Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRESENTASI KASUS

BAYI RERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

Oleh:
Ira Susanti Haryoso
105103003416

Pembimbing:
Dr. Rita Wahyunarti, SpA

MODUL KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK DAN REMAJA


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M
BAB I
1

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
A. Pasien
Nama

: Bayi Ny. Tjuariah

Tempat / Tanggal Lahir

: Jakarta / 01 Desember 2009

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Jawa

Alamat

: Bulak Indah no.80 RT 014/03 Pd.Betung,


Pd. Aren - Tangerang.

B. Orang Tua Pasien


Nama
Umur
Agama
Perkawinan
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Penyakit

:
:
:
:
:
:
:
:

Ayah
Tn. Sutrisno
31 tahun
Islam
Pertama
SMA
Karyawan swasta
Rp. 1.200.000/bulan
(-)

Ibu
Ny. Tjuariah
31 tahun
Islam
Pertama
SMA
Ibu Rumah Tangga
(-)
(-)

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 03 Desember 2009 pukul 12.00 WIB
secara alloanamnesis dengan ibu pasien.
A. Keluhan Utama
Berat badan lahir rendah

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien lahir pada tanggal 01 Desember 2009 pukul 23.10 WIB lahir
secara spontan, tunggal dari ibu G1P1A0. Berat lahir pasien 1700 gram
dengan panjang badan 41 cm, lingkar kepala 30 cm, lingkar dada 31 cm,
2

lingkar perut 29 cm, lingkar lengan atas 10 cm. Pasien tidak memiliki kelainan
bawaan, anus (+). APGAR Score 8/9. Pasien ketika lahir langsung menangis
kuat, tidak sesak, tidak ikterik dan tidak pucat. Mekoneum (+), BAK (+).
Perdarahan (-), kejang (-), demam (-), reflex hisap baik, minum ASI habis 8 x
15 cc (tanggal 02 Desember 2009), 8 x 20cc (pada tanggal 03 Desember
2009), dan 8 x 25 cc (pada tanggal 04 Desember 2009) tonus otot baik.
C. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu pasien mengandung (hamil) selama 9 bulan lebih 1 minggu (37
minggu). Selama hamil ibu pasien rutin kontrol ke puskesmas sebanyak 13x/bulan. Pada awal kehamilan sekitar 1-3 bulan ibu pasien mengeluh nafsu
makannya turun, mual (+), muntah (+), dan saat itu berat badan ibu tidak
mengalami kenaikan (sama seperti saat ibu sebelum hamil yaitu 37 Kg), berat
badan mulai meningkat saat usia kehamilan 6 bulan.
Ibu pasien mengatakan tidak pernah sakit selama hamil, tekanan darah
selalu dalam batas normal, riwayat kencing manis disangkal, dan tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan selain obat yang diberikan oleh dokter puskesmas
bila sakit. Ibu juga tidak mengkonsumsi jamu selama mengandung. Selama ibu
pasien hamil, suami dan ayah (ibu pasien) tetap merokok di sekitar rumah.
Dalam sehari dapat menghabiskan 1 bungkus rokok.
Pada tanggal 01 desember 2009, ibu pasien merasa nyeri perut, mulas
yang tidak hilang-hilang seperti ingin melahirkan, lalu ibu pasien dibawa ke
puskesmas terdekat dan saat diperiksa ternyata sudah pembukaan 6, dan
akhirnya pasien dirujuk ke RSUP Fatmawati. Golongan darah ibu O, rh tidak
tahu.
D. Susunan Keluarga
Pasien adalah anak pertama dalam keluarga tersebut. Ibu belum pernah
aborsi sebelumnya dan pasien adalah anak dari kehamilan pertama (G1P1A0).
E. Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan
Rp.1.200.000,-/bulan. Sedangkan ibu pasien tidak bekerja (ibu rumah tangga).

F. Riwayat Perumahan dan Sanitasi Lingkungan


Keluarga pasien tinggal di sebuah rumah kontrakan ukuran 10m x 4m
dengan 1 ruang tamu, 1 ruang tidur, 1 kamar mandi, dan 1 dapur. Masingmasing ruangan dibatasi tembok dan berlantai semen. Ventilasi rumah terasa
kurang, pencahayaan sinar matahari terasa kurang, jauh dari selokan dan tidak
ada tumpukan sampah di sekitar rumah.
III.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 Desember2009, pukul 17.00 WIB.
Keadaan umum

: bayi menangis kuat, gerak aktif (+), ikterik (-).

Kesadaran

: compos mentis

Berat badan

: 1700 gram

Panjang badan

: 41 cm

Lingkar kepala

: 30 cm

Lingkar dada

: 31 cm

Lingkar perut

: 29 cm

Lingkar lengan atas

: 10cm

Tanda vital:

HR

: 125 x / menit

RR

: 30 x / menit

Suhu : 37,1 C diukur di aksila dextra

Kulit

: ikterik (-) di seluruh tubuh, pucat (-), petekie (-),


sianosis (-).

Kepala

: caput (-), UUB datar, mikrochepali, rambut halus.

Mata

: CA -/-, SI -/-, katarak (-), pupil bulat isokor, refleks


cahaya +/+.

Telinga

: serumen (-/-).

Hidung

: septum deviasi (-), sekret (-),napas cuping hidung(-).

Mulut

: bibir kering (-), mukosa bibir lembab (+), pucat (-),


palatoskisis (-)

Tenggorok

: sulit dinilai.

Leher

: KGB tidak teraba.

Toraks

: bentuk dan gerak dada simetris saat statis dan


dinamis, retraksi sela iga (-).

Jantung
Inspeksi

: ictus cordis terlihat di ICS IV linea midclavicularis


sinistra.

Palpasi

: ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicularis


sinistra.

Perkusi

: tidak dilakukan.

Auskultasi

: S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-).

Inspeksi

: simetris saat statis dan dinamis.

Palpasi

: tidak ada benjolan (-).

Perkusi

: tidak dilakukan.

Paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Ronchi -/-, Wheezing -/-.


Abdomen
Inspeksi

: datar

Palpasi

: supel, turgor baik, hepar teraba 1 cm dibawah arcus


costae, lien tidak teraba.

Perkusi

: timpani.

Auskultasi : bising usus (+) normal.


Ekstremitas

: gerak aktif, akral hangat, perfusi baik, telapak


plantar creases anterior.

Genitalia/anus

: laki-laki, skrotum (+), testis (+) telah turun, anus (+)

Refleks Moro

: (+)

Refleks tonic neck

: (+)

Refleks grasp

: plantar +/+, palmar +/+

Penilaian maturitas

Ballard Score : 33 (usia kehamilan 37 minggu)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


6

Cek Darah Lengkap


Cek GDS
Cek Golongan Darah
V.

DIAGNOSIS KERJA
NCB-KMK
BBLR

VI. PENATALAKSANAAN (02 Desember 2009)


Keringkan dan hangatkan
ASI/PASI 8x20cc
Inj.Vit K
Imunisasi Hep.B (ditunda)
VII. PROGNOSIS
Ad vitam

: ad bonam

Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
VIII. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 02 Desember 2009 (pukul 01:40:46 am)
Pemeriksaan
Hb
Ht
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
VER
HER
KHER
RDW
Netrofil
Limfosit
Monosit
GDS
CRP
Golongan darah

Hasil
13,7
41
10,2
246
3,72
111
36,8
33,2
17,0
47
46
8
44
O/Rh (+)

Nilai normal
15,2-23,6 g/dL
44-72%
9,4-34 ribu/uL
150-440 ribu/uL
4,3-6,3 juta/uL
98-122 fl
33-41 pg
31-35 g/dL
11,5-14,5%
50-70%
20-40%
2-8%
40-80 mg/dL

IX. FOLLOW UP
S
02 Desember

O
BB : 1700 gr

Tanda vital
HR
: 125x/menit
Menangis kuat,
RR : 30x/menit
gerak aktif
S : 37,10C (axila)
Kepala : dbn
Mata : CA-/-, Si -/ Hidung : NCH (-)
2009

Mulut

A
NCB-KMK
Spontan

hangatkan

KPD 1 jam 30

bayi

menit, hijau.
BBLR

ASI/PASI
8x15cc
Inj. vit K
Imunisasi

: sianosis (-),

hep.B

mukosa lembab (+)


C/P

P
Keringkan dan

(ditunda)

: dbn

Cek gol.darah,

Abdomen: BU (+) N,

DL, dan GDS

hepar teraba 1 cm dac


Ekst
: hangat
BB : 1700 gr

NCB-KMK

Hangatkan

Tanda vital

Spontan

ASI/PASI

Menangis kuat,

HR : 131 x/menit

gerak aktif,

KPD 1 jam 30

RR : 32 x/menit

menit, hijau.

iketrus (-)

03 Desember
2009

: 37,1C

8x20cc

BBLR

Kepala : dbn
Mata : CA-/-, Si -/ Hidung : NCH (-)
Mulut

: sianosis (-)

C/P

: dbn

Abdomen: BU (+) N
Ekst
: hangat
BB : 1600 gr

NCB-KMK

Tanda vital

Spontan

Tidur tenang,

HR : 126 x/menit

sianosis (-)

KPD 1 jam 30

RR : 50 x/menit

menit, hijau.

04 Desember
2009

: 37,2C

Hangatkan
bayi
ASI/PASI
8x25cc

BBLR
8

Kepala : dbn
Mata : Ca -/-, Si -/ Hidung : nch (-)
Mulut

: sianosis (-)

C/P

: dbn

Abdomen: BU (+) N
Ekst
: hangat
NB : Pasien pulang paksa pada tanggal 04 Desember 2009 (pukul 17.00)
X. RESUME
Pasien lahir pada tanggal 01 Desember 2009 pukul 23.10 WIB dengan cara
lahir spontan. BB 1700 gr, PB 41 cm, H-37 minggu, ketuban pecah dini 1 jam 30
menit, warna hijau encer. Pasien tidak memiliki kelainan bawaan, anus (+).
APGAR Score 8/9. Minum ASI habis 8 x 15 cc (pada tanggal 02 Desember 2009)
Perdarahan (-), pucat (-), muntah (-), kejang (-), demam (-), refleks hisap baik,
minum habis 8 x 20 cc (pada tanggal 03 Desember 2009) dan 8 x 25 cc (pada
tanggal 04 Desember 2009), tonus otot baik, BAB dan BAK (+).
Selama hamil ibu pasien mengeluh tidak nafsu makan, pada awal kehamilan
(1-3 bulan) berat ibu sama dengan saat ibu belum hamil. Riwayat sakit, minum
obat dan jamu selama hamil disangkal ibu. Golongan darah ibu adalah O.

Pada pemeriksaan fisik tanggal 02 Desember 2009 ditemukan :


BB lahir

: 1700 gr

Tanda vital

Kulit

o HR

: 125 x / menit

o RR

: 30 x / menit

o Suhu

: 37,1 C diukur di aksila dextra


: ikterik (-), pucat (-), petekie (-),
hematom (-), sianosis (-).
9

Kepala

: caput (-), UUB datar, mikrochepali, rambut halus.

Mata

: CA-/-, SI -/-, katarak (-).

Hidung

: napas cuping hidung (-), sekret (-).

Mulut

: mukosa bibir lembab (+), pucat (-).

Jantung

: dalam batas normal

Paru

: dalam batas normal

Abdomen

: dalam batas normal

Ekstremitas

: akral hangat, pucat (-), plantar creases anterior.

Genitalia

: laki-laki, skrotum (+), testis (+), anus (+).

Refleks Moro

: (+)

Refleks tonic neck

: (+)

Refleks grasp

: plantar +/+, palmar +/+

Laboratorium 02 Desember 2009 (pukul 01:40:46 am)


Pemeriksaan
Hb
Ht
Eritrosit
Netrofil
Limfosit

Hasil
13,7
41
3,72
47
46

Nilai normal
15,2-23,6 g/dL
44-72%
4,3-6,3 juta/uL
50-70%
20-40%

BAB II
ANALISA KASUS
Dari ilustrasi kasus diatas telah dirumuskan melalui keterangan anamnesis dan
hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan serta disesuaikan dengan teori yang ada,
maka kasus ini mengarah kepada diagnosis : NCB-KMK, dan BBLR.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, didapatkan halhal yang mendukung ke arah diagnosis, antara lain :
1. anamnesis
a. pasien lahir dengan berat badan 1700 gram
10

b. pasien lahir secara spontan


c. ibu pasien mengandung (hamil) selama 9 bulan lebih 1 minggu
(37 minggu).
d. pada awal kehamilan sekitar 1-3 bulan ibu pasien mengeluh nafsu
makannya turun, mual (+), muntah (+), dan saat itu berat badan ibu
tidak mengalami kenaikan (sama seperti saat ibu sebelum hamil
yaitu 37 Kg)
e. selama hamil, ibu mengatakan tidak pernah mengalami sakit, dan
tidak pernah minum obat apapun selain dari puskesmas.
f. selama ibu hamil, suami dan ayah (ibu pasien) tetap merokok di
sekitar rumah. Dalam sehari dapat menghabiskan 1 bungkus rokok.
g. ibu belum pernah aborsi sebelumnya dan pasien adalah anak dari
kehamilan pertama (G1P1A0).
2. pemeriksaan fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil, antara lain:
Keadaan umum

: bayi menangis kuat, gerak aktif (+), ikterik (-).

Kesadaran

: compos mentis

Berat badan

: 1700 gram

Panjang badan

: 41 cm

Lingkar kepala

: 30 cm

Lingkar dada

: 31 cm

Lingkar perut

: 29 cm

Lingkar lengan atas : 10 cm

Tanda vital:
HR

: 125 x / menit

RR

: 30 x / menit

Suhu

: 37,1 C diukur di aksila dextra

Status Generalis
Kulit

: ikterik (-) di seluruh tubuh, pucat (-), petekie (-),


sianosis (-).

Kepala

: caput (-), UUB datar, mikrochepali, rambut halus.

Mata

: CA -/-, SI -/-, katarak (-), pupil bulat isokor, refleks


11

cahaya +/+.
Telinga

: serumen (-/-).

Hidung

: septum deviasi (-), sekret (-),napas cuping hidung(-).

Mulut

: bibir kering (-), mukosa bibir lembab (+), pucat (-),


palatoskisis (-)

Tenggorok

: sulit dinilai.

Leher

: KGB tidak teraba.

Toraks

: bentuk dan gerak dada simetris saat statis dan


dinamis, retraksi sela iga (-).

Jantung
Inspeksi

: ictus cordis terlihat di ICS IV linea midclavicularis


sinistra.

Palpasi

: ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicularis


sinistra.

Perkusi

: tidak dilakukan.

Auskultasi

: S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-).

Inspeksi

: simetris saat statis dan dinamis.

Palpasi

: tidak ada benjolan (-).

Perkusi

: tidak dilakukan.

Paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Ronchi -/-, Wheezing -/-.


Abdomen
Inspeksi

: datar

Palpasi

: supel, turgor baik, hepar teraba 1 cm dibawah arcus


costae, lien tidak teraba.

Perkusi

: timpani.

Auskultasi : bising usus (+) normal.


Ekstremitas

: gerak aktif, akral hangat, perfusi baik, telapak


plantar creases anterior.

Genitalia/anus

: laki-laki, skrotum (+), testis (+) telah turun, anus (+)

Ballard Score

: 33 (usia kehamilan 37 minggu)

Seperti pada teori yang sudah dijelaskan diatas bahwa gambaran klinis
dari bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) yang antara lain : Umur bayi
12

dapat cukup, kurang atau lebih bulan tetapi beratnya kurang dari 2500 gram,
Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat, kulit keriput, lemak bawah kulit
tipis, bila kurang bulan jaringan payudara kecil, puting kecil, bila cukup bulan
payudara dan puting sesuai masa kehamilan, bayi perempuan bila cukup bulan
labia mayora menutupi labia minora, bayi laki-laki testis mungkin telah turun,
rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian, refleks menghisap dan menelan cukup
kuat. Melihat dari hasil Ananmnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini,
diagnosis NCB-KMK, dan BBLR dapat ditegakkan.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan
Masalah berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram) sampai saat ini masih
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Berat lahir rendah
(BLR) dapat dibedakan atas bayi yang dilahirkan preterm, dan bayi yang mengalami
13

pertumbuhan intrauterin terhambat. Di negara-negara maju, sekitar duapertiga bayi


berat lahir rendah disebabkan oleh prematuritas, sedangkan di Negara-negara sedang
berkembang sebagian besar bayi BLR di sebabkan oleh pertumbuhan intrauterin
terhambat1,2,3.
Kejadian pertumbuhan janin terhambat (PJT / IUGR (Intruterine Growth
Restriction)) bervariasi antara 3 sampai 10%, tergantung pada populasi, geografi dan
definisi yang digunakan. Sekitar duapertiga PJT berasal dari kelompok kehamilan
risiko tinggi (seperti hipertensi, perdarahan antepartum, penderita penyakit jantung
atau ginjal, kehamilan multiple, dsb); sedangkan sepertiga lainnya berasal dari
kelompok kehamilan yang tidak diketahui mempunyai risiko3,4,5.
Angka mortalitas perinatal akibat PJT meningkat 3-8 kali dibandingkan bayi
berat lahir normal. Sekitar 26% kejadian lahir mati ternyata ada kaitannya dengan
PJT. Pertumbuhan janin terhambat juga disertai morbiditas perinatal yang tinggi,
terutama menyangkut masalah perkembangan neurologik dan mental. Sebagian
kelainan yang diakibatkan PJT bersifat permanen5,6,7.
Definisi dan Etiologi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Menurut Kongres European
Perinatal Medicine ke II di London Menyusun definisi sebagai berikut:
1.

Bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
(259 hari).

2.

Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu
sampai 42 minggu ( 259 -293 hari).8,9

3.

Bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau
lebih (293 hari atau lebih).

Dengan adanya batasan diatas maka berat badan lahir rendah dapat dibagi dalam 2
kelompok:8,9
1. Prematuritas murni :
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan
sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
2. PJT / IUGR :
14

Bayi lahir dengan berat badan lahir kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Bayi ini dapat lahir aterm, tapi beratnya kurang. Hal ini
dikarenakan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilan( KMK).
Tabel : Karakteristik IUGR dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 10
Symmetric IUGR
Asymmetric IUGR
Onsetnya cepat
Onsetnya lambat
Berkurangnya pertumbuhan : Lingkar Berkurangnya pertumbuhan kepala
kepala, panjang badan, dan berat badan.
Resiko rendah terjadinya asfiksia
Resiko tinggi terjadinya asfiksia
Resiko rendah terjadinya hipoglikemia
Resiko tinggi terjadinya hipoglikemia
Berhubungan dengan penyakit serius Berhubungan dengan nutrisi ibu yang
yang mempengaruhi jumlah sel janin

kurang

atau

eksaserbasi

penyakit

vaskular ibu
Contoh : kondisi yang berhubungan Contoh : preeklamsia, hipertensi kronik,
dengan kromosom, genetik, malformasi, intake
teratogenik, infeksi (TORCH).

kalori

rendah,

kronik

fetal

distress (hipoksia), diabetes.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature sangat banyak, antara


lain:
1. Ibu
a. Preeklampsia
b. Riwayat penyakit kronik (penyakit jantung sianotik, penyakit ginjal)
c. Infeksi (Listeria monocytogenes, Streptokokus grup B, infeksi saluran
kemih, vaginosis bakterialis, korioamnionitis)
d. Penyalahgunaan obat (kokain)
2. Janin
a. Fetal distress
b. Kehamilan multiple
c. Eritroblastosis
d. Nonimmune hydrops
3. Plasenta
a. Disfungsi plasenta
b. Plasenta previa
4. Uterus
15

a. Inkompeten servik
5. Dan lain-lain.
a. Trauma
b. Polihidramnion
c. Iatrogenik
Sedangkan faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan janin terhambat (PJT /
IUGR (Intruterine Growth Restriction)), antara lain :
1. Ibu
a. hipertensi, penyakit ginjal
b. hipoksemia
c. malnutrisi
d. penyalahgunaan obat
e. penyakit kronik
2. Janin
a. infeksi (sitomegalovirus, rubella, sifilis)
b. kehamilan multiple
c. defisiensi insulin
3. Plasenta
a. Twin transfusion syndrome
b. infark
Gambaran Klinis Bayi Kurang Bulan (KB)11
1. Kulit tipis dan mengkilap
2. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna.
3. Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada
punggung.
4. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik.
5. Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora.
6. Pada bayi laki-laki Skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun.
7. Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk.
8. Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur.
9. Aktifitas dan tangisanya lemah.
10. Refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah.
16

Gambaran Klinis Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan (KMK) 11


1. Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan tetapi beratnya kurang dari
2500 gram
2. Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat
3. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
4. Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, puting kecil. Bila cukup bulan
payudara dan puting sesuai masa kehamilan
5. Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
6. Bayi laki-laki testis mungkin telah turun
7. Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
8. Refleks menghisap dan menelan cukup kuat.
Masalah-masalah pada BBLR
Bayi dengan BBLR sangat mudah mengalami masalah kesehatan yang serius.
Berat bayi dan masa kehamilan menggambarkan risiko, semakin kecil berat bayi dan
semakin muda masa kehamilan semakin besar risikonya 11.

Tabel : Masalah-masalah yang dapat terjadi pada BBLR


No. Masalah-masalah BBLR
1.
Asfiksia

Keterangan
Pada BBLR yang termasuk katagori kurang,
cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak
pada proses adaptasi pernapasan waktu lahir
sehingga mengalami asfiksia lahir, sehingga
pada kasus BBLR dibutuhkan kecepatan dan

2.

Gangguan pernafasan

keterampilan resusitasi.
Gangguan pernafasan yang sering terjadi pada
BBLR kurang bulan adalah penyakit membran
hialin, sedangkan pada BBLR lebih bulan
17

3.

Hipotermi

adalah aspirasi mekonium.


Hipotermi terjadi karena jumlah lemak tubuh
sedikit dan sistem pengaturan suhu tubuh pada
bayi baru lahir belum matang. Metode kanguru
dengan "kontak kulit dengan kulit" membantu

4.

Hipoglikemi

BBLR tetap hangat


Hipoglikemi dapat terjadi antara lain, karena
simpanan energi pada bayi baru lahir dengan
BBLR jumlahnya sedikit, cadangan glikogen
jaringan,
kebutuhan

glukoneogenesis,
glukosa

hipotermi,kebutuhan

hiperinsulin,

pada

hipoksia,

otak.

BBLR

membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah


lahir dan minum sangat sering (setiap 2 jam)
5.

Masalah pemberian ASI

pada minggu pertama.


Masalah pemberian ASI dikarenakan bayi
dengan BBLR memiliki ukuran tubuh yang
kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil
dan tidak dapat mengisap. Bayi dengan BBLR
sering mendapatkan ASI dengan bantuan, dan
membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah
yang lebih sedikit tapi sering. Bayi dengan
BBLR dengan kehamilan > 35 minggu dan
berat lahir > 2000 gram umumnya bisa

6.

Infeksi

langsung menetek.
Infeksi dikarenakan system kekebalan tubuh
pada bayi dengan BBLR belum matang.
Keluarga dan tenaga kesehatan yang merawat
bayi dengan BBLR harus melakukan tindakan
pencegahan infeksi antara lain dengan mencuci

7.

Ikterus (kadar bilirubin


yang tinggi)

tangn dengan baik.


Ikterus terjadi karena fungsi hati belum matang.
Bayi dengan BBLR dapat menjadi kuning lebih
awal dan lebih lama dari pada bayi yang cukup
beratnya.
18

8.

Masalah perdarahan

Masalah perdarahan berhubungan dengan


belum matangnya sistem pembekuan darah saat
lahir. Pemberian injeksi vitamin K dengan dosis
1 mg segera sesudah lahir ( dalam 6 jam
pertama) untuk semua bayi baru lahir dapat
mencegah kejadian perdarahan ini. Injeksi ini
dilakukan di paha kiri

DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam
jangka waktu dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan
mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR(12)
.Penting ditanyakan umur ibu,riwayat hari pertama haid terakhir,riwayat persalinan
sebelumnya,paritas, jarak kelahiran sebelumnya,kenaikan berat badan selama
hamil,aktivitas selama kehamilan,penyakit yang dideritai selama hamil dan obatobatan yang diminum selama hamil(12)
Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain adalah
berat badan bayi kurang dari 2500gram dan diukur dalam tempoh satu jam setelah
lahir.Cari tanda-tanda prematuritas pada bayi pada bayi kurang bulan dan tanda-tanda
bayi cukup bulan atau lebih bulan bila bayi kecil untuk masa kehamilan.Bila
ditemukan tanda-tanda kemungkinan IUGR, tentukan apakah

simetris atau

asimetris(12)
Tabel : Tanda- tanda prematuritas dapat dilihat di tabel berikut (13)
Usia kehamilan
Berat badan Lahir

23-37 minggu
37-41 minggu
Minggu ke 24,laki-laki Minggu ke 40, laki-laki

Kulit

700g,perempuan 620g
3550g, perempuan- 3400g
Sangat tipis, kemerahan Lebih tebal, merah jambu /
19

seluruh tubuh
Pinna lembut, tidak recoil

pink seluruh tubuh


Pinna
baik,berkartilago,

Payudara

Tidak ada

recoil cepat
Teraba satu atau 2 nodul .

Genitalia

1cm
Laki-laki : skrotum kosong Laki-laki: Skrotum dengan

Telinga

tanpa rugae, testis tidak rugae,


teraba di skrotum
Perempuan

prominen,labia

testis

di

dalam

skrotum
klitoris Perempuan : Klitoris dan
mayora labia minora tertutup

Pernapasan

besar,labia minora kecil


Perlu respirasi bantuan, Jarang respirasi bantuan,

Refleks hisap dan menelan

apnoe sering
Tidak ada

apnoe jarang
Baik, terlihat koordinasi

Asupan makanan

Nutrisi perenteral total

selepas 34-35 minggu


Menangis
bila
lapar,

Menangis
Penglihatan, Interaksi

makan menurut kebutuhan


Lemah
Kuat
Tiada kontak mata, gerak Tampak kontak mata,
mata tidak ada,interaksi kesadaran baik.
negatif
Sentakan tiba-tiba terhadap Tampak gerak mata dan

Pendengaran

bunyi keras
Sikap

Tungkai
pergerakan kaku

kepala terhadap rangsang


bunyi
ekstensi, Tungkai fleksi, pergerakan
tidak kaku

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain dengan pemeriksaan
skor Ballard dan kurva Lubchenko,test kocok (shake test) dianjurkan untuk bayi
kurang bulan,pemeriksaan darah rutin, glukosa darah, kadar elektrolit dan analisa gas
darah. Foto dada diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat
nafas. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang 35 minggu,
dimulai pada umur 2 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapatkan(12)
Tabel : penilaian maturitas berdasarkan usia gestasi
20

21

Sumber : Ballard JL, Khoury JC, Wedig K, et al: New Ballard Score, expanded to
include extremely premature infants. J Pediatrics 1991; 119:417-423.14

PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 secara injeksi 1 mg sekali pemberian atau peroral 2mg
sekali pemberian atau 1mg 3 kali pemberian yaitu saat lahir, umur 3-10 hari dan umur
4-6 minggu(12).
Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal.
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau
ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai
petunjuk.Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.Ukur suhu

22

tubuh dengan berkala.Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini
adalah :

Jaga dan pantau patensi jalan nafas

Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia,


kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui
Dietetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil
yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama

(6)

Apabila bayi mendapat

ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara
pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari
sekali.Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut (12):
a. Berat lahir 1750 2500 gram
-Bayi Sehat

Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih
mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering
(contoh; setiap 2 jam) bila perlu.

23

Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai

efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan


ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian
minum.
- Bayi Sakit

Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan
minum seperti pada bayi sehat.

Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda
siap untuk menyusu.

Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan


nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi
telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak
lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu
apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan
untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram


- Bayi Sehat

Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan


tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi
aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa
lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok
apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat

24

berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari
1 minggu)

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,
beri tambahan ASI setiap kali minum.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/


sendok, coba untuk menyusui langsung.

- Bayi Sakit

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan IV secara perlahan.

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,
beri tambahan ASI setiap kali minum.

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila


kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/


sendok, coba untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram


- Bayi Sehat

Beri ASI peras melalui pipa lambung

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak
lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

25

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/

sendok, coba untuk menyusui langsung.


- Bayi Sakit

Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan intravena secara perlahan.

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/


sendok, coba untuk menyusui langsung.

d. Berat lahir < 1250gram tidak tergantung kondisi

Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi
pemberian cairan intravena secara perlahan.

Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/


sendok, coba untuk menyusui langsung.

Pemantauan Bayi Prematur


Bayi prematur termasuk dalam kelompok bayi berisiko tinggi yang
memerlukan pemantauan tumbuh kembang secara berkala dan terus menerus.Makin
kecil masa kehamilan, makin besar risiko timbulnya kelainan tumbuh kembang.
Sebagai ilustrasi, dari 283 bayi prematur dengan masa kehamilan 20-25 minggu yang
lahir di Inggris dan Irlandia pada tahun 1995 dan berhasi hidup, 49% mengalami
kecacatan (disability), 23% di antaranya menderita kecacatan yang berat pada umur
26

30 bulan. American Academy of Pediatrics tahun 1996 menyarankan untuk memantau


tumbuh kembang kelompok bayi tersebut secara longitudinal sampai umur 7-10
tahun. 15
Pertumbuhan
Semua bayi mengalami penurunan berat badan fisiologis setelah lahir, yang
terjadi karena penyakit maupun berkurangnya masukan kalori. Setelah periode ini
berakhir, terjadi tumbuh kejar (catch up growth). Tumbuh kejar biasanya ditandai
pertama oleh pertambahan lingkar kepala, diikuti dengan berat dan panjang badan.
Pada bayi premature tanpa penyakit serius, tumbuh kejar terjadi dalam dua atau tiga
tahun pertama dan tumbuh kejar maksimal terjadi pada 36-40 minggu pasca konsepsi.
Sekitar 85% bayi premature telah mengalami tumbuh kejar dan mencapai kurve
pertumbuhan normal pada usia 2 tahun. Bayi yang amat premature dan bayi
premature dengan penyakit kronis mengalami tumbuh kejar yang lebih sedikit dan
dalam periode yang lebih lama. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin dan
tidak mengalami tumbuh kejar, mempunyai risiko keterlambatan perkembangan dan
masalah medis lain disbanding bayi premature dengan laju pertumbuhan yang normal.
Median kecepatan tumbuh berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala bayi
premature setelah aterm tercantum pada tabel 6.15
Tabel : Median kecepatan tumbuh berat badan, panjang badan, dan lingkar
kepala bayi premature setelah aterm
Umur
0-6 bulan
6-12 bulan
12-24 bulan
24-36 bulan
Berat (g/hari)
23,0
14,4
6,8
5,5
Panjang
2,8
1,6
1,0
7,7
(cm/bulan)
Lingkar
kepala
1,4
0,7
0,2
0,1
(cm/bulan)
Pada masa remaja bayi premature dengan berat lahir kurang dari 1000 gram
mempunyai berat badan lebih rendah disbanding bayi normal.15
Koreksi prematuritas
Koreksi

prematuritas

dalam

menilai

pertumbuhan

fisis

maupun

perkembangan, merupakan hal controversial. Berdasarkan konvensi, digunakan umur


koreksi yaitu umur kronologis dikurangi jumlah minggu prematuritas sampai bayi
tersebut mencapai umur 2 tahun. Berdasarkan antropometri, yaitu berat badan
27

dikoreksi sampai umur 2 tahun, panjang badan sampai 3,5 tahun dan lingkar kepala
sampai 18 bulan. Berdasarkan masa kehamilan, yaitu bila masa gestasi kurang atau
sama dengan 28 minggu, koreksi harus dilakukan sampai umur 4 tahun; masa gestasi
29-31 minggu, koreksi sampai umur 2 tahun; untuk 32-34 minggu sampai 1 tahun dan
untuk 35 minggu atau lebih, tidak perlu koreksi. Hack tahun 2001 menganjurkan
untuk mengkoreksi masa kehamilan sampai minimal umur 3 tahun.15
Berat badan
Sejak umur pasca menstruasi (umur pasca menstruasi = umur gestasi + umur
kronologis) 32 minggu sampai 1 bulan setelah aterm, rerata peningkatan berat badan
mengikuti persentil 10 kurve pertumbuhan intrauteri bayi aterm. Rerata berat badan
bayi uur 2 bulam-18 bulan, berkisar 0 sampai 1 SD di bawah rerata. Pada umur 2-5
tahun, berat badan mengikuti kurve berat bayi aterm tetapi dengan nilai lebih rendah
meskipun tidak bermakna. 15
Panjang badan
Panjang badan bayi prematur rerata umur pasca menstruasi 30 sampai 40
minggu, turun di bawah persentil 50 kurve pertumbuhan intrauterine. Setelah
mencapai aterm, perbedaan rerata panjang badan akan menurun dari 2,5 cm pada saat
aterm menjadi 1,2 cm pada saat 18 bulan. Tumbuh kejar panjang badan bayi
premature melampaui kecepatan bayi aterm pada umur 1,5 bulan sampai 7,5 bulan.
Dari umur 7,5 bulan sampai 5 tahun, pertumbuhan panjang bayi premature sama atau
sedikit lebih cepat daripada bayi aterm. 15

Pemantauan pertumbuhan
Untuk memantau pertumbuhan bayi prematur dapat digunakan berbagai kurve
pertumbuhan bayi prematur. Berikut ini adalah kurva pertumbuhan bayi prematur dari
Infant Health and Development Program (IHDP).16
Kurva : Infant Health and Development Program (IHDP)

28

Pemantauan perkembangan
Perkembangan bayi prematur dalam 2 tahun pertama dinilai berdasarkan umur
koreksi. Kemajuan perkembangan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain uur
kehamilan, nutrisi, penyakit, stimulasi oleh lingkungan dan pemberian kasih saying.
Untuk pemantauan perkembangan dapat digunakan kuesioner untuk orang tua-di
Indonesia tersedia Kuesioner Pra Skrining Perkembangan, Denver II yang merupakan
29

revisi Denver Developmental Screening Test ataupun Bailey Scales of Infant


Development. Pemeriksaan Stanford-Binet Intelegence quotient (IQ) dapat dilakukan
pada umur 3 tahun. Uji ini akan mengukur kemampuan mental anak.15
Bila skrining menunjukkan hasil yang tidak normal, perlu dilanjutkan dengan
pemeriksaan neurologis. Jika ada keterlambatan yang bermakna atau ada palsi
serebral anak harus dirujuk ke klinik tumbuh kembang. Agar perkembangan bayi
enjadi optimal, perlu diberikan intervensi berupa stimulasi dini untuk memperbaiki
interaksi orang tua-anak dan dapat memperbaiki perkembangan neurologis.
Gambar 1. Umur saat keterlambatan timbul pada bayi berat lahir < 1500 gram

Program Imunisasi
Bayi prematur (< 37 minggu usia kehamilan) dan bayi cukup bulan dengan
berat lahir rendah (< 2500 gram), dengan beberapa pengecualian, seharusnya
mendapatkan imunisasi rutin seperti yang diperoleh bayi-bayi lain sesuai usia
kronologisnya. Usia kehamilan dan berat lahir bukanlah faktor penghalang bagi

30

seorang bayi prematur yang sehat dan stabil untuk mendapatkan imunisasi sesuai
jadwal.
Walaupun beberapa penelitian menunjukan respon imunitas yang kurang
terhadap beberapa vaksin yang diberikan pada bayi dengan berat lahir kurang dari
1500 gram dan bayi yang kurang dari 29 minggu usia kehamilan, sebagian besar bayi
prematur, termasuk bayi yang menerima dexametason (steroid) untuk pengobatan
penyakit kronik paru, mampu membuat sistem kekebalan yang dipicu oleh vaksin
untuk mencegah penyakit. Dosis vaksin pun seharusnya tidak dikurangi atau dibagibagi.
Bayi prematur dan bayi dengan berat lahir rendah mempunyai toleransi yang
sama seperti bayi cukup bulan terhadap sebagian besar vaksin. Kejadian henti napas
dilaporkan pernah terjadi pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram atau
usia gestasi kurang dari 31 minggu setelah pemberian vaksin DTP, tetapi tidak pernah
dilaporkan pada pemberian vaksin DTaP. Meskipun demikian, pada pemberian vaksin
pneumokokus (PCV7) bersamaan dengan DTP dan Hib pada bayi prematur
dilaporkan kejadian kejang demam yang ringan yang lebih sering jika dibandingkan
dengan bayi cukup bulan. Gangguan jantung dan pembuluh darah, seperti henti napas
dan penurunan denyut jantung disertai penurunan oksigen meningkat kejadiannya
pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram yang diberikan kombinasi vaksin
DTaP, IPV (polio suntik), Hepatitis B dan Hib. Meskipun demikian, kejadian-kejadian
ini bukanlah sesuatu hal yang berbahaya bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi
yang diimunisasi.
Bayi prematur yang secara medis stabil dan masih dirawat di rumah sakit saat
2

bulan

usia

kronologisnya

seharusnya

diberikan

semua

vaksin

yang

direkomendasikan pada usia tersebut. Bayi prematur dikatakan stabil secara medis
adalah bayi yang tidak memerlukan manajemen berkelanjutan untuk infeksi serius,
penyakit metabolik atau gangguan ginjal akut, gangguan jantung dan pembuluh darah
atau gangguan saluran pernapasan dan bayi prematur yang menunjukkan perbaikan
dan pertumbuhan yang stabil.
Semua vaksin yang harus diberikan pada usia 2 bulan dapat dilakukan secara
simultan baik pada bayi prematur maupun bayi dengan berat lahir rendah. Untuk
31

mengurangi banyaknya suntikan dapat diberikan vaksin kombo. Jika tidak dapat
dilakukan secara simultan karena terbatasnya area suntikan, maka pemberian vaksin
boleh dipisah dengan interval waktu kapan saja karena vaksin yang diberikan
merupakan vaksin yang inaktif. Akan tetapi, untuk menghindari reaksi lokal yang
tumpang tindih, interval yang dianggap rasional adalah 2 minggu. Ukuran jarum yang
digunakan untuk menyuntikkan vaksin ke dalam otot tergantung dari massa otot
tempat suntikan akan diberikan.
Vaksin Hepatitis B yang diberikan kepada bayi prematur dan bayi dengan
berat lahir lebih dari 2000 gram menimbulkan respon imun yang mirip dengan respon
imun yang timbul pada bayi cukup bulan. Oleh sebab itu, bayi dengan berat lahir 2000
gram yang stabil secara medis dengan ibu HBsAg negatif boleh diberikan dosis
pertama vaksin Hepatitis B segera setelah lahir. Untuk yang tidak stabil, dapat ditunda
sampai kondisi klinisnya stabil. Sementara untuk bayi yang lahir dengan berat kurang
dari 2000 gram, imunisasi dengan vaksin Hepatitis B segera setelah lahir ternyata
memberikan respon imun yang kurang jika dibandingkan dengan bayi cukup bulan
ataupun bayi prematur yang lebih dari 2000 gram. Meskipun demikian, bayi prematur
yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif memiliki perlindungan dari komplikasi
perinatal yang mungkin timbul akibat penyakit Hepatitis B jika diberikan vaksin
Hepatitis B tanpa melihat berat lahirnya. Dari beberapa penelitian didapatkan 2 hal
yang dapat dijadikan faktor prediksi terhadap kesuksesan munculnya antibodi
terhadap Hepatitis B setelah dilakukan vaksinasi, yaitu: usia kronologis bayi prematur
yang stabil secara medis saat pertama kali menerima dosis pertama vaksinasi
Hepatitis B tanpa melihat berat lahir maupun usia kehamilan saat lahir dan
penambahan berat badan yang konsisten sebelum menerima dosis pertama vaksin
Hepatitis B.

Bayi dengan berat kurang dari 2000 gram yang secara medis stabil dan
menunjukkan penambahan berat badan harus mendapatkan dosis pertama vaksin
Hepatitis B secepat-cepatnya saat usia 30 hari tanpa melihat usia kehamilan atau berat
lahirnya. Bayi prematur dengan berat kurang dari 2000 gram yang cukup sehat
sehingga diperbolehkan meninggalkan rumah sakit sebelum usia 30 hari boleh
diberikan vaksin Hepatitis B saat meninggalkan rumah sakit. Memberikan vaksin
32

Hepatitis B dosis pertama saat usia bayi 1 bulan tanpa melihat beratnya memberikan
pilihan untuk menjalankan imunisasi selanjutnya sesuai jadwal, mengurangi jumlah
injeksi simultan imunisasi yang diberikan saat usia 2 bulan, memberikan perlindungan
dini terhadap bayi prematur yang harus ditransfusi dan dioperasi dan menurunkan
transmisi penularan secara horisontal dari carier Hepatitis B di dalam keluarga,
pengunjung rumah sakit dan petugas medis lainnya. Penelitian juga menunjukkan
bahwa semakin awal vaksin Hepatitis B diberikan maka semakin besar kemungkinan
untuk menyelesaikan vaksin-vaksin yang lain tepat waktu.
Semua bayi prematur dan bayi dengan berat lahir rendah yang lahir dari
seorang ibu dengan HbsAg positif harus menerima Imunoglobulin Hepatitis B
(HBIG) dalam 12 jam sesudah lahir dan vaksin hepatitis B (lihat penjelasan mengenai
vaksin Hepatitis B di atas). Jika status HbsAg ibu tidak diketahui, maka bayi harus
mendapat vaksin Hepatitis B sesuai rekomendasi untuk bayi yang lahir dari ibu
dengan HbsAg positif. Bayi prematur dan bayi dengan berat lahir rendah yang
diberikan vaksin Hepatitis B saat lahir harus diberikan 3 dosis tambahan.
Hanya vaksin Hepatitis B monovalen yang boleh digunakan saat bayi berusia
6 minggu atau kurang. Memberikan dosis vaksin Hepatitis B monovalen saat lahir
sementara kombinasi vaksin yang mengandung vaksin Hepatitis B digunakan berarti
bahwa bayi tersebut akan mendapatkan total 4 dosis. Kombinasi vaksin yang
mengandung komponen Hepatitis B belum pernah diteliti mengenai keamanannya
untuk diberikan pada bayi dengan ibu yang HbsAg positif.
Karena semua bayi prematur dianggap memiliki resiko terhadap komplikasi
influenza, 2 dosis vaksin inflluenza inaktif dengan jarak 1 bulan harus ditawarkan
kepada orang tua bayi untuk diberikan ke bayi saat berusia 6 bulan sebelum musim
influenza dimulai. Karena sebab itu pula, maka orang-orang yang berkontak dengan
bayi tersebut harus mendapatkan vaksin influenza inaktif. Bayi prematur yang kurang
dari 32 minggu usia kehamilan dan bayi dengan penyakit paru kronik dan kondisi
jantung pembuluh darah tertentu sampai usia 2 bulan mungkin mendapat manfaat
dengan profilaksis untuk infeksi RSV (palivizumab) selama musim infeksi RSV.
Palivizumab tidak mempengaruhi vaksinasi rutin lainnya untuk bayi prematur atau
bayi dengan berat lahir rendah.

33

Prognosis
Bayi yang lahir dengan berat 1,501-2,500 gram memiliki 95% atau
kesempatan lebih besar untuk bertahan hidup, sedangkan BBLSR dan BBLSAR
memiliki angka kematian lebih tinggi secara signifikan. Perawatan intensif telah
memperpanjang periode di mana seorang BBLSR berada pada peningkatan risiko
komplikasi

dari

prematur,

seperti

bronkopulmonalis

displasia,

necrotizing

enterocolitis, atau infeksi nosokomial. Angka kematian BBLR setelah pulang


perawatan lebih tinggi daripada bayi aterm selama tahun pertama dan kedua
kehidupan. Banyak dari jumlah kematian ini disebabkan oleh infeksi (virus syncytial
pernapasan [RSV]), secara teoritis infeksi ini dapat dicegah. Selain itu, bayi prematur
mengalami peningkatan insiden gagal tumbuh, sindrom kematian bayi mendadak,
pelecehan anak, dan ikatan ibu-bayi yang tidak adekuat. Risiko biologis berhubungan
dengan rendahnya regulasi kardiorespirasi karena imaturitas atau komplikasi penyakit
perinatal yang mendasarinya dan risiko social berhubungan dengan kemiskinan yang
menyebakan tingginya angka morbiditas dan mortalitas bayi ini. Anomali congenital
terjadi pada sekitar 3-7% BBLR.17

DAFTAR PUSTAKA
1. LinCC,EvansMI.Intrauterinegrowthretardationandpathophysiologyand
clinicalmanagement.NewYork:McGrawHill,1984
2. Manning FA, Hohler C. Intrauterine growth retardation: Diagnosis,
prognosticationandmanagementbasedonultrasoundmethod.In:FleischerAC,
34

etal.TheprinciplesandpracticeofItrasonographyinobstetricsandgynecology.
4thed.London:PrenticeHallInt,1991:161
3. CuninghamFG,MacDonaldPC,GantNF,LevenoKJ,etal.Williamsobstetric.
20thed.Norwalk:AppletonandLange,1999:839850,861891
4.

Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadhi T. Ilmu kebidanan. Edisi ketiga.


Jakarta:YayasanBinaPustakaSarwonoPrawihardjo,1994:386397

5.

MerzE.Ultrasoundingynecologyandobstetrics.Textbookandatlas.Stuttgart:
GeorgeThiemeVerlag;1991:161

6.

Syamsuri K. Kehamilan preterm, kehamilan lewat waktu, pertumbuhan janin


terhambat.BagianobstetricdanginekologiFKUnsri/RSMHPalembang,1997:
3350.

7.

HansmanM,HackeloerBJ,StaidachA.Ultrasounddiagnosisinobstetricsand
gynecology.Berlin:SpringerVerlag;1986:135

8.

Robert C.Tasker,Robert J.McCLure,Carlo L.Acerini oxford handbook of paediatrics


page 115,162-3,168

9.

Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, Buku kuliah 3 ilmu kesehatan anak. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, 1985 hal 1051-2,1081-7

10.

Barbara J. Stoll, Ira Adams-Chapman. Prematurity and Intrauterine Growth


Retardation. In Nelson Textbook of Pediatric. Kliegman, Berhman, Jenson,
Stanton, editors. 18th Edition. USA: Elsevier Saunders; 2007. p. 701-9.

11.

Buku Acuan Modul BBLR. Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah. Diunduh dari :
http://www.perpustakaan-depkes.org:diaksespadatanggal4desember2009.

12.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.

13.

Lissauer T, Clauden G. The Preterm Infant. In Illustrated Textbook of


Pediatrics.Third Edition. London, UK : 2008 ; 150-157.

14.

Ballard JL, Khoury JC, Wedig K, et al: New Ballard Score, expanded to include
extremely premature infants. J Pediatrics 1991; 119:417-423.

15.

Gunardi Hartono. Pemantauan Bayi Prematur. Dalam Hot Topics in Pediatrics II.
Jakarta: FKUI RSCM; 2002. hal. 17-27.

16.

The Infant Health and Development Program. Enhancing the outcome of low
birthweigth, premature infant. JAMA 1990; 263 (22): 3035-42.

35

17.

Thomas N. Saari, MD and Committee on Infectious Diseases. Immunization of


Preterm and Low Birth Weight Infants. PEDIATRICS Vol. 112 No. 1 July 2003,
American Academy of Pediatrics. pp. 193-198

36

Anda mungkin juga menyukai