Hukum Kloning
Hukum Kloning
PENDAHULUAN
Mampukah fikih menjawab tantangan kemajuan rekayasa genetika?
Pesatnya perkembangan teknologi rekayasa genetika haruslah terkejar oleh
produk-produk fikih yang ada selama ini. Seperti halnya masalah fikih-fikih
terdahulu sebagaimana diberikan oleh para ulama seperti soal bayi tabung dan
imsemnasi buatan, maka masalah rekayasa genetika, sampai pada soal revitalisasi
DNA, pembiakan sel lewat transplantasi, bahkan menyelewengkan penciptaan
lewat pencangkokan jaringan sel yang pada saat ini mulai banyak berkembang
haruslah dicari solusinya.
Informasi terbaru, seperti dilaporkan majalah ilmiah bebahasa Inggris,
Scientific American, dalam rubric medicinenya, adalah sukses besar praktik
pengobatan lewat terapi gen (Gene Theraphy). Yaitu, sebuah pengobatan untuk
menyembuhkan penyakit-penyakit genetis. Modus operandi terapi ini adalah
dengan cara mencangkokkan gen-gen baru yang lebih sehat dengan mengganti
gen-gen rusak yang membawa kelainan dalam tubuh.1
Bukan Cuma itu, terapi gen juga akan dipakai untuk mengobati kelainan
fisik dan perilaku. Hidung pesek, misalnya diubah menjadi mancung. Caranya
mudah, cukup dengan mengganti gen-gen yang membawa unsur pesek dengan
yang mancung.
Lalu bagaimana fikih mengantisipasi masalah ini? Bagaimanapun,
tampaknya masih diperlukan penelaahan lebih lanjut tentang masalah ini, yaitu
bagaimana hokum islam tentang zat genetic (Kloning) itu?.
BAB II
1
Lutfi Asy-Syaukani, Poltik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fiqih Kontemporer
(Pustaka Hidayah: Bandung.1998) hal.141
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kloning
Kloning menurut bahasa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu clone
atau klon yang berarti kumpulan sel turunan dari sel induk tunggal dengan
reproduksi aseksual.2 Sedangkan menurut istilah Kloning adalah teknik
membuat keturunan dengan kode genetic yang sama dengan sel induknya
tanpa diawali proses pembuahan sel telur atau sperma tapi diambil dari inti
sebuah sel pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan
maupun manusia.3
B.
Macam-macam Kloning
Dalam hal ini Kloning terdiri dari beberapa macam, antara lain:
1. Kloning pada tumbuhan
Kloning pada tumbuhan yaitu mencangkok atau menstek tanaman
untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat persis sama dengan
induknya.4
2. Kloning pada hewan
Kloning pada hewan pertama kali dicoba pada tahun 1950-an pada
hewan katak, tikus, kera dan bison juga pada domba, dan dalam
kelanjutannya proses yang berhasil hanyalah percobaan Kloning pada
domba. Awal mula proses pengkloningan domba adalah dengan
mengambil inti sel dari tubuh domba, yaitu dari payudara atau ambingnya
lalu sifat khusus yang berhubungan dengan fungsi ambing ini dihilangkan,
kemudian inti sel tersebut dimasukkan kedalam lapisan sel telur domba,
setelah inti selnya dibuang kemudian ditanamkan kedalan rahim domba
agar memperbanyak diri, berkembang berubah menjadi janin dan akhirnya
di hasilkan bayi domba. Pada akhirnya domba ini mempunyai kode
2
Halid Alkaf, Kloning dan Bayi Tabung Masalah dan Implikasinya (PB UIN: Jakarta.
2003) hal.4
3
Dr. Sahal Mahfudh, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam (LTN NU dan Diantama:
Surabaya. 2004) hal.544
4
Halid Alkaf, Kloning dan Bayi Tabung Masalah dan Implikasinya .hal.4
selnya diambil dan digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah
dibuang inti selnya. Sel telur ini setelah bergabung dengan inti sel tubuh
perempuan lalu ditransfer ke dalam rahim perempuan agar memperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan akhirnya dilahirkan
sebagai bayi. Bayi yang dilahirkan merupakan keturunan dengan kode
genetik yang sama dengan perempuan yang menjadi sumber pengambilan
sel tubuh. Hal tersebut mirip dengan apa yang telah berhasil dilakukan
pada hewan domba.
Adapun pewarisan sifat yang terjadi dalam proses Kloning, sifatsifat yang diturunkan hanya berasal dari orang yang menjadi sumber
pengambilan sel tubuh, baik laki-laki maupun perempuan. Dan anak yang
dihasilkan akan memiliki ciri yang sama dengan induknya dalam hal
penampilan fisiknya seperti tinggi dan lebar badan serta warna kulit dan
juga dalam hal potensi-potensi akal dan kejiwaan yang bersifat asli.
Dengan kata lain, anak tersebut akan mewarisi seluruh ciri-ciri yang
bersifat asli dari induknya. Sedangkan ciri-ciri yang diperoleh melalui
hasil usaha, tidaklah dapat diwariskan. Jika misalnya sel diambil dari
seorang ulama yang faqih, atau mujtahid besar, atau dokter yang ahli,
maka tidak berarti si anak akan mewarisi ciri-ciri tersebut, sebab ciri-ciri
ini merupakan hasil usaha, bukan sifat asli.
C.
pelaksanaan
hokum-hukum
syara.
Seperti,
hokum
Hukum Kloning
Menurut syara hokum Kloning pada tumbuhan dan hewan tidak apaapa untuk dilakukan dan termasuk aktivitas yang mubah hukumnya. Dari hal
itu memanfaatkan tanaman dan hewan dalam proses Kloning guna mencari
obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit manusia terutama yang
kronis adalah kegiatan yang dibolehkan Islam, bahkan hukumnya sunnah
(mandub), sebab berobat hukumnya sunnah. Begitu pula memproduksi
berbagai obat-obatan untuk kepentingan pengobatan hukumnya juga sunnah.
Imam Ahmad telah meriwayatkan hadits dari Anas RA yang telah berkata,
bahwa Rasulullah SAW berkata:
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia
menciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian !
Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Usamah bin
Syuraik RA, yang berkata:
Aku pernah bersama Nabi, lalu datanglah orang-orang Arab Badui. Mereka
berkata,Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat ?
Maka Nabi SAW menjawab :
Ya. Hai hamba-hamba Allah, berobatlah kalian, sebab sesungguhnya Allah
Azza wa Jalla tidaklah menciptakan penyakit kecuali menciptakan pula obat
baginya
7
8
mempertinggi
dan Bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan lakilaki dan perempuan, dari air mani apabila dipancarkan. (QS. An Najm :
45-46)
Allah SWT berfirman :
Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),
kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya,
dan menyempurnakannya. (QS. Al Qiyaamah : 37-38)
2. Anak-anak produk Kloning dari perempuan saja (tanpa adanya laki-laki),
tidak akan mempunyai ayah. Dan anak produk Kloning tersebut jika
dihasilkan dari proses pemindahan sel telur-yang telah digabungkan
dengan inti sel tubuh-ke dalam rahim perempuan yang bukan pemilik sel
telur, tidak pula akan mempunyai ibu. Sebab rahim perempuan yang
menjadi tempat pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi penampung,
tidak lebih. Ini merupakan tindakan menyia-nyiakan manusia, sebab dalam
9
kondisi ini tidak terdapat ibu dan ayah. Hal ini bertentangan dengan firman
Allah SWT :
Hai manusia, sesunguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang lakilaki dan seorang perempuan. (QS. Al Hujuraat : 13)
3. Kloning manusia akan menghilang nasab (garis keturunan). Padahal Islam
telah mewajibkan pemeliharaan nasab. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas
RA, yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :
Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan
ayahnya, atau (seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain
tuannya, maka dia akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat, dan
seluruh manusia. (HR. Ibnu Majah)
Berdasarkan dalil-dalil itulah proses Kloning manusia diharamkan
menurut hukum Islam dan tidak boleh dilaksanakan.10
E.
Nasional
VI
Majelis
Ulama
Indonesia
yang
Abdul Qadim Zallum terjemah Sigit Purnawan Jati, S.Si.,Hukmu Asy Syari fi Al
Istinsakh, Naqlul Adlaa, Al Ijhadl, Athfaalul Anabib, Ajhizatul Inasy Ath Thibbiyah, Al Hayah
wal Maut ( Darul Ummah: Beirut, Libanon, Cetakan. 1997) hal. 48
3.
bahwa oleh karena itu, MUI dipandang perlu untuk menetapkan fatwa
tentang hukum Kloning untuk dijadikan pedoman.
Memperhatikan:
1. Kloning tidak sama dengan, dan sedikit pun tidak berarti, penciptaan,
melainkan hanya sekedar penggandaan.
2. Secara umum, Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan akan
membawa kemanfaatan dan kemaslahatan kepada umat manusia.
3. Kloning terhadap manusia dapat membawa manfaat, antara lain : rekayasa
genetik lebih efisien dan manusia tidak perlu khawatir akan kekurangan
organ tubuh pengganti (jika memerlukan) yang biasa diperoleh melalui
donor, dengan Kloning ia tidak akan lagi merasa kekurangan ginjal, hati,
jantung, darah, dan sebagainya, karena ia bisa mendapatkannya dari
manusia hasil teknologi Kloning.
4. Kloning terhadap manusia juga dapat menimbulkan mafsadat (dampak
negatif yang tidak sedikit; antara lain :
a. menghilangkan nasab anak hasil Kloning yang berakibat hilangnya
banyak hak anak dan terabaikan-nya sejumlah hukum yang timbul dari
nasab;
b. institusi
perkawinan
yang
telah
disyari'atkan
sebagai
media
tidak akan ada lagi rasa saling mencintai dan saling memerlukan
antara laki-laki dan perempuan;
1. Firman Allah S WT : "Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dariNva.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir" (QS. al-Jatsiyah [45].- 13).
2. Firman Allah SWT : "Dan Kami telah memuliakan anak-anakAdam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari Yang
baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas rraakhluk vang telah Kami ciptakan " (QS. al-Isra'[I7]: 70).
8. Firman Allah SWT : "..f apakah mereka menjadikan beberapa sekutu
bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nva sehingga kedua
ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka. Katakanlah, 'Allah adalah
Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Mahaesa lagi
Mahaperkasa (QS. al-Ra'd [13]: 16)
3. firman Allah SWT : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakar manusia
dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudiar Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan ; dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air
man: itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpa. darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dar. segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulan, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan dagiri 27
Kemudian Kami jadikan dia makhluk (berbentuk) lain. Maha sucilah
Allah, Pencipta Paling baik" (QS. al-Mu'minun (23]: 12-14).
4.
dari
pada
mendatangkan
kemaslahatan
MEMUTUSKAN
Menetapkan
1. Fatwa musyawarah nasional n-i majelis ulama indonesia tentang Kloning.
2. Kloning terhadap manusia dengan cara bagaimanapuyang berakibat pada
pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram.
3.
dilakukan
demi
kemaslahatan
dan/atau
untuk
Keputusan fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap
muslim yang memerlukan dapat mengetahuinya, menghimbau semua
pihak untuk menyebarluaskan fatwa ini.11
KESIMPULAN
Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetic yang
sama dengan sel induknya tanpa diawali proses pembuahan sel telur atau
sperma tapi diambil dari inti sebuah sel pada makhluk hidup tertentu baik
berupa tumbuhan, hewan maupun manusia.
11
10
DAFTAR PUSTAKA
Alkaf, Halid Kloning dan Bayi Tabung Masalah dan Implikasinya, PB UIN:
Jakarta. 2003
Asy-Syaukani, Lutfi, Poltik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fiqih
Kontemporer, Pustaka Hidayah: Bandung.1998
11
Mahfudh, Dr. Sahal, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, LTN NU dan
Diantama: Surabaya. 2004
Maruf, Farid Hukum Kloning, http:// konsultasi. Wordpress.com. 2007
Zallum, Abdul Qadim terjemah Sigit Purnawan Jati, S.Si.,Hukmu Asy Syari fi Al
Istinsakh, Naqlul Adlaa, Al Ijhadl, Athfaalul Anabib, Ajhizatul Inasy
Ath Thibbiyah, Al Hayah wal Maut ( Darul Ummah: Beirut, Libanon,
Cetakan. 1997)
Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada
tangga123-27 Rabi'ul Akhir 1421 H. / 25-29 Juli 2000
KLONING
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
"MASAILUL FIQIH"
12
Oleh:
Miftahul Muthoharoh
Tu'nas Fuaidah
Ikadhotun Nimah
: D31205003
: D31205007
: D31205016
Dosen:
Drs. Munawir, M. Ag.
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2008
13