Anda di halaman 1dari 10

Nama : Herman

Kelas : SMTS 05 2011-B


Tugas : Pengembangan Wilayah

Analisis Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis


Mitigasi Sea Level Rise (Kenaikan Muka Air Laut)
Studi Kasus Kawasan Kota Lama Makassar
Abstrak
Riset ini mengenai kenaikan muka air laut atau Sea Level Rise yang terjadi
di kawasan pesisir khususnya kajian dipusatkan pada wilayah pesisir Makassar
yaitu Kota Lama Makassar. Dengan kajian berada pada ruang lingkup genangan
permukaan serta melihat arahan pengembangan kawasan pesisir berbasis kenaikan
muka air laut. Kenaikan muka air laut yang kian hari kian makin naik dengan
kenaikan 0,8-1 cm/ tahun dari tahun 2000 hingga 2010. Dari hasil analisis
peramalan genangan hingga 2100, analisis kenaikan muka air, analisis kerentanan
serta analisis keruangan lainnya baik berupa fisik daratan maupun fisik hidro
oceanografi, kawasan Kota Lama Makassar tergenang hingga 69,70 ha hingga
tahun 2100 dan menggenangi seluruh kawasan pesisir Kota Lama Makassar yang
memiliki ketinggian tanah <1,5 m. Sehingga dalam pengembangannya perlu
arahan pengembangan ruang kawasan yang berbasis mitigasi kenaikan air laut
atau Sea Level Rise.
Kata Kunci : pesisir, mitigasi,kenaikan muka air laut
Pendahuluan
Kawasan pesisir merupakan wilayah perairan laut yang terkait dengan
kegiatan budidaya dan wilayah daratan yang berada di belakang garis sempadan
pesisir yang secara langsung berkaitan dengan kegiatan sosial ekonomi di wilayah
sempadan pesisir dan perairan laut. Berdasarkan Undang-Undang No. 27 tahun
2007 Tentang Pengelolaan Pesisir dan pulau-pulau kecil, bahwa daerah pesisir
dihitung ke daerah darat yaitu dari garis pantai sampai batas administrasi, dan ke
arah laut dihitung dari garis pantai sepanjang 12 mil ke arah laut. Sehingga
kawasan pesisir merupakan daerah atau kawasan yang kaya akan potensi baik dari
sisi ekonomi, wisata, sumber daya serta potensi besar bencana. Namun secara
batas ekologi, kawasan pesisir ke darat masih dipengaruhi oleh laut dan ke laut
masih dipengaruhi darat (Dahuri, 2008; 5-6).
Kota Makassar dengan luas 175,77 Km2, dengan potensi sumber daya
pesisir yang panjang garis pantai 30 Km, dan berada pada Alur Laut Kepulauan
Indonesia II (ALKI II) karena berbatasan dengan Selat Makassar sehingga pintu
perdagangan melalui laut, kegiatan pariwisata, kegiatan kepelabuhanan, kegiatan
industri serta potensi pengembangan kawasan pesisir yang tinggi menjadikan
kawasan pesisir Kota Makassar berkembang sejak awal abad ke-16. Dilihat dari
aspek ekonomi, wilayah pesisir Kota Makassar juga mempengaruhi perubahan
yang sangat cepat pada nilai atau opportunity cost dari lahan pesisir. Kebutuhan
pengembangan pelabuhan akibat membengkaknya arus perdagangan, kebutuhan
lahan untuk pengembangan Water Front City akibat bertambahnya jumlah

penduduk yang berpendapatan menengah ke atas yang menuntut adanya lokasi


permukiman yang lebih berkualitas. Namun selain memiliki potensi yang cukup
tinggi, wilayah pesisir sangat terkenal dengan potensi akan bencana. Daerah
pesisir Indonesia 70% dapat dikatakan seluruhnya adalah daerah rawan bencana
tsunami, serta rawan gempa. Hal ini disebabkan pesisir Indonesia diapit oleh 3
lempeng besar yaitu lempeng Eurasia, Hindia-Australia, dan Lempeng Pasifik,
sehingga ketika salah satu lempeng dengan lempeng bersentuhan atau saling
bergeser maka akan terjadi gempa bawah laut yang mengakibatkan terjadinya
bencana. Bencana di wilayah pesisir yang pasti terjadi adalah Kenaikan Muka Air
laut (Sea Level Rise) akibat laju perubahan iklim yang sangat signifikan tiap
tahunnya yaitu sekitar 0,5 OC dalam kurun waktu 70 tahun terakhir, dengan ratarata kenaikan 1-7 OC dengan kenaikan muka air laut rata-rata dari tahun19932003
yaitu
sebesar
3,1
mm/tahun
(2,43,8
mm/tahun)
(Diposaptono,2009;5).Kawasan Kota Lama Makassar merupakan kawasan kota
yang beberapa dekade sebelumnya telah berkembang pesat dengan keberadaan
kawasan pelabuhan serta Benteng Fort Rotterdam yang menjadi cikal bakal
berkembangnya Kota Makassar. Kawasan kota lama yang berdekatan langsung
dengan laut, menjadikan kawasan kota lama menjadi kawasan di pesisir Kota
Makassar yang sangat potensial dari segi lahan maupun aspek penunjangnya.
Kenaikan muka air laut di kawasan Kota Lama Makassar menjadi bahan
pertimbangan dalam proses pengembangan kawasan. Dari data Pusat
Pengembangan Lingkungan Hidup (PPLH) Sulawesi kenaikan muka air laut di
kawasan Kota Lama Makassar meningkat menjadi rata-rata 0.8-0.9 cm/per tahun,
hal ini perlu dikendalikan dengan upaya mitigasi. Dalam proses
perkembangannya, kenaikan muka air laut mampu merubah tatanan potensial
kawasan pesisir khususnya sekitar wilayah pesisir Kota Makassar. Sea Level Rise
menjadi bencana yang harus diwaspadai sehingga perlunya antisipasi dalam hal
perkembangan kawasan pesisir Kota Makassar serta aspek pendukung kawasan
pesisir dalam menghadapi bencana kenaikan muka air laut. Sehingga dimasa
mendatang perlunya arahan pengembangan berbasis mitigasi bencana kenaikan
muka air laut yang mampu mengantisipasi bencana SLR.
Kajian Teori
Wilayah pesisir menurut UU 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil pasal 1 mengatakan bahwa wilayah pesisir adalah daerah
peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di
darat dan laut, serta daerah pertemuan antara darat dan laut. Wilayah pesisir
menurut UU ini bahwa dari garis pantai sampai batas administrasi, sedangkan ke
laut dihitung dari garis pantai sepanjang 12 mil ke arah pantai. Kenaikan Muka
Air Laut (Sea Level Rise) Kenaikan muka air laut merupakan parameter yang
sangat penting dalam menganalisa kerentanan terhadap kawasan Kota Lama
Makassar. Beberapa proses alam yang terjadi yang mempengaruhi kenaikan
muka air laut (Triadmodjo, 1999 ; 100 112). Proses alam tersebut meliputi ;
- Kenaikan muka air karena tsunami
- Kenaikan muka air karena gelombang

(wave set-up)
- Kenaikan muka air karena angin (wind setup).
- Kenaikan muka air karena pasang surut
Untuk memprediksi kenaikan elevasi muka air karena badai yang sangat penting
untuk diperhatikan adalah kecepatan angin. Angin yang bertiup menyebabkan
terjadinya tegangan geser pada permukaan air laut, sehingga mengakibatkan
kenaikan atau penurunan muka air laut.

Kenaikan Muka Air karena Pemanasan Global


Peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer menyebabkan
kenaikan suhu bumi sehingga mengakibatkan kenaikan muka air laut. Di dalam
perencanaan bangunan pantai, kenaikan muka air karena pemanasan global ini
harus diperhitungkan. Gambar dibawah memberikan perkiraan besarnya kenaikan
muka air laut dari tahun 1990 sampai 2100, yang disertai perkiraan batas atas dan
bawah.

Zonasi Wilayah Pesisir


Tujuan Zonasi wilayah pesisir untuk mengatasi konflik pemanfaatan
sumberdaya, serta untuk memandu pemanfaatan jangka panjang, pembangunan
dan pengelolaan sumberdaya didalam rencana wilayah rencana Beberapa Prinsip
Zonasi menurut Departemen Kelautan dan Perikanan yaitu:
Skema zonasi hendaknya mudah dipahami dan dilaksanakan sesuai dengan
ketersediaan dana, aspek teknik, dan sumber daya manusia
Sesuai dengan tujuan pembangunandaerah
Semaksimal mungkin mempertahankan existing kegiatan yang sudah ada
apabila dianggap sudah rasional dan kompatibel

Berdasar pada konflik dan prioritas yang akan ditangani


Perlu adanya kawasan kontigensi untuk kepentingan di masa mendatang

Mitigasi Bencana SLR


Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
secara struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan
maupun nonstruktur atau nonfisik melalui peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (UU No.
27 Thn 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil).
Mitigasi SLR di wilayah pesisir dengan memperhatikan beberapa variabel
penentu dalam membentuk Mitigasi di wilayah pesisir yaitu:
Resiko (Risk)
Resiko dapat diartikan sebagai suatu kemungkinan yang dapat
menyebabkan kerugian baik itu berupa materi, korban nyawa, kerusakan
lingkungan, atau secara umum dapat diartikan sebagai kemungkinan yang dapat
merusak tatanan sosial, masyarakat dan lingkungan yang disebabkan oleh
interaksi antara ancaman dan kerentanan.
Tingkat resiko suatu wilayah
bergantung hal hal berikut ini:
- Alam/geografi/geologi (kemungkinan terjadinya fenomena)
- Kerentanan masyarakat yang terpapar terhadap fenomena (kondisi dan
banyaknya)
- Kerentanan fisik daerah (kondisi dan banyaknya bangunan)
- Konteks strategis daerah
- Kesiapan masyarakat setempat untuk tanggap darurat dan membangun kembali.
Faktor Kerentanan (Vulnerability) Kerentanan dapat artikan sebagai suatu
kondisi yang menentukan bilamana bahaya alam (natural hazard) yang terjadi
dapat menimbulkan bencana alam (natural disaster). Kerentanan menunjukkan
nilai dari potensi kerugian pada suatu wilayah akibat bencana alam, baik itu nilai
lingkungan, materi, korban jiwa, tatanan sosial dan lainnya. Saat ini ada beberapa
metode dalam menentukan tingkat kerentanan bencana di wilayah pesisir. Salah
satunya adalah analisa tingkat kerentanan yang dikembangkan oleh United State
of Geological Service. Dalam analisis kerentanan ini, variabel yang digunakan
terkait dengan lingkungan fisik adalah geomorfologi. Perubahan elevasi muka air
laut, laju erosi pantai, laju akresi pantai kemiringan pantai, tinggi gelombang ratarata, dan kisaran tinggi pasang surut.

Manajemen Bencana
Ibarat sebuah siklus, pengelolaan bencana gempa dan tsunami itu mulai dari
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan (rehabilitasi dan
rekonstruksi).

Prinsip Mitigasi Kenaikan Muka Air Laut di Wilayah Pesisir


Menurut Subandono dalam memitigasi wilayah pesisir yaitu dengan cara
adaptasi. Adaptasi adalah suatu proses menetukan bagaimana mengambil suatu
strategi yang bertujuan menekan, menyesuaikan dan mampu mengambil manfaat
dari dampak suatu kejadian iklim diperluas, dikembangkan dan diterapkan.
Prinsip dasar adaptasi wilayah pesisir ada 3 yaitu :
1. Prinsip Adaptasi Akomodatif Strategi akomodatif dilakukan dengan
menyesuaikan diri terhadap kenaikan muka air laut. Strategi pola
akomodatif ini perlu orientasi bisnis baru sehubungan dengan kawasan
yang tergenang air laut.
2. Prinsip Adaptasi Protektif Alami serta Buatan .Pada prinsip ini arahan
pertahanan fisik alami dengan penanaman pohon bakau, hutan pantai,
pohon nipah, pohon api-api serta tanaman-tanaman yang berakar kuat
yang mampu menjadi penahan gelombang. Adapun secara buatan dengan
pembuatan breakwater, seawall, sand nutrition, dan lain-lain. Serta sistem
peringatan dini dengan Buoy Radar, dan sebagainya.
3. Prinsip Adaptasi Mundur Strategi adaptasi dengan pola mundur bertujuan
menghindari genangan dengan cara merelokasi permukiman, industri,
daerah lainnya agar terhindar dari kenaikan muka air laut.

Metode Penelitian
Kerangka Penulisan
ISU DAN PERMASALAHAN

IDENTIFIKASI MASALAH

PENGELOLAAN WILAYAH
PESISIR BERBASIS SLR

TENTUKAN KRITERIA
PENGEMBANGAN
WILAYAH

POTENSI WILAYAH
TERKENA DAMPAK

IMPLEMENTASI
RENCANA/PELAKSANAAN

FORMULASI RENCANA
PENGEMBANGAN

MONITORING DAN
EVALUASI

MEKANISME
FEEDBACK

PEMBAHASAN
Kawasan penelitian ini berada di Kawasan Kota Lama Makassar yang
berada di sebelah barat kawasan pesisir Kota Makassar. Berdasarkan Rencana
Detil Tata Ruang (RDTR) Kawasan Kota Lama Makassar tahun 2007 (dalam
implementasi tata ruang Mamminasata) dan Intrumen Pengendalian Ruang
(Zoning Regulation) kawasan Kota Lama Makassar berada dalam 2 Kecamatan
yang menjadi dasar hukum penetapan kawasan Kota Lama Makassar yaitu
Kecamatan Ujung Pandang dan Kecamatan Wajo dengan fokus penelitian berada
di 7 Kelurahan yaitu Kelurahan Maloku, Sawerigading, Baru, Bulogading,
Pattunuang, Ende, dan Melayu Baru. Dengan luas wilayah keseluruhan yaitu
176.25 Ha. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di kawasan Kota Lama
Makassar didominasi oleh bangunan permukiman (22,55%) dan perdagangan dan
jasa (40,28). Kawasan kota lama merupakan kawasan yang padat akan aktivitas
penggunaan lahan terutama perdagangan, disekitar Kota Lama Makassar sangat
padat akan perdagangan dan jasa, seperti beberapa titik pengamatan di lapangan
yaitu jalan penghibur, nusantara, somba opu,dan lain-lain. Padatnya aktivitas juga
membuat ruang-ruang
terbuka sangat sedikit, dengan kepadatan bangunan melewati ambang batas. Dari
perhitungan Citra dengan menggunakan GIS dan track GPS dilapangan tahun
2010, lahan yang terbangun di kawasan kota lama yaitu sebesar 94,66 Ha
sedangkan ruang terbuka untuk public, privat serta ruang terbuka untuk prasarana
jalan dan lain-lain sebesar 81,59 Ha, sehingga kawasan Kota Lama Makassar
dapat dikatakan saat ini sangat padat dan sesak akan aktivitas. Kenaikan muka air
laut untuk kota Makasar diproyeksikan tahun 2050 dan 2100 kenaikannya 56 cm
dan 110 cm. Dengan modifikasi proyeksi kebelakang maka 10 tahun terakhir
mulai tahun 2000-2009 mengalamikenaikan cukup signifikan dengan kenaikan
airlaut rata-rata tiap tahunnya sebesar 15,67%.

1. Analisis Ambang Batas Pengembangan


Ambang batas pengembangan (Treshold Analyst) untuk menganalisis kemampuan
suatu kawasan berkembang, sedangkan prinsip dari analisis ini adalah efisiensi
dan efektifitas pengembangan lahan dengan melihat data perkembangan fisik
kawasan atau wilayah. Variabel penentu batas pengembangan berbasis mitigasi
SLR suatu kawasan yaitu penggunaan lahan, serta kenaikan muka air laut yang
terjadi yang diprediksi 100 tahun kemudian.
2. Limitasi Fisiografis
Kondisi fisik daratan kawasan seperti kemiringan lereng, jenis tanah, serta
keaadaan batuan kawasan Kota Lama Makassar, tidak menjadi kendala
pengembangan kawasan. Pengembangan kawasan secara fisik perairan tidak
terlalu menjadi kendala, baik itu perencanaan untuk reklamasi, namun batas
ambang pengembangan untuk variabel lain akan menjadi pertimbangan penting.
3. Kemungkinan Mengubah Penggunaan Lahan dan Fungsi Bangunan
Kondisi penggunaan lahan yang sekarang pada tahun 2010 sangat padat dengan
berbagai aktivitas di dalamnya, sehingga pengembangan guna lahan baru sangat
tidak mungkin. Kemungkinan mengubah fungsi bangunan sangat dimungkinkan,
hal ini fungsi bangunan kawasan Kota Lama Makassar sangat menentukan
besaran aktivitas dalam kawasan Kota Lama Makassar. Fungsi bangunan di
kawasan kota lama dimungkinkan dapat berubah sesuai untuk menghadapi
keadaan muka air laut yang diprediksi tahun 2100 akan naik, sehingga fungsi
bangunan yang masih memiliki ruang-ruang terbuka serta resapan air maka tetap
dipertahankan, serta bangunan-bangunan yang dianggap telah menyalahi aturan
bangunan dapat dibebaskan, hal ini melihat kawasan kota lama sangat sedikit
ruang terbuka untuk resapan air.
4. Kemungkinan Revitalisasi Prasarana Perkotaan
Prasarana perkotaaan di kawasan Kota Lama Makassar diharapkan dapat
direvitalisasi dalam menghadapi kenaikan muka air laut hingga 100 tahun
kedepan, hal ini untuk lebih dini mempersiapkan kawasan kota lama yang makin
hari makin tumbuh seiring tumbuhnya Kota Makassar. Arahan Pengembangan
Kawasan Kota Lama Makassar Berbasis Kenaikan Muka Air Laut Arahan
pengembangan kawasan berbasis mitigasi dari SLR merupakan peralihan
paradigma dalam penataan ruang kawasan dengan mengutamakan pertimbangan
pada kondisi fisik dasar kawasan tersebut. Kawasan Kota Lama Makassar
merupakan kawasan pesisir dengan kerentanan sedang terhadap kenaikan muka
air laut dari tahun proyeksi yaitu tahun 2025-2100. Arahan pengembangan
kawasan Kota Lama Makassar dibagi atas 2 zona kawasan yaitu Zona A dengan
kategori kawasan rentan terhadap SLR (Tidak Aman) dan Zona B kawasan yang
aman atau tidak rentan terhadap SLR. Zona A (Zona Rentan/Tidak Aman dari
SLR) Arahan Penggunaan Lahan serta Tata Bangunan Kawasan. Zona A
merupakan zona yang rentan terhadap kenaikan muka air laut seluas 81,63 Ha
yang meliputi kelurahan
Pattunuang, Bulogading, Ende, Melayu Baru,
Sawerigading dan Maloku, dengan kenaikan muka air laut mencapai 1,22 meter
pada tahun 2100. Zona A dalam proses pengembangannya perlu dikendalikan
khususnya penggunaan lahan dan tata bangunan. Untuk kawasan zona A,
penggunaan lahan di zona ini diarahkan untuk tidak membangun tutupan lahan

yang baru, hal ini untuk memberi ruang sebagai ronggarongga untuk ruang
terbuka. Untuk tata bangunan kawasan Zona A, sebaiknya pada sekitar pantai
permukiman yang berkepadatan rendah seperti pada Kelurahan Ende, Maloku dan
Sawerigading untuk Kelurahan Melayu Baru hingga Pattunuang yang memiliki
kepadatan tinggi, diharapkan sesuai arahan pemanfaatan ruang dapat dibatasi
tersebarnya distribusi permukiman. Mengendalikan fungsi ruang khususnya
permukiman. Perkantoran, retail maupun perdagangan dan jasa dikendalikan
pemanfaatannya agar tidak tumbuh kembali perdagangan dan pemanfaatan lain di
luar rencana kawasan.Pentingnya mempertahankan ruang terbuka yang telah ada
hal ini untuk menjaga titik atau lokasi resapan air. Kawasan losari dan sekitarnya
diharapkan dibuatkan penahan atau dinding pantai yang lebih tinggi daripada
sekarang, hal ini penting sebagai upaya proteksi terhadap kenaikan muka air laut.
Akibat penggunaan lahan kawasan sekitar tidak diubah secara besar besaran,
sistem proteksi dengan membangun dinding pantai lebih tinggi maupun
menimbun kawasann sekitar pantai. Di depan kawasan bersejarah Fort Rotterdam
sebisa mungkin diubah fungsi menjadi ruang terbuka dengan pembangunan
reklamasi kawasan dengan tinggi maksimum mencapai 2 meter dari tinggi
normal.
Upaya proteksi disekitar pelabuhan terutama kolam pelabuhan,
breakwater, atau pemecah ombak diharapkan mampu diperbaiki atau ditambah
ketinggiannya. Namun rencana Pelabuhan Soekarno Hatta akan melakukan
reklamasi untuk menambak luasan kawasan pelabuhan, sehingga rencana ini
perlui direalisasikan segera dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun dimulai dari
tahun sekarang (2010). Arahan Revitalisasi Prasarana Kawasan Prasarana
kawasan seperti jalan, air bersih, dan drainase secara terpadu direncanakan serta di
kembangkan dalam lingkup mitigasi SLR Air. Pembangunan jaringan jalan,
drainase serta prasarana lainnya diharapkan mampu menghadapi gempuran serta
hantaman kenaikan muka air laut.
KESIMPULAN
Berdasarkan data dan hasil analisis yang dilakukan, maka dihasilkan kesimpulan
berdasarkan tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut;
1. Pesisir Kota Lama Makassar merupakankawasan yang sangat padat dan
sangat sibuk akan aktivitas ruang yang terdiri permukiman, pariwisata,
perhotelan, pelabuhan, perkantoran, perdagangan, dan lain-lain. Dari data
dan analisis Kenaikan Muka Air laut pada tahun 2100 mengalami
kenaikan hingga 122 cm sehingga sangat berpengaruh terhadap kawasan
yang berada di sekitar pesisir Kota Lama Makassar. Kenaikan muka air
laut di kawasan kota mempengaruhi 65 Ha penggunaan lahan yang berada
di kawasan kota lama. Seperti Pelabuhan, perkantoran, rekreasi,
permukiman, dan lain-lain. Kenaikan muka air laut di kawasan kota lama
menelan kerugian dari segi lahan mencapai 7,5 triliun hingga tahun 2100,
serta menjadikan lokasi yang tidak ternilai harganya seperti pelabuhan
serta Fort Rotterdam menjadi tergenang.

2. Arahan kebijakan penataan kawasan Kota Lama Makassar harus menjadi


pedoman pelaksanaan hal ini dikarenakan beberapa arahan rencana
pemanfaatan lahan di kawasan kota lama berbasis mitigasi SLR. Arahan
pengembangan dari hasil penelitian yaitu mengarahakan kotalama
Makassar pada 2 zona, yaitu Zona Rawan SLR dan Zona Aman SLR.
Zona A merupakan zona yang rentan terhadap kenaikan muka air laut
seluas 81,63 Ha dengan kenaikan muka air laut mencapai 1,22 meter pada
tahun 2100. Arahan pada Zona A yaitu penggunaan lahan di zona ini
diarahkan untuk tidak membangun tutupan lahan yang baru, hal ini untuk
memberi ruang sebagai rongga-rongga untuk ruang terbuka Sarana vital
yang berada di zona A seperti sarana kesehatan, perkantoran serta
pendidikan sebagai sarana-sarana sosial, dikendalikan sesuai arahan
pemanfaatan ruang. Pembangunan breakwater serta reklamasi pantai
dengan strutkur yang baik akan memitigasi SLR secara buatan atau
teknologi. Prasarana kawasan seperti jalan, air bersih dan drainase secara
terpadu direncanakan serta di kembangkan dalam lingkup mitigasi SLR.
Pada Zona B Luas zona B yaitu 94,62 Ha, dengan Pemanfaatan lahan
zona B tidak terlalu jauh berbeda dengan zona A dan fungsi-fungsi
bangunan harus dikendalikan hal ini untuk mengawasi bangunan yang
seharusnya berada dalam kawasan dan diharapkan berubah fungsi sesuai
dengan arahan pemanfaatan lahan kawasan.

DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo.
Ilmu:Yogyakarta

2008.

Kawasan

Pembangunan

Semeja.

Graha

Budhiarsono, Sugeng. 2005. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan


Lautan. Pradnya Paramita : Jakarta
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002. Pedoman Umum Penataan Ruang
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil :Jakarta

Anda mungkin juga menyukai