih disangsikan, apakah
keadaan tersebut sebenarnya disebabkan oleh Chlamydia trachomatis atau
Ureplasma urealyticum(4,5).
Gambaran klinik ringan
Sebagian besar trikomoniasis simtomatik menunjukkan gejala uretriris
ringan yang gambaran klinisnya sulit dibedakan dari UNG yang
disebabkan oleh sebab lain. Hanya 50-60% kasus simtomatik didapatkan
duh tubuh uretra, sepertiga kasus menunjukkan duh tubuh purulent,
7
DIAGNOSIS
Diagnosis dalam petalaksanaan kasus IMS dilakukan dengan menggunakan
bagan alur, jenis obat yang dianjurkan, dan untuk fasilitas kesehatan dengan
laboratorium disediakan bagan alur tersendiri. Diagnosis ditegakkan dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik serta hasil pemeriksaan laboratorium bila tersedia(3).
Pada pemeriksaan dengan pendekatan sindrom tanpa alat bantu dapat
digunakan bagan alur sebagai berikut :
Infeksi gonokokus :
A. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pengecatan Gram akan ditemukan
gonokok negatif-Gram, intraselular dan ekstraselular. Bahan duh tubuh pada
pria diambil dari daerah fossa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari
uretra, muara kelenjar Bartholin, serviks, dan rektum(1,4).
10
Media transpor
a. Media Stuart
b. Media Transgrow
Media pertumbuhan
a. Media Thayer-Martin
b. Modifikasi Thayer-Martin
c. Agar coklat McLeod(4)
Pemeriksaan kultur dengan bahan dari duh uretra pria, sensitivitasnya lebih
tinggi (94-98%) dari pada duh endoserviks (85-95%). Sedangkan spesifitas dari ke
dua bahan tersebut sama yaitu lebih dari 99%(4).
C. Tes definitif
1. Tes oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilen-diamin
hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangaka. Semua
Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula
bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung(4).
2. Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai
glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa(4).
D. Tes beta-laktamase
Apabila
kuman
mengandung
enzim
beta-laktamase,
akan
Klamidosis :
Pada pemeriksaan sekret uretra dengan pewarnaan Gram ditemukan lekosit
>5 pada pemeriksaan mikroskopis dengan pembesaran 1000 kali. Tidak dijumpai
11
- Trikomoniasis :
Pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya :
1. Sediaan basah dan Pewarnaan
2. Tes imunofluoresens
3. Kultur (Media Feinberg) (4)
Bagan Duh tubuh uretra pria dengan pemeriksaan mikroskop dan lab. Khusus(3).
KOMPLIKASI
12
Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal
genitalia. Komplikasi lokal pada pria bisa berupa tisonitis (radang kelenjar Tyson),
parauretritis, littritis (radang kelnjar Littre), dan cowperitis (radang kelenjar Cowper).
Namun, penyulit yang paling sering adalah epididimoorkitis. Selain itu, infeksi dapat
pula menjalar ke atas (asendens), sehingga terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis,
epididimitis, yang dapat menimbulkan infertilitas. Infeksi dari uretra pars posterior,
dapat mengenai trigonum kandung kemih menimbulkan trigonitis, yang memberi
gejala poliuria, disuria terminal, dan hematuria. Komplikasi diseminata pada pria dan
wanita dapat berupa artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan
dermatitis. Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain cara genito-genital,
pada pria dan wanita dapat berupa infeksi nongenital, yaitu orofaringitis, proktitis, dan
konjungtivitis(1,4,5).
Sedangkan untuk uretritis non gonore, komplikasi yang timbul biasanya
berupa tisonitis, cowperitis, abses periuretra, striktur uretra, epididimitis, dan mungkin
prostatitis(1,4).
PENGOBATAN
Obat yang digunakan untuk IMS disemua fasilitas pelayanan kesehatan
sekurang-kurangnya harus mempunyai tingkat efektifitas 90-95%(3).
Pemilihan obat-obatan untuk IMS harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
90-95%
diwilayahnya.
Harga murah
13
Untuk duh tubuh uretra pengobatan yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
Kanamisin
Lain
Tetrasiklin**500mg peroral, 4x1 selama 7hari,
atau
Eritromisin 500mg peroral, 4x1 selama 7hari,
(bila ada kontraindikasi tetrasiklin)
Sefiksim
400mg per oral, dosis tunggal
* Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak dibawah 12 tahun dan remaja.
** Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan anak dibawah 12 tahun
atau
Ofloksasin* 400mg per oral, dosis tunggal,
atau
Azitromisin
atau
Kanamisin
Lain
Tetrasiklin**500mg peroral, 4x1 selama 7hari,
atau
atau
atau
Vaginalis
Pilihan pengobatan lain
Metronidazol 400 atau 500 mg per oral, 2x sehari,
atau
* Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak dibawah 12 tahun dan remaja.
** Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan anak dibawah 12 tahun
15
16
Pembiayaan
Dalam memperhitungkan biaya dari bermacam-macam rejimen pengobatan
yang ada, penting untuk dipertimbangkan bahwa biaya tersebut akan berpengaruh
pada kemanjuran pengobatan yang akan diperoleh, yaitu resiko pengulangan
pengobatan, resiko terjadinya penyebaran penyakit yang semakin luas, dan resiko
terjadinya peningkatan resistensi mikroba(3).
Penerimaan dan Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berobat pasien merupakan masalah serius yang membatasi
kemanjuran pengobatan multidoses, misalnya pengobatan dengan eritromisin dan
tetrasiklin. Oleh karena itu cara yang paling dianjurkan adalah dengan pengobatan
dosis tunggal atau pengobatan dengan jangka waktu sangat pendek. Pelaksanaan
konseling dan penyuluhan kesehatan akan meningkatkan kepatuhan berobat dan
dianjurkan agar kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu bagian dari
penatalaksanaan klinis pengobatan IMS(3).
Pada kelompok masyarakat tertentu, pengobatan per oral lebih disukai
daripada pengobatan secara injeksi, sebaliknya ada kelompok lain yang melihat cara
injeksi merupakan bentuk pengobatan yang lebih cocok bagi mereka(3).
Dengan adanya infeksi HIV, pilihan yang paling tepat adalah cara pengobatan
per oral dalam kaitan untuk mengurangi resiko yang berhubungan dengan penggunaan
peralatan injeksi yang tidak steril(3).
Penyediaan Obat
Ketersediaan beberapa obat yang bermutu perlu ditingkatkan dengan
memasukannya kedalam Daftar Obat Esensial Nasional(3).
Infeksi Ganda/ Campuran
Bilaman beberapa IMS lazim ditemukan pada suatu populasi tertentu, maka
infeksi ganda tentu sering ditemukan juga. Namun, sangat disayangkan bahwa
kemampuan pengobatan infeksi ganda dengan dosis tunggal terus menurun akibat
terjadinya resistensi N.gonorrhoeae terhadap tetrasiklin. Pada saat ini pemberian
pengobatan ganda hanya dilakukan terhadap infeksi N. gonorrhoeae dan C.
17
yang panjang dan dapat terakumulasi dalam sel tubuh, sehingga memungkinkan untuk
diberikan
dalam
dosis
tunggal.
Azitromisin
dalam
dosis
tunggal
terhadap
N. gonorrhoeae, pembentukan
penisilinase
oleh
N.
Penisilin
Sefalosporin
Spektinomisin
20
Kanamisin
Tiamfenikol
Kuinolon
21
alternatif
generasi
ketiga
sefalosporin
dapat
Tindak lanjut
Observasi terhadap gejala klinis perlu dilakukan secara cermat.
22
Tindak lanjut
Pasien agar dipantau kembali sesudah 48 jam
Pencegahan Oftalmia Neonatorum
Pengobatan pencegahan yang diberikan pada saat yang tepat akan mencegah
timbulnya oftalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonokokus. Mata bayi
yang baru lahir agar dibersihkan secepatnya segera sesudah lahir, dan
kemudian ditetesi dengan larutan nitras argenti 1% atau salep tetrasiklin 1%
sebagai upaya pencegahan. Bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi gonokokus
agar diberikan pengobatan pencegahan sebagai berikut :
Cara pengobatan yang dianjurkan :
-
pada semua laki-laki dengan keluhan duh tubuh uretra dan mitra seksualnya.
Cara pengobatan yang dianjurkan
- Doksisiklin** 100 mg, per oral, 2 kali sehari, selam 7 hari, atau
- Azitromisin, 1 g, per oral, dosis tunggal
Pilihan pengobatan lain
-
Eritromisin, 500 mg, per oral, 4 kali perhari, selama 7 hari, atau
23
Ofloksasin, 200 mg, per oral, 2 kali perhari, selama 9 hari, atau
Catatan :
pada masa kehamilan dan masa menyusui.
-
perubahan perilaku seksual seseorang yang beresiko tertular IMS dan promosi
penggunaan kondom(3).
25
DAFTAR PUSTAKA
1.
Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2005. Tinjauan Penyakit Menular Seksual
dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Hal 361-362. Jakarta: Balai penerbit
FKUI.
2.
Freedberg, I.M., Eisen, A.Z., Wolff, K., Austen, F., Goldsmith, L.A., Katz S.
2003. FITZPATRICKS DERMATOLOGY IN GENERAL MEDICINE. Hal
2198-2213. New York : McGraw-Hill.
3.
4.
Daili, S.F., Makes, W.I.B., Zubier, F., Judanarso, J. 2003. Gonore, Infeksi
Genital Non Spesifik, Trikomoniasis dalam Penyakit Menular Seksual. Hal 4472. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
5.
26